Kromatogarafi Lapis Tipis TIJAUAN PUSTAKA

− Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan serta air seni berwarna merah atau merah muda. − Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit. − Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada kelopak mata. − Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Rachdie, 2006.

2.4 Kromatogarafi Lapis Tipis

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tswett, ia telah menggunakannya untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna Hardjono, 1985. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase diam stationary dan fase gerak mobile, pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase diam berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan absorption chromatography, jika zat cair, dikenal sebagai kromatografi partisi partition chromatography. Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Fase gerak zat cair - fase diam padat: Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi - Kromatografi lapis tipis - Kromatografi penukar ion. 2. Fase gerak gas - fase diam padat : - Kromatografi gas padat 3. Fase gerak zat cair – fase diam zat cair : Dikenal sebagai kromatografi partisi - Kromatografi kertas 4. Fase gerak gas – fase diam zat cair : - Kromatografi gas – cair - Kromatografi kolom kapiler Hardjono, 1985. Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain Hardjono, 1985. Dari berbagai kromatografi di atas peneliti memilih kromatografi lapis tipis karena mempunyai keuntungan yaitu, membutuhkan waktu yang lebih cepat dan diperoleh pemisahan yang lebih baik. Kromatografi lapis tipis KLT merupakan metode pemisahan dimana yang memisahkan terdiri atas fase diam yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Kromatografi lapis tipis termasuk Universitas Sumatera Utara kromatografi adsorpsi serapan, dimana fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben penjerap dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan pengembang. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan ditotolkan berupa bercak atau pita, kemudian plat lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak sehingga pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan. Zat penjerap pada KLT merupakan lapisan tipis serbuk yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik, atau logam secara merata Stahl, 1985. Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik alam, senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-organik, dan bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal Gritter, 1991. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf : 1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan. 2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya. Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. 3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat. 4. Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak. Universitas Sumatera Utara Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi lapis tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut diguanakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan. 5. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan. 6. Teknik percobaan. 7. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak seimbang lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga- harga Rf. 8. Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase. 9. Kesetimbangan. Kesetimbangan dalam lapisan tipis sangat penting, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dari pada di bagian tengah. Keadaan seperti ini harus dicegah Hardjono, 1985. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode Deskriptif Sudjana, 2002. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah UV Mini 1240 Spektrofotometri UV Visibel Shimadzu yang dihubungkan dengan printer Epson LQ 300, neraca analitis Vibra, chamber, lampu UV 254 nm, pipa kapiler, kertas saring whatman No. 1, penangas air, dan alat-alat gelas seperti labu ukur, pipet volume, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, corong, maat pipet, cawan penguap, batang pengaduk, botol metanol p.a, dan botol hisap.

2.2 Bahan-bahan

Semua bahan yang digunakan pada penelitian ini berkualitas pro analisis kecuali dinyatakan lain, yaitu metanol, plat silika gel GF 254, amonia, etil asetat, n-butanol, rhodamin B BPFI, pemerah pipi merek Wardah sampel kode A, pemerah pipi merek Avon sampel kode B, pemerah pipi merek Cherveen sampel kode C, pemerah pipi merek Sutsyu sampel kode D, pemerah pipi merek Chanel sampel kode E, pemerah pipi merek MAC sampel kode F, pemerah pipi merek aubeau sampel kode G, pemerah pipi merek Louvre 1 sampel kode H, pemerah pipi merek Cosmic sampel kode I, pemerah pipi merek Sutsyu 2 in 1 sampel kode J, pemerah pipi merek Silvie Lowrens sampel Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B Sebagai Pewarna Pada Sediaan Lipstik Yang Beredar Di Pusat Pasar Kota Medan

4 64 77

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

10 99 103

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA CENDOL YANG DIJUAL DI PASAR WILAYAH SURAKARTA Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Cendol yang dijual Di Pasar Wilayah Surakarta.

1 2 14

BAB 1 PENDAHULUAN Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Cendol yang dijual Di Pasar Wilayah Surakarta.

0 3 6

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 0 10

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 2 35

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 2 4

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 0 13

IDENTIFIKASI ZAT WARNA RHODAMIN B PADA K

0 0 7

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Kosmetik Perona Pipi yang beredar di Pasar Tradisional Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 87