Analisis Penghuni Perumahan Di Sebelah Utara Dan Selatan Kota Medan ( Studi Kasus : Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Tuntungan )”.

(1)

ANALISIS PENGHUNI PERUMAHAN DI SEBELAH UTARA

DAN SELATAN KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kec. Medan Marelan dan Kec. Medan Tuntungan)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menempuh ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

Natan P. Sinaga 03 0404 034

DOSEN PEMBIMBING:

Ir. Jeluddin Daud, M.Eng Nip. 19511103 19800 1 002

SUB JURUSAN TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009/2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul : “Analisis Penghuni Perumahan Di Sebelah Utara Dan

Selatan Kota Medan ( Studi Kasus : Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Tuntungan )”.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan, masukan, serta bimbingan sehingga Tugas Akhir ini selesai dengan baik.

2. Bapak Prof. DR. Ing. Johannnes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak – bapak penguji yang telah memberi masukan dan waktu dalam penyelesaian Tugas Akhir saya ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.


(3)

6. Khususnya buat Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan moril maupun materil untuk semua yang terbaik bagi penulis dengan segala kesabaran jiwa, serta memberikan dorongan dan doa, semoga mendapatkan berkat yang melimpah dari Tuhan.

7. Kakak dan adik saya yang tercinta, kak Sunita, kak Hanna, kak Lani , adik saya ibo dan bang Berman, bang Sianturi, dek Ruhut yang selalu memperhatikan saya dalam perkuliahan.

8. Buat Mbak Ayu yang banyak memberi masukan dalam pengerjaan tugas akhir saya.

9. Seluruh teman – temanku stambuk ’03, serta adik – adik kelasku stambuk 06, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Dengan rendah hati penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan referensi yang dimiliki.

Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar kiranya kelak tulisan ini lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009 Penulis

Natan P. Sinaga


(4)

ABSTRAK

Medan sebagai kota yang perkembangan penduduknya cukup pesat mempunyai hubungan yang kuat dengan wilayah sekelilingnya. Kebijaksanaan pembangunan kawasan perumahan tertata di wilayah pinggiran adalah merupakan suatu usaha mengalihkan penduduk Kota Medan ke wilayah pinggiran. Sehubungan dengan lokasi perumahan tertata tersebut dilakukan penelitian tentang perkembangan perumahan di sebelah Utara dan Selatan Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Medan Tuntungan yang juga merupakan wilayah pinggiran Kota Medan.

Kecamatan Medan Marelan terdapat 5 kelurahan dengan total 11 perumahan tertata dengan jumlah rumah 1840 unit dan total penghuni perumahan 1243 KK, dari hasil penarikan Simple Random Sampling total sampel yang diambil 89 KK sedangkan untuk kecamatan Medan Tuntungan terdapat 9 kelurahan dengan total 8 perumahan tertata dengan jumlah rumah 1196 unit dan memiliki penghuni perumahan 807 KK sedangkan sampel yang diambil sebanyak 86 KK. Untuk memperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi penduduk untuk memilih tinggal dan bermukim dilakukan penyebaran quisioner ke setiap rumah dengan wawancara.

Dari hasil penelitian analisa deskriptif dan T test dengan SPSS dapat dilihat faktor yang mempengaruhi perkembangan perumahan yaitu perbedaan pandangan untuk memilih hunian yang dilihat dari kelengkapan fasilitas hunian tersebut, untuk kondisi lingkungan di kedua kecamatan yang berbeda juga menimbulkan perbedaan kenyamanan pada penghuni perumahan, dan untuk lokasi perumahan penduduk di kecamatan Medan Tuntungan lebih memilih bermukim jauh dari tempat bekerja. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa adanya perbedaan pandangan penghuni perumahanyang dilihat dari pemilihan hunian, kenyamanan kondisi hunian, dan pemilihan lokasi hunian yang sesuai dengan pendapatan dan harga rumah yang sesuai dengan penghuni perumahantersebut.

Untuk itu diharapkan kerjasama antara pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan pemukiman dan perumahan yang disertai dengan fasilitas perkotaan yang memadai serta pertimbangan letaknya agar tidak mengubah tatanan kota yang telah direncanakan pemerintah.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Permasalahan ... 5

1.4 Pembatasan Masalah ... 6

1.5 Metodologi Penelitian ... 7

1.6 Metode Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penghuni Perumahan ... 9

II.2 Gambaran Umum Kota ... 13

II.2.1 Penataan Ruang Kota ... 15

II.2.2 Peranan Pemukiman ... 16

II.3 Kawasan Perumahan ... 17

II.3.1 Lokasi Daerah Perumahan ... 18

II.3.2 Pengaturan Daerah Perumahan ... 19 II.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pemba-


(6)

ngunan Perumahan dan Permukiman ... 21

II.3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengadaan Rumah di Indonesia ... 23

II.3.5 Kebutuhan dan Ketersediaan Perumahan .... 25

II.3.6 Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan Infrastruktur Perkotaan ... 26

II.4 Tata Guna Tanah Kawasan Perumahan ... 26

II.4.1 Faktor Tata Guna Lahan ... 27

II.4.2 Konsep Struktur Tata Guna Lahan ... 30

II.4.3 Kawasan Perumahan Tertata untuk Real Estate ... 30

II.4.3.1 Permasalahan Perumahan Tertata Di Indonesia ... 31

II.4.3.2 Kebijaksanaan Dalam Pengembangan Daerah Perkotaan ... 35

II.4.3.3 Perkembangan Real Estate Dalam Penyediaan Sarana Perumahan ... 36

II.4.3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Per- kembangan Real Estate di Indonesia... 39

II.5 Hubungan Permukiman dan Perumahan dengan Masalah Transportasi ... 41


(7)

BAB 3 DESKRIPSI WILAYAH STUDI

III.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 43

III.1.1 Topografi ... 43

III.1.2 Sosial Buday ... 44

III.2 Kondisi Wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 47

III.2.1 Kependudukan ... 48

III.2.2 Ketenagakerjaan ... 49

III.2.3 Sebaran Permukiman ... 50

III..3 Kondisi Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan ... 54

III.3.1 Kependudukan ... 54

III.3.2 Ketenagakerjaan ... 55

III.3.3 Sebaran Permukiman ... 56

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1 Tinjauan Umum ... 59

IV.2 Pembuatan Daftar Quesioner ... 60

IV.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 61

IV.4 Penentuan Jumlah Sampel ... 61

IV.5 Pemilihan Lokasi Sampel ... 66

IV.5.1 Kecamatan Medan Marelan ... 66

IV.5.2 Kecamatan Medan Tuntungan ... 68

IV.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 70

IV.6.1 Waktu Pengambilan Sampel ... 70

IV.6.2 Ruang Lingkup Sampel ... 71


(8)

IV.6.4 Langkah-Langkah Mewawancarai ... 72

BAB V ANALISA DATA V.1 Penyusunan Data ... 73

V.2 Metode Analisa Data ... 73

V.2.1 Analisis Deskriftif ... 74

V.2.1.1 Karakteristik Penghuni ... 74

V.2.2 Analisis Statistik Uji T ... 76

V.2.2.1 Karakteristik Hunian ... 77

V.2.2.1.1 Kesimpulan Dari Hasil Analisis Diatas Menurut Variabel Karakteristik Hunian ... 77

V.2.1.1 Karakteristik Lingkungan Fisik ... 78

V.2.2.1.1 Kesimpulan Dari Hasil Analisis Diatas Menurut Variabel Karakteristik Lingkungan Fisik... 78

V.2.1.1 Karakteristik Pelayanan ... 81

V.2.2.1.1 Kesimpulan Dari Hasil Analisis Diatas Menurut Variabel Karakteristik Pelayanan ... 82


(9)

V.2.2.1.1 Kesimpulan Dari Hasil Analisis Diatas Menurut Variabel Karakteristik

Pelayanan ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan ... 86

VI.1.1 Karakteristik Penghuni ... 86

VI.1.2 Kecenderungan Penghuni Perumahan di Dalam MemilihPerumahan ... 87

VI.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... x


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Jumlah Rumah yang Harus Disediakan Oleh ………

Perumnas dan REI pada Tahun 1996-2010………. 26

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Medan ……….…….………… 44

Tabel 3.2 Luas Kota Medan Menurut Kecamatan……….…………. 46

Tabel 3.3 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Marelan……….. 48

Tabel 3.4 Data Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan ………. Medan Marelan ……… 49

Tabel 3.5 Kepadatan Perumahan di Kecamatan Medan Marelan………… 51

Tabel 3.6 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Tuntungan…….. 54

Tabel 3.7 Data Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan ………. Medan Tuntungan……… 55

Tabel 3.8 Kepadatan Perumahan di Kecamatan Medan Tuntungan……… 56

Tabel 5.1 Tabulasi Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Penghasilan, ………. Dan Status Kepemilikan Rumah……… 74

Tabel 5.2 Tabulasi Harga Rumah……… 75

Tabel 5.3 Hasil Uji T Untuk Karakteristik Hunian………. 77

Tabel 5.4 Hasil Uji T Untuk Karakteristik Lingkungan Fisik………. 78

Tabel 5.5 Hasil Uji T Untuk Karakteristik Pelayanan……… 81


(11)

ABSTRAK

Medan sebagai kota yang perkembangan penduduknya cukup pesat mempunyai hubungan yang kuat dengan wilayah sekelilingnya. Kebijaksanaan pembangunan kawasan perumahan tertata di wilayah pinggiran adalah merupakan suatu usaha mengalihkan penduduk Kota Medan ke wilayah pinggiran. Sehubungan dengan lokasi perumahan tertata tersebut dilakukan penelitian tentang perkembangan perumahan di sebelah Utara dan Selatan Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Medan Tuntungan yang juga merupakan wilayah pinggiran Kota Medan.

Kecamatan Medan Marelan terdapat 5 kelurahan dengan total 11 perumahan tertata dengan jumlah rumah 1840 unit dan total penghuni perumahan 1243 KK, dari hasil penarikan Simple Random Sampling total sampel yang diambil 89 KK sedangkan untuk kecamatan Medan Tuntungan terdapat 9 kelurahan dengan total 8 perumahan tertata dengan jumlah rumah 1196 unit dan memiliki penghuni perumahan 807 KK sedangkan sampel yang diambil sebanyak 86 KK. Untuk memperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi penduduk untuk memilih tinggal dan bermukim dilakukan penyebaran quisioner ke setiap rumah dengan wawancara.

