Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Lokasi dan Jadwal penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dngan mengumpulkan data-data penelitian yang di peroleh dari Pemko Medan kemudian di uraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya.

B. Jenis Data

Penulis memperoleh data penelitian yang berasal dari data sekunder. Data sekunder merupakan data dari penelitian dari tahun 2004 sampai 2008 yang diperoleh peneliti melalui media perantara seperti : Laporan PAD, Laporan APBD, Peraturan pemerintah PP , Standart Akuntansi Publik SAP, UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah , UU No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang berkaitan dengan Akuntansi Pemerintah dan sebagainya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dilakukan dengan cara pencatatan terhadap dokumen yang di butuhkan baik data keuangan maupun data non keuangan.

D. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif adalah metode analisi yang dinyatakan dalam bentuk uraian .digunakan untuk metode analisis dengan menggunakan penjelasan sebagai pelengkap dan penyempurnaan dalam analisis Universitas Sumatera Utara

E. Lokasi dan Jadwal penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemerintah kota medan.lokasi penelitian adalah Jl. Kapten Maulana Lubis No.2 medan. Jadwal penelitian mulai Bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009. Universitas Sumatera Utara BAB VI HASIL PENELITIAN A. DATA PENELITIAN 1. Sejarah Singkat Pemerintahan Kota Medan Pemerintah Kota Medan berdiri berdasarkan UU Darurat No. 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-Kota dalam Limgkunagn Daerah Propinsi Sumatera Utara.Pemerintah Kota Medan beraktivitas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam beraktifitas, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Pelaksanaan pembangunan kota, khususnya setelah melalui fase kritis 2002-2004 memiliki kinerja yang mengembirakan. Berdasarkan indikator- indikator yang dapat diamati, keluaran, hasil, manfaat dan dampak pembangunan kota pada periode tersebut, cenderung cukup berarti, bahkan dapat dianggap efektif dan efisien, meningkatkan kesejahteraan warga kota. 2. Struktur dan Tugas Pemerintahan Kota Medan Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan merupakan bagian dari struktur organisasi Pemerintah Kota Medan secara keseluruhan. Namun dalam hal ini hanya akan disajikan struktur organisasi pengelolaan daerah. Struktur organisasi pengelolaan daerah Pemerintah Kota Medan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah Sumber : Peraruran Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 a Walikota Medan Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah • Menerapkan Kebijakan pelaksanaan APBD • Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah • Menetapkan kuasa pengguna anggaranbarang • Menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran • Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan pemerintah daerah Walikota Medan Wakil Walikota Medan Sekretaris Daerah Koordinator Pengelolaan Kedua Penggunaan AnggaranPengunaan Barang KPSKPD Kuasa PA PPKD Selaku BUD Kepala SKPKD PPK-SKPD Bendahara PPTK Kuasa BUD Universitas Sumatera Utara • Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah b. Sekretaris Daerah • Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD • Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah • Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD • Penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD • Tugas-tugas perencana daerah, PPKD dan pejabat pengawas keuangan daerah • Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD • Memimpin TAPD • Menyiapkan pedoman Pelaksaaan APBD • Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah • Memberikan persetujuan pengesahan PPA-SKPDDPPA-SKPD c. Kepala SKPD PPKD selaku BUD • Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah • Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD • Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah • Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah Universitas Sumatera Utara • Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD • Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah • Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksaaan APBD • Mengesahkan DPA-SKPDDPPA-SKPD • Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD d. Kuasa BUD mempunyai tugas berikut : • Menyiapkan anggaran kas • Menyiapkan SPD • Menerbitkan