Analisis Tingkat Pendidikan wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Pada KPP Pratama Bandung Tegallega

(1)

Tingkat pendidikan Wajib Pajak adalah jenjang pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan oleh Wajib Pajak sedangkan kepatuhan membayar pajak merupakan Wajib pajak yang taat dalam pembayaran pajak, dan dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan dengan benar, lengkap, dan jelas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Tingkat pendidikan Wajib Pajak Terhadap kepatuhan membayar pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Bandung Tegallega.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel Tingkat pendidikan Wajib Pajak dan variabel kepatuhan membayar pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara Tingkat pendidikan Wajib Pajak dan kepatuhan membayar pajak. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat pendidikan Wajib Pajak terhadap kepatuhan membayar pajak digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan Wajib Pajak signifikan dalam meningkatkan kepatuhan membayar pajak pada pada kantor pelayanan pajak pratama Bandung Tegallega. Terdapat hubungan antara Tingkat pendidikan Wajib Pajak dengan kepatuhan membayar pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung yaitu sebasar 24,8%.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi, Kepatuhan Membayar Pajak


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS EDUCATION LEVEL OF INDIVIDUAL TAXPAYERS TO PAY TAXES AFFECTING COMPLIANCE OFFICE ON TAX SERVICE PRATAMA

BANDUNG TEGALLEGA

Taxpayer education level is the highest education level has been attained by the taxpayer while the compliance to pay tax is an abiding taxpayer in tax payments, and in filling Tax (SPT) performed with the correct, complete, and clear. The purpose of this study to determine the effect of educational level of Taxpayers Against the compliance to pay tax on the tax office Pratama Bandung Tegallega.

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. Descriptive method used to determine the level of education variable picture of the Taxpayer and variable pay tax compliance, while verifikatif to determine the relationship between level of education and compliance Taxpayers pay taxes. To determine the effect of educational level of taxpayer compliance is used to pay taxes statistical testing. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis testing using SPSS Statistics 17.0 software.

The results of this study indicate that education level significantly in improving taxpayer compliance to pay tax on the tax office Tegallega Pratama Bandung. There is a relationship between level of education Taxpayer compliance with tax paid on the Tax Office in Region Pratama Bandung 24,8%..

Keywords: Educational Attainment individual taxpayer, Paying Tax Compliance


(3)

1

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat. Perkembangan pemerintahan mempunyai hubungan antara pemerintah dengan masyarakat bersifat dinamis.Pemerintah dibentuk oleh warga masyarakat dengan fungsi utama melayani masyarakat.

Pemerintah selaku pihak yang menjalankan penyelengaraan kenegaraan memerlukan dana untuk membiayai fungsi tersebut, mempunyai kewajiban dalam hal meningkatkan derajat hidup masyarakat menuju kesejahteraan. Disisi lain masyarakat memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi tersebut, yang bisa ditunjukan melalui keikutsertaannya dalam pembiayaan Negara. Dari kondisi ini terlihat antara Negara dengan rakyatnya ada hubungan timbal balik.

Oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong royongan nasional sebagai peran serta aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

Undang-undang perpajakan Indonesia sejak tahun 1984 menganut sistem Self Assessment yang mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri untuk melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan membayar yang terutang sesuai dengan ketentuan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan sistem ini


(4)

Bab I Pendahuluan 2

diharapkan pula pelaksanaan administrasi yang terlalu membebani Wajib Pajak dan birokratis akan dapat dihindari. Oleh karena sistem pemungutan pajak yang yang digunakan di Indonesia adalah self assessment maka masyarakat sebagai Wajib Pajak dibutuhkan tingkat kesadarannya untuk dapat memenuhi kewajiban pajaknya dengan benar. Sebab apabila terjadi peningkatan jumlah wajib pajak baik Badan maupun Orang pribadi yang menggambarkan terdapatnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak ( Bubung M. Hermawan 2003).

Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Sehingga kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam penigkatan penerimaan pajak. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Akan tetapi penerimaan pajak belum dirasakan optimal, sehingga sejak tahun 1984 dilakukan reformasi perpajakan dengan pembaharuan yang paling mendasar adalah perubahan sistem pemungutan pajak dari yang semula official assesment system menjadi self assesment system. Pada Official Assesment System, petugas pajak berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya pajak yang terutang oleh wajib pajak (WP), sedangkan pada Self Assesment System, WP berkewajiban menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, walaupun berbeda, kedua system penetapan pajak tersebut dalam praktiknya tetap memerlukan pengawasan dari pihak


(5)

pemerintah dalam bentuk pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Sofyan, 2003:30)

Dirjen Pajak Darmin Nasution pun mengungkapkan bahwa selama ini. pembayaran pajak Wajib Pajak (WP) orang kaya masih banyak yang belum benar atau pembayarannya lebih kecil dari yang seharusnya. Penerimaan pajak saat ini masih didominasi oleh penerimaan pajak WP Badan yang kontribusinya sekitar 77% dari total penerimaan Pajak Penghasilan, sedangkan WP Orang Pribadi hanya 23%. Artinya, masih banyak orang kaya yang pajaknya belum sebanding dengan kekayaan dan penghasilan-nya.(Bisnis, 4 April 2009).

Menurut Pelita (Pemerhati Ekonomi Sosial) menyatakan prihatin, meskipun penyampaian informasi seputar pajak telah dan terus dilakukan lewat berbagai media, temyata masih ada kesalahan persepsi yang seharusnya tidak perlu terjadi. Contohnya, masih banyak wajib pajak yang meminta bantuan para konsultan pajak untuk mengecilkan pajaknya karena khawatir atau takut uang yang disetor yaitu tidak benar-benar masuk ke kas negara. Menurut Entrepreneur Michell Suharli Kesemerawutan selalu menjadi fenomena end of day di setiap hari-hari terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT), fenomena end of day sering terjadi menjelang tanggal 28 Februari (WP lama) atau 31 Maret (WP baru).

Pengertian wajib pajak mengenai prosedur perpajakan diharapkan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sehingga wajib pajak dapat mengetahui kapan seharusnya ia mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Dengan diperolehnya NPWP makan akan timbul kewajiban-kewajiban lainnya, dimana wajib pajak


(6)

Bab I Pendahuluan 4

melaporkan SPT masa dan tahunan, melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya. Apabila wajib pajak dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan pelaporan SPT yang telah disampaikannya, maka wajib pajak dapat mengetahui segala hak dan kewajibannya. Seperti, misal membayar kekurangan pajak sebagai akibat timbulnya surat keterangan pajak sebagai akibat timbulnya surat keterangan pajak, maupun mengajukan suatu keberatan atau banding apabila penetapan pajak tidak benar oleh wajib pajak.

Sementara itu, fenomena lainnya adalah bagi Wajib Pajak, timbul permasalahan mengenai berapa besar pajak yang akan dihitung dan berapa besar pajak yang akan dibayar oleh Wajib Pajak, sehingga menimbulkan pelanggaran yang terjadi karena masih belum sadarnya Wajib Pajak atas kewajiban Wajib Pajak dalam melaksanakan pembayaran pajak kepada negara dengan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam jangka waktu tertentu dengan mengulur-ulur waktu untuk melaksanakan pembayaran atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tidak benar seperti dengan sengaja memanipulasikan total laba yang terjadi dalam perusahaan. Jika laba sebuah perusahaan menghasilkan laba sekecil mungkin maka jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada negara untuk pembayaran pajak pun menjadi sekecil mungkin, dan sengaja tidak memenuhi kewajiban perpajakan yang berakibat merugikan negara atas kewajiban untuk menyetorkan pajak yang ditentukan dalam undang-undang ketentuan umum perpajakan (Harian Analisa, 16 Februari 2010)


(7)

Berdasarkan UU KUP SE-02/PJ/2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagai ”turunan” dari Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007. Syarat-syarat menjadi Wajib Pajak Patuh, yaitu:

