Uji Kerapatan Mata Parut Pada Alat Pemarut Mekanis

(1)

UJI KERAPATAN MATA PARUT PADA ALAT PEMARUT

MEKANIS

SKRIPSI Oleh:

NURHOIRIAH SINAGA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

UJI KERAPATAN MATA PARUT PADA ALAT PEMARUT

MEKANIS

SKRIPSI Oleh:

NURHOIRIAH SINAGA 060308011 / TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Taufik Rizaldi, STP, MP) (Ir.Edi Susanto, M.Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(3)

ABSTRAK

NURHOIRIAH SINAGA: Uji Kerapatan Mata Parut Pada Alat Pemarut Mekanis, dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan EDI SUSANTO.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan alat yang sama. Dimana hasil penelitian dari penelitian pertama dengan bahan jahe, kapasitas olah yang diperoleh 11,24 kg/jam, sedangkan kapasitas hasil yang diperoleh 9,41 kg/jam, dan persentase bahan yang tidak terparut 9,42 %. Dari hasil yang diperoleh tersebut dianggap masih dapat ditingkatkan sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan memodifikasi kerapatan mata parut alat pemarut mekanis ini yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas olah, kapasitas hasil, dan meminimalisir persentase bahan yang tidak terparut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kerapatan mata parut pada alat pemarut mekanis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial yang

terdiri dari satu faktor yaitu kerapatan mata parut (6, 9, 12 jumlah mata parut/cm2). Parameter yang diamati adalah kapasitas olah,

kapasitas hasil, persentase bahan yang tidak terparut, analisis ekonomi, break

event value, dan net present value.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan mata parut dengan jumlah 6 mata parut/cm2 adalah kerapatan mata parut yang paling optimal karena kapasitas yang dihasilkan lebih besar.

Kata kunci: kerapatan, alat pemarut mekanis

ABSTRACT

NURHOIRIAH Sinaga: Grate Eye On Density Test Equipment Mechanical Sieve, guided by TAUFIK Rizaldi and Edi Susanto.

This study is a continuation of previous studies with the same tool. Where research results from the first study with ginger ingredients, though the capacity obtained 11.24 kg / hour, while the capacity results obtained 9.41 kg / hour, and the percentage of materials that do not scar 9.42%. From the results obtained are considered still to be improved so that research can proceed by modifying the density of the eye scar Sieve mechanical equipment is expected to increase with capacity, the capacity results, and minimize the percentage of materials that do not scar. This study aims to test the density of the eye scar on Sieve mechanical equipment. This study used non-factorial completely randomized design

consisting of a single factor: the density of eye scar

(6, 9, 12 grat/cm2). Observations were done with capacity, the capacity results,

the percentage of materials that do not scar , economic analysis ,break event value,and net present value .

The results showed that the density of eye grated with the number 6 is the

density of eye scar/cm2 the most optimal because the resulting capacity is greater


(4)

RIWAYAT HIDUP

Nurhoiriah Sinaga, dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 27 Maret 1988, dari Ayah Ramli Sinaga dan Ibu Erni Megawati Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan dan pada tahun 2006 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota ATM dan kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di P. T. Perkebunan Nusantara II Pagar Merbau, Lubuk Pakam, pada tahun 2009.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Uji Kerapatan Mata Parut pada Alat Pemarut Mekanis “, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil serta teman-teman di Teknik Pertanian yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, April 2011


(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

Hipotesa Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Jahe ... 7

Varietas ... 7

Kandungan dan Manfaat Tanaman Jahe ... 8

Pascapanen ... 9

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Tanaman Jahe ... 9

Peranan Mekanisasi Pertanian dalam Pembangunan Pertanian ... 10

Logam yang Digunakan ... 11

Elemen Mesin ... 12

Motor listrik ... 12

Prinsip Kerja Motor Listrik ... 13

Puli ( Pulley ) ... 14

Sabuk V ( V-Belt ) ... 15

Keberhasilan atau Kegagalan alat ... 16

Analisis Ekonomi dan analisis kelayakan Usaha ... 17

BAHAN DAN METODE Lokasi da Waktu ... 22

Bahan dan Alat Penelitian ... 22

Metode Penelitian ... 22

Komponen Alat... 23

Prosedur Penelitian ... 24

Parameter yang Diamati ... 25

Kapasitas Olah ... 29

Kapasitas Hasil... 31

Persentase Bahan yang Tidak Terparut ... 32

Analisis Ekonomi... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Pengaruh kerapatan mata parut terhadap parameter yang diamati ... 29 2. Uji LSR pengujian kerapatan mata parut terhadap kapasitas olah ... 30 3. Uji LSR pengujian kerapatan mata parut terhadap kapasitas hasil ... 31


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Grafik hubungan kerapatan mata parut dengan kapasitas olah ... 30 2. Grafik hubungan kerapatan mata parut dengan kapasitas hasil ... 32


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Flowchart penelitian ... 38

2. Data sebelum dikonversi ... 39

3. Data setelah dikonversi ... 40

4. Data pengamatan kapasitas olah (kg/jam) ... 41

5. Data pengamatan kapasitas hasil (kg/jam) ... 42

6. Data pengamatan persentase bahan tidak terparut (%) ... 43

7. Analisis ekonomi ... 44

8. Break event point ... 47

9. Net present value ... 49

10. Spesifikasi alat pemarut mekanis ... 51

11. Prinsip kerja alat ... 52

12. Gambar alat pemarut mekanis tampak depan ... 53

13. Gambar alat pemarut mekanis tampak samping kanan ... 54

14. Gambar alat pemarut mekanis tampak samping kiri... 55

15. Gambar alat pemarut mekanis tampak atas silinder 6 mata parut/cm2 ... 56

16. Gambar alat pemarut mekanis tampak atas silinder 9 mata parut/cm2 ... 57

17. Gambar alat pemarut mekanis tampak atas silinder 12 mata parut/cm2 ... 58


(10)

ABSTRAK

NURHOIRIAH SINAGA: Uji Kerapatan Mata Parut Pada Alat Pemarut Mekanis, dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan EDI SUSANTO.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan alat yang sama. Dimana hasil penelitian dari penelitian pertama dengan bahan jahe, kapasitas olah yang diperoleh 11,24 kg/jam, sedangkan kapasitas hasil yang diperoleh 9,41 kg/jam, dan persentase bahan yang tidak terparut 9,42 %. Dari hasil yang diperoleh tersebut dianggap masih dapat ditingkatkan sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan memodifikasi kerapatan mata parut alat pemarut mekanis ini yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas olah, kapasitas hasil, dan meminimalisir persentase bahan yang tidak terparut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kerapatan mata parut pada alat pemarut mekanis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial yang

terdiri dari satu faktor yaitu kerapatan mata parut (6, 9, 12 jumlah mata parut/cm2). Parameter yang diamati adalah kapasitas olah,

kapasitas hasil, persentase bahan yang tidak terparut, analisis ekonomi, break

event value, dan net present value.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan mata parut dengan jumlah 6 mata parut/cm2 adalah kerapatan mata parut yang paling optimal karena kapasitas yang dihasilkan lebih besar.