SP2D • Menyimpan seluruh bukti asli keepemilikan kekayaan daerah • Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank danatau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk • Mengusahakan dan mengatur yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD • Menyimpan uang daerah • Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelolamenatausahakan investasikan daerah • Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atau beban rekening kas umum daerah • Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah • Melakukan penagihan piutang daerah Universitas Sumatera Utara e. Kepala SKPD Pengguna AnggaranPengguna Barang • Menyusun RKA-SKPD • Menyusun DPA-SKPD • Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja • Melakukan anggaran SKPD yang dipimpinnya • Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran • Melaksanakan pemungutan penerimaan yang bukan pajak • Mengadakan ikatanperjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan • Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang dipimpinnya • Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinya • Mengelolan barang milik daerahkekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya • Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yan dipimpinnya • Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya • Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaranbarang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan kepala daerah • Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui Sekertaris Daerah Universitas Sumatera Utara g. Kuasa Pengguna Anggaran • Pejabat pengguna anggaranbarang dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja ada SKPD selaku kuasa pengguna anggaranbarang • Kuasa pengguna anggaranbarang pada SKPD minimal pejabat eselon III • Pelimpahan wewenang ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD • Pejabat pengguna anggaranbarang pada SKPD berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumalah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompentensi, danatau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya • Kuasa pengguna anggaranbarang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan anggaranbarang yang dilimpahkan • Atas pelaksanaan tugasnya, kuasa pengguna anggaranbarang melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pengguna anggaranbarang g. Bendahara • Kepala daerah atas usul PPKD mengengkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaaan anggaran pendapatan pada SKPD • Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendehara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja SKPD Universitas Sumatera Utara • Kepala daerah atas usul PPKD dapat mengangkat bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk tiap unit kerja yang ada pada SKPD • Pengangkat bendehara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada tiap unit kerja sebagaiman dimaksud pada point 3 diberikan berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran, kegiatan, beban kerja, lokasi, danatau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya • Bendahara penerimaan dan bemdahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada poin 1,2,3 adalah pejabat fungsional • Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiataan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasda atau bertindak sebagai penjamin atas kegiataanpekerjaanpenjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bentuk dan lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi • Bendaharaan penerimaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara poenerimaan pembantu danatau pembantu bendahara penerimaan. • Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara pengeluaran pembantu danatau pembantu bendahara pengeluaran • Bendahara penerimaan pembantu dan pembantu bendahara bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan • Bendahara pengeluaran pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran bertanggungjawab kepada bendahara pengeluaran Universitas Sumatera Utara h. Pejabat pelaksana teknis kegiatan SKPD PPTK-SKPD • Mengendalikan pelaksanaan kegiatan • Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan • Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan yang ditetapkan yang tetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan i. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD PPK-SKPD • Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-GU, SPP-TU, SPP-GU nihil dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran • Menyiapkan SPM • Melakukan Verifikasi SPJ • Melakukan Verifikasi harian atas penerimaan • Melaksanakan akuntansi SKPD • PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negaradaerah, bendahara, danatau PPTK kecuali ditentukan lain atas pertimbangan daerah. 3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Untuk melihat jumlah APBD Kota Medan dapat dilihat dalam strukrtur laporan realisasi APBD tahun 2004 – 2008 yang disajiakan dibawah ini : Universitas Sumatera Utara PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD TAHUN ANGGARAN 2004 MILIYAR Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 257.989 Bagian Dana Perimbangan 777.895 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 39.310 Jumlah Pendapatan 1.705.194 Belanja Belanja Aparatur Daerah 628.679 Belanja Pelayanan Publik 247.514 Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 123.332 Belanja tidak tersangka 5.229 Jumlah Belanja 1.004.754 SurplusDefisit 70.439 Pembiayaan Penerimaan Daerah 42.944 Pengeluran Daerah 113.383 Pembiayaan Netto 70.439 Sumber : Data Diolah Universitas Sumatera Utara PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD TAHUN ANGGARAN 2005 MILIYAR Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 303.383 Bagian Dana Perimbangan 884.117 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 41.149 Jumlah Pendapatan 1.228.649 Belanja Belanja Aparatur Daerah 700.629 Belanja Pelayanan Publik 309.542 Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 131.759 Belanja tidak tersangka 4.889 Jumlah Belanja 1.146.819 SurplusDefisit 81.829 Pembiayaan Penerimaan Daerah 46.617 Pengeluran Daerah 128.446 Pembiayaan Netto 81.829 Sumber : Data Diolah Universitas Sumatera Utara PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD TAHUN ANGGARAN 2006 MILIYAR Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 312.862 Bagian Dana Perimbangan 1.086.048 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah Jumlah Pendapatan 1.398.910 Belanja Belanja Aparatur Daerah 436.296 Belanja Pelayanan Publik 765.488 Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 115.667 Belanja tidak tersangka 4.971 Jumlah Belanja 1.322.422 SurplusDefisit 76.485 Pembiayaan Penerimaan Daerah 49.976 Pengeluran Daerah 126.462 Pembiayaan Netto 76.485 Sumber : Data Diolah Universitas Sumatera Utara PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD TAHUN ANGGARAN 2007 MILIYAR Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 314.802 Bagian Dana Perimbangan 995.843 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 334.895 Jumlah Pendapatan 1.645.540 Belanja Belanja Aparatur Daerah 316.876 Belanja Pelayanan Publik 853.478 Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 401.665 Belanja tidak tersangka 5.012 Jumlah Belanja 1.322.422 SurplusDefisit 68.506 Pembiayaan Penerimaan Daerah 48.506 Pengeluran Daerah 117.012 Pembiayaan Netto 68.506 Sumber : Data Diolah Universitas Sumatera Utara PEMERINTAHAN KOTA MEDAN RINGKASAN LAPORAN APBD TAHUN ANGGARAN 2008 MILIYAR Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 380.814 Bagian Dana Perimbangan 1.118.151 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 296.707 Jumlah Pendapatan 1.795.672 Belanja Belanja Aparatur Daerah 794.005 Belanja Pelayanan Publik 552.712 Belanja Bagi Hasil dan bantuan kemalangan 356.750 Belanja tidak tersangka 4.769 Jumlah Belanja 1.322.422 SurplusDefisit 87.436 Pembiayaan Penerimaan Daerah 44.761 Pengeluran Daerah 132.197 Pembiayaan Netto 87.436 Sumber : Data Diolah Universitas Sumatera Utara 4. Struktur Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah yang berhasil dipungut oleh Pemerintahan Kota Medan untuk tahun anggaran 2004-2008 per 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Target dan Realisasi PAD 2004-2008 PER-31 Desember 2008 Miliyaran Rupiah No Jenis Pendapatan 2004 2005 2006 2007 2008 T R T R T R T R T R I Pos Pajak Daerah 148,237 145,585 185,631 178,113 190,295 181,047 181,084 181,184 203,940 216,792 II Pos Retribusi Daerah 114,345 106,438 113.673 112.271 129,764 122,519 136,839 119,899 143,846 131.643 III Pos Laba BUMD 1,450 1,000 1.000 0,8 6,450 4.993 4.150 4.122 6.160 4.910 IV Lain-lain Pendapatan yang sah 15,922 4,965 14.987 12.197 3.471 4,300 2.190 9.596 2,190 27,467 Jumlah 279,955 257,989 185,761 303,383 329,981 312,862 324.263 314.802 356,137 380,814 Sumber : Pemerintahan Kota Medan 5. Peningkatan PAD Pemerintah Kota Medan Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari APBD, selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerah melalui PAD. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah maka sumber- sumber penerimaan daerah potensial harus digali secara maksimal dan tentu saja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang utama. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Karena dari pajak dan retribusi daerah penyumbangan yang terbesar dalam APBD. Permasalahan yang dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam kaitan penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah adalah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Berikut ini perkembangan sumber-sumber PAD di kota medan pasca pelaksanaan otonomi daerah yakni : Tabel 4.2 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan 2004-2005 dalam miliyaran rupiah Universitas Sumatera Utara No Jenis PAD Tahun 2005 Tahun 2004 Peningkatan 3 4 Rp 53-4 65:3 1 Pajak Daerah 178.113 145.585 32.528 18.26 2 Retribusi Daerah 112.271 106.438 5.833 5,19 3 Laba BUMD 802 1.001 199 24.8 4 Lain-Lain PAD yg sah 12.197 4.965 7.232 59,3 Jumlah PAD 303.383 257.989 45.394 14.96 Tabel 4.3 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan 2005-2006 dalam miliyaran rupiah No Jenis PAD Tahun 2006 Tahun 2005 Peningkatan 3 4 Rp 53-4 65:3 1 Pajak Daerah 181.047 178.113 2.934 16.21 2 Retribusi Daerah 122.519 112.271 10.248 8.36 3 Laba BUMD 4.993 802 4.191 83.94 4 Lain-Lain PAD ygsah 4.303 12.197 7.894 183.45 Jumlah PAD 312.862 303.383 9.479 3.03 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan 2006-2007 dalam miliyaran rupiah No Jenis PAD Tahun 2007 Tahun 2006 Peningkatan 3 4 Rp53-4 65:3 1 Pajak Daerah 181.184 181.047 137 0.08 2 Retribusi Daerah 119.899 122.519 2.620 2.18 3 Laba BUMD 4.122 4.993 871 21.13 4 Lain-lain PAD yg sah 9.597 4.303 5.294 55.16 Jumlah PAD 314.802 312.862 1.940 0.62 Tabel 4.5 Peningkatan Sumber-Sumber PAD Kota Medan 2007-2008 dalam miliyaran rupiah No Jenis PAD Tahun 2007 Tahun 2006 Peningkatan 3 4 Rp 53-4 65:3 1 Pajak Daerah 216.792 181.184 35.608 16.42 2 Retribusi Daerah 131.643 119.899 11.744 8.92 3 Laba BUMD 4.912 4.122 790 16,08 4 Lain-lain PAD yg sah 27.467 9.597 17.870 65,06 Jumlah PAD 380.814 314.802 66.012 17.33 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ke empat tabel di atas menunjukkan bahwa sumber-sumber PAD untuk kota Medan selama periode 2004-2008, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan pos lain-lain yang sah memperlihatkan tren yang terus meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil. Namun jika di perhatikan dari sumber-sumber penerimaan daerah tersebut, ternyata pajak daerah dan retribusi daerah masih mendominasi dalam penerimaan pendapatan asli daerah di kota Medan. Sedangkan untuk sumber penerimaan yang lain yakni laba BUMD dan pos-pos lain yang sah masih mengalami perkembangan yang fluktuatif. Secara umum di kebanyakan daerah peningkatan PAD masih didominasi oleh komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Sementara untuk 2 dua komponen lainnya yaitu laba BUMD dan lain-lain penerimaan daerah yang sah umumnya masih memberikan kontribusi yang kecil. Sebenarnya BUMD merupakan salah satu potensi sumber keuangan bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Besarnya kontribusi laba BUMD terhadap PAD dapat dijadikan indikator kuat atau lemahnya BUMD dalam suatu daerah. Namun pada umumnya BUMD yang ada didaerah tidaklah produktif dan sebagian besar BUMD didaerah belum mampu untuk memberikan kontribusi yang besar bagi PAD, bahkan beberapa BUMD mengalami kerugian dan memikul beban hutang yang sangat besar. Berdasarkan data empiris memperlihatkan bahwa di kebanyakan daerah, kontribusi BUMD terhadap PAD pada tahun 19971998 sd 2001 hanya 1,61 dari total penerimaan APBD dalam Majalah Perencanaan Pembangunan, 2001. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian keberadaan BUMD-BUMD yang ada di kota Medan belum mendukung penerimaan keuangan daerah. Namun kondisi-kondisi BUMD tersebut tidak dapat terus dibiarkan, mengingat aset yang dimiliki BUMD umumnya cukup signifikan untuk memberikan kontribusi yang proporsional. Terlebih lagi diera otonomi daerah, pemerintah daerah harus lebih mandiri dalam rangka membiayai seluruh kegiatan yang menjadi kewenangannya. Dalam rangka peningkatan pendapatan dan percepatan pertumbuhan ekonomi di kota Medan, maka perlu dilakukan langkah-langkah restrukturisasi BUMD agar mampu bertindak sebagai mitra investor dalam mendorong perkembangan ekonomi kota Medan. BUMD harus dapat meningkatkan profionalismenya, meningkatkan efisiensi dalam pengelolaannya dan memfokuskan pada kegiataannya. Untuk itu restrukturisasi BUMD perlu segera dilakukan, misalnya melalaui kerjasama operasi atau kontrak manajemen dengan peluang kerjasama dengfan pihak ketiga dan konsolidasi atau merger dan melakukan rasionalisasi manajemen perusahaan yang ada di daerah. Selanjutnya pada ke empat tabel diatas dapat dilihat bahwa pungutan pajak dan retribusi daerah di kota Medan masih belum dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan desentralisasi. Tidak besarnya peranan PAD dalam anggaran daerah tidak terlepas dari system tax assignment di Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan bea masuk. Universitas Sumatera Utara Ketimpangan dalam penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak tersebut memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah di sisi revenue assigment masih terlalu sentralistis. Hal temuan di kota Medan sejalan dengan hasil data yang diperoleh BPS mengenai persentase kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap total penerimaan pemerintah daerah untuk KabupatenKota seluruh Indonesia tahun 19971998 sd 20032004 rata-rata dibawah 5 persen kecuali tahun 19981999 sebesar 5,36 persen untuk pajak daerah ini menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang terjadi di daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan PAD, terutama disebabkan oleh masih rendahnya basis pajak dan retribusi daerah, perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah dan kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah serta kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan efisiensi sumber atau objek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan sumber atau objek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang. Universitas Sumatera Utara B. ANALISIS DAN EVALUASI 1. Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintahan Kota Medan Kemampuan keuangan dan anggaran daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemeintah daerah dalam meningkatkan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah. Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan kemampuan keuangan daerahnya sendiri. Artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Depdagri RI bekerjasama dengan Fisipol UGM dalam Munir, Dasril, H.A Djuanda, H.N.S. Tangkilisan, 2007:14 untuk menentukan tolak ukur kemampuan daerah dapat dilihat dari rasio PAD terhadap total APBD dan berikut ini skala interval kemampuan keuangan daerah seperti pada Tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.6 Skala Interval Kemampuan Keuangan Daerah KabupatenKota Persentase PAD Kemampuan Keuangan Daerah 0,00-10,00 Sangat Kurang 10,01 – 20,00 Kurang Universitas Sumatera Utara 20,01 – 30,00 Sedang 30,01 – 40,01 Cukup 40,01 – 50,00 Baik 50,00 Sangat Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM Berdasarkan skala interval kemampuan keuangan daerah untuk kota Medan, maka selama pelaksanaan otonomi daerah yakni dari tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah untuk kota Medan berada pada skala interval sangat kurang 0,00-10,00 walaupun dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami peningkatan yang fluktuatif. Tabel 4.7 Kontribusi PAD dalam APBD Kota Medan selama Periode 2004-2008 Tahun Anggaran PAD Rp. Juta APBD Rp. Miliyar Kontribusi 2004 257,989 1.075,195 4,17 2005 303,383 1.228,649 4,05 2006 312,862 1.398,910 4,47 2007 314,802 1.645.540 5,23 2008 380,814 1.795,672 4,72 Sumber : Bagian Keuangan Pemerintahan Kota Medan Berdasarkan Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa pada Tahun 2004, PAD Kota Medan memberikan kontribusi sebesar 4,17 persen dari APBD dan pada Tahun 2005 mengalami penurunan kontribusi menjadi 5,11 persen. Dan Tahun 2006 Universitas Sumatera Utara mengalami peningkatan kontribusi menjadi 4,47 persen. Untuk Tahun 2007 mengalami peningkatan kembali menjadi 5,23. Kemudian pada Tahun 2008, kontribusi PAD terhadap APBD Kota Medan kembali mengalami penurunan menjadi 4,72 persen meskipun jumlah PAD-nya yang tertinggi tapi persentase dari segi kontribusinya mengalami penurunan. Hasil temuan ini sebenarnya merupakan fenomena umum yang tidak hanya dihadapi oleh kota Medan, namun fenomena ini dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia yakni masih relatif kecilnya peranankontribusi PAD di dalam struktur