Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-Situ (Studi Kasus di Kebun Binatang Medan, Kecamatan Medan Tuntungan)

PENILAIAN EKONOMI KAWASAN KONSERVASI EK-SITU
(Studi Kasus di Kebun Binatang Medan, Kecamatan Medan Tuntungan)

SKRIPSI

WAIS ALQURNY
021201017/ HUT/MNH

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN
WAIS ALQURNY. Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi Kasus
Kebun Binatang Medan Kecamatan Medan Tuntungan). Dibawah bimbingan Oding
Afandi S. Hut, MP dan Nurdin Sulistiono S. Hut, Msi
Penilaian ekonomi Kebun Binatang Medan dapat dilakukan dengan

menggunakan Contingent Valuation Method (CVM), menggambarkaan pola
permintaan pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan, umur,
pendidikaan,
pekerjaan dan jenis kelamin. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian tentang Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi
Kasus Kebun Binatang Medan). Penelitiaan ini bertujuan untuk Menentukan nilai
ekonomi objek wisata Kebun Binatang Medan berdasarkan Contingent Valuation
Method (CVM) dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan
membayar pengunjung Kebun Binatang Medan.
Penelitian di laksanakan di Kebun Binatang Medan terletak di Jalan Bunga
Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Waktu penelitian
di laksanakan pada bulan Nopember 2007. Obyek penelitian adalah wisatawan
pengunjung Kebun Binatang Medan.
Metoda yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah Metoda Valuasi
Kontingen (MVK) dengan sampel yang berjumlah 45 orang. Berdasarkan hasil
penelitiaan diperoleh bahwa jumlah uang yang bersedia dibayar oleh setiap responden
atau Willingness to Pay (WTP) untuk memperoleh manfaat dari keberadaan Kebun
Binatang Medan rata-rata sebesar Rp. 470.778 setiap tahun serta tingkat pendapatan
dan umur memberikan pengaruh terhadap manfaat keberadaan Kebun Binatang
Medan sedangkan tingkat pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin tidak

berpengaruh..

Kata Kunci: Kebun Binatang Medan, Konservasi Ek-situ, Kesediaan Membayar,
Metoda Valuasi Kontingen

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 6 Juli 1984,
merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Husainy S.Ag. Mp
dan Ibu Mariani.
Penulis menyelesaika pendidikan di SD Inpres Pematang Bandar, lulus pada
tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negri I Pematang Bandar,
lulus tahun 2000, dan Sekolah Menegah Umum di SMU Swasta Dharma Wanita
Medan, lulus tahun 2002.
Selama bersekolah aktif dalam organisasi dan kegiatan sekolah antara lain
Ketua OSIS, Ketua Pramuka, Karateka, Tim Sepak bola,

meraih beberapa


penghargaan diantaranya perlombaan cerdas cermat antar kecamatan dan kabupaten,
jambore Daerah Sumatera Utara (JAMDASU), perlombaan karate tingkat daerah,
Seminar tiga hari “Anti Narkoba”, Santri Terbaik Pesantren Kilat SMU Dharma
Pancasila.
Pada tahun 2002 diterima di Program Studi Manajemen Hutan Universitas
Sumatera Utara. Selama kuliah aktif dalam kegiatan mahasiswa, BKM (Badan
Kenajiran Musholah Kehutanan USU), Magang Praktik Umum Kehutana Di
Kawasan Hutan Mangrove Bandar Khalipah, kawasan Pegunungan Lau Kawar, Studi
Tour Mata Kuliah Invenrarisasi Hutan di Aek Nauli Parapat. Magang Praktik Kerja
Lapangan Di PT. MUSI HUTAN PERSADA Palembang, selama dua bulan pada
tahun 2006.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian dengan judul
“Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi Kasus Kebun Binatang
Medan)”.
Terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang

tua, kakak, dan adik, atas segala kasih sayang, bimbingan, doa restu, bantuan moral
dan materialnya serta kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam
pendidikan seperti yang penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Oding Afandi S.Hut, Mp, sebagai Komisi Pembimbing I saya, yang
telah

memberikan bimbingan,

arahan,

bantuan,

dan nasihat

dalam

penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Nurdin Sulistiono S.Hut, Msi, sebagai Komisi Pembimbing II saya,

dan juga telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan nasihat dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Teman-teman seperjuangan Manajemen Hutan, Teknologi Hasil Hutan dan
Budidaya Hutan, angkatan 02 atas kebersamaan dan kekompakan selama ini.
4. Staf Pegawai Keluarga besar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, dan
semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi

ini masih banyak

terdapat kekurangan. Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Semoga skripsi ini nantinya dapat
berguna bagi kita semua. Amin.
Medan, Mei 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
Tujuan ............................................................................................................. 3
Manfaat ........................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Wilayah Konservasi ...................................................................................... ... 4
Pengertian Ekowisata ........................................................................................ 4

Wisata dan Konservasi ...................................................................................... 6
Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam............................................................... 7
Willingness To Pay............................................................................................ 9
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ................................................................. 10
Metode Valuasi Kontingen ................................................................................ 12

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Singkat Kebun Binatang Medan ........................................................ .... 14
Kondisi Sosial Masyarakat di Sekitar KBM ................................................... .... 17

METODA PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 18
Metoda Penelitian ............................................................................................. 18
Populasi dan Sampel ......................................................................................... 18
Pengumpulan Data............................................................................................ 19

Universitas Sumatera Utara

Analisa Data ..................................................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesediaan membayar Responden ...................................................................... 22
Tingkat Pendidikan Responden ......................................................................... 23
Tingkat Pendapatan Responden ........................................................................ 25
Tingkat Umur Responden ................................................................................. 27
Jenis Kelamin (Gender) Responden) ................................................................. 29
Tingkat pekerjaan Responden ........................................................................... 30
Pengaruh Pendidikan, Pendapatan, Umur, Jenis kelamin dan
Pekerjaan terhadap WTP ..................................................................................