Dari hasil penelitian analisa deskriptif dan T test dengan SPSS dapat dilihat faktor yang mempengaruhi perkembangan perumahan yaitu perbedaan pandangan untuk memilih hunian yang dilihat dari kelengkapan fasilitas hunian tersebut, untuk kondisi lingkungan di kedua kecamatan yang berbeda juga menimbulkan perbedaan kenyamanan pada penghuni perumahan, dan untuk lokasi perumahan penduduk di kecamatan Medan Tuntungan lebih memilih bermukim jauh dari tempat bekerja. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa adanya perbedaan pandangan penghuni perumahanyang dilihat dari pemilihan hunian, kenyamanan kondisi hunian, dan pemilihan lokasi hunian yang sesuai dengan pendapatan dan harga rumah yang sesuai dengan penghuni perumahantersebut.

Untuk itu diharapkan kerjasama antara pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan pemukiman dan perumahan yang disertai dengan fasilitas perkotaan yang memadai serta pertimbangan letaknya agar tidak mengubah tatanan kota yang telah direncanakan pemerintah.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi mirip dengan negara berkembang lainnya. Dengan melihat kecenderungan tersebut, pertumbuhan kota di indonesia akan makin tinggi pula, sehingga permintaaan akan tempat tinggal yang layak akan semakin besar. Pembangunan tempat tinggal berupa perumahan dan pemukiman beserta sarana dan prasarana perlu mendapatkan perhatian, mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (Suparno Sastra M. dan Endy Marlina).

Sejak zaman dahulu rumah telah menjadi kebutuhan utama karena merupakan tempat perlindungan dari hujan, matahari ,dan makluk lainnya. Pada zaman sekarang fungsi perumahan malahan lebih luas lagi yaitu, menjadi tempat untuk membina kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status (Budi D Sinulingga). Pembangunan tempat tinggal atau pemukiman yang khususnya di wilayah perkotaan adalah pembangunan tempat tinggal untuk segala lapisan masyarakat, apakah itu lapisan atas, menengah, dan bawah karena semuanya mempunyai hak dan membutuhkan rumah. Oleh karena kondisi ekonomi dari tiap masyarakat berbeda, maka pembangunan pemukiman atau tempat tinggal juga berbeda.


(13)

Kesenjangan dalam suatu pemukiman bisa muncul karena terjadinya perubahan kearah yang tidak menguntungkan pada tempat tinggal. Sebagai contoh, munculnya rumah-rumah di lingkungan yang sebenarnya dimaksudkan sebagai wilayah tangkapan air hujan akan mengakibatkan terjadinya banjir. Menurut Friedman (Robinson Tarigan) perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan social dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Oleh karena itu pertimbangan berbagai faktor dan dampak lingkungan dalam pengembangan suatu hunian mutlak diperlukan agar diterima masyarakat.

Sehingga pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan pemukiman mengeluarkan Undang-undang 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman yang menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dana sarana lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian lingkungan di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan dan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan tentang perencananan, pemanfaatan, pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung linkungan.

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki permasalahan pemukiman dan perumahan


(14)

seperti kota-kota besar lainnya. Kota Medan sebagai kota inti secara fungsional mempunyai hubungan yang kuat dengan wilayah sekelilingnya.

Perkembangan penduduk perkotaan di Indonesia yang begitu pesat khususnya kondisi di kota Medan sehingga harus dilakukan pengembangan wilayah perkotaan yaitu kawasan perumahan di wilayah pinggiran. Kebijakan pembangunan kawasan perumahan di wilayah pinggiran merupakan suatu usaha untuk mengalihkan penduduk kota medan ke kota-kota kecil di wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Hal ini di dukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang menjangkau semua lokasi.

Kota Medan sebagai kota metropolitan memiliki 21 kecamatan. Di bagian utara kota Medan terdapat Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Deli. Dan disebelah selatan kota Medan terdapat Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Amplas.

Untuk Kecamatan Medan Marelan yang merupakan wilayah sebelah utara Kota Medan memiliki luas wilayah 44,47 Km2 dengan jumlah penduduk 117.463 jiwa (Sumber : BPS Kota Medan 2007). Adapun Kecamatan Medan Marelan di bagian utaranya berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Medan Marelan memiliki 5 kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kelurahan Rengas Pulau, Kelurahan Terjun, Kelurahan Paya Pasir dan Kelurahan Labuhan Deli.


(15)

Sedangkan Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah sebelah selatan Kota Medan. Kecamatan Medan Tuntungan memiliki luas wilayah 20.680 Km2 dengan jumlah penduduk 68.887 jiwa (Sumber : BPS Kota Medan 2007). Adapun Kecamatan Medan Tuntungan di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Medan Tuntungan teriri dari 9 kelurahan yaitu Kelurahan Namo Gajah, Kelurahan Simpang Selayang, Kelurahan Mangga, Kelurahan Sida Mulyo, Kelurahan Lau Cih, Kelurahan Tanjung Selamat, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kelurahan Kemenangan Tani, Kelurahan Simalingkar B. Di Kecamatan Medan Tuntungan ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang perumahan.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui perkembangan perumahan, penelitian ini juga untuk mengetahui kondisi lingkungan perumahan agar menjadi suatu suatu perumahan yang lebih baik, tertib dan teratur dilihat dari segi letak bangunan, letak jaringan jalan dan kondisi drainase yang bagus yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan dan Kecamatan Medan Marelan.

Diharapkan juga agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi dinas tata kota Medan kearah yang lebih


(16)

baik dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang terdapat dikawasan perumahan. Berguna sebagai informasi dalam pengembangan perencanaan kota, wilayah, dan kependudukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui karakteristik penghuni perumahan di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Tuntungan.

b. Untuk mengetahui kecenderungan penghuni perumahan memilih bermukim di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3 Permasalahan

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah melihat daerah persebaran perumahan. Oleh karena itu, melalui penelitian ini juga akan dicoba untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan perkembangan perumahan yang antara lain :

 Faktor yang mengakibatkan perkembangan perumahan.

 Faktor yang menimbulkan investasi terhadap pembangunan perumahan.

 Lokasi perumahan yang menguntungkan bagi penghuni perumahan, dalam segi transportasi.

 Sarana dan prasarana pemukiman di kawasan pinggiran kota Medan. Pemukiman yang terdiri dari rumah dan lingkungannya sebagai tempat hunian merupakan titik awal pergerakan manusia dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari . Tingginya keinginan penduduk untuk memilih


(17)

bermukim di pinggiran kota Medan tentu saja tidak terlepas dari pembangunan yang diarahkan ke wilayah sekelilingnya.

1.4 Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan faktor- faktor yang mempengaruhi karakteristik perkembangan perumahan maka diperlukan penelitian.

Ruang lingkup wilayah penelitian meliputi :

 Penelitian hanya dilakukan di kawasan perumahan yang terdapat di kecamatan Medan Marelan dan Medan Tuntungan.

 Pengaruh sarana dan prasarana yang terdapat di perumahan yang terletak di kecamatan Medan Marelan dan Medan Tuntungan.

 Lokasi, harga dan kondisi pemukiman adalah kualitas perumahan yang dijadikan pertimbangan untuk menentukan perumahan yang sesuai dengan kebutuhan.

 Perkembangan perumahan ditinjau dari luas dan banyaknya perumahan.

I.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan ruang lingkup :

a. Studi Literatur

Yang bertujuan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan keinginan membangun, bermukim dan perkembangan perumahan.


(18)

b. Pengumpulan data sekunder

Sebelum dilakukan survey pada lokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data kawasan perumahan di kecamatan Medan Marelan dan Medan Tuntungan beserta sarana dan prasarananya. Data ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Tata Kota Medan dan intansi-instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Pengumpulan data primer

Data ini diperoleh dengan mengadakan survey langsung terhadap wilayah yang ditinjau dengan menyebarkan quisioner secara random. d. Analisa data

Dari pengumpulan data yang diperoleh, analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif dan metode analisis dengan memaparkan hasil pengolahan data yang telah ditabulasi.

I.6 Metode Penulisan

Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut: a. BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dibuat, permasalahannya beserta pembatasan masalah, maksud dan tujuan. b. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang kerangka teori penelitian serta penjelasan istilah-istilah yang tertera pada judul penelitian ini.


(19)

Berisikan tentang wilayah penelitian yang masih dalam ruang lingkup pembahasan.

d. BAB IV. METODE PENULISAN

Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini e. BAB V. ANALISA DATA

Berisikan tentang analisa data

f. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perkembangan Perumahan

Adapun perkembangan perumahan merupakan pertumbuhan pembangunan perumahan sebagai salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia dan adanya kecenderungan manusia baik swasta (developer) maupun pemerintah untuk membangun perumahan serta kecenderungan seseorang untuk bermukim, yang dipengaruhi oleh bebagai hal seperti kondisi perumahan, sarana transportasi, tempat bekerja dan sarana prasarana yang ada untuk mendapatkan kenyamanan. Untuk mempertahankan tingkat kenyamanan terhadap pelayanan perumahan, maka rumah tangga tersebut akan mengkonsumsi pelayanan perumahan lebih besar atau tanah lebih luas. Selanjutnya pertambahan unit bangunan dan luas tanah tentu saja mempunyai batas tertentu, sehingga peningkatan konsumsi pelayanan perumahan dapat juga diartikan sebagai kenaikan kualitas rumah dan kondisi lingkungan yang lebih menyenangkan.

Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, perumahan merupakan suatu jenis pemukiman, karena pemukiman adalah tempat tinggal penduduk dan tempat melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Pemukiman menyangkut kebutuhan manusia dari berbagai aspek. Dan pembangunan pemukiman di perkotaan dan daerah pinggiran kota adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal saja, dan ini dilakukan disetiap lapisan, baik lapisan atas, menengah, atau bawah. Oleh karena tingkat ekonomi berbeda-beda maka program disusun untuk tiap-tiap lapisan berbeda pula. Dengan demikian dalam kehidupan perkotaan akan adanya


(21)

klasifikasi perumahan seperti adanya perumahan kelas atas, menengah dan bawah. Klasifikasi ini tergantung dari kondisi fisik perumahan dan status sosial lingkungan, sehinggan walaupun jaraknya terhadap pusat kota sama, tetapi harganya akan berbeda. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kondisi perumahan sangat mempengaruhi karakterisrik seseorang yang ingin bermukim. Artinya, semakin baik kualitas perumahan maka semakin tinggi pula kepuasan seseorang untuk bermukim di kawasan tersebut. Dengan demikian penduduk sebagian besar mencari kehidupan lebih baik untuk kesejahteraan hidup baik dengan mencari lokasi perumahan yang lebih baik.

Saat ini keseimbangan antara perkembangan penduduk dan daya dukung sumber daya lingkungan di banyak tempat sudah sangat terganggu, kaidah tradisional yang baik sudah sulit dilaksanakan. Peran fihak swasta terhadap pengadaan perumahan bagi rakyat yang tidak konsepsinya membuat keadaan menjadi lebih parah, terutama ditinjau dari sisi masyarakat yang harus menyediakan perumahannya sendiri (Johan Silas). Masalah pemukiman ini merupakan fenomena umum yang selalu dihadapi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Fakta menunjukkan bahwa sampai pada tingkat perkembangan tertentu dari suatu kota, semakin besar kota tersebut semakin menyolok pula masalah pemukiman yang dihadapi. Hal ini berawal dari adanya daya tarik kota yang kuat terhadap migrant (pendatang) untuk tinggal menetap di kota. Laju pertambahan jumlah penduduk kota yang cukup tinggi tersebut harus diimbangi oleh laju pertambahan rumah tingal seperti pembangunan perumahan di pinggiran kota.


(22)

Banyaknya rumah di pinggiran kota harus diikuti perluasan jaringan transportasi yang luas pula. Transportasi merupakan variabel yang mempengaruhi karakteristik penghuni perumahan dimana fungsinya untuk diperkotaan memberikan fasilitas untuk pertukaran barang dan jasa, dari suatu tempat menuju lokasi kegiatan ekonomi yang tersebar sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan barang dan orang. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk struktur serta efisiensi dari daerah perkotaan dipengaruhi oleh sistem transportasi.

Adanya indikasi bahwa setelah memilih tempat tinggal di perumahan tertata para penghuni masih tetap bekerja ditempat yang lama ini dikarenakan mungkin tempat bekerja yang lama masih memiliki kemudahan dijangkau dari rumah penghuni yang baru. Apabila di tempat tinggal yang lama kemungkinan sarana dan prasarana tidak mendukung. Dan biasa juga untuk kemudahan dalam bekerja.

Dapat disimpulkan bahwa transportasi menyangkut hampir di seluruh kegiatan rumah tangga, sehingga menjadi hal penting dan menentukan. Dengan perkataan lain karakteristik penghuni sangat dipengaruhi oleh kemudahan transportasi di daerah tersebut. Dari uraian di atas, variabel transportasi dapat dijabarkan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Ketersediaan transportasi b. Kondisi lahan

c. Pelayanan angkutan umum

Dalam sistem kota penumbuhan lapangan kerja akan sangat tinggi, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai pemukiman. Dengan tumbuhnya lapangan kerja tersebut maka hubungan antara kota satelit dengan daerah


(23)

sekelilingnya menjadi berubah. Jadi pertumbuhan lapangan kerja pada suatu tempatakan menarik penduduk dari kawasan metropolitan. Bahkan, perkembangan jenis jumlah lapangan kerja dapat menarik pekerja dari luar kawasan metropolitan atau para migrant.

Salah satu variable yang merupakan bagian terpenting dari karakteristik penghuni perumahan adalah tersedianya sarana dan prasarana kota (fasilitas kota), antara lain yaitu:

 Sarana air bersih

 Sarana pendidikan

 Sarana kesehatan

 Sarana listrik

 Sarana rumah ibadah

 Dan lain-lain

Dengan tersedianya sarana di atas maka kecenderungan untuk memilih bermukim di suatu area perumahan akan semakin besar. Selain itu kondisi dari sarana dan prasarana tersebut juga akan banyak berpengaruh pada karakteristik penghuni perumahan tersebut.

Penduduk kota semua memerlukan semua variabel atas, tetapi ada kemungkinan para penduduk memilih satu saja, karena para penduduk ini dapat memenuhi kebutuhan akan variabel lainnya dari kota inti atu kota besar. Dalam hal ini, faktor jarak ke kota inti dan kemudahan transportasi akan sangat mempengaruhi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tarik suatu kota akan semakin tinggi apabila di kota tersebut seseorang dapat menekan biaya


(24)

pengeluaran, berarti meningkatkan kepuasan seseorang untuk bermukim. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor tersebut yang bervariasi sesuai dengan lokasi adalah biaya transportsi dan pelayanan perumahan. Hal ini menjadi ciri-ciri dari sistem kota metropolitan.

Peranan faktor ekonomi perkotaan, faktor sosial dan politik kebijaksanaan menyebabkan suatu kota berkembang dengan cepat dibanding kota lainnya ( Chapin, 1972 ). Dengan dasar konsep ekonomi perkotaan maka keberadaan lokasi perumahan harus dilihat dari potensi lahan yang dimilikinya dan dapat dikembangkan sebagai titik tumbuh tersendiri. Perkembangan lokasi perumahan harus diargumentasikan sebagai perkembangan lahan yang mempunyai peluang untuk mendapatkan suatu lingkungan hidup yang aktraktif dengan tatanan ruang yang berkualitas dan mempunyai nilai ekonomis yang memberikan dampak berganda (multiflier-effect) dan juga memberikan insentif yang cukup menjanjikan akibat distribusi dan desentralisasi kegiatan ekonomi kota (Richardson, 1978).

II.2 Gambaran Umum Kota

Yang dimaksud dengan kota adalah sekelompok orang dalam jumlah tertentu untuk hidup dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu yang berpola hubungan rasional ekonominya. Kota merupakan lingkungan kehidupan dengan konsentrasi penduduk yang tinggi, karena kegiatan perekonomian non agraris yaitu industri dan jasa yang terpusat membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Jadi kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan


(25)

sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota mempunyai banyak sekali pengertian, sebuah kota merupakan pusat pengembangan dari wilayah pengaruhnya defenisi kota bergantung pada sudut pendekatan tertentu (Budi Sinulingga). Pendekatan geografis-demografis adalah melihat kota sebagai pemusatan penduduk , sedangkan pendekatan segi ekonomi adalah melihat kota sebagai tempat pemusatan lalu lintas ekonomi dan perdagangan serta kegiatan industri dan tempat perputaran uang yang terus bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.

Jika ditinjau dari pendekatan sosio-antropologis adalah melihat hubungan antar manusia yang bertempat tinggal dikota sudah meregang dan heterogen. Penduduk kota pada umumnya bersifat anonim, artinya orang tidak mengenal satu sama lain dengan akrab, penduduk kota berorientasi kepada kemajuan , oleh karena itu pada umumnya lebih mudah berhubungan dunia luar maka pengaruh kemajuan akan dating lebih cepat diserap orang-orang di kota. Di samping berorientasi kepada kemajuan diketahui pola hubungan masyarakat di perkotaan telah menuju hubungan yang rasional, egois, impersonal, individualistis.

Adapun kota terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran dan tempat perniagaan/perdagangan, seluruh bangunan fisik ini berkembang lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk kota, baik pertambahan penduduk kota, pertambahan karena kelahiran atau lajunya arus urbanisasi. Dari masa ke masa, masalah perumahan bagi pertumbuhan penduduk yang terkendali ini tak pernah tuntas, bahkan permasalahannya teru bertambah.


(26)

Usaha memperbaiki mutu perumahan terus meningkat terutama bagi golongan menengah yang kian bertambah di perkotaan, umumnya dan khususnya seperti Jakarta, Medan dan Bandung. Kebutuhan perumahan berbeda untuk setiap golongan masyarakat yaitu bagi golongan berpendapatan rendah dan golongan bawah, bagi golongan berpendapatan sedang atau golongan menengah dan golongan berpendapatan tinggi atau bagi golongan menengah atas atau bahkan kelompok elit atau golongan atas.

II.2.1 Penataan Ruang Kota

Penataan ruang merupakan usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan lahan untuk keperluan tertentu dan pada tempat yang tepat, termasuk didalamnya mengatur hubungan antara pemukiman dengan tempat bekerja, tempat sekolah, tempat berbelanja, tempat hiburan dan lain-lain yang semuanya juga sangat penting tergantung pada rencana jaringan jalan dikota dan pemilihan rencana penggunaan lahan. Untuk suatu kota yang sama sekali belum ada maka perencanaan kota yang sedang berkembang. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak sekali hambatan yang ditemui untuk menerapkan rencana tata ruang dari sebuah kota yang telah terbangun, terutama mengenai pembebasan lahan. Menurut Robinson Tarigan ( 2003 ), pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyediaan, pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang mendorong pemantapan fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan produktifitas kota dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, dan budaya.


(27)

Pengalaman menunjukkan bahwa banyak sekali hambatan yang ditemui untuk menerapkan rencana tata ruang dari sebuah kota yang telah terbangun, terutama mengenai pembebasan lahan. Demikian halnya dalam perumahan – perumahan yang telah dibangun banyak yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota sehingga pemerintah pun kesulitan dalam menata kota karena banyaknya masalah yang dihadapi di lapangan. Tidak sedikit juga perumahan yang dibangun karena mempunyai kepentingan pribadi walau bangunan tersebut banyak berdampak negatif pada lingkungan.

II.2.2. Peranan Pemukiman

Pemukiman pada garis besarnya terdiri dari lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk pemukiman itu dimana kondisi tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang dibangun atas lahan itu (Budi Sinulingga). Sehingga lingkungan pemukiman merupakan ruang yang terluas digunakan dalam sebuah kota, oleh karena itu sangat penting peranannya dalam membentuk tata ruang kota. Penggunaan lahan untuk perumahan merupakan faktor utama dalam pertumbuhan atau perluasan kota dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Kota yang pertumbuhan penduduknya sangat tinggi akan membutuhkan penggunaan tanah untuk perumahan dengan pertumbuhan yang tinggi pula.