APBD. Dengan kata lain, peranan atau kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintahan pusat dalam bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak, masih mendominasi dalam susunan APBD. Temuan ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Tampubolon, 2002 dalam Batam Pos, 12 Februari 2008 tentang pelaksanaan otonomi daerah di kota besar Surabaya yang seharusnya memiliki potensi besar dalam kemandirian financial, ternyata data pada tahun 2000-2002 menunjukkan bahwa kontribusi PAD kota Surabaya hanya sekitar 25 dari penerimaan kota Medan. Fakta ini menunjukkan tingginya fiscal pemerintah kota Surabaya terhadap uluran tangan dari pusat. Hasil penelitian lain oleh MSI-UGM, 2007 dalam Batam Pos, 12 Februari 2008 sungguh mengejutkan dimana menunjukkan untuk rasio PAD terhadap total penerimaan daerah untuk semua KabupatenKota di Profinsi DIY sangat rendah Universitas Sumatera Utara yakni dibawah 10. Disisi lain rasio antara sumbangan pem,erintah pusat dengan total penerimaan daerah sangat tinggi diantara 50 bahkan ada yang diatas 70. . Hal ini sejalan dengan pernyataan Miranda Gultom, 2007 dalam Batam Pos, 12 Februari 2008 yang menyatakan lebih dari lima puluh persen 50 sumber PAD di Indonesia masih bersumber dari dana perimbangan dimana 80 dari APBD digunakan untuk pengeluaran rutin dan kurang dari 5 untuk pengeluaran modal. Begitupun hasil penelitian Mulyono, 2005 dalam Simanjuntak, 2006 menunjukkan bahwa KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara masih memperlihat ketergantungannya dengan derajat fiskal yang berada dalam interval sangat kurang 0,00-10,00 dan memperlihatkan ketidakmampuan daerah otonom untuk menghimpun dana sebagai PAD guna pengelolaaan pembangunan secara mandiri dan berkesinambungan. Oleh karena itu, baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah, dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat dana bagi hasil, DAU dan DAK masih menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi regional KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Simanjuntak 2006 bahwa meskipun struktur penerimaan APBD Kabupaten Labuhan Batu selama periode 2001-2005 cenderung meningkat namun persentase kemampuan keuangan daerahnya berada pada skala interval sangat kurang 0,00-10,00. Berdasarkan hal tersebut diatas, ketimpangan perbandingan antara PAD sebagai pendapatan lokal dengan pendapatan luar daerah berupa dana Universitas Sumatera Utara perimbangan sebagai transfer dari pemerintah pusat dalam komponen pendapatan APBD menjadi masalah yang dikritis bagi pemerintahan Kota Medan APBD menjadi masalah kritis bagi pemerintahan Kota Medan. Untuk itu pemerintah Kota Medan diharapkan lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui sumber-sumber penerimaan PAD. Tuntutan peningkatan PAD menjadi semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahan kepada pemerintah daerah yang disertai dengan peralihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi ke daerah dalam jumlah yang besar. Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki pemerintah daerah maka semakin tinggi pulka peranan dalam struktur keuangan daerah, demikian pula sebaliknya. Hasil empiris di Kota Medan ini sejalan dengan studi Kuncoro, 1995 dalam Munir dkk, 2004 yang menemukan bahwa proporsi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah TPD sebagian besar Propinsi di Indonesia hanya 15,4 persen, artinya lebih banyak subsidi dari pemerintah pusat dibandingkan dengan PAD dalam pembiayaan pembangunan daerahnya. Hanya Propinsi DKI Jakarta saja yang mencatat proporsi PAD terhadap TPD-nya lebih dari 60 persen yang berarti 60 persen pengeluaran rutinnya dibiayai oleh PAD-nya. Sementara untuk PAD propinsi hanya mampu membiayai kurang dari 30 persen pengeluaraan rutinnya sedangkan untuk KapubatenKota kurang 22 persen pengeluaran rutinnya dibiayai oleh PAD. Universitas Sumatera Utara Peningkatan PAD harus terus ditingkatkan dan tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat harus semakin dikurangi secara bertahap, mengingat kondisi keuangan negara dewasa ini relatif sangat terbatas. 