32

Persentase pemanfaatan Kebun Bianatang Medan .............................................

33

Persentase pemanfaatan jasa lingkungan di sekitar Kebun Binatang ..................

34

Nilai Ekonomi Keberadaan Kebun Binatang .....................................................


35

Pendapat Responden jika keberadaan Kebun Binatang ditiadakan .....................

37

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................................... .. 38
Saran................................................................................................................ .. 38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 39

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal
1. Tahapan Kegiatan penelitian .......................................................................... 19
2. Kesediaan Membayar responden (wilingness to pay) Setiap Bulan ................. 23

3. Tingkat Pendidikan responden ....................................................................... 24
4. Tingkat Pendapatan responden....................................................................... 26
5. Tingkat Umur responden ............................................................................... 28
6. Klasifikasi jenis kelamin responden ............................................................... 29
7. Klasifikasi jenis pekerjaan responden............................................................. 31
8. Persentase ada tidaknya pemanfaatan keberadaan kebun binatang .................. 34
9. Persentase pemanfaatan jasa lingkungan ........................................................ 35
10. Nilai ekonomi keberadaan kebun binatang bagi responden ............................. 36
11. Pendapat responden jika keberadaan kebun binatang ditiadakan ..................... 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Kebun Binatang Medan ................................................................................ 15
2. Kondisi jalur pengunjung di Kebun Binatang Medan ..................................... 16
3. Salah satu fasilitas yang ada di Kebun Binatang Medan ................................. 17
4. Bebagai fasilitas pendukung yang ada di kebun Binatang Medan ................... 17
5. Hubungan pendidikan responden dengan kesediaan membayar

(Willingness to pay) ....................................................................................... 25
6. Hubungan pendapatan responden dengan kesediaan membayar
(Willingness to pay) ....................................................................................... 27
7. Hubungan tingkat umur dengan kesediaan membayar
(Willingness to pay) ...................................................................................... 28
8. Hubungan jenis kelamin dengan kesediaan membayar
(Willingness to pay) ...................................................................................... 30
9. Hubungan jenis pekerjaan dengan kesediaan membayar
(Willingness to pay) ....................................................................................... 32
10. Persentase tingkat pendidikan, pendapatan. Pekerjaan,
Jenis kelamin dan umur terhadap WTP .......................................................... 34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1.

Jumlah uang yang bersedia dibayar oleh responden setiap bulannya….. ......... ..

41

2.

Nilai untuk tiap variabel pada masing-masing responden ............................... ..

42

3. Hasil pengolahan SPSS 13.0 .......................................................................... ..

43

4. Peta kawasan Konservasi Eksitu Kebun Binatang Medan ............................... .

45

5. Kuisioner ....................................................................................................... ..

46

6. Ijin melakukan Penelitian .............................................................................. ..

47

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN
WAIS ALQURNY. Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi Kasus
Kebun Binatang Medan Kecamatan Medan Tuntungan). Dibawah bimbingan Oding
Afandi S. Hut, MP dan Nurdin Sulistiono S. Hut, Msi
Penilaian ekonomi Kebun Binatang Medan dapat dilakukan dengan
menggunakan Contingent Valuation Method (CVM), menggambarkaan pola
permintaan pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan, umur,
pendidikaan,
pekerjaan dan jenis kelamin. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian tentang Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi
Kasus Kebun Binatang Medan). Penelitiaan ini bertujuan untuk Menentukan nilai
ekonomi objek wisata Kebun Binatang Medan berdasarkan Contingent Valuation
Method (CVM) dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan
membayar pengunjung Kebun Binatang Medan.
Penelitian di laksanakan di Kebun Binatang Medan terletak di Jalan Bunga
Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Waktu penelitian
di laksanakan pada bulan Nopember 2007. Obyek penelitian adalah wisatawan
pengunjung Kebun Binatang Medan.
Metoda yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah Metoda Valuasi
Kontingen (MVK) dengan sampel yang berjumlah 45 orang. Berdasarkan hasil
penelitiaan diperoleh bahwa jumlah uang yang bersedia dibayar oleh setiap responden
atau Willingness to Pay (WTP) untuk memperoleh manfaat dari keberadaan Kebun
Binatang Medan rata-rata sebesar Rp. 470.778 setiap tahun serta tingkat pendapatan
dan umur memberikan pengaruh terhadap manfaat keberadaan Kebun Binatang
Medan sedangkan tingkat pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin tidak
berpengaruh..

Kata Kunci: Kebun Binatang Medan, Konservasi Ek-situ, Kesediaan Membayar,
Metoda Valuasi Kontingen