“(a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 3 (tiga) tahun terakhir; (b) Penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Nopember tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; dan (c) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya”,

Tabel 1.1

Jumlah Wajib Pajak dalam Mengembalikan SPT Di Wilayah Kota Bandung

Periode 2005-2009

Tahun SPT Dikirim SPT Masuk % SPT Masuk/

SPT Dikirim

2005 15.725 8.844 56,24

2006 16.729 9.119 54,51

2007 17.992 9.294 51,65

2008 17.929 9.896 49,65

2009 18.650 8.987 48,18

Tabel di atas menunjukkan angka statistik dari Wajib Pajak Badan dalam penyetoran SPT tahunan PPh dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Data tersebut mewakili 5 (lima) KPP yang berada di wilayah kota Bandung. Dari tabel dapat dilihat suatu kondisi yang menunjukan bahwa pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal penyetoran pajak yaitu masih banyaknya Wajib Pajak yang belum melunasi tunggakan pajak dan mengembalikan SPT. Dari seluruh


(8)

Bab I Pendahuluan 6

jumlah SPT yang dikirim kepada wajib pajak setiap tahunnya dari tahun 2005 sampai dengan 2009 rata-rata SPT masuk sekitar 50% pertahun dari jumlah pajak yang tertunggak, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah SPT yang dikirimkan, rata-rata SPT yang dikembalikan hanya setengah dari yang dikirim. Namun ironisnya pada tahun 2009 mengalami penurunan, jumlah yang melunasi di bawah 50% dari jumlah SPT yang dikirimkan.

Dari fenomena di atas, pelaksanaan pajak belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh wajib pajak. Dari fenomena ini dapat digambarkan bahwa pelaksanaan self assesment system oleh Wajib Pajak belum dilakukan sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh Undang-undang perpajakan. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain fenomena tersebut menurut salah satu wajib pajak yang berada di KPP Pratama Tegalega di wilayah kota Bandung, beliau mengatakan tentang kesulitan dalam pengisian SPT yang begitu banyak kolom dan banyak lembaran yang harus diisi.Beliau mengaku kurang begitu paham dalam pengisian SPT tersebut. (Wajib Pajak OP).Selain itu dari data yang diperoleh pada KPP Pratama Tegalega Bandung dari jumlah wajib pajak orang pribadi sekitar 66.058 wpop jumlah SPT Tahunan 2010 yang masuk ke KPP Pratama Tegalega hanya berjumlah 22.964 wpop (hingga mei 2011) atau sebesar 34,76%. Ini berarti masih banyak wpop yang belum melaporkan SPT Tahunannya.

Rendahnya kepatuhan wajib pajak penyebabnya antar lain pengetahuan sebagian besar wajib pajak, serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan petugas


(9)

pajak masih rendah (Gardina dan Haryanto 2006). Sebagian besar wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu juga ada yang diperoleh dari radio, televisi, masalah pajak, surat kabar, internet, buku perpajakan, konsultan pajak, seminar pajak, dan adapula yang diperoleh dari pelatihan pajak. Namun, frekuensi pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. Bahkan, pengetahuan tentang pajak tidak belum secara komprehenshif menyentuh dunia pendidikan. Oleh karena itu, pada tataran pendidikan mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi masih belum tersosialisasi pajak secara menyeluruh, kecuali mereka yang menempuh jurusan perpajakan. Kurangnya sosialisasi mungkin berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat yang pada akhirnya mungkin menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak(Supriyati&Nur Hidayati).

Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Menurut Ikhsan Budi R faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak yaitu Kejelasan Undang-Undang dan peraturan perpajakan, Filsafat Negara dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eriksen K & Fallan (1996), secara umum dirasakan bahwa pembayar pajak dengan pengetahuan pajak yang lebih besar akan lebih memenuhi persyaratan dibandingkan dengan pembayar pajak yang mempunyai pengetahuan yang rendah.