Kata kunci: kerapatan, alat pemarut mekanis

ABSTRACT

NURHOIRIAH Sinaga: Grate Eye On Density Test Equipment Mechanical Sieve, guided by TAUFIK Rizaldi and Edi Susanto.

This study is a continuation of previous studies with the same tool. Where research results from the first study with ginger ingredients, though the capacity obtained 11.24 kg / hour, while the capacity results obtained 9.41 kg / hour, and the percentage of materials that do not scar 9.42%. From the results obtained are considered still to be improved so that research can proceed by modifying the density of the eye scar Sieve mechanical equipment is expected to increase with capacity, the capacity results, and minimize the percentage of materials that do not scar. This study aims to test the density of the eye scar on Sieve mechanical equipment. This study used non-factorial completely randomized design

consisting of a single factor: the density of eye scar

(6, 9, 12 grat/cm2). Observations were done with capacity, the capacity results,

the percentage of materials that do not scar , economic analysis ,break event value,and net present value .

The results showed that the density of eye grated with the number 6 is the

density of eye scar/cm2 the most optimal because the resulting capacity is greater


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada mulanya, semua tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Berabad-abad telah lalu sebelum tenaga otot hewani digunakan untuk meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, Diciptakan perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Peralihan dari usaha tani dengan menggunakan tenaga otot keabad usaha tani dengan menggunakan tenaga modern mula-mula berjalan sangat lambat, tetapi dengan perkembangan bajak baja, motor bakar, traktor usaha tani dan mesin usaha tani modern lainnya, gerakan maju berjalan dengan percepatan tak di luar impian nenek moyang kita yang paling gila. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dua dasa warsa terakhir ini sedemikian menakjubkan pengaruhnya terhadap nilai manusia, sehingga bertanya-tanya bagaimana kiranya pengaruh usaha tani di masa mendatang terhadap kesejahteraan manusia. Sesungguhnya, selama abad terakhir terdapat kemajuan dalam pertanian yang lebih besar daripada dalam seluruh sejarah dunia sebelumnya.

Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.


(12)

Teknologi mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam peningkatan pendapatan ekonomi, oleh karena dengan penerapan teknologi yang sesuai, peningkatan nilai tambah dapat dilaksanakan secara berganda. Teknologi perlu diarahkan pada semua tahapan, termasuk didalam proses pascapanen. Teknologi sebagai satu kesatuan metodologi dan peralatan yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu memiliki sasaran akhir yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Inovasi dan penerapan suatu teknologi dalam suatu komunitas masyarakat perlu memperhatikan berbagai faktor agar dapat mencapai sasarannya.

Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, maka diperlukan upaya untuk memperlancar serta membangun sektor pertanian, terutama hortikulktura. Hortikultura harus mendapat perhatian yang sangat serius mengingat komoditi ini merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang cukup besar.

Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri dan memperbesar ekspor serta meningkatkan pendapatan petani dan taraf hidup petani.


(13)

Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualiatas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut.

Pengolahan hasil-hasil pertanian sehingga menjadi suatu bahan pangan bagi masyarakat menjadi hal menarik untuk diketahui lebih dalam. Ternyata banyak hasil-hasil pertanian yang setelah mengalami proses olahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Hal ini menimbulkan banyak ide di dalam mengembangkan bahan hasil-hasil pertanian menjadi produk olahan lebih lanjut.

Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan ( mengupas ), memotong, memarut, pembagian dan pelunakan,pemerasan, emulsifikasi, fermentasi, pemasakan,perebusan,pendidihan, penggorengan, pengukusan, pemanggangan), pengeringan semprot, pasteurisasi, dan pengepakan.

Pekerjaan rumah tangga yang sering memakan waktu dan tenaga yaitu pengolahan hasil pertanian sebagai bahan makanan seperti memarut. Banyak ibu rumah tangga yang lebih memilih membeli santan instan dari pada membuat santan sendiri dengan cara memarut. Dalam proses pemarutan, para ibu rumah tangga masih banyak yang menggunakan cara manual. Proses pemarutan tersebut


(14)

membutuhkan waktu yang lama dan kualitas dari hasil pemarutan tidak bisa maksimal. Agar hasil pemarutan dapat berkualitas baik maka perlu adanya suatu alat atau mesin yang berguna untuk pemarutan tersebut. Dalam kesempatan ini penulis mencoba untuk membuat mesin pemarut serbaguna dengan pengiris mekanis dengan bentuk yang sederhana. Dengan adanya alat ini proses pemarutan dapat dilakukan dengan cepat dan dapat menghemat waktu dan tenaga.

Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi masyarakat dalam melakukan beberapa teknik pengolahan di atas. salah satu diantaranya adalah memarut bahan. Dari hasil observasi di lapangan proses memarut bahan yang dilakukan masyarakat kebanyakan masih menggunakan alat manual yakni dengan menggunakan sebuah alat parut yang terbuat dari bahan logam seng bergerigi kemudian bahan diparut di atas logam seng bergerigi tersebut. Hasil parutan yang diperoleh dari alat ini cukup baik namun kapasitas efektif alatnya masih jauh dari maksimal, mudah berkarat, dan mudah rusak. Selain alat pemarut manual tersebut sudah ada alat pemarut yang lebih baik dari alat pemarut manual dan sudah beredar luas di masyarakat, yakni sudah menggunakan motor listrik untuk menggerakkan komponen utama alat pemarutnya sehingga masyarakat tidak perlu menggunakan tenaga ekstra untuk memarut bahan secara berulang-ulang. Jika dilihat dari kapasitas efektifnya maka alat pemarut dengan menggunakan motor listrik ini sudah jauh lebih maksimal dibandingkan dengan alat pemarut manual, tahan karat dan lebih tahan lama. Namun dalam proses produksi atau memarut bahan terdapat bahan yang tidak terparut sepenuhnya. Sehingga membutuhkan sedikit tenaga tambahan dengan menggunakan tangan untuk memasukkan bahan


(15)

tersebut agar sepenuhnya terparut. Hal ini menunjukkan tingkat efektif dan efisien untuk alat ini masih perlu di tingkatkan.