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar belakang
Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang sangat menguntungkan
dari segi finansial bagi instansi pemerintah ataupun masyarakat luas bila
dikembangkan sebagai objek pariwisata. Misalnya, pemandangan alami yang khas di
suatu daerah konservasi dengan flora dan fauna yang langka. Salah satu strategi untuk
menjaga spesies langka dari kepunahan adalah dengan memelihara individu-individu
dalam kondisi terkendali, dibawah pengawasan manusia. Strategi ini dikenal dengan
pelestarian ek-situ (atau di luar habitat). Beberapa fasilitas-fasilitas yang merupakan
konservasi ek-situ untuk pelestarian satwa, antara lain: Kebun Binatang, Peternakan,
Satwa buruan dan Program-program penangkaran.
Objek wisata adalah daerah kawasan wisata yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai tempat rekreasi. Objek wisata pada umumnya memanfaatkan
potensi sumberdaya alam yang sudah ada (alami) maupun hasil perpaduan (buatan).
Kebun Binatang Medan merupakan salah satu objek wisata yang telah dikenal oleh
masyarakat luas. Daerah ini merupakan fasilitas konservasi ek-situ yang banyak
diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat yang datang dari luar kota Medan.
Lokasi Kebun Binatang ini terletak di Kelurahan Simalingkar B, Medan Tuntungan,
sekitar 10 kilometer dari pusat kota ke arah Brastagi. Kebun Binatang Medan
merupakan taman satwa yang artinya tempat atau wadah dengan fungsi utama ek-situ
yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam
rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan
dan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pengembangan Ilmu, Pengetahuan,
dan Teknologi serta untuk sarana rekreasi alam yang sehat.
Diantara kesibukan kota Medan ternyata masih dapat kita temukan tempat
berbagai macam satwa yang sebagian besar biasanya hidup di alam bebas, hal ini
dapat menjadi semacam tolak ukur bagi manusia untuk tetap menjaga keseimbangan
alam dalam melestarikan satwa. Kebun Binatang Medan merupakan bagian
pendidikan yang secara tidak langsung berguna untuk mengenal berbagai macam

Universitas Sumatera Utara

satwa yang ada supaya tertanam sejak dini perasaan mencintai seluruh alam dan
isinya. Namun yang patut mendapat perhatian terhadap pengelolaan Kebun Binatang
Medan sebagai objek kunjungan wisata satwa, secara realitas pengelolaan objek
wisata tersebut belum terlaksana sebagai mana yang diharapkan, begitu pula
kontribusi terhadap peningkatan nilai ekonomi lingkungan dan masyarakat tergolong
masih rendah, hal ini dapat dilihat dari :
1. Lokasi gersang dan tidak nyaman
2. Masih sedikitnya jumlah pengunjung
3. Sarana dan prasarana masih terbatas
4. Penataan lokasi dan pengelolaan masih kurang
5. Manfaat ekonomi yang belum dirasakan secara nyata oleh masyarakat.
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap penurunan minat pengunjung ke lokasi
tersebut. Maka perlu dilakukan upaya untuk lebih meningkatkan pengembangan dan
pengelolaan Kebun Binatang Medan, sehingga daya tarik wisata lebih meningkat.
Seiring dengan adanya pertambahan jumlah penduduk dan pembangunan di
kota Medan telah merubah kondisi fisik dan sosial kota. Hal ini terlihat dari
penggunaan lahan dan kebutuhan akan pariwisata. Obyek wisata Kebun Binatang
Medan mempunyai dua fungsi khusus yaitu ruang terbuka hijau sebagai sarana
rekreasi dan strategi konservasi secara terpadu untuk melindungi satwa terancam
punah. Obyek ini memiliki nilai lingkungan secara ekonomi yang dapat digunakan
sebagai usaha pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan; selain itu harus melayani
konsumen secara optimal. Untuk itu perlu adanya pengembangan dan pengelolaan
yang tepat dari setiap daerah objek wisata. Sebagai langkah awal guna mencapai hal
tersebut perlu adanya pengumpulan data dan informasi tentang nilai ekonomi rekreasi
dari daerah tujuan wisata. Penilaian suatu kawasan objek wisata dapat dilakukan
dengan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM), menggambarkaan pola
permintaan pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan, umur, pendidikaan, tempat
tinggal,

diaplikasikan guna menaksir nilai

ekonomi

sumber daya alam dan

lingkungan objek wisata. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara

penelitian tentang Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Ek-situ (Studi Kasus
Kebun Binatang Medan).

Perumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya nilai
ekonomi dari keberadaan kawasan konservasi ek-situ dan seberapa besar faktor
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin dan umur seseorang mempengaruhi
nilai tersebut.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan nilai ekonomi objek wisata Kebun Binatang Medan berdasarkan
Contingent Valuation Method (CVM).
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan
membayar pengunjung Kebun Binatang Medan.
Manfaat Penelitian
1. Menyediakan data besarnya nilai ekonomi kawasan konservasi ek-situ Kebun
Binatang Medan.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan konservasi ek-situ yang
lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Konservasi
Menurut Undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan
didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa bahwa Wilayah Konservasi
mempunyai fungsi utama yaitu pengembangbiakan dan penyelamatan tumbuhan
serta satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Disamping
mempunyai fungsi utama, wilayah konservasi juga berfungsi sebagai tempat
pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui kegiatan pengelolaan di
dalam habitatnya disebut sebagai konservasi in-situ. Pengelolaan jenis tumbuhan dan
satwa di dalam habitatnya (in-situ) dilakukan dalam bentuk kegiatan: identifikasi,
inventarisasi, pemantauan, pembinaan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis,
pengkajian, penelitian dan pengembangan. Sedangkan pengelolaan jenis tumbuhan
dan satwa di luar habitatnya (ek-situ) dilakukan dalam bentuk kegiatan: pemeliharaan,
pengembangbiakan, pengkajian, penelitian dan pengembangan, rehabilitasi satwa,
penyelamatan jenis. Wilayah Konservasi dapat berbentuk Kebun Binatang, Museum
Zoologi, Taman Satwa Khusus, Pusat Latihan Satwa Khusus, Kebun Botani,
Herbanum dan Taman Tumbuhan Khusus.
Pengertian Ekowisata
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan
terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Yayasan alam
mitra Indonesia membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Istilah
ekowisata banyak digunakan untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru
muncul pada dekade delapan puluhan (Fandeli, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan ekowisata bertumpu pada usahaa pelestarian sumberdaya alam dan
budaya sebagai objek wisata yang dapat dijadikan sumber ekonomi berkelanjutan,
dikelola secara adil dan bijaksana bagi bangsa dan negara. Kecenderungan pariwisata
di dalam dunia mengarah ke ekowisata, wisatawan menghargai alam asli. Wisatawan
ingin mengenal alam, ingin menambah pengalaman dan berkunjung ke hutan asli.
Ekowisata memiliki beberapa pola, yaitu:
1. Ekowisata merupakan salah satu segmen dari wisata alam,

