Detektor Kebakaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

A B 2. Horn Suara yang dikeluarkan oleh alarm jenis C DE F berupa sirine, dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis otomatis. Alarm jenis horn dapat mengeluarkan suara yang lebih keras daripada jenis bel, sehingga sesuai digunakan di tempat kerja yang luas seperti kawasan industri. 3. Pengeras suara G HIJ KL M NN E O ss Khusus untuk penggunaan di suatu bangunan gedung yang luas dimana penghuni yang berada di dalamnya tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara sebagai pengganti alarm jenis IOJJ maupun jenis C DE F . Penerapan pengeras suara ini bertujuan untuk menyampaikan informasi secara searah kepada penghuni bangunan gedung seperti menyampaikan panduan evakuasi atau rute evakuasi. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-3985-2000, Elemen yang menjadi penilaian untuk alarm kebakaran PK r O M J M E Q adalah sebagai berikut. 1. Terdapat alarm kebakaran pada unit produksi 2. Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang dipakai untuk penggunaan lain. Badan Standardisasi Nasional, 2000. R S T . Titik Panggil Manual Menurut SNI 03-3985-2000, titik panggil manual adalah suatu alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat adanya kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 72 tentang U VWX YZV [ \X r ] [ V _ ` VZ a bXc ZV [X Z c d Y a ] 2010, titik panggil manual terdiri dari 2 jenis, yaitu berupa titik panggil manual secara tuas Pull down dan titik panggil manual secara tombol tekan Push button. Pemasangan titik panggil manual harus dirancang sedemikian rupa agar terhubung dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran di area tersebut. Menurut SNI 03-3985-2000 mengenai tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran, elemen yang menjadi penilaian pada titik panggil manual antara lain sebagai berikut. 1. Titik panggil manual harus bewarna merah dipasang pada lintasan menuju keluar 2. Semua titik panggil manual dipasang pada lintasan menuju ke luar dan dipasang pada ketinggian 1,4 meter dari lantai. 3. Lokasi penempatan tidak mudah terkena gangguan, mudah kelihatan dicapai 4. Jarak suatu titik sembarang ke posisi titik panggil manual maksimum 30 m. Badan Standardisasi Nasional, 2000. e f g . Sistem Springkler Otomatik Menurut NFPA 13 tentang hijkl j m l n o r t op q kr t jss jit u k un h v m t kw s p r hx st pyr 2010, springkler merupakan suatu sistem yang terpadu mulai dari pipa bawah tanah dan pipa di atas tanah yang didesain dengan standar teknik proteksi kebakaran. Proses kerja dari suatu sistem springkler otomatik yaitu ketika terjadi kebakaran, maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau memecahkan bulb, kemudian kepala springkler akan mengeluarkan air. Menurut Ramli dalam Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran 2010, jenis-jenis sistem springkler antara lain sebagai berikut. 1. Sistem springkler pipa basah Sistem springkler pipa basah merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka springkler akan meleleh dan terbuka sehingga air langsung memancar. 2. Sistem springkler pipa kering Pada sistem pipa kering, jalur pipa pemadam tidak berisi air. Air dapat mengalir katup yang terpasang di pipa induk atau pipa jaringannya dibuka secara manual. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran dan katup pada pipa induk dibuka maka seluruh springkler yang ada dalam satu jaringan akan langsung menyemburkan air. z z 3. Sistem penyembur air Water Sprayer System Sistem penyembur air penerapannya sangat tepat jika digunakan untuk memproteksi peralatan atau bangunan yang memerlukan air dalam jumlah yang besar untuk pendinginan misalnya bejana, tangki, bangunan, dan peralatan lainnya. Misalnya untuk pengamanan dan pendinginan tangki amoniak, sekelilingnya dipasang water sprayer system yang dapat memancarkan air untuk menutupi, melindungi, dan menurunkan suhu pada tangki. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-3989-2000 mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik, elemen penilaian untuk sistem springkler otomatik adalah sebagai berikut. 1. Terpasang springkler otomatis 2. Springkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi pelapisan 3. Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler 4. Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah penguasaan pemilik gedung { | 5. Jarak minimum antara dua kepala springkler 2 m 6. Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala springkler yang tahan korosi 7. Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan kunci kepala springkler ruangan ditempatkan di ruangan 38 C. 8. Jumlah persedian kepala springkler cadangan 36 9. Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun temperature rating dengan semua springkler yang telah dipasang. Tersedia sebuah kunci khusus untuk springkler s }~€ ‚ sp r € ƒ„ … ‚~ r w r ~ƒ  † Badan Standardisasi Nasional, 2000. ‡ . Hidran Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008, hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Sistem hidran terdiri dari sumber persediaan air, tersedianya pompa-pompa kebakaran, selang kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Menurut Furness dalam ˆƒ‰ r Š‹Œ  t € Š ƒ to € r ~ Ž~ ty Management 2007, klasifikasi hidran kebakaran berdasarkan jenis dan penempatannya, dibagi 2 jenis hidran, yaitu:  ‘ 1. Hidran gedung ’“”•• – — y ” – ˜ “ ™ Hidran gedung adalah hidran yang instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang di dalam suatu bangunan gedung. Hidran gedung menggunakan pipa tegak 4 inchi, panjang selang minimum 15 m, diameter 1,5 inchi serta mampu mengalirkan air 380 litermenit. 