Alat yang digunakan dalam memproduksi dan mengolah hasil tanaman yang dibudidayakan sebagai penghasil bahan pangan dan serat selalu berubah. Perkembangan baru pada peralatan pertanian dan teknologi baru dalam praktek usaha tani telah mengurangi persyaratan tenaga kerja dalam usaha tani. Mesin- mesin menjadi using dan tidak ekonomis hanya dalam beberapa tahun saja. Faktor-faktor ini menyebabkan mesin perlu direvisi untuk menerapkan perkembangan dan kemajuan modernpada berbagai tipe peralatan usaha tani yang sekarang ini diterapkan di lahan-lahan pertanian.

Berdasarkan hal tersebut maka alat pemarut mekanis ini di rancang dan penulis ingin menguji kerapatan mata parut yang ada pada silinder yang dihubungkan dengan motor listrik agar silinder tersebut berputar. Dan putaran silinder inilah yang nantinya akan memarut bahan. Alat pemarut ini juga dilengkapi dengan hooper sebagai wadah masuknya bahan sehingga bahan lebih mudah terparut dan tidak mudah terlontar keluar.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan alat yang sama. Dimana hasil penelitian dari penelitian pertama dengan bahan jahe, kapasitas olah yang diperoleh 11,24 kg/jam, sedangkan kapasitas hasil yang diperoleh 9,41 kg/jam, dan persentase bahan yang tidak terparut 9,42 %. Dari hasil yang diperoleh tersebut dianggap masih dapat ditingkatkan sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan memodifikasi kerapatan mata parut alat pemarut mekanis ini yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas olah, kapasitas hasil, dan meminimalisir persentase bahan yang tidak terparut.


(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kerapatan mata parut pada alat pemarut mekanis terhadap kualitas hasil parutan.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departeman Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pemarut mekanis.

3. Bagi masyarakat, khususnya bagi pengusaha makanan agar dapat membantu proses produksi lebih efektif dan efisien.

Hipotesa Penelitian

Diduga adanya pengaruh kerapatan mata parut silinder terhadap parameter yang diamati


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Jahe

Secara ekonomis, rimpang jahe dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dalam bentuk jahe segar maupun jahe olahan. Jahe segar sering digunakan sebagai rempah dan berbagai keperluan lain seperti obat tradisional. Sementara jahe olahan dapat berupa jahe kering, jahe asin, jahe dalam sirup, jahe kristal, bubuk jahe, menyak asiri, dan oleoresin. Masing-masing bentuk olahan ini memiliki manfaat yang berbeda. Namun prospek bisnis kesemuanya sama bagusnya. Hal ini sesuai dengan perhitungan analisis usaha bahwa membudidayakan dan mengusahakan pengolahan jahe bias mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Beberapa tahun terakhir ini, sebagian wilayah Indonesia secara serius telah berkiprah pada segala bentuk usaha yang menyangkut komoditi jahe. Produknya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Varietas

Jahe(Zingiber officinale) merupakan tanaman terna tahunan atau tumbuhan berbatang lunak tidak berkayu yang tumbuh tegak. Tingginya berkisar antara 75-100 cm, dan terdiri atas bagian akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman ini berakar tunggang (rimpang) yang bias bertahan lama di dalam tanah. Akar tunggang (rimpang)-nya dapat berkembang dan mampu mengeluarkan tunas untuk memperbanyak batang.

Berdasarkan taksonomi tanaman (taksomoni adalah cabang biologi yang menelaah penamaan, pencirian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan


(18)

persamaan dan perbedaan sifat-sifatnya), Jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam divisi Pteridophyta , subdivisi Angiosperma, kelas Monocotyledoneae, ordo Scitamineae, famili Zingiberaceae, dan genus Zingeber.

Genus Zingiber terdiri atas sekitar 85 spesies, diantaranya adalah jahe emprit, jahe gajah, jahe putih, dan lain-lain dari spesies jahe lainnya. Jahe dapat dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, yaitu: jahe putih atau jahe kuning besar, jahe kecil itu biasanya disebut jahe emprit dan jahe besar sering disebut jahe gajah atau jahe badak (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Kandungan dan manfaat tanaman jahe

Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang bisa disebut minyak asiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tak menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan asin. Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan jahe, yaitu minyak asiri dan fixed oil yang terdiri dari Zingerol, shogaol, resin.

Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak kegunaannya. Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional, industri parfum, industri kosmetik (Farry dan Murhananto, 1991).

Sudah sejak lama jahe digunakan sebagai bumbu dapur. Misalnya jahe digunakan dalam masakan ikan untuk menghilangkan bau amis. Aroma dan rasanya yang khas menyebabkan penggunaan jahe untuk bumbu dapur lebih memasyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan jahe sebagai bumbu dapur yang mencapai 30.000 ton per tahun (hanya untuk pasar domestik).


(19)

Kebutuhan tersebut menempati peringkat pertama dibanding kunyit, kencur dan lengkuas yang juga sering digunakan sebagai bumbu dapur. Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu sebagai obat tradisional. Jahe yang mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena rematik, tonikum serta obat batuk . Selain kedua penggunaan jahe di atas, jahe kering juga digunakan untuk memberi aroma dan rasa pada makanan seperti permen, biskuit, kue dan minuman. Minyak jahe atau oleoresin yang dihasilkan dari destilasi jahe kering banyak digunakan dalam industri parfum dan minuman (Syukur, 2001).

Pascapanen

Pada dasarnya tindakan pascapanen jahe ditentukan oleh tujuan penggunaannya, atau lebih tepat dikatakan : untuk apa jahe diolah? Dalam dunia perdagangan dapat dipilihkan dua jenis jahe yaitu pertama jahe yang belum dimasak, yang meliputi jahe segar dan jahe kering, dan yang kedua jahe yang telah dimasak, minyak jahe dan oleoresin (Hieronymus, 1988).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jahe

Secara garis besar pertumbuhan jahe dipengaruhi oleh kondisi lingkungan biotik dan abiotik (fisik). Kondisi abiotik, seperti tanah dan iklim, sangat memegang peranan penting. Umumnya jahe cocok ditanam di tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organic (humus). Jenis tanah yang biasa digunakan adalah tanah latosol merah cokelat atau andosol. Tanaman ini tidak cocok ditanam di tanah rawa dan tanah berat yang mengandung fraksi liat dan di tanah yang didominasi kandungan pasir kasar. Jahe juga tidak menyukai tanah


(20)

yang sistem drainasenya jelek, terutama yang menyebabkan genangan air.genangan air dapat menyebabkan rimpang menjadi busuk (Tim Lentera, 2002). Peranan mekanisasi dalam pembangunan pertanian

Ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia dalam bidang pertanian, demi untuk kesejahteraan manusia. Pengertian pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya.

Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai usahapembangunan pertanian, terutama di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan, nilai social ekonomi, dan teknis, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui system pengembangan selektif. Yang dimaksud dengan sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat. Oleh karena itu, ditinjau dari segi tingkat teknologinya, mekanisasi pertanian dibedakan atas : mekanisasi pertanian sederhana, mekanisasi pertanian madya, dan mekanisasi pertanian mutakhir. Wilayah pengembanganmekanisasi pertanian dibagi atas : wilayah tipe I-A atau wilayah lancer, wilayah tipe I-B atau wilayah siap, wilayah tipe II atau wilayah setengah atau secara ekonomi kurang menguntungkan, dan wilayah tipe III atau wilayah mekanisasi pertanian terbatas.

Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah :


(21)

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia. 2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani.

3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian.

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming).

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.

(Hardjosentono, dkk.,2000). Logam yang Digunakan

Baja Tahan Karat (Stainless steel) mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar, yakni baja tahan karat berlapis ferit, berlapis austenit, dan berlapis martensit (Amanto dan Haryanto, 1999).

Besi biasa, berbeda dengan stainless steel, permukaannya tidak dilindungi apapun sehingga mudah bereaksi dengan oksigen dan membentuk lapisan Fe2O3

atau hidroksida yang terus menerus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Lapisan korosi ini makin lama makin menebal dan kita kenal sebagai ‘karat’.

Stainless steel, dapat bertahan ‘stainless’ atau ‘tidak bernoda’ justru karena


(22)

Elemen Mesin Motor listrik

Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator ke suatu mesin yang akan digerakkan (Daryanto, 2002).

Motor listrik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Dapat dihidupkan dengan hanya memutar sakelar. 2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.

3. Udara tidak ada yang diisap, juga tidak ada gas buang, oleh karena itu tidak perlu mengukur polusi lingkungannya atau membuat ventilasi. Di lain pihak, motor listrik juga memiliki kekurangan sebagai berikut:

1. Motor listrik membutuhkan sumber daya, kabelnya harus dapat dihubungkan langsung dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunaannya sangat terbatas panjang kabel.

2. Kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan menjadi besar.

3. Secara umum biaya listrik lebih tinggi dari harga bahan bakar minyak. (Soenarta dan Furuhama,2002).

Motor listrik dapat digolongkan menjadi dua golongan sesuai dengan sumber arus listrik, yaitu motor listrik arus searah atau DC dan motor listrik arus bolak-balik atau AC. Motor listrik AC yang kecil banyak dipakai pada peralatan


(23)

rumah tangga misalnya alat cukur, alat kecantikan, alat dapur, dan sebagainya. Sedangkan motor listrik yang besar banyak digunakan pada kompresor, penggiling jagung, dan alat-alat bengkel atau pabrik. Dasar utama yang menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tak senama tarik-menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997).

Prinsip kerja motor listrik

Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :

1. Dapat disesuaikan : motor dapat digunakan dihampir setiap lokasi termasuk di dalam air.

2. Otomatis : motor dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

3. Rapi : Sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besarsecara bersama-sama.

4. Dapat dipercaya : motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami gangguan.

5. Ekonomis

6. Efisien : motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %

7. Perawatan mudah : jika melindungi dari debu dan kotoran, motor hanya membutuhkan sedikit perawatan.

8. Tenang : motor secara umum lebih tenang daripada mesin yang dijalankan


(24)

9. Aman : apabila dipasang dengan tepat,dipelihara, dan digunakan, motor sangat aman untuk dioperasikan.

10.Mudah dioperasikan : tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk mengoperasikan motor.

(Cooper, 1992). Puli (Pulley)

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau rantai yang dibelitkan di sekeliling puli atau sproket pada poros.Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan n1 dengan diameter dp dan

puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka perbandingkan putaran

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

p

p D d n N

=

2 1

... (1)

(Roth, dkk.,1982).

Pemasangan antara lain dapat dilakukan dengan cara :

 Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

 Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertical. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk (Mabie and Ocvirk, 1967).


(25)

Sabuk V

Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putaran dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transimisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor, dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).

Sabuk bentuk trapezium atau bentuk V dinamakan karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak gesekan terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil daripada sabuk yang pipih. Ukuran sabuk V untuk mesin usaha tani telah dibakukan dan ditunjuk dengan huruf HA, HB, HC, HD, dan HE. Pembakuan sabuk pemakai mesin usaha tani. Sabuk dengan penampang lintang demikian itu dapat diperoleh dari pabrik pembuatan sabuk V. Sabuk V bersisi ganda memindahkan daya ke roda transmisi beralur dengan kedua sisinya. Sabuk dengan kecepatan putar yang dapat diatur digunakan pada penggerak dengan


(26)

kecepatan yang dapat berubah-ubah yang dilengkapi dengan roda beralur yang dapat berubah-ubah pula (smith dan wilkes,1990).

Sebagian besar orang menggunakan sabuk V karena mudah penanganannya dan harganyapun murah. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk puli. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah dan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relative rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V (Sularso dan Suga, 2002).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk meyalurkan tenaga tergantung dari:

1. Regangan sabuk pada pulley 2. Gesekan antara sabuk dan pulley

3. Lengkung persinggungan anatra sabuk dan pulley

4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi regangan dan singgungan)

(Pratomo dan Irwanto, 1980). Keberhasilan atau Kegagalan Alat

Kekuatan, keawetan dan pelayananyang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macan dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuang dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bila mana hal itu dilakukan, biaya dalm membuat mesin dalam jumlah mesindari segi materil akan sangat berkurang. Mesin akan semakin ringan, tetapi


(27)

kekuatan dan keawetannyadipertahankan dan bahkan sering ditingkatkan. Keberhasilan atau kegagalan suatu alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya.

Analisis Ekonomi dan Analisis kelayakan Usaha

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada disebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila disebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternative kegiatan usaha, 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi,

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternative usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Biaya variable adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).


(28)

Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap ( biaya pokok ).

Biayapokok BTT C

x BT     + = ... (2) dimana:

BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = Total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Ada dua kelompok biaya pemakaian alat atau mesin (alsin) yang umum dibicarakan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Jumlah biaya tetap tidak tidak dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat dipengaruhi oleh alsin.