yang

mengutamakan elemen alam sebagai interaksinya. Aset budaya yang ada
dalam kawasan wisata turut dilestarikan.
2. Ekowisata merupakan wisata minat khusus, dan sering merupakan wisata
petualangan di kawasan terpencil, dimanaa keadaan alam masih relatif asli.
3. Ekowisata

berskala

kecil,

dengan

kelompok

wisatawan

kecil

dan

menggunakan resort yang kecil.
4. Di dalam kawasan lindung, perilaku pengunjung terkendali sesuai dengan
peraturan kunjungan. Dampak ekowisata juga kecil, flora tidak dirusak dan
fauna tidak diganggu.
5. Untuk menjaga kelestarian alam, maka perilaku wisatawan terus-menerus
diatur sesuai dengan peraturan yang ada, maka daya dukung kawasan yang
dilintasi wisatawan terus dipantau dan tidak boleh dilampaui.
6. Kawasaan ekowisata membutuhkaan sarana wisata yang dapat memenuhi
kebutuhan wisatawan. Sarana wisata ini hendaklah dibangun dan dikelola
bersama dengan masyarakat lokal dengan menggunakan tukang dari
masyarakat lokal.
7. Untuk suksesnya wisata minat khusus ekowisata, diperlukan pemandu yang
dapat memberikan informasi sehingga wisatawan dapat ikut melestarikan
kawasan. Pemandu dengan interpretasi akaan turut meningkatkan nilai
kepuasan wisatawan.
8. Membuka kawasan lindung untuk keperluan ekowisata, diarahkan bahwa
ekowisata dapat turut memberi tambahan pendapatan pada kawasan lindung,
yang digunakan untuk penyempurnaan pemeliharaan, rehabilitasi,dan

Universitas Sumatera Utara

peningkatan konservasi kawasaan yang bersangkutan (Hadinoto, 1996 dalam
Hakim, 2004) .
Suatu kegiatan wisata dapat dikatakan sebuah kegiatan ekowisata bila
memenuhi beberapa komponen, yaitu :
1. Memberikan kontribusi bagi konservasi biodiversitas;
2. Memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat lokal;
3. Adanya kegiatan belajar
4. Adanya kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh wisatawan
dan industri pariwisata;
5. Dilakukan oleh kelompok-kelompok bisnis sekala kecil;
6. Penggunaan seminimal mungkin sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui; dan
7. Penekanan pada partisipasi, kepemilikan, dan kesempatan berusaha bagi
masyarakat lokal (Hakim,2004).
Wisata Dan Konservasi
Wisata sifatnya dikondisikan untuk mendukung kegiatan konservasi,
defenisinya selalu memfokuskan pada :
1. Wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
2. Memberikan dampak langsung terhadap konservasi kawasan
3. Berperan dalam usaha-usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
4. Mendorong konservasi, pembangunan berkelanjutan dan sebagainya
Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa ide-ide ekowisata berkaitan dengan
wisata yang diharapkan dapat mendukung konservasi lingkungan hidup. Karena
tujuannya adalah menciptakan sebuah kegiatan industri wisata yang mampu
memberikan peran dalam konservasi lingkungan hidup, seringkali ekowisata
dirancang sebagai wisata yang berdampak rendah (Low Inpact Tourism). Untuk
menjawab maksud tersebut, ekowisata dikarakterisasikan dengan adanya beberapa hal
berikut.

Universitas Sumatera Utara

1. Adanya manajemen lokal dalam pengelolaan
2. Adanya produk perjalanan dan wisata yang berkualitas
3. Adanya penghargaan terhadap budaya
4. Pentingnya pelatihan-pelatihan
5. Bergantung dan berhubungan dengan sumberdaya alam dan budaya
6. Adanya integrasi pembangunan dan konservasi.
Di banyak kawasan negara berkembang, pembiyayaan terhadap kawan
konservasi seringkali rendah sehingga fungsi yang dijalankan tidak maksimal.
Penelitian-penelitian untuk menilai sumberdaya kawasan konservasi eksitu dan insitu
jarang dilakukan karena keterbatasan sumber daya. Dalam hal ini, ekowisata dengan
sebuah mekanisme tertentu, harus mapu menyumbangkan aliran dana dari
penyelenggaraannya untuk melakukan konservasi habitat. Tujuan utama, yakni
memelihara integritas fungsi-fungsi ekosistem dari destinasi wisata. Tidak ada
rumusan baku atau mekanisme khusus untuk mengembangkan pola ini. Namun
banyak contoh dapat digunakan sebagai model, bagaimana seharusnya wisata dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi konservasi.(Hakim. L, 2004).
Penilaian Ekonomi Sumber Daya Alam
Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi
manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa
(sumber daya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun
organisasi. Jika nilai sumber daya (ekosistem) hutan, ataupun lebih spesifik barang
dan jasa hutan telah tersedia informasinya, seperti halnya harga berbagai produk yang
ada di pasar, maka pengelolaan hutan dapat memanfaatkannya untuk berbagai
keperluan seperti pengambilan keputusan pengelolaan, perencanaan dan lain-lain
(Bahruni, 1999). Tidak tersedianya informasi nilai (harga) dari produk/jasa hutan
maka diperlukan suatu usaha kreatif untuk menduga nilai sumber daya hutan. Belum
tersedianya informasi nilai (harga) dari hutan disebabkan karena produk barang/jasa
hutan tidak seragam/tidak standar, karena merupakan hasil alam, sehingga sulit dibuat

