PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Oleh :
Malalina (20102512008)
Febrina Bidasari (20102512008)
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya

1.

PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Arends (dalam Supinah dan Sutanti, 2010) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bertujuan
merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang
berorientasi masalah. Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem
Based Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di
mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman seharihari (en.wikipedia.org).
Pada pembelajaran berbasis Masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan-pemecahan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada.

Dalam ruang lingkup Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa berperan
sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul,
meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal.
Siswa tetap dituntut untuk menemukan solusi terbaik yang mungkin ada.
Pembelajaran Berbasis Masalah membuat perubahan dalam proses khususnya
dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan
sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan
langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas
memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk
menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.

1
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

2.

TUJUAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bertujuan

merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang
berorientasi masalah. Lebih lanjut dikemukakan PBL utamanya dikembangkan
untuk membantu siswa sebagai berikut :
a.

Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi

b.

Belajar berbagai peran orang dewasa
Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi (pemodelan
orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan
nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa

c.

Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri
Kemampuan untuk menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri ini
diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kemampuan belajar secara
autodidak dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat yang merupakan

bekal penting bagi siswa dalam mengarungi kehidupan pribadi, sosial
maupun dunia kerja selanjutnya.

3. LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Menurut Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010) mengemukakan
PBL mengikuti tiga aliran pikiran utama yang berkembang pada abad duapuluh
yaitu sebagai berikut :
a.

Pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya (1916). Menurut Dewey,
sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas
merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata.
Pendapat Dewey ini memberikan dasar filosofis dari PBL.

b.

Pemikiran Jean Piaget (1886-1980). Menurut Piaget, anak memiliki rasa
ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di
2
Desain Pembelajaran Matematika, 2011


sekitarnya. Rasa ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara aktif
membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka
hayati. Ketika tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak
kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia
menjadi lebih luas dan lebih abstrak. Pada semua tahap perkembangan, anak
perlu memahami lingkungan mereka, memotivasi mereka untuk menyelidiki
dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
c.

Pemikiran Lev Vygotsky (1896-1934) dengan Konstruktivismenya, serta
Jerome Bruner dengan Pembelajaran Penemuannya. Vygotsky berpandangan
bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya

perkembangan

intelektual

siswa.


Bruner

menyatakan

pentingnya pembelajaran penemuan, yaitu model pembelajaran yang
menekankan perlunya membantu siswa memahami struktur atau ide dari
suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran
dan yakin bahwa pembelajaran yang sebenarnya adalah yang terjadi melalui
penemuan pribadi.

4.

CIRI-CIRI PPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Wardhani

(dalam Supinah dan Sutanti, 2010) ciri-ciri khusus dari PBL

adalah sebagai berikut :
a.


Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang
diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting
dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

b.

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat
hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya
siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran.

c.

Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut untuk
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan

3
Desain Pembelajaran Matematika, 2011


kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang
dipelajari.
d.

Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Siswa dituntut
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak.
Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan,
model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan
bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat
dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

5.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PBL)
Menurut Hanifah dan Suhana (2009) Langkah-langkah pembelajaran

berdasarkan masalah terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan pada siswa suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa yaitu :
Tahap

Kegiatan guru

Tahap 1 : Orientasi siswa pada

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

masalah

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2 : Mengorganisasikan

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

siswa untuk belajar


mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap 3 : Membimbing

Guru mendorong siswa untuk

penyelidikan individu maupun

mengumpulkan informasi yang sesuai,

kelimpok

untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah

Tahap 4 : Mengembangkan dan

Guru membantu siswa dalam


menyajikan hasil karya

merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya

4
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

Tahap 5 : Menganalisis dan

Guru membantu siswa untuk melakukan

mengevaluasi proses pemecahan

refleksi atau evaluasi terhadap

masalah

penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan

6.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Menurut Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010), prinsip-prinsip

yang harus diacu dalam pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut :
a.

Tugas-tugas perencanaan
Perencanaan yang dilakukan guru akan memudahkan pelaksanaan berbagai
tahap kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan yang diinginkan, yaitu
-

Menetapkan tujuan pembelajaran
Guru menetapkan tujuan pada saat perencanaan dan tujuan itu
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa pada tahap berinteraksi.