1. Biaya tetap

1. Biaya penyusutan (metode garis lurus)

Dalam pemakaian alsin, biaya ini merupakan biaya yang sangat penting dan dapat merupakan biaya yang terbesar. Biaya ini merupakan biaya untuk mengganti alsin jika umur ekonominya telah sampai atau jika alsin itu dijual sebelum habis masa umur ekonominya. Dapat dihitung dengan metoda garis lurus dengan rumus sebagai berikut :

(

)

n S P

D= −

... (3) dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)


(29)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) n = Umur ekonomi (tahun)

2. Biaya bunga modal dan asuransi

Bunga modal dan asuransi ada kalanya perhitungannya digabung dan kadang kala dipisah, maka biaya-biaya ini diperhitungkan berdasarkan persentase nilai awal. Jika digabung, besarnya adalah:

( )( )

n n P i I

2 1 + =

... (4) dimana :

I =Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/th)

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun) P = Nilai awal (harga beli) alsin (Rp)

N = Perkiraan umur ekonomi alsin (th) 3. Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :


(30)

(

)

jam S P reparasi Biaya 1000 % 2 , 1 − = ... (5) 2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

3. Perhitungan Titik Impas

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = V R

F

... (6) dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg) F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah) V : biaya tidak tetap per unit produksi.

4. Net Present Value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk


(31)

diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

NPV =

+− n

t t

Ct Bt

0

) 1 1 (

) (

... (7) dimana:

B = manfaat penerimaan tiap tahun

C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n) i = tingkat discount yang berlaku Dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan; - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya


(32)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jahe, plat stainless tebal 0,2 cm.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pemarut mekanis, timbangan untuk mengukur berat bahan, ember untuk wadah hasil parutan, alat tulis untuk pencatatan dalam pengolahan data, kalkulator untuk perhitungan dalam pengolahan data, mistar, stopwatch untuk menghitung waktu. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu kerapatan mata parut pada alat pemarut dengan luasan 1 cm x 1 cm . Dengan tiga ulangan pada tiap perlakuan.

Faktor kerapatan mata parut pada alat pemarut: L1= 6 mata parut/ cm²

L2= 9 mata parut/ cm² L3= 12 mata parut/ cm².

Model rancangan yang digunakan yaitu: Yik = µ + Ti + εik

Yik = hasil pengamatan dari perlakuan faktor rpm pada taraf ke-i dan pada

ulangan ke-k µ = nilai tengah umum


(33)

Ti = pengaruh perlakuan ke-i=

εik = pengaruh galat percobaan dari perlakuan rpm pada taraf ke-i dan

ulangan ke-k Komponen Alat

Alat pemarut mekanis ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu : 1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 25 cm, tinggi 75cm, dan lebar 23 cm.

2. Silinder Pemarut

Silinder pemarut adalah komponen utama yang akan memarut bahan. Pada alat ini digunakan dua buah silinder pemarut dengan panjang 22 cm dan berdiameter 10 cm dengan kerapatan mata parut 6 mata parut / cm², 9 mata parut /cm², 12 mata parut / cm² pada luasan 1 cm x 1 cm . Kedua silinder ini memiliki permukaan yang bergerigi.

3. Gear

Gear berguna untuk memutar salah satu silinder pemarut yang diputar oleh

motor listrik. Kedua gear ini berdiameter 10 cm dan akan berputar berlawanan arah.

4. Motor Listrik

Motor listrik berguna sebagai sumber penggerak. Pada alat ini digunakan motor listrik berkekuatan 1/2 HP.


(34)

Lubang pemasukan berguna untuk memasukkan bahan yang akan diparut ke silinder pemarut, dimensi lubang pemasukan adalah panjang 25 cm, lebar 23 cm, dan tinggi 5 cm.

6. Saluran pengeluaran

Saluran pengeluaran ini berguna untuk menyalurkan bahan yang sudah diparut dengan silinder pemarut ke tempat penampungan bahan hasil parutan. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut : A . Pembuatan silinder

1. Disiapkan bahan untuk membuat silinder yaitu plat stainless dengan tebal 0.2 cm.

2. Dirancang dimensi silinder.

3. Diukur bahan untuk silinder dengan panjang 22 cm. 4. Dipotong bahan sesuai ukuran dimensi.

5. Dibentuk stainless agar menjadi silinder .

6. Dipahat silinder untuk menghasilkan mata parut. 7. Dipasang silinder pada alat pemarut.

8. Dipasang sabuk V pada motor listrik dan puli untuk menghubungkan tenaga putar dari motor listrik terhadap puli yang sudah terhubung dengan silinder pemarut sebagai sumber tenaga untuk memarut bahan.

B . Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan yang akan diparut (dalam penelitian bahan yang diparut adalah jahe).


(35)

3. Jahe siap untuk diparut. Pelaksanaan Penelitian

1. Dipasang silinder sesuai dengan kerapatan yang diinginkan. 2. Ditimbang bahan yang akan diparut sebanyak 3 kg.

3. Dinyalakan motor listrik dengan menghubungkan steker motor listrik pada sumber arus listrik.

4. Dimasukkan bahan sedikit demi sedikit ke dalam lubang pemasukan (hooper).

5. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk memarut bahan dengan menggunakan alat ini.

6. Dihitung kapasitas bahan yang diparut alat ini per jam, dihitung persentase bahan yang tidak terparut, dilakukan analisis ekonomi dan analisis kelayakan usaha.

7. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan. Parameter yang diamati

1. Kapasitas olah (kg/jam)

Kapasitas olah dilakukan dengan membagi berat bahan awal terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memarut bahan.

T BA

KO= ... (8) dimana:

KO = kapasitas olah (kg/jam) BA = berat awal (kg)


(36)

2. Kapasitas hasil (kg/jam)

Kapasitas hasil dilakukan dengan membagi berat bahan yang terparut terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memarut bahan.

KH =

T BT

... (9) dimana:

KH = kapasitas hasil (Kg/jam) BT = berat bahan yang terparut (Kg) T = waktu (jam)

3. Persentase bahan yang tidak terparut

Pengukuran persentase bahan yang tidak terparut dapat ditentukan dengan

membagi berat bahan yang tidak terparut dengan berat isian bahan awal (sebelum diparut) dikali dengan 100 %. Secara matematis dapat dituliskan dengan

rumus:

= Terparut BahanTidak

% x 100%

BA BTP

……... (10) dimana:

BTP = bahan yang tidak terparut (kg) BA = berat isian bahan awal (kg) 4. Analisis ekonomi

a. Biaya pemarutan bahan (Rp/kg).

Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok) seperti yang terdapat dipersamaan (2) pada halaman 17.