Universitas Sumatera Utara

harga standar yang berlaku umum. Oleh karena diperlukan suatu usaha untuk
menduga nilai dari sumber daya hutan (Bahruni, 1999). Penilaian ekonomi
merupakan suatu peralatan ekonomi yang menggunakan teknik penilaian sumberdaya
untuk mengestimasi nilai uang dari

barang dan jasa yang diberikan oleh suatu

kawasan. Bahruni (1999) menjelaskan penilaian hutan bukan berusaha untuk
mengadakan nilai yang tidak ada, tetapi suatu upaya bagaimana memunculkan nilai
nilai sesungguhnya yang dimiliki oleh hutan, yang secara nyata dirasakan manfaatnya
oleh individu atau masyarakat, yang oleh berbagai sebab besar nilai tersebut belum
diketahui. Penilaian sumberdaya hutan secara total melalui penilaian hasil hutan baik
yang marketable maupun non-marketable secara lengkap merupakan upaya
peningkatan informasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap manajemen
sumberdaya hutan yang lestari.
Manfaat kawasan hutan terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tidak
langsung, nilai masa depan dan nilai non konsumtif. Nilai guna langsung meliputi
makanan yang dihasilkan dari kawasan, produk laut atau hutan dan manfaat rekreasi.
Manfaat ini sudah dihitung sebagai manfaat ang diperoleh kawasan hutan (seperti
tiket masuk, produk hutan dan non hutan yang dipanen) dan biaya kehilangankehilangan (seperti hilangnya hak atas sumberdaya atau dalam ilmu ekonomi disebut
opportunity cost). Nilai guna tidak langsung terdiri dari manfaat-manfaat fungsional
dari proses ekologi yang secara terus menerus memberikan peranannya kepada
masyarakat dan ekosistem. Sebagai contoh hutan dataran tinggi yang utuh secara
terus menerus memberikan perlindungan pengendalian banjir (Natural Resources
Management Program, 2001).
Berbagai teknik penilaian sumberdaya non marketable berdasarkan Ichwandi
(1996) telah banyak dikembangkan, yang secara umum dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Teknik Berdasarkan Harga Pasar
Merupakan teknik penilaian yang digunakan untuk menilai pengaruh
perubahan kualitas maupun kuantitas dari output, dimana kemudian nilai
output tersebut dinilai secara langsung berdasarkan harga pasar. Sebagai

Universitas Sumatera Utara

contohnya, kerusakan hutan akan menyebabkan meningkatnya erosi yang
mengakibatkan menumpuknya sedimen pada lahan pertanian di daerah
hilirnya, dan akibatnya selanjutnya adalah menurunnya produksi pertanian
sehingga pendapatan para petani menurun pula.
2. Teknik Berdasarkan “Surrogate/Implicit Market Price
Merupakan teknik penilaian yang menggunakan informasi pasar secara tidak
langsung. Ketika “surrogate good” merupakan subsitusi yang semurna bagi
barang/jasa lingkungan. Teknik ini akan menghasilkan informasi penilaian
yang sangat akurat. Tetapi secara umum bahwa tidak ada barang/jasa yang
mempunyai subsitusi secara sempurna, sehingga pendekatan-pendekatan
harus dibuat.
3. Pendekatan Berdasarkan “ Survey” (Survey Base Approach)
Pendekatan ini disebut juga metode pendekatan penilaian menggunakan pasar
yang dibangun hanya berdasarkan hipotetik.
4. Pendekatan Berdasarkan Biaya
Penilaian berdasarakan pendekatan biaya terdiri dari “opportunity cost
approach” dan “ expenditure based approach”.
Kesediaan Membayar (Wilingness To Pay)
Penilaian manfaat hutan maupun peranan (keterkaitan) ekonomi sumberdaya
hutan terhadap sektor ekonomi lainnya dalam pembangunan ekonomi wilayah dan
nasional pada dasarnya ada dua yaitu: metode atas dasar pasar dan metode
pendekatan terhadap pasar atau pendekatan terhadap kesediaan membayar
(willingness to pay/willingness to accept).
Menurut Yakin (1997) definisi dari willingness to pay/willingness to accept
adalah nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau biaya dari kerusakan lingkungan
yang ditentukan oleh semua individu baik secara langsung maupun tidak langsung
yang bisa dinyatakan dalam bentuk uang.
Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar
perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas

Universitas Sumatera Utara

lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufschmid, 1987).
Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu,
kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah ‘bahan mentah’ dalam
penilaian ekonomi. Pearce dan Moran (1994) dalam Hufschmidt (1987) menyatakan
kesediaan membayar dari rumah tangga ke i untuk perubahan dari kondisi lingkungan
awal (Qo) menjadi kondisi lingkungan yang lebih baik (Q1) dapat disajikan dalam
bentuk fungsi, yaitu :
WTPi = f(Q1 – Qo, Pown,i, Psub,i, Si, )
Keterangan :
WTPi

