35 terlaksananya penelitian. Hasil dari data yang telah diperoleh dapat disajikan pada
tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Perkiraan Parameter Model Persamaan Statistik
Term Coef
SE Coef T
P
Constant 44,6910
7,882 5,670
0,001 Suhu Reaksi X
1
-0,6738 6,231
-0,108 0,917
Jumlah Biokatalis X
2
22,8091 6,231
3,660 0,008
X
1
X
1
-6,0210 6,682
-0,901 0,398
X
2
X
2
-2,2753 6,682
-0,340 0,743
X
1
X
2
-4,0473 8,812
-0,459 0,660
Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa suhu reaksi memberikan pengaruh negatif sebesar 0,6738 kali terhadap pembentukan
produk biodiesel. Diikuti dengan variabel jumlah biokatalis memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 22,8091 kali terhadap pembentukan produk biodiesel. Begitu
pula interaksi suhu reaksi dan jumlah biokatalis yang memberikan pengaruh negatif.
4.2.1 Pengaruh Interaksi Variabel Suhu Reaksi dengan Jumlah Biokatalis
Pengaruh interaksi variabel jumlah biokatalis dengan suhu reaksi ditunjukkan oleh plot surface dengan menggunakan Software Minitab pada gambar 4.3 berikut:
30 20
20 40
60 80
100
40 10
44 48
52
Yield
Jumlah Biok atalis Suhu Reak si
Gambar 4.3 Surface Yield Biodiesel untuk Suhu Reaksi vs Jumlah Biokatalis
36 Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah biokatalis lebih
berpengaruh pada yield dengan variabel tetap rasio mol reaktan 1:3 dan dapat kita lihat pada grafik plot surface di atas bahwa pada penambahan jumlah biokatalis
terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki oleh biokatalis Lipozyme yang memiliki pori-pori sebagai sisi aktif enzim
sehingga dapat mempercepat reaksi dengan substrat, sehingga semakin bertambahnya jumlah biokatalis akan lebih mempercepat reaksi dalam
transesterifikasi sehingga diperoleh yield yang lebih tinggi. Namun pada suhu reaksi tidak terlalu berpengaruh pada yield yang dihasilkan bahkan memberikan
pengaruh yang negatif terhadap yield yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena temperatur reaksi yang lebih tinggi mampu mendeaktivasi enzim lipase dan enzim
lipase tidak dapat bertahan jika temperatur yang digunakan terlalu tinggi. Selanjutnya, dapat kita lihat pada gambar 4.4 di bawah ini secara jelas variabel mana
yang lebih berpengaruh terhadap yield yang dihasilkan.
Suhu Reaksi J
u m
la h
B io
k a
t a
li s
50.0 47.5
45.0 42.5
40.0 30
25 20
15 10
– –
– –
– 20
20 40
40 60
60 80
80 100
100 Yield
Gambar 4.4 Kontur Yield Biodiesel untuk Suhu Reaksi vs Jumlah Biokatalis
Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa yield yang lebih besar dapat diperoleh dengan menambah jumlah biokatalis pada temperatur yang rendah. Pengaruh suhu
reaksi negatif, berarti katalis bekerja dengan baik di suhu yang lebih rendah [43]. Hal
37 ini mungkin diakibatkan oleh terdeaktivasinya enzim lipase pada suhu tinggi
sehingga mampu menurunkan yield biodiesel. Begitu juga pada penambahan biokatalis akan menghasilkan yield yang lebih besar karena semakin banyak jumlah
biokatalis maka semakin cepat pula reaksi transesterifikasi terjadi dengan baik. Plot kontur pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa jika suhu reaksi dipertahankan
≤ 45
o
C dan jumlah biokatalis dinaikkan dengan jumlah maksimal 30, maka mampu
meningkatkan yield produk biodiesel. Pada saat suhu reaksi dinaikkan dan jumlah biokatalis dipertahankan tetap, terlihat bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi
yield bahkan terjadi penurunan yield. Antczak et al. 2009 menyatakan bahwa suhu optimum lipase amobil
tergantung pada stabilitas lipase, jenis pelarut dan jenis alkohol [44]. Jeong dan Park 2008 melakukan proses transesterifikasi dengan suhu reaksi antara 25 °C-55 °C dan
menemukan suhu reaksi optimum menjadi 40 °C [45]. Chen et al 2006 melaporkan bahwa hasil yield biodiesel meningkat
mencapai maksimum 87 ketika suhu reaksi meningkat dari 30 sampai 40 °C dan kemudian menurun ketika suhu reaksi telah meningkat 40-70 °C selama yield
minyak jelantah menjadi metil ester menggunakan Lipozyme RM IM [46]. Dizge dan Keskinler 2008 melaporkan bahwa hasil yield biodiesel meningkat mencapai
maksimum 85,8 ketika suhu reaksi meningkat dari 30 sampai 40 °C dan kemudian menurun ketika suhu reaksi telah meningkat 40-70 °C saat mengkonversi minyak
canola untuk metil ester menggunakan Lipozyme TL [47]. Untuk bahan baku berupa CPO yang digunakan dalam penelitian ini bila dilihat dari gambar 4.3, temperatur
optimum untuk kerja Lipozyme sesungguhnya adalah ≤ 45
o
C.
4.3 PEMAKAIAN ULANG REUSE LIPOZYME