(37)

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

i. Biaya penyusutan (metode garis lurus) seperti yang terdapat di persamaan (3) pada halaman 18.

ii. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya seperti yang terdapat di persamaan (4) pada halaman 19. iii. Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

iv Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

b. `Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap terdiri dari :

i. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung seperti yang terdapat di persamaan (5) pada halaman 19.

ii. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

b. Perhitungan Titik Impas

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha


(38)

yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan seperti yang terdapat di persamaan (6) pada halaman 20.

c. Net Present Value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya seperti yang terdapat di persamaan (7) pada halaman 20.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kerapatan mata parut pada silinder pemarut memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas olah, kapasitas hasil, persentase bahan yang tidak terparut. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Pengaruh kerapatan mata parut pada silinder terhadap parameter yang diamati

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapasitas olah tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 61.68 kg/jam sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan L3 sebesar 26.14 kg/jam.Sementara kapasitas hasil tertinggi terdapat pada perlakuan L1 sebesar 51.08 kg/jam dan yang terendah terdapat pada perlakuan L3 sebesar 22.16 kg/jam.Untuk persentase bahan yang tidak terparut hasil tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 13.83 % dan yang terendah yaitu pada L3 sebesar 12.32 %.

Kapasitas Olah

Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa kerapatan mata parut pada silinder pemarut memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas olah. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least

Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh kerapatan mata parut pada

silinder pemarut terhadap kapasitas olah untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Perlakuan Kapasitas olah (kg/jam)

Kapasitas hasil (kg/jam)

Persentase bahan yang tidak terparut

(%)

L1(6) 61.68 51.08 13.83

L2(9) 28.90 23.82 13.18


(40)

Tabel 2. Uji LSR pengujian kerapatan mata parut terhadap kapasitas olah (kg/jam)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L3 26.14 b B

2 21.8770 33.1317 L2 28.90 b B

3 22.6358 34.8389 L1 61.68 a A

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas olah tertinggi yang terdapat pada perlakuan L1, yaitu sebesar 61.68 kg/jam dan yang terendah pada perlakuan L3 yaitu sebesar 26.14 kg/jam.

Hubungan antara kerapatan mata parut dengan kapasitas olah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik hubungan kerapatan mata parut dengan kapasitas olah (kg/jam).

ŷ = -5,923x + 92,21 r = -0,807

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

0 3 6 9 12 15

k a p a si ta s o la h (k g /j a m )


(41)

Dari gambar menunjukkan bahwa semakin renggang dan semakin tajam mata parut maka semakin besar kapasitas olah demikian juga sebaliknya. Semakin rapat jarak mata parut silinder maka kapasitas olah yang diperoleh semakin sedikit. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jarak mata parut silinder, apabila jarak mata parut silinder rapat maka hasil parutannya banyak mengandung air dan pada saat penelitian air dari hasil parutan tersebut banyak terpercik ataupun menetes sehingga kapasitas olah yang dihasilkan lebih sedikit.

Kapasitas hasil

Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 5 dapat dilihat bahwa perlakuan kerapatan jumlah mata parut memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas hasil. Hasil pengujiian dengan menggunakan analisa Least Significant

Range (LSR) menunjukkan pengaruh kerapatan jumlah mata parut terhadap

kapasitas hasil untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Uji LSR pengujian kerapatan mata parut terhadap kapasitas hasil (kg/jam)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L3 22,16 b B

2 15,1744 22,9809 L2 23,82 b B

3 15,7007 24,1650 L1 51,08 a A

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kapasitas hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan L3 yaitu sebesar 51.08 kg/jam dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 22.16 kg/jam. Perlakuan L3 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan.

Hubungan antara kerapatan jumlah mata parut dengan kapasitas hasil dapat dilihat pada Gambar 2.


(42)

Gambar 2. Grafik hubungan kerapatan mata parut dengan kapasitas hasil (kg/jam). Gambar di atas menunjukkan bahwa semakin renggang atau semakin sedikit jumlah mata parut dalam luasan 1 cm2 maka akan semakin besar kapasitas hasil yang diperoleh demikian juga sebaliknya. Semakin banyak atau semakin rapat jumlah mata parut dalam luasan 1 cm2 maka akan semakin kecil kapasitas hasil yang diperoleh.

Persentase Bahan yang tidak Terparut

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa kerapatan jumlah mata parut pada silinder memberi pengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang tidak terparut sehingga pengujian least significant range (LSR) tidak dilanjutkan. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

ŷ= -4,82x + 75,73 r = -0,792

0 10 20 30 40 50 60

0 3 6 9 12 15

k ap as it as h as il (k g/ jam )


(43)

Dari analisis biaya (Lampiran 7), diperoleh biaya pemarutan sebesar Rp. 272,56/kg yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 1. 578.870/tahun dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5138,45/jam.

Break Event Point

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh (Lampiran 8), alat ini akan mencapai nilai break event point pada L1 nilai 35.342,55 kg, hal ini berarti alat ini akan

mencapai keadaan titik impas apabila telah memarut sebanyak 35.342,55 kg dalam setahun. Pada L2 nilai 23.234,39 kg, hal ini berarti alat ini akan mencapai

keadaan titik impas apabila telah memarut sebanyak 23.234,39 kg dalam setahun. Dan pada L3 nilai 22.179,50 kg, hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik

impas apabila telah memarut sebanyak 22.179,50 kg dalam setahun. Net Present Value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternative dalam analisa

finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat

diketahui besarnya nilai NPV 16% dari alat ini adalah Rp. 6.504.548,24 dan NPV 20% dari alat ini adalah Rp. 5.495.356,43. Hal ini berarti usaha ini layak untuk


(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kerapatan mata parut memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kapasitas olah, sangat nyata terhadap kapasitas hasil dan tidak nyata terhadap persentase bahan yang tidak terparut.

2. Kapasitas hasil alat pemarut mekanis pada perlakuan L1 adalah sebesar

51,08 kg/jam, pada perlakuan L2 adalah sebesar 23,82 kg/jam, dan pada

perlakuan L3 adalah sebesar 22,16 kg/jam.

3. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam memarut dengan alat pemarut mekanis ini untuk L1 = 121,265/kg, L2 = 236,395/kg, L3 = 252,555/kg.

4. Alat ini akan mencapai nilai break event point apabila pada L1 telah

memarut sebanyak 35.342,55 kg, L2 telah menarut sebanyak 23.234,39 kg,

dan pada L3 telah memarut sebanyak 22.179,50 kg.

5. NPV rata-rata alat ini jika suku bunga 16% adalah Rp. 6.504.548,24 dan NPV jika suku bunga 20% dari alat ini adalah Rp. 5.495.356,43 Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan.