-

Merancang situasi masalah yang sesuai
Guru merancang situasi masalah yang sesuai dan merencanakan cara-cara
untuk memberi kemudahan bagi siswa dalam melaksanakan proses
perencanaan penyelesaian masalah. Situasi masalah yang baik memenuhi
lima kriteria, yaitu: 1. Masalah harus autentik, artinya masalah harus lebih
berakar pada dunia nyata daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin
ilmu tertentu 2. Masalah seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan dapat
menghadapkan siswa pada suatu makna misteri atau teka-teki. 3. Masalah
hendaknya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual

mereka.

4.

Masalah

hendaknya

cukup

luas

untuk

memungkinkan guru menggarap tujuan pembelajaran mereka dan masih
cukup terbatas untuk membuat layaknya pelajaran dalam waktu, tempat
dan sumber daya yang terbatas. 5. Masalah hendaknya efisien dan efektif
bila diselesaikan secara kelompok,
-

Mengorganisasi sumberdaya dan rencana logistik
Guru bertanggung jawab dalam memasok bahan yang diperlukan dalam
kegiatan.
5
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

b. Tugas interaktif
- Mengorientasikan siswa pada situasi masalah
Pada tahap orientasi ini, guru perlu menyajikan situasi masalah dengan
hati-hati atau dengan prosedur yang jelas dan melibatkan siswa dalam
identifikasi masalah. Situasi masalah harus disampaikan kepada siswa
semenarik dan setepat mungkin. Dalam hal ini yang penting diperhatikan
guru adalah bahwa kegiatan orientasi pada situasi masalah akan
menentukan pada tahap penyelidikan berikutnya, sehingga presentasinya
harus menarik minat siswa dan menghasilkan rasa ingin tahu.
-

Mengorganisasi siswa untuk belajar
PBL membutuhkan pe-ngembangan keterampilan kolaborasi antar siswa
dalam kegiatan penyelidikan, sehingga kegiatan penyelidikan perlu
dilakukan

secara

bersama.

Untuk

itu,

disarankan

agar

guru

mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar kooperatif.
Jika tugas penyelidikan cukup besar dan rumit maka tugas guru adalah
membantu siswa menghubungkan tugas dan aktivitas penyelidikan dengan
jadwal waktu yang dapat ditampilkan dalam bentuk diagram jadwal
kegiatan.
-

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dalam
mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada intinya kegiatan penyelidikan mencakup: pengumpulan data dan
eksperimentasi

(sesungguhnya

atau

secara

mental),

berhipotesis,

menjelaskan hipotesa, memberikan pemecahan dan mengembangkan atau
menyajikan artefak dan pameran.
-

Pengumpulan data dan eksperimentasi.
Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Untuk itu, guru dapat
membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
dan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang membuat siswa memikirkan
tentang masalah dan jenis-jenis informasi yang dibutuhkan

6
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

7.

KELEBIHAN

DAN

KEKURANGAN

PEMBELAJARAN

BERDASARKAN MASALAH (PBL)
Adapun kelebihan dari Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based

Instruction)

ini

yaitu

:

(http://bismillah36.wordpress.com/2010/05/30/pembelajaran-berbasis-masalah/)
a.

Kelebihan
-

Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi
yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa
dengan siswa.

-

Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.

-

Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.

-

Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen

-

Keterapilan berfikir tingkat tinggi, menurut Resnick cirri-ciri berfikir
tingkat tinggi

b. Kekurangan
-

Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan
langsung dengan masalah.

-

Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan
informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu
yang relatif lama.

7
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
1.

PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti

“hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. CTL merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
(Direktorat, 2010).
Menurut Johnson (dalam Supinah, 2008) CTL merupakan suatu proses
pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran
yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Nurhadi (dalam nurdin, 2009) bahwa ada beberapa karakteristik

pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
a.

Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang

b.

Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak
membosankan, serta guru kreatif

c.

Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber

d.

Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa misalnya:
peta, gambar, diagaram, dll.

e.

Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya
siswa, laporan praktikum.

8
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kata kunci dalam
pembelajaran kontekstual yaitu:
a.

Real world learning, mengutamakan pengalaman nyata;

b.

Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif serta guru mengarahkan;

c.

Pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata,
serta adanya perubahan perilaku dan pembentukan.

d.

Siswa praktek, bukan menghafal, Learning bukan Teaching, pendidikan
bukan pengajaran;

e.

Memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi;

f.

Hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

3.

KOMPONEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Nurhadi (dalam Nurdin, 2009) bahwa pendekatan pembelajaran

kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:
1.

Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong, Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsepkonsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.

2.

Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajran berbasis CTL.
Pengetahuan dan ketrempailan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
merancang kegiatan yang merancang kegiatan yang merujukpada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkanya.

