Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

31

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan Hidayat, 2006. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar Tarwoto dan Wartonah, 2006. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang.Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda.Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien. Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur Asmadi, 2008. Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu An.H berusia 17 tahun, laki-laki, dengan diagnosa medis Hemaptoe, masuk ke RS dr. Pirngadi pada tanggal 29 Mei 2014 dan dirawat inap di Ruang Tulip 3 kamar 701. Pengkajian dilakukan kepada klien, ditemukan data subjektif pasien mengatakan pola tidurnya terganggu, pasien mengatakan sesaknapas, pasien mengatakan sering batuk berdahak, pasien mengatakan sering demam dan data objektif pasien kelihatan kurang tidur, kurus, lemah dan sekali-kali batuk. Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah gangguan pola tidur tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain: mengkaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur, mengkaji tanda-tanda vital klien, memberikan keadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman, memberikan obat ventolin, dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan nebulizer, menganjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur, menganjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur, menganjurkan pasien untuk membaca buku, melakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien. Klien mengalami penurunan gangguan pola tidur setiap hari, lalu pada hari ketiga klien tidak mengalami lagi gangguan pola tidur, masalah pola tidur teratasi. Diagnosa keperawatan kedua adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan data subjektif pasien mengatakan tidak nafsu makan dan data objektif klien hanya menghabiskan ½ porsi dari yang disediakan oleh RS. Maka dilakukan tindakan keperawatan: mengkaji pola kebiasaan makan klien, menjaga kebersihan mulut pasien, menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, mengatur posisi fowler saat memberikan makanan, mengajurkan selingi makan dengan minum, mengindari makanan yang banyak mengandung gas, meningkatkan intake makanan melalui: mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain, jaga privasi klien, dan berikan obat sebelum makan jika ada indikasi. Pola nutrisi klien membaik dari hari ke hari, dan pada hari ketiga klien sudah dapat menghabiskan porsi makanan dari rumah sakit, masalah teratasi. Diagnosa keperawata ketiga bersihan jalan napas tidak efektif dengan data subjektif klien mengatakan sesak bila beraktivitas, batuk berdarah disertai darah dan data objek batuk berdahak bercampur darah, terdengar ronchi basah pada dada kiri dan kanan, frekuensi napas 30xmnt, dan ritme tidak teratur. Maka dilakukan tindakan keperawatan yaitu mengkaji bersihan jalana napas klien, menyediakan alat suction dalam kondisi baik, melatih pernapasan dalam dan batuk efektif, memberikan pendidikan kesehatan efek merokok, alkohol, menghindari alergi, latihan bernapas, memposisikan pasien dengan posisi fowler. Masalah bersihan jalan napas klien sudah teratasi. Penulis menyimpulkan setelah dilakukan analisa kembali data-data yang ditemukan pada pengkajian yang dilakukan pada An. H dengan diagnosa medis Hemoptoe, penulis baru menyadari ternyata masalah keperawatan prioritas yang lebih tepat pada An. H adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Universitas Sumatera Utara

B. Saran