2. Peningkatan Kontribusi PAD Dalam Memenuhi APBD Pemerintahan Kota Medan Tahun 2004 - Tahun 2008 Dapat diketahui peningkatan PAD Kota Medan terjadi setiap tahun. Dari segi jumlah pada Tahun 2004 jumlah PAD sebesar 257.989 meningkat di Tahun 2005 menjadi 303.383. Pada Tahun 2006, jumlah PAD kembali meningkat menjadi 312.862. Tahun 2007 mengalami peningkatan lagi menjadi 314.802 dan Tahun 2008 kembali meningkat lagi menjadi 380.814. Peningkatan PAD dari segi pajak daerah meningkat setiap tahunnya. Dapat kita lihat Tahun 2004, pajak daerah yang berhasil diperoleh sebesar 145.585 juta. Pada Tahun 2005 meningkat menjadi 178.113 juta. Tahun 2006 meningkat kembali menjadi 181.184 juta dan Tahun 2007 mengalami peningkatan yang tidak begitu banyak menjadi sebesar 181.047 juta dan Tahun 2008, pajak daerah kembali meningkat sebesar 216.792 juta. Peningkatan PAD dari segi retribusi daerah mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada Tahun 2004, retribusi daerah yang berhasil diperoleh sebesar 106.438 juta. Tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 112.271 juta. Tahun 2006, retribusi daerah kembali mengalami peningkatan menjadi 122.519 juta. Tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 119.899 juta. Dan Tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 131.643 juta. Universitas Sumatera Utara Peningkatan PAD dari segi laba BUMD mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada Tahun 2004, laba BUMD yang berhasil diperoleh sebesar 1.001 juta. Tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 802 juta. Tahun 2006, laba BUMD kembali mengalami peningkatan menjadi 122.519 juta. Tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 119.899 juta. Dan Tahun 2008 mengalami penurunan drastis menjadi 4.912 juta. Peningkatan PAD dari segi lain-lain PAD yang sah mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada Tahun 2004, lain-lain PAD yang sah yang berhasil diperoleh sebesar 4.965 juta. Tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 12.197 juta. Tahun 2006, lain-lain PAD yang sah kembali mengalami penurunan menjadi 4.303 juta. Tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 9.597 juta. Dan Tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 27.467 juta. Jika dilihat dari segi persen antara jenis PAD dengan jumlah PAD pada Tahun 2004 sebesar 12,01. Pada Tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 14.96. Pada Tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 3.03. Tahun 2007 mengalami penurunan kembali menjadi 0,62 dan pada Tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 17.33. Berdasarkan keterangan diatas maka sektor yang mengalami peningkatan adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk dapat meningkatkan PAD sebaik- baiknya, dapat melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Instensifikasi, melalui upaya: 1 Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah Universitas Sumatera Utara 2 Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi 3 Mengitensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada 4 Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai b. Ekstensifikasi Upaya pengalian sumber-sumber penerimaan diarahkan pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kegiatan ekonomis di masyarakat. Jadi upaya ekstensifikasi diarahkan pada upaya mempertahankan potenasi tersebut dapat dipertahankan secara berkelanjutan. c. Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat Dalam perkembangannya fenomena pembayar pajak telah menjadi hak dari layanan masyarakat, sebagai suatu hak tentunya masyarakat menuntuk suatu kualitas layanan yang baik dari pemerintah, kualitas layanan yang baik tentunya diarahkan kepada layanan untuk kepentingan umum. Wujud dari layanan yang baik kepada masyarakat dan memuaskan beberapa : 1 Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan layanan yang cepat 2 Memperoleh pelayanan secara wajar 3 Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan 4 Pelayanan yang jujur dan terus terang Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan

3 55 71

Pengaruh Pajak Hotel Dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan

15 83 98

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN / KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

2 9 20

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN KOTA DI SUMATERA UTARA.

0 7 16

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAHAN KOTA TEBING TINGGI.

1 7 22

PENDAHULUAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) SELAMA PERIODE 2005-2009 (Studi Kasus Pemerintahan Daerah Kota Wonogiri).

0 2 8

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Period

0 2 12

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

0 6 15

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH DAERAH KOTA SUKABUMI

0 1 10