9
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

3.

Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari “bertanya”. Questioning
(bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya daalm pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

4.

Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
“Sharing” antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang
belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang
ada di luar sana adalah anggota masyarakat belajar.

5.

Pemodelan (Modelling)
Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dlam pembelajaran CTL guru bukan satu-satunya model. Model
dapat di rancang dengan melibatkan siswa.

6.

Refleksi (Reflection)
Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakn respon terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari
semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap ke benak siswa.

7.

Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui
10
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

kegiatan penilaian, bukanlah untuk mencari informasi tenteng belajar siswa.
Pembelajaran yang benar sudah seharusnya ditekankan oada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari, bukan di tekankan pada diperolehnya
sebanyak-banyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang diperoleh siswa pada
saat melakukan proses pembelajaran.

4. CIRI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Wardani (2004) Pembelajaran matematika yang kontekstual
mempunyai beberapa ciri sebagai berikut :
1.

Masalah kontektual diajukan untuk diselesaikan oleh siswa pada awal proses
pembelajaran

2.

Dikembangkannya cara atau alat untuk memperoleh jawaban informal dari
masalah. Jawaban informal siswa diistilahkan sebagai matematika informal.
Cara, alat itu berfungsi sebagai jembatan antara dunia real dan dunia abstrak.

3.

Terjadinya interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa dalam
suasana demokratif berkenaan dengan penyelesaian masalah yang diajukan
selama proses belajar.

4.

Ada keseimbangan antara terjadinya proses matematisasi informal oleh siswa
dan matematisasi formal (simbol dan abstrak) yang dimotori oleh guru.

5.

Ada kesempatan bagi siswa untuk merefleksi, menginterpretasi hal-hal yang
telah dipelajari atau dihasilkan siswa selama proses belajar.

6.

Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada
komputasi dan mementingkan langkah-langkah prosedural penyelesaian soal
namun juga memberikan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan
masalah

11
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

5.

KELIBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KONTEKS
Adapun kelebihan dari pendekatan kontekstual dapat dilihat dari tujuh

komponen utama dari pendekatan kontekstual, yang tidak dimiliki oleh
pendekatan konvensional. Disamping itu pendekatan kontekstual juga suatu
pendekatan dapat membantu guru dalam mengajar untuk membawa siswa ke
dunia nyata, sesuai dengan konteks dan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual tentunya sangat membantu siswa untuk
memahami materi yang dipelajarinya.
Kelemahan dari pendekatan kontekstual yang sangat menonjol adalah dari
segi waktu. Untuk menerapkan pendekatan kontekstual pada suatu pembelajaran,
waktu yang dibutuhkan sangat banyak. Sehingga akan berdampak pada tidak
tercapainya alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Disamping itu,
kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan kontekstual tidak dapat diterapkan
untuk semua materi matematika. (http://www.scribd.com/doc/16843527/Bab-IIRefisi).

12
Desain Pembelajaran Matematika, 2011

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Nanang dan Suhana Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Badung:Refika Aditama.
Nurdin. April 2009. Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching And
Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. (Jurnal Administrasi
Pendidikan
Vol.
IX).
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1
97907122005011-NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf diakses tanggal 19
April 2010)
Supinah dan Utanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD.
Yogyakarta:PPPPTK
Matematika.(http://doc-0k-c0docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7
mbp1/f90j6odn8d3k9rtm9n8lrln2jibp96mt/1303646400000/0062752547555
4596470/*/0BzRhhV7ukFXgYzM2NjNjNWItZTk1Ni00NmI2LWIxZTYtY
WQ1NjFhMTVkNGQ5?e=download diakses tanggal 19 April 2010)
Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual Di SMP.
Yogyakarta:
PPPG
Matematika.
(http://p4tkmatematika.org/downloads/smp/MatKontekstual.pdf
diakses
tanggal 19 April 2010)
______. 2010. Pembelajaran Kontestual. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik
Dan
Tenaga
Kependidikan
(http://www.wineto.smkn1pengasih.net/files/materi/kontekstual.pdf diakses
ntanggal 19 April 2011)
______. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah, Pbl, Problem Based Learning.
(http://bismillah36.wordpress.com/2010/05/30/pembelajaran-berbasis-masalah/
daikses tanggal : 19 April 2011)
http://www.scribd.com/doc/16843527/bab-ii-refisi

13
Desain Pembelajaran Matematika, 2011