2. Hidran halaman o u t ”•• – —š” – ˜ “ ™ Hidran halaman adalah hidran yang instalasi serta peralatannya dipasang di lingkungan atau di luar area suatu bangunan gedung. Hidran halaman biasanya menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang selang 30 m dengan diameter 2,5 inchi serta mampu mengalirkan air 950 litermenit. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-1745-2000 mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang, elemen penilaian untuk hidran adalah sebagai berikut. 1. Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran. 2. Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok 3. Sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang 4. Slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan 5. Terdapat nozel 6. Terdapat hidran halaman › 7. Hidran halaman dilekatkan di sepanjang halur akses mobil pemadam kebakaran 8. Jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran 50 m dari hidran 9. Hidran halaman bertekanan 3,5 bar Badan Standardisasi Nasional, 2000. œ . Sistem Pipa Tegak Menurut NFPA 14 tentang žŸ ¡ Ÿ ¢ ¡ £ o r t ¤¥ ¦ § t Ÿ¨¨ Ÿž© ª ª£ ž Ÿ ¡ «©« ¥ Ÿ ¡ ¬ ª § ¥  ­ st ¥ ®§ 2010, sistem pipa berdiri atau tegak adalah pengaturan dari pemipaan, katup, dan peralatan lainnya yang dipasang di sebuah bangunan dilengkapi dengan sambungan selang yang terletak sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan melalui selang dan nozel dengan tujuan untuk pemadaman kebakaran dan melindungi sebuah bangunan NFPA, 2010. Komponen-komponen pada sistem pipa tegak antara lain pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan, katup, kotak slang, sambungan slang, sambungan pemadam kebakaran, dan tanda petunjuk Departemen Pekerjaan Umum, 2008 Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-1745-2000 kriteria untuk sistem pipa tegak adalah sebagai berikut. 1. Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah ¯ ° 2. Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan penutup untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran yang masuk. 3. Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak 4. Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari bangunan, mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat dari titik jalan masuk peralatan pemadam kebakaran 5. Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan suatu penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm 1 inci tingginya, di tulis pada plat yang terbaca : PIPA TEGAK . 6. Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem. 7. Setiap pipa tegak dilengkapi dengan saluran pembuangan. Katup pembuangan dipasang pada titik terendah dari pipa tegak dan harus dapat membuang air pada tempat yang disetujui. Badan Standardisasi Nasional, 2000. ±² ³ ´µ¶ ·¸ m µ¹ µ m ³ º » ¼ » n ± µ½ APAR APAR merupakan alat pemadam api yang beratnya tidak melebihi 10 kg, serta dapat dijinjing dan dioperasikan oleh satu orang, bersifat praktis dalam penggunaannya, dan efektif untuk ¾ memadamkan api kecil atau awal kebakaran sesuai dengan klasifikasi kebakarannya dengan media pemadamnya berupa air, serbuk kimia, busa dan gas Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan APAR menurut Rmli dalam Petunjuk Teknis Manajemen Kebakaran 2010 antara lain sebagai berikut. 1. Faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas APAR. Temperatur ruangan yang tinggi misalnya di dalam bengkel dapat mempengaruhi kualitas media pemadaman. Untuk itu temperatur dijaga tidak lebih dari 50 C. Cuaca yang lembab dengan humiditi tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas media dan tabung. 2. APAR tidak boleh terhalang oleh benda atau pintu. APAR harus terlindung dari benturan, hujan, sinar matahari langsung, debu dan getaran. Hindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang korosif. Sedangkan menurut Peraruran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008, Elemen yang menjadi penilaian pada APAR adalah sebagai berikut. 1. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan 2. Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti ¿ efektif, didahului dengan angka hanya kelas A dan kelas B yang menunjukkan efektifitas pemadaman relatif yang ditempelkan pada APAR. 3. APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau dan siap dipakai. 4. APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk ke dalam. 5. Jarak antara APAR dengan lantai 10 cm 6. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan dari APAR dan harus terlihat jelas 7. Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam tahun, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR. 8. APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk memberikan informasi nama manufaktur atau nama agennya, alamat surat dan nomor telepon 9. APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik À Á 10. APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari 11. Arsip dari semua APAR yang diperiksa termasuk tindakan korektif yang dilakukan disimpan 12. Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka waktu 1 tahun 13. Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan 14. Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan Departemen Pekerjaan Umum, 2008