= Kesediaan membayar dari rumah tangga ke i

Pown

= Harga dari penggunaan sumberdaya lingkungan

Psub,i, = Harga subtitusi untuk penggunan sumberdaya Lingkungan
Si,

= Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga ke i
Kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva

permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit yang
dikonsumsi. Kurva permintaan merupakan jadwal keinginan konsumen untuk
membayar jumlah sumberdaya yang dikonsumsi. Total bidang dibawah kurva
permintaan (OREM) menunjukan total utilitas yang diperoleh atas konsumsi suatu
barang atau merupakan ukuran kemauan membayar total, karena jumlah tersebut
adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marginal Q dari 0 sampai M. dengan
menmgurangkan biaya suatu barang bagi konsumen (ONEM), nilai surplus konsumen
ditunjukan sebagai bidang segitiga NRE dan merupakan ukuran kemauan membayar
di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt, 1987).
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pengunjung adalah subyek utama dalam interpretasi lingkungan, sementara
alam yang menjadi obyek dan media untuk program pengenalan lingkungan. Untuk
memahami pengunjung, beberapa prinsip dasar yang harus kita pegang diantaranya,
adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Pengunjung datang ingin bersenang-senang
2. Pengunjung

mempunyai

karakteristik/sifat/ciri

yang

berbeda-beda

berdasarkan latar belakang masing-masing
3. Tiap-tiap pengunjung mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda
Pengunjung pada umumnya bervariasi, sehingga untuk memahami pengun jung,
perlu dilakukan pengelompokan terhadap pengunjung untuk mengetahui ciri dan
kebutuhannya. Pengelompokan ini dapat dilakukan berdasarkan umur maupn kondisi
fisik. Anak-anak termasuk remaja memiliki sifat ingin tahu yang besar, mampu
memahami logika sederhana tapi pengalaman langsung masih penting (Rahayu dan
Hermawan, 2001).
Sinaga (2003) dalam Marnaek (2005) menggolongkan tingkat umur seseorang
dari golongan sangat muda sampai dengan golongan sangat tua. Golongan umur
tersebut dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:
1. Golongan sangat muda berusia kurang dari 20 tahun
2. Golongan berusia muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun
3. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun
4. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun
5. Golongan sangat tua berusia lebih dari 50 tahun
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) dalam Marnaek (2005) bahwa
secara teoritis pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia.
Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama
dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru sekaligus dapat
berpikir secara ilmiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan seseorang dalam
masyarakat memilih fakta yang berkenaan dengannya serta menjadi pendorong
pelaksanaan perubahan terhadapnya.
Menurut Sukirno (1985) dalam Marnaek (2005) bahwa besar kecilnya
pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup.
Bagi masyarakat yang tidak mampu ada kalanya kemampuan untuk membiayai
kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan untuk mempertahankan
kehidupannya. Jika hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan terjadinya kemerosotan

Universitas Sumatera Utara

moral yang pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya perilaku menyimpang.
Hal ini yang menjadi titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan
pemenuhan kebutuhan ekonomi. Selanjutnya Yusnawati (2003) dalam Marnaek
(2005) membagi tingkat pendapatan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu:
1. Golongan berpenghasilan rendah sebesar Rp.0,- sampai dengan Rp.400.000,2. Golongan berpenghasilan sedang sebesar Rp.401.000,- sampai dengan
Rp.800.000,3. Golongan berpenghasilan tinggi sebesar Rp.801.000,- sampai dengan
Rp.1.200.000,4. Golongan berpenghasilan sangat tinggi dengan pendapatan lebih dari
Rp1.200.000,Hipotesis pendapatan permanen menyatakan bahwa orang lebih menyukai
memiliki pola konsumsi yang relatif stabil untuk tingkat pendapatan yang berbedabeda. Pada umumnya orang-orang yang memiliki pendapatan tidak stabil memilih
pola pengeluaran mengikuti pendapatan permanen. Hal ini berarti tidak seluruh
pendapatan yang ia terima merupakan dasar bagi penentuan tingkat konsumsi yang
dilakukan, tetapi lebih berdasarkan tingkat pendapatannya tersebut akan permanen
(Kelana, 1996).
Metode Valuasi Kontingensi
Nilai pilihan seperti nilai flora dan fauna yang saat ini belum dimanfaatkan
yang secara potensial di masa yang akan datang dapat bermanfaat dan nilai
keberadaan dari flora dan satwa langka serta nilai sosial budaya dari sumberdaya
hutan dilakukan penilaiannya dengan metode kontingen (Contingent Valuation
Method). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden
(menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan membayar (willingness
to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept) kepada atau oleh pihak lain
sebagai kompensasi telah memelihara keadaan hutan sehingga nilai pilihan atau nilai
keberadaan hutan tersebut tetap terpelihara (Bahruni, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Yakin (1997) Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode
teknik survei untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka
berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan.
Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi
yang besar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian
diasumsikan

bahwa

orang

tersebut

mempunyai

kemampuan

untuk

mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika
suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang
akan datang.

Universitas Sumatera Utara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat Kebun Binatang Medan.
Kebun Binatang Medan adalah sebuah kebun binatang yang lokasinya terletak
di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan,
sekitar 10 kilometer dari pusat kota ke arah Brastagi. Kebun binatang yang saat ini
merupakan kebun binatang dengan luasan 30 hektar diresmikan Walikota Medan,
Abdillah, pada 14 April 2005. Sebelumnya Kebun Binatang Medan terletak di Jl.
Brigjen Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Medan Maimun.
Kebun binatang ini cukup diminati warga. Sekitar ±1.000 orang mengunjungi
kebun binatang seluas 30 hektar ini setiap akhir minggunya. Pada hari-hari libur,
jumlah pengunjung diperkirakan berjumlah 150 orang (www.wilkipedia.org, 2007).