Berdasarkan penjelasan mengenai masalah – masalah yang dipaparkan diatas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat

Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega”


(10)

Bab I Pendahuluan 8

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Masih banyak wajib pajak yang meminta bantuan para konsultan pajak untuk

mengecilkan pajaknya karena khawatir takut uang yang disetor yaitu tidak benar-benar masuk ke kas Negara

2. Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam jangka waktu tertentu dengan mengulur-ulur waktu untuk melaksanakan pembayaran

3. masih banyaknya Wajib Pajak yang belum melunasi tunggakan pajak dan

mengembalikan SPT

4. pengetahuan sebagian besar wajib pajak, serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan petugas pajak masih rendah

5. Wajib pajak kesulitan dalam pengisian SPT yang begitu banyak kolom dan banyak lembaran yang harus diisi.Beliau mengaku kurang begitu paham dalam pengisian SPT tersebut. (Wajib Pajak OP)


(11)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas dan kemudian diidentifikasikan pada sub bab identifikasi masalah, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Tegallega

2. Bagaimana kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama Bandung

Tegallega

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegalega.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Tegalega

2. Untuk mengetahui kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama Bandung


(12)

Bab I Pendahuluan 10

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain :

1.4.1 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung tentang Analisi Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada KPP Pratama Bandung Tegalega

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada KPP Pratama Bandung Tegalega

3. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada KPP Pratama Bandung Tegalega


(13)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Pada KPP Pratama Bandung Tegalega

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega di Jalan Soekarno-Hatta No. 216 Bandung

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Juli 2011.


(14)

Bab I Pendahuluan 12

Tabel 1.2 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 I Tahap Persiapan

1. Bimbingan dengan dosen

Pembimbing

2. Membuat outline dan

proposal skripsi

3. Mengambil formulir

penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat

penelitian

II

Tahapan Pelaksanaan

1. Mengajukan outline dan

proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar

ke perusahaan

3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan Skripsi

III

Tahap pelaporan

1. Menyiapkan draf skripsi

2. Sidang akhir Skripsi

3. Penyempurnaan laporan

skripsi


(15)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan kita teliti.

2.1.1 Pajak

Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi masyarakat.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Ada beberapa pengertian yang dijadikan acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup mewakili unsur-unsur yang terkandung dalam pajak.

Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu yang dikemukakan oleh para ahli adalah:


(16)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 14

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani (2003) menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –

peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H (1991) dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah berdasarkan undang – undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal tagen prestasi, yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R (2005), menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang

Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."


(17)

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk – bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan negara telah dibiayai dengan pajak.

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah. Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yang diperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi – fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.


(18)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 16

5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend

Fungsi budgeter anggaran, pajak berfungsi mengisi kas negara atau anggaran pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum

pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah

pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum.

Pada umumnya dikenal 2 macam fungsi pajak yaitu: 1. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal funcition), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang – undang perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi regulerend juga


(19)

disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair.

2.1.2 Pengertian Wajib Pajak

Berikut ini merupakan definisi mengenai Wajib Pajak menurut beberapa sumber, yaitu :

Waluyo (2008 : 23)menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Siti Resmi (2008 : 19) menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.”

Undang-undang No. 28 Tahun 2007 menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan wajib pajak Badan yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan.


(20)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 18

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi (2008:21) dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

2.1.3 Pengertian Tingkat Pendidikan

Menurut Nugraha Setiawan (2005:13) menjelaskan bahwa:

“Pengertian tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan oleh seseorang ”

2.1.3.1 Konsep Pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut


(21)

diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

2.1.3.2 Tingkat Pendidikan Wajib Pajak

Menurut Ikhsan Budi R (2007) dalam Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:

“Makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi

mereka untuk memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi

dan pidana fisik,diharapkan secara sadar memenuhi kewajiban

perpajakannya”.

Menurut Hasbullah (2005) jenjang pendidikan formal terdiri atas:

“Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Perguruan Tinggi yaitu:

SD/MI, SMP, SMA/SMK, D1-D3, S1-S3”

2.1.4 Pengertian Kepatuhan Membayar Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak

(Moh.Zain:2004) dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa:


(22)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 20

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan” Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:112), menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”

2.1.5 Kepatuhan Membayar Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:143) menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak patuh adalah Wajib pajak yang taat dalam pembayaran pajak, dan dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan dengan benar, lengkap, dan jelas.”