6. Kerapatan mata parut dengan 6 jumlah mata parut/cm2 pada alat pemarut mekanis adalah kerapatan mata parut yang paling optimal karena kapasitas yang dihasilkan lebih besar.


(45)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan silinder yang berbeda.

2. Perlu dilakukan modifikasi alat untuk mengefisiensikan kerja alat pemarut mekanis terutama penambahan alat penekan pada hopper.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H dan Haryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta. Anonimous, 2010. Puli. Anonimous, 2010. Sabuk V.

Anonimous, 2010. Stainless Steel.

Cooper, EL., 1992. Agricultural Mechanics. Fundamentals and Applications 2nd Edition. Delmar Publisher Inc, The United State of America.

Darun,2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian,Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto., 1984. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta. Daryanto., 2002. Pengetahuan Listrik. Budi Aksara, Jakarta.

F. B dan Murhananto. 2000. Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hardjosentono, dkk., 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Hartanto. 1997. Mekanisasi Tanaman Pangan. CV Bakti Aksara, Bengkulu. Hieronymus, B. S., 2008. Budidaya Tanaman Jahe. Yrama Widya, Bandung. Mabie, H. H and F.W. Ocvirk, 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery. Jhon

Wiley & Sons, Inc., New York.

Pratomo, M. dan K. Irwanto. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pudjosumarto, M., 1998. Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Brawijaya Malang. Edisi Kedua. Liberty, Yogyakarta.

Roth, L.O.,F.R.Crow, and G.W.A. Mahoney., 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing. Westport, USA.

Smith, H. P., dan Lambert, H. W., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.

Soeharno., 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Soenarta, N. Dan S. Furuhama.,2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.


(47)

Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha, Jakarta.

Syukur, C. 2001. Agar Jahe Berproduksi Tinggi.Penebar Swadaya, Jakarta. Tim Bina Karya Tani, 2008. Jahe. Kanisus, Yogyakarta.

Tim lentera, 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik ( Konsep, Teori dan Aplikasi ). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


(48)

Lampiran 1. Gambar Flowchart Bagan Alir Penelitian Tidak Ya Ya Tidak Mulai

Perancangan Alat Persiapan Bahan Baku

Perancangan

Dimensi Alat Pembersihan Bahan

Perancangan

Gambar Alat Penimbangan Bahan

Pemilihan Bahan Bahan Lengkap Pengukuran Bahan Pemotongan dan Pengikiran Bahan Sesuai Ukuran Dimensi Alat Perangkaian Alat Pengelasan Penggerindaan Permukaan Kasar Pengecatan Alat Selesai Pengujian Alat Pemasangan Silinder

Penimbangan Bahan 10 kg

Pemasukan Bahan

Perhitungan Parameter


(49)

Lampiran 2. Data sebelum dikonversi

Perlakuan Ulangan

Kapasitas Olah (kg/menit) Kapasitas Hasil (kg/menit) Persentase Bahan tidak Terparut (%) L1(6) I II III 1.376 0.791 0.917 1.088 0.677 0.789 14.67 14.40 12.43

Total 3.084 2.554 41.50

Rataan 1.028 0.851 13.83

L2(9) I II III 0.483 0.502 0.460 0.407 0.405 0.379 12.20 14.13 13.20

Total 1.445 1.191 39.53

Rataan 0.482 0.397 13.18

L3(12) I II III 0.502 0.440 0.365 0.417 0.377 0.314 12.27 12.07 12.63

Total 1.307 1.108 36.97


(50)

Lampiran 3. Data setelah dikonversi

Perlakuan Ulangan

Kapasitas Olah (kg/jam) Kapasitas Hasil (kg/jam) Persentase Bahan tidak Terparut (%) L1(6) I II III 82.56 47.46 55.02 65.28 40.63 47.34 14.67 14.40 12.43

Total 185.04 153,24 41.50

Rataan 61.68 51.08 13.83

L2(9) I II III 28.98 30.12 27.60 24.42 24.30 22.74 12.20 14.13 13.20

Total 86,70 71,46 39.53

Rataan 28,90 23.82 13.18

L3(12) I II III 30.12 26.40 21.90 25.02 22.62 18.84 12.27 12.07 12.63

Total 78,42 66,48 36.97


(51)

Lampiran 4. Data Pengamatan Kapasitas Olah (kg/jam)

Perlakuan ulangan Total Rataan

I II III

L1 82,56 47,46 55,02 185,04 61,68

L2 28,98 30,12 27,60 86,70 28,90

L3 30,12 26,40 21,90 78,42 26,14

Total 141,66 103,98 104,52 350,16

Rataan 47,22 34,66 34,84 38,91

Daftar Analisa Sidik Ragam Kapasitas Olah Sumber

ragam DB JK KT

F

Hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan 2 2345,24 1172,62 9,780 * 5,14 10,92

Galat 6 719,61 119,935 Total 8 3064,85

Ket: tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata


(52)

Lampiran 5. Data Pengamatan Kapasitas Hasil (kg/jam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

L1 65,28 40,62 47,34 153,24 51,08

L2 24,42 24,30 22,74 71,46 23,82

L3 25,02 22,62 18,84 66,48 22,16

Total 114,72 87,54 88,92 291,18

Rataan 38,24 29,18 29,64 32,35

Daftar Analisa Sidik Ragam Kapasitas Hasil Sumber

ragam DB JK KT

F

Hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan 2 1582,23 791,11 13,710 ** 5,14 10,92

Galat 6 346,21 57,702 Total 8 1928,44

Ket: tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata


(53)

Lampiran 6. Data Pengamatan Persentase Bahan tidak Terparut (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

L1 14,67 14,4 12,43 41,5 13,83

L2 12,2 14,13 13,20 39,53 13,18

L3 12,27 12,07 12,63 36,97 12,32

Total 39,14 40,60 38,26 118

Rataan 13,05 13,53 12,75 13,11

Daftar Analisa Sidik Ragam Persentase Bahan tidak Terparut Sumber

ragam DB JK KT

F

Hitung F 0.05 F 0.01 Perlakuan 2 3,44 1,72 2,060 tn 5,14 10,92

Galat 6 5,01 0,836

Total 8 8,45

Ket: tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata


(54)

Lampiran 7. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 4.965.000 2. Umur ekonomi (n) = Rp. 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 496.500

4. Jam kerja = 5 jam / hari

5. Produksi/hari = 161,75 kg 6. Biaya operator = Rp. 25.000 / hari 7. Biaya perbaikan = Rp. 35,87 / jam 8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 536.220 / tahun 9. Biaya sewa gedung = Rp. 49.650

10. Pajak = Rp. 99.300 / tahun

11. Jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun (asumsi 299 hari efektif berdasarkan tahun 2010)

II.Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya Penyusutan

D = ………..(3)