Pemukiman dengan garis besarnya terdiri dari berbagai komponen yaitu pertama, ialah lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk perumahan dimana kondisi tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang akan dibangun. Kedua, ialah prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran drainase, jaringan listrik yang semuanya menentukan kualitas perumahan yang dibangun. Dan


(28)

ketiga, ialah perumahan yang dibangun. Suatu pemukiman akan menjadi ideal apabila telah memiliki komponen yang keempat, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial. Permukiman berarti proses atau tindakan pemukiman penduduk. Namun kata ini permukiman bukan merupakan aktifitas melainkan benda atau atau untuk mencapai proses sesuai artinya. Dan alat yang digunakan adalah berupa tempat tinggal atau biasa disebut rumah. Karena permukiman sebagai salah satu unsur yang membentuk kota terdiri berbagai bangunan dan prasarana lingkungannya merupakan unsur yang paling menonjol dari pada unsur sarana dan prasaran kota lainnya.

II. 3. Kawasan Perumahan

Masalah pemukiman atau perumahan merupakan fenomena umum yang selalu dihadapi oleh kota-kota di negara yang sedang berkembang. Fakta menunjukkan bahwa pada sampai tingkat perkembangan tertentu disuatu kota, semakin besar kota itu, semakin menyolok pula masalah perumahan yang dihadapi. Hal ini berawal dari adanya daya tarik kota terhadap migran pendatang untuk tinggal menetap di kota. Laju pertambahan jumlah penduduk kota yang cukup tinggi tersebut tidak mampu diimbangi oleh laju pertambahan rumah tinggal yang memadai.

Menurut Branch (Budi Sinulingga, 1995), kawasan perumahan sebagai salah satu unsur yang membentuk kota terdiri dari berbagai bangunan dan prasarana lingkungan yang merupakan unsur yang paling menonjol dari pada unsur-unsur sarana dan prasarana kota lainnya. Bangunan-bangunan sesungguhnya merupakan unsur perkotaan yang paling jelas terlihat, dipandang


(29)

dari satu kapanpun dan dari tempat manapun di kota. Sebagai konsekuensinya, maka potensi yang dimiliki cukup besar dalam menimbulkan permasalahan perkotaan jika dalam pengadaan dan pengembangan tidak diatur dengan benar.

Persoalan perkotaan yang dimaksud adalah selain dapat menimbulkan kesembrawutan wajah kota, maka pembangunan rumah-rumah tinggal berikut fasilitas rumah yang tidak memenuhi kriteria sehat, akan menimbulkan masalah-masalah sosial yang sulit untuk dipecahkan.

Perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok minimal selain sandang pangan yang harus dipenuhi oleh manusia. Dan ternyata untuk mencukupi kebutuhan ini bukanlah suatu kebutuhan yang mudah, terlebih lagi bagi penduduk kota. Di perkotaan, rumah menjadi sesuatu yang sangat mahal sebagai akibat dari tingginya harga tanah. Apalagi untuk memperoleh rumah yang layak untuk ditempati, hanya sebagian kecil warga kota yang dapat memilikinya. Tingkat modernitas suatu kota salah satunya diukur dari tingkat kualitas perumahan dan pemukiman yang ada di kota tersebut. Artinya bahwa semakin modern kota tersebut, akan tercermin dari semakin baik pula kualitas perumahan yang dimilikinya. Kualitas yang dimaksud harus berdimensi menyeluruh, yakni selain kualitas material konstruksi dari bangunan-bangunan yang ada, kelengkapan sarana dan prasarana sosial dan lingkungan, serta keterkaitan yang harmonis antara kawasan perumahan dengan kawasan-kawasan lainnya.

II.3.1 Lokasi Daerah Perumahan

Untuk menetapkan lokasi perumahan yang baik perlu diperhatikan, hal-hal sebagai berikut :


(30)

1. Ditinjau dari segi teknispelaksanaannya

a. Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti

b. Tanahnya baik sehingga konstruksi bangunan yang ada dapat direncanakan

c. Mudah mendapatkan air bersih, listrik, pembuangan air limbah dan lain-lain

d. Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan e. Mudah mendapatkan tenaha kerja

2. Ditinjau dari segi tata guna ialah :

a. Tidak merusak lingkungan yang telah ada

b. Sejauh mungkin dipertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir air

3. Ditinjau dari segi kesehatan dan kemudahan :

a. Lokasi perumahan yang sebaiknya jauh dari lokai pabrik yang mendapatkan polusi

b. Lokasi perumahan sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan c. Lokasi perumahan mudah dicapai dari tempat kerja penghuni

4. Ditinjau dari segi politis dan ekonomis

a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekelilingnya


(31)

II. 3.2. Pengaturan Daerah Perumahan

Setelah lokasi perumahan ditentukan berdasarkan pilihan yang optimal, maka agar dalam jangka panjang perumahan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif padalingkungan dalam arti luas, perlu sekali site planning. Site planning ini penting sekali karena hal tersebut akan menentukan bentuk kota yang ada, dapat menciptakan kemudahan atau kesukaran bagi penghuni, selain itu dapat mempengaruhi tingkah laku dari para penghuni di lokasi perumahan tersebut. Untuk menghindari hal-hal negatif akibat suatu penyusunan site planning yang kurang baik, perlu diperhatikan hal-hal seperti jaringan-jaringan jalan dan lebarnya direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kemudahan yang cukup bagi para penghuninya kemudian susunan kapling direncanakan sedemikain rupa sehingga kelompok-kelompok kapling yang besar dan yang kecil dan teratur dalam komposisi yang baik serta disediakan tanah-tanah untuk fasilitas umum yang cukup misalnya penghijauan, tempat beribadat, sekolah, jaring-jaring saluran drainase, pembuangan air limbah dan sebagainya harus dapat diatur sedemikian rupa, sehingga lokasi perumahan yang ada dapat bebas dari genangan air atau banjir dan yang terakhir perencanaan suatu daerah pemukiman seyogyanya juga dapat memberikan kemudahan bagi para penduduk yang tinggal di sekitar daerah perumahan tersebut bahkan kalau mungkin dapat diciptakan suatu kesatuan yang baik. Menurut Suparno Sastra dan Endi Marlina ( 2005 ), rincian strategi pembangunan perunahan dan permukiman sera sarana pendukungnya di perkotaan dan pedesaan hendaknya mengacu pada hal-hal sebagai berikut:


(32)

1. Dalam upaya penyelenggaraan pembangunan perkotaan perlu segera diciptakan iklim pengelolaan yang mampu mendotong masyarakat dan dunia usaha untuk ikut berperan serta secara aktif. 2. Salah satu faktor penyebab kemiskinan di kota adalah

tertutupnya/terhambatnya akses masyarakat miskin terhadap prasarana dan sarana perkotaan. Oleh karena itu perlu segera diwujudkan perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan ini di kawasan tertinggal (padat penduduk miskin).

3. Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu mendorong terbangunnya prasarana dan sarana perkotaan yang layak dan memadai serta mampu menjangkau masyarakat secara luas.

4. Dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan perlu dilakukan optimalisasi potensi dan sumber daya lokal demi terciptanya efisiensi pengelolaan perkotaan.

II.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Pembangunan permukiman secara langsung menyangkut berbagai aspek kehidupan keluarga dan masyarakat serta menciptakan suasana kerukunan hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam rangka membentuk lingkungan serta persemaian nilai budaya bangsa dan pembinaan watak anggota keluarga. Pembangunan permukiman baik pembangunan rumah baru maupun pemugaran permukiman di pedesaan dan di perkotaan bertujuan untuk memenuhi


(33)

kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal baik dalam jumlah maupun kualitasnya dalam lingkungan yang sehat serta kebutuhan akan kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tentram dan sejahtera.

Untuk menyukseskan pembangunan tersebut harus ada kerja sama antar instansi, agar tidak terjadi ketimpangan didalam pelaksanaan pembangunan permukiman. Dan diharapkan, bahwa kerja sama antar instansi itu sangat penting artinya khususnya didalam pembangunan permukiman karena jika sesuatu pembangunan tanpa adanya kerja sama akan membawa akibat terhambatnya pelaksana pembangunan disegalabidang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan permukiman :

a. Faktor kependudukan

Perkembangan penduduk yang cukup tinggi merupakan masalah yang dapat memberikan pengaruh yang sangat besar khususnya penduduk yang berada dan berdiam di pusat-pusat kota, sedangkan jumlah rumah yang tersedia yang memenuhi persyaratan sebagai rumah yang layak huni tidak dapat memenuhi perkembangan jumlah anggota keluarga yang membutuhkan rumah. Pertumbuhan penduduk terutama di kota-kota besar disebabkan adanya arus urbanisasi dari luar daerah perkotaan, baik sebagai pendatang menetap maupun sebagai pendatang tidak menetap seperti mereka pergi bekerja di kota dan sore hari pulang ke tempat asalnya.

b. Faktor pertanahan

Dengan adanya arus urbanisasi sebagai fenomena pada saat ini terutama di kota-kota yang sedang berkembang seperti Indonesia memberikan dampak yang akan mempengaruhi pembangunan perumahan dan pemukiman sehingga


(34)

terjadi masalah penyediaan tanah untuk pembangunan tersebut khususnya di daerah perkotaan kalaupun adaharus dengan harga yang sangat tinggi. Akibatnya keterbatasan tanah-tanah di daerah perkotaan maka para developer atau para pengembang mengalihkan pembangunan perumahan dan pemukiman ke daerah pinggiran kota.

c. Faktor Kelembagaan

Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman faktor ini sangat berpengaruh karena adanya perangkat kelembagaan yang berfungsi akan dapat diambil suatu kebijaksanaan, pembinaan serta pelaksanaan dari pembangunan tersebut oleh perangkat pemerintah pusat serta pihak swasta yang semuanya merupakan suatu sistem yang terpadu sedangkan bagi pemerintah daerah memegang peranan penting dalam strategi pelaksnaana pembangunan khususnya perumahan dan pemukiman.