Benar, lengkap, dan jelas Menurut Afdal Zikri Mawardi (2010) dalam blog komunitas perbankan menjelaskan bahwa:

1.Benar

SPT dikatakan benar jika perhitungannya sudah benar, termasuk benar dalam penerapan ketentuan perundang-undangan perpajakan, benar dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Memastikan bahwa SPT yang diisi telah benar secara material, juga harus memastikan bahwa SPT yang juga benar secara formal. Misalnya harus sesuai identitas yang tertera pada bukti-bukti potong dengan identitas pada kartu NPWP. Jika tidaksesuai, bukti potong (Formulir 1721-A1 atau bukti potong yang


(23)

lain) yang tersedia dapat tidak diakui sebagai kredit pajak yang berfungsi mengurangi PPh akhir tahun.

2.Lengkap

SPT dikatakan lengkap jika telah memuat semua unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Adapun yang dimaksud dengan unsur-unsur lain yaitu termasuk penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, penghasilan yang dikenakan PPh Final, kekayaan, kewajiban, dan keterangan-keterangan lainnya. 3.Jelas

SPT dikatakan jelas jika telah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Contohnya jika Wajib Pajak melaporkan sejumlah aset dalam kelompok daftar harta, Wajib Pajak harus menjelaskan saat perolehan aset beserta nilai perolehannya. Dan jika aset tersebut diperoleh secara kredit, Wajib Pajak sebaiknya mencantumkan „kredit‟ pada kolom keterangan yang tersedia pada daftar harta. Kemudian bersamaan dengan hal ini, Wajib Pajak perlu menginformasikan saldo hutang. Wajib Pajak juga perlu menjelaskan apakah penghasilan yang diterima atau diperolehnya merupakan penghasilan yang dikenakan PPh Final atau tidak. Sehingga dapat diketahui dengan jelas asal-usul objek pajak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak mempengaruhi pajak terutang atau penghitungan ulang tidak perlu dilakukan.”

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:173) menjelaskan bahwa :

“SPT tidak lengkap, adalah SPT yang tidak memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Nama dan NPWP tidak dicantumkan dalam SPT

2. Unsur SPT Induk dan lampiran tidak/kurang lengkap diisi

3. SPT tidakditandatangani Wajib Pajak atau ditandatangani kuasa Wajib Pajak, tetapi tidak dilampiri dengan surat kuasa khusus

4. SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang diisyaratkan

5. SPT kurang bayar tetapi dilampiri dengan SSP”

Indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur variabel Tingkat Pendidikan Wajib Pajak agar memenuhi kewajiban perpajakannya dalam membayar pajak adalah sebagai berikut:


(24)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 22

b. Tingginya tingkat pendidikan wajib pajak

c. Kemampuan mengisi SPT

d. Penyelundupan pajak

e. Minimnya tingkat pengetahuan wajib pajak

2.1.6 Hubungan Tingkat Pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap Kepatuhan Membayar Pajak

Menurut Fallan (1999:141),dalam Siti Kurnia Rahayu (2010) menjelaskan bahwa:

“Pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak sangat mempengaruhi sikap wajib Pajak terhadap system perpajakan yang adil. Dengan kualitas pengetahuan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui adanya system perpajakan suatu Negara yang dianggap adil. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun nonformal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak

Menurut Ikhsan Budi R (2007) dalam Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:

“Tingkat pendidikan wajib pajak, secara umum makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan.Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fiscal, diharapkan dapat memenuhi kewajiban pajaknya.Apabila wajib pajak mampu untuk memahami peraturan perpajakan dengan baik, maka mereka akan memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak secara teratur.”

Menurut Ikhsan Budi R (2007) Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:

“Bahwa makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan. Wajib


(25)

pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fisik,diharapkan secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya.”