D =

D = Rp. 893.700

2. Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Mei 16% Asuransi 2%


(55)

I = ………...(4) I =

= Rp. 536.220/tahun 3. Biaya sewa gedung

= 1% . P

= 1% x 4.965.000 = Rp. 49.650 4. Pajak

= 2% . P

= 2% x 4.965.000 = Rp. 99.300/tahun

Total Biaya Tetap (BT) = Rp. 1. 578.870/tahun 2. Biaya Tidak Tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi) =

=

= Rp. 35,87/jam 2. Biaya listrik

Motor listrik 0,5 HP; 0,5 HP = 0,373 kW Biaya listrik = 0,373 kW x Rp. 275/kWh

= Rp. 102,575/jam 3. Biaya operator


(56)

Total biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5138,45/jam Biaya pemarutan

L1 = 51,08 kg

Jadi, C = 0,019 jam/kg

Biaya Pokok = C

= x 0,019 jam/kg

= Rp. 121,265/kg L2 = 23,82 kg

Jadi, C = 0,042 jam/kg

Biaya Pokok = C

= x 0,042 jam/kg

= Rp. 236,395/kg L3 = 22,16 kg

Jadi, C = 0,045 jam/kg

Biaya Pokok = C

= x 0,045 jam/kg


(57)

Lampiran 8. Break event point

Break event point yang dihasilkan dari perlakuan 6 jumlah mata parut/cm2 N =

Biaya tetap (F) = Rp. 1. 578.870 / tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5138,45 / jam (1 jam = 51,08 kg) = Rp. 100,59 / kg

Penerimaan dari tiap kg produksi = (20% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = Rp. 145,518/ kg

Alat akan mencapai break event point jika alat telah memarut sebanyak N =

= =

= 35.342,55 kg / tahun

Break event point yang dihasilkan dari perlakuan 9 jumlah mata parut/cm2 N =

Biaya tetap (F) = Rp. 1. 578.870 / tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5138,45 / jam (1 jam = 23,82 kg) = Rp. 215,72 / kg

Penerimaan dari tiap kg produksi = (20% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = Rp. 283,674/ kg

Alat akan mencapai break event point jika alat telah memarut sebanyak N =


(58)

= =

= 23.234,39 kg / tahun

Break event point yang dihasilkan dari perlakuan 12 jumlah mata parut/cm2 N =

Biaya tetap (F) = Rp. 1. 578.870 / tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5138,45 / jam (1 jam = 22,16 kg) = Rp. 231,88 / kg

Penerimaan dari tiap kg produksi = (20% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = Rp. 303,066/ kg

Alat akan mencapai break event point jika alat telah memarut sebanyak N =

= =


(59)

Lampiran 9. Net present value

Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF – COF ≥ 0 ………..(7)

Investasi : Rp. 4.965.000

Pendapatan : Rp. 11.113.004,31 / tahun

Nilai akhir : Rp. 496.500

Pembiayaan : Rp. 7.681.982,75 / tahun Keuntungan yang diharapkan : Rp. 16%

Umur alat : 5 tahun

Cash in flow 16%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 16%, 5) : Rp. 11.113.004,31 x 3,274

: Rp. 36.383.976,11

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%, 5) : Rp. 496.500 x 0,4761

: Rp. 236.383,65

Jumlah CIF : Rp. 36.620.359,76

Cash out flow 16%

1. Investasi : Rp. 4.965.000

2. Pembiayaan : pembiayaan x (P/A. 16%, 5) : Rp. 7.681.982,75 x 3,274

: Rp. 25.150.811,52


(60)

NPV 16% : CIF – COF

: Rp. 36.620.359,76 - Rp. 30.115.811,52 : Rp. 6.504.548,24

Cash in flow 20%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%, 5) : Rp. 11.113.004,31 x 2,9906

: Rp. 33.234.550,69

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%, 5) : Rp. 496.500 x 0,4019

: Rp. 199.543,35

Jumlah CIF : Rp. 33.434.094,04

Cash out flow 20%

1. Investasi : Rp. 4.965.000

2. Pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 5) : Rp. 7.681.982,75 x 2,9906

: Rp. 22.973.737,61

Jumlah COF : Rp. 27.938.737,61

NPV 20% : CIF – COF

: Rp. 33.434.094,04 - Rp. 27.938.737,61 : Rp. 5.495.356,43

Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp. 6.504.548,24 dan nilai NPV 20% adalah Rp. 5.495.356,43. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.


(61)

Lampiran 10. Spesifikasi alat pemarut Dimensi

Panjang : 48 cm

Lebar : 40 cm

Tinggi : 102 cm Silinder pemarut

Panjang : 20 cm

Lebar : 10 cm

Tinggi : 9 mata parut / cm² Sarang silinder pemarut

Panjang : 22 cm Lebar : 23,5 cm Tinggi : 18 cm

Kapasitas efektif : 32,35 kg / jam Kerusakan hasil : 13,11 %


(62)

Lampiran 11. Prinsip kerja alat

Pemarutan adalah suatu proses untuk memecahkan dinding sel pada bahan pangan dan salah satu proses pengecilan ukuran. Penghancuran atau pelumatan pada penelitian ini menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan ini bahan yang telah dikupas dan dicuci digilas dengan menggunakan silinder yang mendesak pada celah dengan besar tertentu, silinder digerakkan dengan diputar menggunakan motor. Proses ini dilakukan dengan dua buah silinder yang berotasi dan penggilasan terjadi akibat gaya radial silinder.

Lampiran 18. Gambar Alat


(63)

Gambar tampak samping kanan


(64)

Gambar tampak depan


(65)

Gambar silinder dengan 9 jumlah mata parut/cm2

Gambar silinder dengan 12 jumlah mata parut/cm2


(66)

Bahan terparut


(67)

(1)

Lampiran 11. Prinsip kerja alat

Pemarutan adalah suatu proses untuk memecahkan dinding sel pada bahan pangan dan salah satu proses pengecilan ukuran. Penghancuran atau pelumatan pada penelitian ini menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan ini bahan yang telah dikupas dan dicuci digilas dengan menggunakan silinder yang mendesak pada celah dengan besar tertentu, silinder digerakkan dengan diputar menggunakan motor. Proses ini dilakukan dengan dua buah silinder yang berotasi dan penggilasan terjadi akibat gaya radial silinder.

Lampiran 18. Gambar Alat


(2)

Gambar tampak samping kanan


(3)

Gambar tampak depan


(4)

Gambar silinder dengan 9 jumlah mata parut/cm2


(5)

Bahan terparut


(6)