II. 3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengadaan Rumah di Indonesia

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengadaan rumah untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di Indonesioa dilakukan melalui :

1. Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilakukan oleh Perum Perumnas

2. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung dalam persatuan pengusaha Real Estate Indonesia (REI).

3. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi swastayang dibiayai melalui Kredit Kepemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KRR – BTN)


(35)

4. Pembangunan perumahan yang dilakukan melalui dana suatu lembaga yang diperuntukkan bagi pegawainya

5. Pembangunan perumahan dan pemukiman transmigrasi yang dilakukan smelalui dana Departemen Transmigrasi

6. Pembangunan perumahan dana pemukiman bagi masyarakat terasing melalui dana Departemen Sosial

7. Pembangunan perumaha dan pemukiman pedesaan melalui koordinasi antara Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Departemen Dalam Negeri.

8. Pembangunan Perumahan yang dilakukan oleh pengembangan lainnya

Secara umum maksud dan tujuan pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut adalah untuk :

1. Memperbaiki keadaan perumahan dan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana dan fasilitas lingkungan baik perkotaan maupun pedesaan.

3. Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan dengan lebih mengutamakan tata guna lahan.

Secara lebih khusus pengadaan sekaligus pengawasan terhadap perumahan dan pemukiman melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagaimana disebutkan diatas diatur menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan pemukiman tersebut dijelaskan bahwa penataan perumahan dan pemukiman bertujuan untuk :


(36)

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagia salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat aman serasi dan teratur.

3. Memberi arah dan pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang rasional.

4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lain.

Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pengadaan perumahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta harus benar-benar ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.

II. 3.5 Kebutuhan dan Ketersediaan Perumahan

Perkiraan kebutuhan perumahan pada periode mendatang merupakan turunan dari kajian mengenai perkembangan penduduk. Walaupun tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan akan turun sebesar 1,68 % selama jangka waktu 1996-2000 jumlah penduduk rumah rangga akan meningkat dua kali lipat dari tingkat pertumbuhan tersebut (3,49 %) yang ditentukan sangat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan perumahan.

Tingkat kebutuhan penyediaan rumah adalah 2 % per tahun atau sejumlah 13000 unit per tahun sampai 2001. Jika proyeksi ini diteruskan sampai dengan 2010, maka dalam kurun waktu 2001-2010 minimal harus dapat disediakan rumah sebanyak 140100 unit, dan apabila kebutuhan tersebut sampai dengan 2001 terpenuhi maka untuk kurun waktu 2001-2010 tersebut jumlah rumah yang harus


(37)

disediakan adalah sekitar 15000 unit pertahun. Dengan jumlah kebutuhan penyediaan tanah tersebut, maka dalam kurun waktu 15 tahun mendatang diperkirakan bahwa untuk pembangunan perumahan baru membutuhkan lahan yang luasnya minimal 7000 hektar. Tingkat penyediaan 2% per tahun sebenarnya merupakan angka estimasi cukup tinggi karena mengacu pada proyeksi jumlah rumah tangga. Sekitar 46 % dari angka estimasi tersebut merupakan jumlah kebutuhan rumah kosong yang dianggap mutlak untuk dipenuhi. Tabel 2.1. berikut ini menyediakan perkiraan jumlah rumah yang harus disediakan oleh pemerintah (perumnas) dan swasta (REI) sampai tahun 2010.

Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah Rumah Yang Harus Disediakan oleh Perumnas dan REI pada Periode 1996-2010.

DEVELOPER JUMLAH UNIT RUMAH YANG HARUS

DISEDIAKAN

1996-2001 2001-2010 PERUMNAS

REI

17000 14000

35000 29000

JUMLAH 31000 64000

Sumber : BPS Kota Medan ,2006

II. 3.6 Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan Infrastruktur Perkotaan

Kawasan perumahan sebagai tempat hunian penduduk merupakan salah satu masalah pokok yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat dan para developer. Sebagai tempat tinggal penduduk, lokasi kawasan perumahan harus


(38)

mudah dijangkau setiap tempat aktivitas perkotaan, seperti lokasi pekerjaan, kantor instansi pemerintah dan swasta, pasar, pendidikan dan lain-lain. Kecendrungan penduduk untuk memilih tempat bermukim sangat dipengaruhi oleh kemudahan untuk menjangkau lokasi. Akibat yang ditimbulkan oleh ketidak tetapan lokasi pemukiman dalam terlambatnya perkembangan kota baik dari segi fisik kota maupun dari segi ekonomisnya.

II.4 Tata Guna Tanah Kawasan Perumahan

Tata guna lahan adalah suatu cara untuk menghasilkan kegiatan yang menimbulkan perjalnan. Penggunaan-penggunaan tanah yang berlainan akan menghasilkan karakteristik perjalanan yang berlainan pula, misalnya tanah diperuntukkan untuk kawasan perumahan, kawasan perkantoran, pusat pertokoan dan lainnya diharapkan akan menghasilkan banyak perjalanan dari pada ruang terbuka.

II.4.1 Faktor Tata Guna Lahan

Menurut Drs. Robinson Tarigan, M.R.P. lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya. Pada sisi lain, kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidak sama. Hal ini membuat penggunaan atau kepemilikan lahan tidak dapat sepenuhnya diserahkan kapada mekanisme pasar. Apabila dibiarkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, lahan dapat berada di tangan segelintir orang dan menetapkan harga sewa yang tinggi untuk orang-orang yang membutuhkan lahan. Pada kenyataannya setiap manusia membuthkan lahan sebagai tempat tinggal untuk kelansungan hidupnya.


(39)

Kegiatan-kegiatan yang berlainan dapat menghasilkan karakteristik yang berlainan pula, misalnya satu hektar tanah kawasan perumahan yang dikembangkan pada kepadatan yang tinggi, kemudian sekali akan menghasilkan lebih banyak pergerakan orang dibandingkan dengan satu hektar tanah yang dikembangkan untuk keperluan rumah tinggal pada kepadatan rendah.

Meskipun luasan dari kawasan perumahan penduduk adalah luas, untuk keperluan perjalanan ini luasannya hanya menganggap tanah saja, karena antara 80-90 % dari semua perjalanan bermuladan berakhir di rumah, maka tata guna lahan kawasan perumahan adalah penting sekali.

Prinsip-prinsip penggunaan lahan adalah :

a. Pendekatan terhadap sistem ekologi kota Medan, yakni usaha untuk membentuk sistem hubungan fungsional antara manusia dan alam fisiknya untuk memperoleh kelestarian alam.

b. Penggunaan lahan secara optimal, yaitu pendayagunaan fungsi lahan untuk memperoleh nilai efisiensi dan efektifitas secara luas.

c. Pola keserasian, yakni keseimbangan di antara ruang-ruang kegiatan kota yang dibentuk

Beberapa jenis tata guna lahan terbesar secara meluas (perumahan) dan jenis lainnya mungkin kelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna lahan mungkin ada di situ atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah sakit dan bandara. Dari sistem jaringan transportasi disuatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi fisik kuantitas (kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Contohnya pelayanan angkutan


(40)

umum biasanya lebih baik di pusat perkotaan dan pada jalan utama dibandingkan dengan didaerah pinggiran kota.

Apabila tata guna lahan saling berkaitan dan hubungan transportasi antara lain lahan tersebut mempunyai kondisi yang baik, maka aksesbilitasi tinggi. Sebaliknya, jika aktifitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan transportasinya jelek, maka aksesbilitas rendah. Beberapa kombinasi diantaranya mempunyai aksesbilitasnya menengah.

Pada dasarnya kebijaksanaan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijaksanaan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Antara ruang kegiatan dan transportasi terjadi yang disebut siklus penggunaan ruang transportasi.

Akses transportasi kesuatu ruang kegiatan (persil lahan) diperbaiki, ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kegiatan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menimbulkan kelebihan beban pada transportasi dan siklus akan terulang kembali bila aksebilitas diperbaiki.

Peruntukkan lahan tertentu bandara, lokasinya tidak sembarangan dan biasanya terletak jauh diluar kota karena ada batasan dari segi keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain. Dikatakan aksesbilitas ke bandara tersebut akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota. Meskipun letaknya jauh, aksesbilitas ke bandara dapat ditingkatkan dengan menyediakan sistem


(41)

jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya lebih pendek.

Berdasarkan penjelasan diatas, struktur kota yang terbesar memanjang dari pusat ke pinggiran atau acak secara meluas kesegala penjuru kota menyebabkan tidak memadainya perkembangan prasarana jalan dan angkutan umum untuk melayani masyarakat.

Persoalan menjadi lebih rumit karena disebabkan oleh hal yang terurai diatas, juga oleh terbatasnya lahan di pusat kegiatan perkotaan sehingga pelebaran dan penambahan ruas jalan baru sulit dilakukan.

II. 4.2 Konsep Struktur Tata Guna Lahan

Konsep struktur tata ruang Kota Medan sesuai dengan pola kegiatan fasilitas dan penggunaan lahan serta konsep struktur wilayah fungsional dimasa pendatang diarahkan pada :

1. Konsep struktur tata guna lahan tradisional, menyediakan lahan bagi kegiatan yang berorientasi kepada :

a. Kegiatan ekstratip (pertanian/perkebunan) b. Kegiatan industri dan kawasan khusus c. Kegiatan perhubunga, jasa dan pariwisata

d. Kegiatan pelayanan sosial, bangunan umum, dan pemerintah e. Kegiatan perumahan atau pemukiman

2. Penyediaan lahan bagi kegiatan yang untuk sementara belum ditentukan, sehingga seolah merupakan keghiatan campuran.


(42)

Semakin besarnya kegiatan di wilayah perkotaan, khususnya di wilayah Kota Medan dan sekitarnya yang cenderung membentuk kota metropolitan langsung mempengaruhi perkembangan wilayah pinggiran Kota Medan yang berada di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.

II. 4.3 Kawasan Perumahan Tertata untuk Real Estate

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan balai pustaka tahun 1986, kawasan adalah daerah dan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal.