2.4.5 Utilitas Bangunan Gedung

a. Sumber Daya Listrik

Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008, sumber daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber tenaga listrik, yaitu dari PLN atau sumber daya listrik darurat berupa batere, ataupun generator dan lain-lain. Selain itu sumber daya listrik darurat harus dirancang sedemikian rupa agar dapat bekerja secara otomatis apabila sumber daya listrik utama tidak bekerja. Sumber daya listrik yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Â Ã 1. Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari PLN atau sumber daya listrik darurat. 2. Bangunan gedung atau ruangan yang sumber daya listrik utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator sebagai sumber daya listrik darurat. 3. Semua kabel distribusi yang melayani sumber daya listrik darurat harus memenuhi kabel dengan Tingkat Ketahanan Api TKA selama 1 jam Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Ä . Pusat Pengendali Kebakaran Pusat pengendali kebakaran merupakan suatu tempat yang disediakan khusus untuk melakukan tindakan pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau penanganan kondisi darurat lainnya yang dilengkapi dengan sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon, mebel, peralatan dan sarana lainnya Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Elemen penilaian Pusat pengendali kebakaran yaitu sebagai berikut. 1. Pintu yang menuju ruang pengendali membuka ke arah dalam ruang tersebut. 2. Pintu tidak terhalang oleh orang yang menggunakan jalur evakuasi dari dalam bangunan Å Æ 3. Pintu pada ruang pengendali kebakaran dapat dikunci. 4. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan panel indikator kebakaran dan sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan untuk semua pompa kebakaran kipas pengendali asap, dan peralatan pengamanan kebakaran lainnya yang dipasang di dalam bangunan. 5. Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan telepon yang memiliki sambungan langsung. 6. Luas lantai ruang pengendali kebakaran 10 m 2 . 7. Panjang sisi bagian dalam ruang pengendali kebakaran 2,5 m 8. Terdapat ventilasi di ruang pengendali kebakaran. 9. Permukaan luar pintu yang menuju ke dalam ruang pengendali diberi tanda dengan tulisan Ruang Pengendali Kebakaran 10. Huruf pada tanda ruang pengendali kebakaran memiliki tinggi 50 mm 11. Warna huruf tanda ruang pengendali kebakaran kontras dengan latar belakangnya Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Ç . Sistem Proteksi Petir Menurut Peraturan Menteri Nomor 26 tahun 2008, setiap bangunan dan gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem proteksi petir SPP yang dapat melindungi bangunan, manusia dan È É peralatan di dalamnya dari bahaya sambaran petir. Instalasi SPP bangunan gedung di pasang dengan memperhatikan faktor letak dan sifat geografis bangunan, kemungkinan sambaran petir, kondisi petir dan densitas sambaran petir ke tanah serta risiko petir terhadap peralatan dan lain-lain. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengujian instalasi sistem proteksi petir harus dilakukan oleh tenaga yang ahli Departemen Pekerjaan Umum, 2008.

2.5 Tingkat Pemenuhan

Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai SMK3, telah disebutkan bahwa penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap mesin- mesin dan alat produksi, alat-alat pengaman maupun sistem proteksi keadaan darurat, semuanya telah ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku. Dengan demikian, sistem proteksi kebakaran, pada bangunan gedung dan lingkungan di Unit Produksi Amoniak PT Petrokimia Gresik juga perlu diperiksa dan diuji secara berkala untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemenuhan dari sistem yang sudah dilaksanakan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat pemenuhannya adalah dengan melakukan skoring penilaian.

2.5.1 Teknik Skoring

Teknik skoring digunakan untuk menilai tingkat pemenuhan terhadap hasil observasi sistem proteksi kebakaran pada bangunan