Gambar 1. Kebun Binatang Medan
Kebun Binatang Medan berada di bawah naungan Pemko Medan yang dana
pengelolaannya berasal dari PD Pembangunan Kota Medan. Di sana terdapat aneka
hewan semisal rusa sambar, rusa jawa, rusa totol, harimau sumatera, singa afrika,
beruang, kera, siamang, ayam hutan orangutan, tapir, buaya, aneka burung, dan
banyak hewan lainnya. Jumlah satwa kini telah mengalami penambahan. Ini berkat
program pengembangbiakan bagi hewan-hewan langka yang dilindungi seperti
harimau sumatera dan jenis primata. Untuk harimau sumatera, kini jumlahnya sudah

Universitas Sumatera Utara

mencapai 5 ekor dan sedang dalam proses pengawinan. Kebun Binatang ini
sebenarnya masih dalam tahap pembenahan. Masih banyak tahapan pembangunan
fasilitas lainnya yang sedang direncanakan untuk melengkapi Kebun Binatang Medan
ini. Penataannya pun belum begitu maksimal, masih banyak kekurangan yang harus
disempurnakan lagi demi menarik minat pengunjung.
Jalur pengunjung di Kebun Binatang Medan ini dibuat mendekati situasi
alamiah. Pengunjung harus melewati jajaran jalan kecil yang sengaja dibuat untuk
bisa berkeliling meninjau setiap kandang hewan yang ada. Namun, jika dilalui dengan
berjalan kaki, cukup memakan waktu. Namun pada setiap jarak tertentu akan
disajikan pemandangan alam dan bisa sambil mengamati koleksi satwa yang ada.

Gambar 2. Kondisi Jalur Pengunjung di Kebun Binatang Medan
Bagi yang tidak ingin lelah dan kepanasan, bisa juga menggunakan jasa sado.
Ada 4 kereta berkuda yang disediakan pengelola. Dengan membayar tiket sado sesuai
tarif, pengunjung akan diantar berkeliling kebun binatang.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Salah satu Fasilitas Tranportasi di Kebun Binatang Medan
Berbagai fasilitas pendukung yang dapat dinikmati para pengunjung Kebun
Binatang Medan, seperti lahan parkir yang luas, toilet, kantin,warung, ayunan, tempat
peristirahatan, fasilitas ini terdapat di dalam areal kebun binatang.

Gambar 4. Berbagai Fasilitas Pendukung yang ada di Kebun Binatang
Medan
Masih banyak lagi sarana dan prasarana pendukung lainnya yang masih
kurang, perlu di lengkapi dan ditingkatkan. Kekurangan tersebut di antaranya jumlah
koleksi binatang yang masih sedikit dibanding kebun binatang lainnya. Misalnya

Universitas Sumatera Utara

gajah, di sini hanya ada satu ekor saja, padahal pengunjung sangat tertarik dan senang
sekali melihat gajah. Untuk ular, hanya ada 2 jenis yakni phyton dan ular sawah.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kebun Binatang Medan
Sebagian besar masyarakat di sekitar Kebun Binatang Medan merupakan etnis
Batak yang sudah sejak dahulu menghuni lokasi ini, walaupun ada beberapa
diantaranya yang beretnis Jawa, Karo, dan Mandailing. Pada mulanya mereka
memiliki mata pencaharian sebagai petani (berladang), namun karena adanya
pengembangan lokasi memberikan peluang kepada masyarakat sekitar Kebun
Binatang Medan menjadi pedagang. Berkurangnya jumlah masyarakat yang
berladang disebabkan adanya ketersediaan lahan yang semakin berkurang di lokasi
tersebut, selain itu kecilnya pendapatan mengakibatkan masyarakat mencari sumber
penghasilan lain.
Keberadaan Kebun Binatang Medan menjadikan wilayah ini dikenal oleh
masyarakat luas termasuk masyarakat di luar kawasan Medan. Banyaknya pendatang
baru mengakibatkan wilayah ini semakin berkembang. Kebun Binatang akan
menghasilkan devisa yang cukup besar bagi negara apabila dikelola secara baik dan
benar. Sebagai salah satu objek wisata yang memiliki potensi cukup besar, kawasan
ini dapat dijadikan sebagai pilihan sarana rekreasi di hari libur.

Universitas Sumatera Utara

METODA PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan di Kebun Binatang Medan yang terletak di Jalan
Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Waktu
penelitian

di laksanakan pada bulan Nopember 2007. Obyek penelitian adalah

wisatawan pengunjung Kebun Binatang Medan.
Metoda Penelitian
Penelitian menggunakan Metoda Valuasi Kontingen (MVK). Menurut Field
and Martha (2002) langkah-langkah dalam MVK, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakter kualitas lingkungan yang
akan digunakan.
2. Mengidentifikasi responden untuk menentukan prosedur sampling yang
digunakan untuk pemilihan responden.
3. Mendesain dan mengaplikasikan kuisioner.
4. Manganalisis hasil.
Metoda wawancara yang digunakan adalah Metode Pertanyaan Terbuka
(MPT). MPT dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa
jumlah maksimum yang ingin dibayar terhadap perubahan lingkungan. Kelebihan
metoda ini adalah responden tidak perlu diberikan petunjuk yang bisa mempengaruhi
nilai yang diberikan terhadap perubahan lingkungan. Kekurangan dari metoda ini
adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan, terkadang terlalu rendah dan kadang
terlalu tinggi.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada konsumen yang menikmati
langsung (pengunjung) yang berkunjung ke Kebun Binatang yang berada di
Kecamatan Tuntungan, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Sampel
Penarikan sampel atau wakil populasi dilakukan dengan cara Quota (quota
sampling), dimana pengambilan sampel dari suatu populasi penelitian dengan cara
menentukan sejumlah angota sampel secara quantum atau jatah (Subana dkk, 2000).
Langkah-langkah pengambilan sampel adalah menetapkan besarnya jumlah sampel
yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah atau banyaknya jatah, maka jatah
itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 45 orang (responden) karna masih bisa
mewakili karakteristik populasi. Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel
distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan
secara kebetulan saja . Berbagai alasan mengapa peneliti tidak melakukan sensus
antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak
mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber
daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen
penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih
reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya
maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga
banyak terjadi kekeliruan. (d) demikian pula jika elemen populasi homogen,
penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal.
Penarikan sampel dengan menggunakan cara Quota adalah disebabkan karena adanya
responden yang tersebar sehingga perlu adanya penjatahan dalam pengambilan
sampel.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan hasil observasi dan wawancara yang mendalam (deep interview) terhadap
responden terpilih dari desa yang menjadi lokasi penelitian. Data primer meliputi:
1. Identitas dan karakteristik responden (Nama, umur, pendidikan, jenis kelamin.)
2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga responden (pendapatan, mata pencaharian,
dan lain-lain).