Dari deskripsi arti umum tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kawasan perumahan tertata adalah daerah yang diperuntukkan sebagai tempat pembangunan rumah-rumah secara terpadu yang sesuai dengan tata guna tanah dan dikelola oleh suatu badan, dalam hal ini disebut dengan pengembang (Developer). Dikawasan tersebut di tata letal rumah dan sarana-sarana pendukungnya seperti olahraga, rekreasi, pasar dan jeringan jalan.

Menurut penjelasan Departemen Dalam Negeri bahwa Real Estate diindektikkan dengan perusahaan pembangunan perumahan. Perusahaan pembangunan adalah statu preusan yang berusaha dalam bidang pembangunan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar diatas suatu areal tanah yang merupakan suatu kesatuan pemukiman, dilengkapi prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas social yang diperlukan oleh masyarakat yang menghuninya.

Defenisi dari lingkungan perumahan baru adalah kompleks perumahan yang didirikan oleh preusan-perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan


(43)

perumahan. Pada umumnya kondisi perumahannya sudah baik dengan penyediaan utilitas yang lengkap, beberapa tahun ini pembangunan perumahan terlihat berlangsung pesat, baik yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta.

II. 4.3.1 Permasalahan Perumahan Tertata Di Indonesia

Permasalahan rumah tertata di Indonesia dapat dilihat dari kondisi perumahan baik dikota maupun di desa masih banyakyang Belem memenuhi persyaratan baik teknis maupun kesehatan. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan, pengetahuan dan pendidikan dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang relatif masih rendah. Akibatnya daya tangkap dan pengertiannya terhadap fungsi rumah dan lingkungan masih kurang.

Pada dasarnya pembangunan perumahan menyangkut berbagai bidang sidang lintas sektor antara lain kependudukan, teknologi, pembiayaan, pertanahan, kelembagaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan program pembangunan di lapangan dapat saja ditemukan aspek lain, titik berat kepentingan yang berada sehingga kadang-kadang menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannsya. Dalam kaitan itu ada beberapa permasalahan yang sering dijumpai dalam bidang perumahan, antara lain :

1. Pertumbuhan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih sangat tinggi, merupakan masalah pokok dalam pembangunan perumahan. Masalah ini mengakibatkan kebutuhan akan rumah selalu meningkat.

Disamping masalah pertambahan penduduk, juga ditentukan pada masalah kualitas rumah dan lingkungan yang tidak memadai dan memerlukan


(44)

perbaikan. Dalam hal ini perlu pula diperhatikan masalah pendapatan sebagian besar masyarakat yang masih belum memadai atau masih berada dibawah standard yang berlaku.

2. Pengembangan teknologi

Pengembangan teknologi, industri konstruksi dan bahan bangunan belum sepenuhnya menunjang pembangunan secara besar-besaran. Industri bahan bangunan lokal belum berkembang dengan baik, sehingga belum dapat menyediakan bahan bangunan lokal yang murah, tepat waktu (cepat) dalam jumlah besar dengan standard mutu yang bisa dipertanggungjawabkan.

3. Pembiayaan

Kemampuan pemerintah dalam penyediaan dana untuk pembangunan perumahan yang sangat terbatas, apabila pada situasi sekarang maka perlu adanya sistem pembiayaan yang menyeluruh dan terpadu untuk mendorong terhimpunnya modal dari masyarakat bagi pembiayaan pembangunan perumahan dan pemukiman.

4. Pengadaan tanah

Pengadaan tanah untuk pembangunan perumahan sederhana di kota-kota khususnya kota besar merupakan suatu masalah pelik. Tanah yang luas dan tepat lokasi serta tepat topografinya sudah langka, kalaupun ada harganya sudah cukup tinggi sehingga sudah tidak layak lagi untuk perumahan sederhana. Di samping itu, prosedur pembebasan tanah dirasakan memakan waktu yang lama dan rangkaian proses terlalu panjang. Adanya campur tangan para sekulan tanah yang dirasa sangat menghambat menambah rumitnya permasalahan proses pembebasan tanah.


(45)

5. Landasan hukum

Peraturan perundang-undangan khususnya masalah pertanahan yang sampai sekarang masih menjadi polemik di beberapa daerah. Menurut undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pertanahan menjadi urusan daerah tetapi tenaga keluarnya KEPRES No. 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Bidang Pertanahan, masalah pertanahan ditangani kembali oleh Pemerintah Pusat. Untuk itu, ada beberapa daerah menjadi bingung dalam menentukan kebijaksanaan untuk masalah ini.

6. Kelembagaan

Kelembagaan di bidang perumahan yang menyangkut pembuataan dan pembangunan di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih perlu ditingkatkan dan dilengkapi. Dalam hal ini peranan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat perlu ditingkatkan agar penyebaran pembangunan perumahan dapat lebih merata dan terkendali.

7. Pusat tata dan informal

Pelayanan dari pusat tata dan informasi yang dapat memberikan masukan yang menyangkut bidang perumahan antara lain jumlah rumah dan kekurangannya, kependudukan, pertanahan, tingkat pendapatan masyarakat dan keterjangkauan, tersedianya bvahan bangunan, dan lain-lainnya masih sangat terbatas dan belum akurat. Data ini informasi ini penting, khususnya dalam meningkatkan keterjangkauannya, mempertinggi mutu fisik bangunan rumah, memanfaatkan bahan bangunan dan industri konstruksi lokal serta meningkatkan partisipasi serta swadaya masyarakat.


(46)

8. Penyerahan lingkungan perumahan kepada pemerintah daerah

Lingkungan perumahan yang sudah dibangun baik oleh perusahaan pengembangan (developer), beserta fasilitas dan sarana pelayanannya, selanjutnya diserahkan pengelolahannya kepada Pemerintah Daerah setempat. Dalam proses penyerahan ini perlu diperhatikan standard dan fasilitas lingkungan, khususnya kualitas jalan, saluran air dan teknik serta biaya pemeliharaan dari Pemerintah Daerah setempat dalam pengelolahan selanjutnya.

9. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan perumahan

Kebersihan lingkungan perumahan merupakan suatu syarat bagi terciptanya rumah sehat dalam lingkungan yang sehat. Kebersihan lingkungan perumahan pada umumnya kurang mendapat perhatian. Seperti halaman rumah, taman, selokan dan sampah yang merupakan unsur penting bagi suatu tata kehidupan yang sehat. Oleh karena itu, kesadaran dan partisipasi dari masyarakat untuk ikut memelihara lingkungan yang masihdigalakkan. Peranan Pemerintah Daerah melalui aparaturnya sangat penting dalam memberi dorongan dan bimbingan kepada masyarakat.

Oleh karena itu, permasalahan perumahan dan permukiman di Indonesia merupakan permasalahan yang lintas sektor dan melibatkan semua pihak baik unsur pemerinta, swasta (dunia usaha) dan masyarakat, untuk itu penanganannya terus terintegrasi dan terpadunya dari beberapa instansi.


(47)

II. 4.3.2 Kebijaksanaan Dalam Pengemsbangan Daerah Perkotaan

Dewasa ini telah diambil serangkaian kebijaksanaan dalam pengembangan daerah perkotaan sebagai wilayah pemukiman antara lain :

1. Perbaikan lingkungan fisik wilayah pemukimannya, baik untuk tempat tinggal, tempat usaha dan bekerja, tempat pendidikan dan lain-lain

2. Perluasan jaringan wilayah permukiman dengan jalan mendorong pertumbuhan permukiman di kota

3. Perluasan kawasan industri ke pinggiran kota-kota besar 4. Perbaikan pelayanan umum secara bertahan

II.4.3.3 Perkembangan Real Estate Dalam Penyediaan Sarana Perumahan

Berkembangnya proyek perumahan di Indonesia yang dimulai pada tahun 1980-an, antara lain dipicu oleh pemberian izin lokasi bebas, sehingga para pengembang berlomba-lomba membebaskan tanah secara besar-besaran.apalagi pemerintah memberikan kemudahan atau kelonggaran dalam pemberian izin lokasi kepada pengembang, dan sering kali dalam pemberian izin ini kurang memperhatikan konsep pengembangan dan kemampuan keuangan pengembangan dalam melaksanakan rencana proyek perumahan tersebut. Sehingga akhirnya dalam pelaksnaaan terdapat beberapa pengembangan yang melakukan pengusaan tanah dalam skala luas tanpa memiliki perencanaan yang jelas bahkan ada juga semata-mata bermotif spekulasi. Pembebasan lahan secara besar-besaran untuk proyek perumahan pada tahun 1990-an mengakibatkan terjadinya peningkatan stok lahan yang belum dapat dipergunakan (lahan tidur) disuatu daerah. Keadaan tersebut juga dipicu juga oleh pemberian izin lokasi yang mudah diperoleh dari


(48)

Badsan Pertanahan Nasional dan terjadinya praktek kolusi pada waktu lalu tanpa memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) lingkungan dan efisiensi penggunaan lahan.

Pembebasan lahan oleh pengembang yang belum optimal, berpeluang munculkan lahan tidur. Kondisi ini juga memberikan peluang terjadinya spekulan tanah yang biasanya juga memanfaatkan pertumbuhan industri perumahan.

Diberlakukan otonomi daerah, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat mendasar tentang Real Estate dalam menunjang pembangunan daerah. Hal ini disebabkan karena sistem ekonomi yang berdasarkan perencanaan terpusat telah bergeser ke daerah berdasarkan kelembagaan dan mekanisme pasar. Perubahan ini mengakibatkan peranan Real Estate sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembangunan perumahan di suatu daerah.

Pelaku pembangunan perumahan dan pemukiman telah menunjukkan kontribusi yang tidak sedikit dalam pengadaan rumah bagi masyarakat sekitar selama 25 tahun terakhir ini. Dari berbagai proyek yang telah dibangun oleh para pengembang, telah terciptanya berbagai lingkungan perumahan dan pemukiman yang memenuhi kebutuhan warga kota. Skalanya mulai dari skalakecil, menengah sampai pada skala besar dengan membangun apa yang kita sebut dengan Kota Mandiri. Pengembangan tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga, tapi lebih dari itu menunjang kearah berhasilnya pembangunan perumahan tidak hanya dilihat dari sisi kebutuhan papan semata, melainkan juga dilihat d hanya dari sisi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Menyediakan rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah, memang bukan persoalan mudah. Untuk itu, pengusaha-pengusahan pembangunan perumahan swasta yang tergabung dalam


(49)

Real Estate Indonesia (REI) merupakan mitra penting pemerintah dalam

pengadaan rumah bagi masyarakat.

Pembangunan perumahan dengan harga terjangkau oleh masyarakat merupakan program yang dapat dilaksanakan secara terpadu antara berbagai tipe rumah untuk berbagai kelompok pendapatan dalam suatu kawasan hunian dalam rangka menumbuhkan kegotongroyongan dan kesetiakawanan sosial.

Dalam pembangunan perumahan sedernana, Real Estate juga menyedaikan beberapa fasilitas di lingkungan perumahan yang dibangunnya. Lingkungan ini juga dilengkapi dengan prasarana umum, fasilitas-fasilitas sosial lainnya. Dengan demikian, pengembangan perumahan ini perlu didukung perencanaan kota yang efektif, penyediaanb tanah dan program prasarana perkotaan yang terpadu. Sebab, para pengembang swasta sebenarnya tidak hanya membangun unit-unit rumah, tetapi juiga mencipatakan lingkungan yang sehat dalam rangka pembangunan kota berkesinambunga.

Dalam situasi dan kondisi perekonomian nasional sekarang, pemerintah akan sangat sulit dalam melaksanakan pembangunan khususnya dalam penyediaan rumah atau permukiman bagi masyarakat. Untuk itu, peran pengembang (developer) sangat diharapkan pro-aktif dalam melaksanakan pembangunan ataupun penyediaan perumahan dan permukiman tersebut.

Peran yang diharapkan Real Estate khususnya para pengembang antara lain :

1. Menyediakan perumahan yang harganya dapat dijangkauan oleh semua lapisan masyarakat atau golongan, terutama masyarakat golongan menengah kebawah,


(50)

2. Menciptakan lapangan kerja baik masyarakat sekitar lokasi proyek maupun luar lokasi proyek perumahan, sehingga diharapkan dapat membantu program pemeirntah dalam mengurangi pembangunan.

3. Ikut memperdayakan masyarakat sekitar lokasi proyek perumahan dengan kegiatan ekonomi yang saling mendukung (integrated)

4. Meningkatkan kualitas dan kualitas produksi pada sektor industri kecil, seperti penyediaan bahan-bahan material lokal seperti batu bata, genteng, pasir dan lain-lainnya yang padagilirannya dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat

5. Ikut berperan aktif dalam meningkatkan sumber daya manusia dan kelembagaan yang ada pada sekitar proyek.

6. Meningkatkan pendapatan daerah melalui peningkatan retribusi dan pajak

7. Meningkatkan kualitas lingkungan di lokasi protek dan sekitar lokasi proyek perumahan dan pemukiman dengan penataan ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

8. Meningkatkan sarana dan prasarana seperti tersedianya infrastruktur (jalansaluran, jaringan listrik, air bersih, telepon dan fasilitas sosial maupun fasilitas umum yang lain) yang berada di lokais sekitar proyek. 9. Meningkatkan nilai atau harga tanah yang berarti meningkatkan pajak

atau retribusi daerah yang pada akhirnya akan meningkatskan pendapatan daerah.

10.Menciptakan pusat-pusat yang pertumbuhan ekonomi baru seperti pusat perdagangan perkantoran, pariwisata dan pemerintahan.


(51)

Untuk itu, peranan Real Estate dalam menunjang pemsbangunan khususnya penyediaan rumah baik untuk golongan rendah maupun menengah dan golongan atas sangat besar karena dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, seperti penyediaan lapangan kerja, perbaikan penyediaan lapangan kerja, perbaikan lingkungan peningakatan ekonomo masyarakat sekitar, penyediaan sarana dan prasarana serta masih banyak lagi.

II. 4.3.4 Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Perkembangan Real Estate di Indonesia

Permasalahan yang timbul dalam pengadaan industri perumahan melihat peran Real Estase dalam ikut berkiprah pada pembangunan nasional, maka kebijaksanaan pemerintah untuk penembangan Real Estate di Indonesia antara lain :

1. Penegakan hukum yang dijalankan secara konsisten

Pemanfaatan lahan yang sesuai dengan RUTR dan tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah daerah setempat.

2. Pemberdayaan masyarakat

Peran serta masyarakat setempat mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi konflik antar masyarakat lokasl dan pendatang.

3. Deragulasi Perizinan

Penyederhanaan dalam segala bentuk perizinan dalam rangka mencapai efesiensi dan efektifitas kinerja di bidang pelayanan publik.


(52)

Meningkatkan kepentingan orang banyak dengan memanfaatkan seluruh potensi dana dan daya dengan ditunjang oleh dorongan dan bimbingan pemerintah.

5. Partisipasi masyarakat

Pemerintah mengharapkan penyediaan tenaga kerja, peningkatan ekonomi masyarakat dan pemeliharaan lingkungan,

6. Sistem pembangunan

Untuk memperlancar pembnangunan dan mengejar sasaran yang belum terjangkau perlu ditingkatkan lembaga pembiayaan serta meningkatkan produksi dan distribusi bahan bangunan yang murah dan memenuhi suarat teknis.

7. Pertumbuhan ekonomi

Dampak dari pembangunan perumahan akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah melakui pemerataan, perluasan, kesempatan kerja dan berusaha.

8. Peran swasta

Peran swasta (pengembang) dalam penyediaan rumah diharapkan jangan hanya dalam hal pembangusnan fisik perumahan dan pemukiman yang terencana baik, tetapi ikut serta dalam pengarahan dana masyarakat untuk pembangunan dan pemukiman.

Oleh karena itu kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penyediaan perumahan yang diharapkan oleh kalangan pengembang adalah adanya kepastian hukum dan tidak memberatkan kalangan terkait serta untuk peningkatan pelayanan umum.


(53)

II. 5 Hubungan permukiman dan perumahan dengan masalah transportasi

Seperti negara sedang berkembang lainnya, berbagai kota besar di Indonesia berada dalam tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga kebutuhan penduduk untuk melakukan pergerakan pun menjadi semakin meningkat. Mobil sebagai kendaraan pribadi sangat menguntungkan, terutama dalam hal mobilitas pergerakannya. Jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan di Indonesia diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun akibat tingginya tingkat urbanisasi.

Tantangan bagi pemerintah negara berkembang dan kota besar, dalam hal ini instansi dan departemen terkait serta perencana transportasi perkotaan adalah masalah kemacetan lalulintas serta pelayanan angkutan umum perkotaan. Di suatu daerah permukiman dan perumahan juga akan terlihat suatu masalah dalam hal transportasi, di mana pada waktu jam sibuk akan berdampak pada kemacetan jika jaringan jalan di daerah tersebut tidak dapat menampung pengguna jalan.

Tingginya urbanisasi secara tidak langsung dapat dikatakan akibat tidak meratanya pertumbuhan wilayah di Indonesia antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan dikarenakan di perkotaan menawarkan banyak kesempatan, baik di sektor formal maupun informal. Semakin besarnya perbedaan antara tingkat pertumbuhan wilayah tersebut menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi, yang pada gilirannya akan menimbulkan beberapa paermasalahan perkotaan, khususnya transportasi.


(54)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

III.1. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara. Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki kecenderungan sebagaimana kota-kota besar lainnya. Kota Medan sebagai kota inti secara fungsional mempunyai hubungan ruang yang kuat dengan wilayah sekelilingnya. Kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km2 atau 26.510 Ha, dengan jumlah penduduk 2.036.185 jiwa.

Kota Medan terletak antara 2º 27’ dan 2º 47’ lintang utara, serta 98º 35’ dan 98º 44’ bujur timur dengan batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

III.1.1. Topografi

Topografi Kota Medan bervariasi antara 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura da sungai Deli.


(55)

Kelembaban udara di wilayah kota Medan rata-rata 78-83 %. Dan kecepatanangin rata-rata 0,45 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Berdasarkan data BPS Kota Medan dalam angka tahun 2007 hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata perbulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230.3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 211,67 mm.

Di samping itu wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

III.1.2 Sosial Budaya

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan semakin meningkat , pada tahun 2005 diproyeksikan penduduk Kota Medan 2.036.185 jiwa, dibanding hasil sensus penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 89.329 jiwa (1,61%). Dengan luas wilayah 265,10 km2 kepadatan penduduk mencapai 7.681 jiwa/km2 .

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Medan

Tahun Penduduk (jiwa)

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014


(56)

Pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia telah terselenggara secara merata dan sudah dapat dikatakan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Usia sekolah menurut kelompok umur 6-12 tahun yang telah berpartisipasi atau yang bersekolah telah mencapai 99,61% pada tahun 2005, dan menurut kelompok umur 13-15 tahun yang telah berpartisipasi atau yang

bersekolah telah mencapai 99,99% pada tahun 2005.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Kota Medan terdiri dari beranekaragam suku, agama yang membuat banyaknya kebudayaan yang masuk ke Kota Medan, Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dimana terdapat beberapa kelurahan di setiap kecamatan. Berikut tabel Kecamatan beserta luas wilayahnya :


(57)

Tabel 3.2 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas Area

(km2) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Johor 12,81 4,83

3 Medan Amplas 14,58 5,50

4 Medan Denai 11,19 4,22

5 Medan area 9,05 3,41

6 Medan Kota 7,99 3,01

7 Medan Maimun 5,27 1,99

8 Medan Polonia 5,52 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Selayang 9,01 3,40

11 Medan Sunggal 2,98 1,13

12 Medan Helvetia 15,44 5,83

13 Medan Petisah 13,16 4,97

14 Medan Barat 6,82 2,57

15 Medan Timur 5,33 2,01

16 Medan Perjuangan 7,76 2,93

17 Medan Tembung 4,09 1,54

18 Medan Deli 5,52 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 44,47 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100,00


(58)

Perkembangan penduduk perkotaan di Indonesia yang begitu pesat demikian halnya kondisi di kota Medan sehingga harus dilakukan pengembangan wilayah perkotaan yaitu kawasan perumahan di wilayah pinggiran. Kebijakan pembangunan kawasan perumahan di wilayah pinggiran merupakan suatu usaha untuk mengalihkan penduduk kota medan ke kota-kota kecil di wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Hal ini di dukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang menjangkau semua lokasi.