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pencatatan
terhadap data yang sudah tersedia di instansi seperti: kondisi umum lokasi penelitian
letak, luas, aksesabilitas, sarana prasarana, jumlah pengunjung, peta lokasi.
Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya jumlah uang yang bersedia dibayar oleh
seseorang adalah dengan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM).
Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar perbaikan
atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas
lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufschmidt, 1987).
Menurut Pearce dan Moran (1994) dalam Hufschmidt (1987) kesediaan membayar
atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan
kesediaan menerima adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi yang dapat
disajikan dalam persamaan :

WTP = F{G,A,E,O,I}

Dimana :
WTP

= (Kesediaan membayar /thn)

G

= Gender (jenis kelamin)

A

= Age group (umur)

E

= Level of education (tingkat pendidikan)

O

= Occupation (pekerjaan)

I

= Monthly income (pendapatan/bln)

Menurut Subana dkk (2000) metode yang digunakan untuk melihat pengaruh
dari dua atau tiga (dan atau lebih) variabel independen terhadap satu variabel
dependen

digunakan

persamaan

umum

regresi

sebagai

berikut:

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + ….. + akXk

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
Y

= Kesediaan Membayar Pengunjung (Rp/thn)

X1

= Pendidikan

X2

= Pendapatan (perbulan)

X3

= Umur (tahun)

X5

= Jenis kelamin

X6

= Jenis pekerjaan
Pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan dan umur terhadap jumlah uang

yang bersedia dibayar oleh pengguna langsung yang dalam hal ini adalah pengunjung
(responden) yang terdapat pada persamaan diatas bertujuan untuk memastikan apakah
variabel independen secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan hipotesa yang berupa:
HO : Faktor Pendidikan, pendapatan, umur, jenis kelamin dan pekerjaan tidak
mempunyai hubungan yang nyata dengan kesediaan membayar.
HI

: Faktor Pendidikan, pendapatan, umur, jenis kelamin dan pekerjaan
mempunyai hubungan yang nyata dengan kesediaan membayar.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesediaan Membayar Responden
Keberadaan Kebun Binatang Medan memberikan manfaat yang cukup berarti
bagi masyarakat baik disekitar maupun di luar lokasi kebun binatang. Dari hasil
kuisioner yang dilakukan terhadap pengunjung Kebun Binatang Medan diperoleh
hasil bahwa manfaat yang paling utama dari Kebun Binatang Medan adalah sebagai
sarana rekreasi bagi keluarga khususnya di waktu hari libur. Selain itu kebun binatang
juga memiliki manfaat sebagai tempat perlindungan dan pelestarian berbagai jenis
satwa. Adanya pemanfaatan kebun binatang mengharuskan seseorang untuk
membayar jasa pemanfaatan tersebut dalam bentuk uang. Menurut Reksohadiprodjo
(2000) bahwa permintaan terhadap barang dan jasa publik merupakan jumlah vertikal
kesediaan membayar setiap orang, dimana setiap orang dapat mengkonsumsi dalam
jumlah yang sama namun masing-masing berbeda kesediaannya dalam membayar.
Jumlah uang yang bersedia dibayar oleh seseorang (Willingness to Pay) setiap
tahunnya untuk memperoleh manfaat dari keberadaan Kebun Binatang Medan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, frekuensi jumlah pengunjung yang terbesar adalah
mereka yang bersedia membayar manfaat keberadaan Kebun Binatang Medan dalam
jumlah Rp.600.000/tahun, dengan persentase sebesar 15,55 %. Hal ini berarti
kebanyakan responden menyatakan bahwa mereka bersedia membayar sebesar
Rp.600.000/tahun, responden yang bersedia membayar dalam jumlah demikian
menyebar merata

yakni mereka yang pekerjaannya pedagang, pegawai negeri

maupun pegawai swasta. Hanya satu orang responden yang bersedia membayar
dalam jumlah yang terbesar yakni sebesar Rp.960.000/tahun.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kesediaan Membayar Responden (Wilingness to Pay) Setiap Tahun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

WTP (Rp/thn)

Frekuensi
(f)

Persentase
(%)

3
4
3
1
1
3
1
3
4
3
1
3
2
7
2
2
1
4
1

6.66
8.88
2.22
2.22
2.22
2.22
2.22
6.66
8.88
6.66
2.22
6.66
4.44
15.55
4.44
4.44
2.22
8.88
2.22

100000
120000
125000
180000
200000
240000
280000
300000
360000
420000
450000
480000
550000
600000
660000
720000
780000
840000
960000
TOTAL

X (WTP,f)
300000
480000
375000
180000
200000
720000
280000
900000
1440000
1260000
450000
1440000
1100000
4200000
1320000
1440000
780000
3360000
960000
21185000

Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan masyarakat dalam suatu kawasan dapat mempengaruhi
sikap dan pola pikir masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan Van Den Ban &
Hawkins (1999) dalam Marnaek (2005) dimana bahwa secara teoritis pendidikan
dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia. Dari hasil kuisioner (Lampiran
5), distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat bahwa sebagian besar dari responden
berpendidikan SLTA yaitu sebesar 44,4 %. Responden yang berpendidikan sarjana
juga cukup m