Pembangunan Perumahan begitu pesat, di sebelah utara Kota Medan dan sebelah Selatan yang merupakan daerah pinggiran Kota Medan juga terdapat beberapa perumahan yang beranekaragam baik ditinjau dari bentuk maupun dari biaya. Kecamatan Medan Marelan yang merupakan wilayah utara Kota Medan memiliki 11 perumahan, sedangkan wilayah selatan Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Tuntungan memiliki 9 perumahan, daerah ini sangat berpotensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga berpotensi di bidang agrobisnis dan pendidikan.

III.2 Kecamatan Medan Marelan

Kecamatan Medan Marelan terletak di wilayah utara Kota Medan. Kecamatan ini luas areanya 44,47 km2 dengan jumlah penduduk 116.716 jiwa, dengan batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

o Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan.

o Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.


(1)

xviii 42 Wiraswasta 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

43 Wiraswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

44 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

SMA Miliksendiri 150-200 juta

45 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 46 Pegawaiswasta >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri >300 juta 47 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

48 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

SMA Menyewa 150-200 juta

49 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

50 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 51 Pegawaiswasta 1-2,5

juta

SMA Miliksendiri <150 juta

52 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 53 PNS 1-2,5

juta

SMA Miliksendiri 150-200 juta

54 Pegawaiswasta <1 juta SMA Miliksendiri <150 juta 55 Wiraswasta >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri >300 juta 56 Pegawaiswasta 1-2,5

juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

57 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

SMA Miliksendiri 200-300 juta

58 Lain-lain >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 59 Wiraswasta 2,5-5

juta

SMA Menyewa <150 juta

60 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa >300 juta

61 Pegawaiswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

62 Wiraswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

63 Lain-lain <1 juta SMA Menyewa <150 juta 64 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta


(2)

juta Tinggi juta 66 Pegawaiswasta >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

67 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 68 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

69 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

70 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

71 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

72 Lain-lain <1 juta SMA Miliksendiri 150-200 juta

73 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

74 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

75 PNS 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

76 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 77 Lain-lain >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri >300 juta 78 Wiraswasta 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

79 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

80 Lain-lain 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

Kecamatan Medan Marelan

Kar. Hunian Kar. Lingkungan Fisik Kar. Pelayanan

Kar. Lokasi 1 2 Total 1 2 3 4 5 Total 1 2 Total 1 2 3 Total 3 4 7 4 4 3 4 3 18 3 2 5 3 4 4 11 3 3 6 3 3 3 3 3 15 3 3 6 4 3 3 10 4 3 7 3 4 3 3 3 16 3 3 6 1 3 4 8 2 1 3 1 2 2 2 2 9 1 2 3 2 2 2 6 2 2 4 2 2 2 2 2 10 2 1 3 2 3 3 8 2 1 3 2 1 2 3 1 9 2 2 4 1 2 2 5


(3)

xx 2 3 5 4 3 2 4 2 15 3 3 6 3 2 3 8 1 3 4 2 2 2 3 2 11 2 1 3 2 2 2 6 3 2 5 3 3 3 4 3 16 1 2 3 2 4 3 9 2 2 4 2 2 1 3 2 10 2 3 5 4 3 2 9 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 1 2 1 4 3 4 7 3 4 2 4 3 16 4 4 8 1 3 2 6 2 1 3 1 2 1 2 1 7 2 2 4 2 2 2 6 3 2 5 2 2 3 3 2 12 3 3 6 3 1 3 7 2 2 4 2 2 2 3 1 10 2 2 4 2 2 2 6 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 2 3 2 7 3 3 6 3 3 3 4 3 16 1 2 3 1 2 2 5 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 2 3 3 8 2 2 4 2 3 2 3 2 12 2 2 4 1 2 2 5 1 2 3 1 2 1 3 1 8 2 1 3 2 2 2 6 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 2 4 3 9 3 4 7 3 4 3 4 3 17 1 2 3 1 3 4 8 3 2 5 4 3 2 3 3 15 3 3 6 2 3 3 8 2 1 3 1 2 2 3 3 11 2 2 4 2 2 2 6 2 1 3 1 1 2 3 2 9 1 2 3 1 2 1 4 4 2 6 2 2 3 3 3 13 3 4 7 3 1 4 8 2 3 5 2 3 2 3 2 12 3 2 5 2 4 3 9 2 2 4 2 2 1 3 2 10 2 2 4 1 2 2 5 2 2 4 1 2 2 3 2 10 2 2 4 1 2 2 5 3 2 5 3 3 3 3 3 15 3 3 6 2 2 2 6 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 2 3 3 8 2 1 3 2 2 2 2 2 10 2 3 5 2 2 2 6 3 2 5 2 2 3 3 3 13 3 2 5 1 4 3 8 3 2 5 2 4 3 3 2 14 2 1 3 2 2 2 6 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 3 5 2 3 3 8 2 3 5 2 3 2 3 2 12 2 2 4 1 2 2 5 3 2 5 3 4 3 3 2 15 2 3 5 1 2 2 5 3 2 5 2 3 2 3 2 12 3 3 6 2 2 2 6 2 1 3 1 2 2 2 2 9 2 2 4 1 2 2 5 2 2 4 2 2 2 3 2 11 2 2 4 2 2 2 6

Kecamatan Medan Tuntungan No.

Sampel

Karakteristik Penghuni

1 2 3 4 5

41 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

42 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta


(4)

43 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

44 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

SMA Miliksendiri <150 juta

45 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

46 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 47 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

48 Pegawaiswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta 49 Pegawaiswasta 1-2,5

juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

50 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 51 Pegawaiswasta 1-2,5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta 52 Wiraswasta >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri >300 juta 53 PNS 1-2,5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

54 Pegawaiswasta <1 juta SMA Miliksendiri <150 juta 55 Wiraswasta >5 juta Perguruan

Tinggi

Miliksendiri >300 juta 56 Wiraswasta 1-2,5

juta

Perguruan Tinggi

Menyewa <150 juta

57 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

SMA Miliksendiri 200-300 juta

58 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 59 Wiraswasta 2,5-5

juta

SMA Miliksendiri <150 juta

60 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa 150-200 juta

61 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

62 Wiraswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta 63 Lain-lain <1 juta SMA Menyewa <150

juta 64 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

65 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta


(5)

xxii

juta Tinggi juta

67 Wiraswasta >5 juta Perguruan Tinggi

Miliksendiri >300 juta 68 PNS 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

69 Wiraswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

70 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

71 Pegawaiswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

72 Lain-lain <1 juta SMA Miliksendiri <150 juta 73 Pegawaiswasta 2,5-5

juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

74 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

75 PNS 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa <150 juta

76 Wiraswasta 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

77 Lain-lain 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 150-200 juta

78 Wiraswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Menyewa <150 juta

79 PNS 2,5-5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri 200-300 juta

80 Wiraswasta 1-2,5 juta

Perguruan Tinggi

Miliksendiri <150 juta

Kecamatan Medan Tuntungan

Kar. Hunian Kar. Lingkungan Fisik Kar. Pelayanan

Kar. Lokasi 1 2 Total 1 2 3 4 5 Total 1 2 Total 1 2 3 Total 2 3 5 2 3 2 1 2 10 3 2 5 3 2 2 7 3 3 6 3 1 3 3 3 13 3 3 6 4 2 2 8 3 4 7 4 2 3 2 3 14 4 4 8 4 3 3 10 2 3 5 2 3 3 1 3 12 3 2 5 3 4 2 9 1 1 2 1 4 2 1 2 10 1 1 2 1 3 1 5 3 3 6 3 2 3 2 3 13 3 3 6 3 4 3 10 3 3 6 3 3 4 2 3 15 3 2 5 4 3 3 10 2 4 6 3 3 3 2 3 14 3 4 7 4 2 3 9


(6)

2 3 5 2 4 3 1 3 13 1 1 2 1 4 4 9 3 3 6 3 1 3 2 4 13 2 1 3 4 3 3 10 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 3 6 3 4 3 10 3 3 6 3 2 3 2 3 13 3 3 6 3 3 2 8 3 3 6 3 3 3 2 3 14 3 3 6 2 1 1 4 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 3 6 4 3 3 10 3 4 7 3 2 3 2 2 12 4 3 7 4 3 2 9 3 3 6 3 1 3 3 3 14 2 2 4 3 2 1 6 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 4 7 4 3 3 10 3 3 6 3 3 3 1 3 13 4 3 7 4 4 3 11 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 3 6 4 3 2 9 2 2 4 2 4 2 1 3 12 2 1 3 2 1 1 4 3 3 6 3 3 3 2 3 14 3 2 5 4 3 3 10 4 3 7 4 2 3 2 3 14 4 3 7 4 3 3 10 3 4 7 4 2 4 2 4 16 4 3 7 4 3 2 9 3 3 6 3 3 3 2 3 14 3 3 6 4 3 2 9 3 3 6 3 2 3 2 3 13 4 3 7 4 3 3 10 2 3 5 3 3 3 2 3 14 2 2 4 3 2 1 6 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 2 5 3 2 2 7 3 3 6 3 3 4 1 3 14 3 3 6 4 3 3 10 3 4 7 3 2 3 2 3 13 2 1 3 4 3 3 10 3 3 6 3 2 3 2 4 14 3 3 6 4 3 3 10 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 3 6 4 3 3 10 2 3 5 2 3 3 3 3 14 3 2 5 3 3 2 8 3 3 6 3 2 3 2 4 14 3 3 6 4 2 2 8 3 3 6 3 2 3 2 3 13 2 2 4 3 2 1 6 2 3 5 3 4 2 2 2 13 3 3 6 4 3 3 10 3 4 7 4 2 4 2 3 15 4 3 7 4 3 3 10 3 3 6 3 2 3 2 3 13 3 2 5 3 3 3 9 3 4 7 3 2 3 2 3 13 4 3 7 4 3 3 10 3 3 6 3 3 3 2 3 14 3 2 5 3 2 1 6 3 4 7 3 2 3 2 3 13 3 3 6 4 3 3 10