2.2 Kerangka Pemikiran

Pajak menjadi andalan utama bagi sebuah Negara yang mempunyai tekad kemandirian dlam pembiayaan pembangunan. Tanpa adanya pemasukan pajak, maka Negara tidak dapat berbuat apa-apa. Idealnya, semakin maju suatu Negara, kesadaran akan pentingnya membayar pajak semakin tinggi. Peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Sehingga kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak.

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak. Wajib Pajak tersebut dibagi menjadi dua yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Namun pada kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak dengan benar.

Menurut Ikhsan Budi R (2007) Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:


(26)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 24

“Kepatuhan dalam membayar pajak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang ada dilingkungan masyarakat seperti kejelasan undang-undang dan peraturan perpajakan, filsafat negara dan tingkat pendidikan wajib pajak.” Menurut Nugraha Setiawan (2005:13) menjelaskan bahwa:

“Pengertian tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan oleh seseorang ”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Menurut Hasbullah (2005) jenjang pendidikan formal terdiri atas:

1. Pendidikan Dasar, terdiri dari: Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan

SMP/ MTs.

2. Pendidikan Menengah, terdiri dari: SMA/ MA dan SMK/ MAK

3. Pendidikan Tinggi, terdiri dari: Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas.

Menurut Ikhsan Budi R (2007) dalam Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:

“Tingkat pendidikan wajib pajak, secara umum makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan.Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fiscal, diharapkan dapat memenuhi kewajiban pajaknya.Apabila wajib pajak mampu untuk memahami peraturan perpajakan dengan baik, maka mereka akan memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak secara teratur.”


(27)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:143) menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak patuh adalah Wajib pajak yang taat dalam pembayaran pajak, dan dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan dengan benar, lengkap, dan jelas.”

Dari uraian diatas penulis simpulkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fisik,diharapkan secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga mereka akan memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(28)

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis . 26

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Wajib Pajak

Orang Pribadi Badan

Tingkat Pendidikan WP

SD SMP SMA DI-DIII S1-S3

Kepatuhan Membayar Pajak

Menurut Ikhsan Budi R (2007) dalam Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) menjelaskan bahwa:

“Tingkat pendidikan wajib pajak, secara umum makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan.Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fiscal, diharapkan dapat memenuhi kewajiban pajaknya.Apabila wajib pajak mampu untuk memahami peraturan perpajakan dengan baik, maka mereka akan memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak secara teratur.”

Pemahaman WP, Tingginya tingkat Pendidikan WP, Kemampuan mengisi SPT, Penyelundupan pajak, Minimnya tingkat pengetahuan wajib pajak.

Hipotesis

“Adanya pengaruh Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak”


(29)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:93) menjelaskan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Tingkat Pendidikan Wajib Pajak


(30)

28 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Objek penelitian Menurut Sugiyono (2009:13) menjelaskan bahwa:

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang objektif, valid dan realible. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Kepatuhan Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Bandung Tegallega.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:2) menjelaskan bahwa :

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk


(31)

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Pengertian metode deskriptif yang yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:29) menjelaskan bahwa :

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2009:45) menjelaskan bahwa:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”


(32)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 30

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2009:13) menjelaskan bahwa: “Proses penelitian meliputi:

1.Sumber masalah 2.Rumusan masalah

3.Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4.Pengajuan hipotesis

5.metode penelitian

6.Menyusun instrument penelitian 7.Kesimpulan.”

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(33)

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Berikut rumusan masalah:

1. Bagaimana tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Tegallega

2. Bagaimana kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama Bandung

Tegallega

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Tingkat


(34)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 32

Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap Kepatuhan Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu:

1. Bagaimana tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi pada KPP

Pratama Bandung Tegallega

2. Bagaimana kepatuhan membayar pajak pada KPP Pratama

Bandung Tegallega

Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega

6. Menyusun instrumen penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitas. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan


(35)

menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai:

a. Tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi diperoleh dari data

kuesioner yang akan diisi oleh wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Tegallega

b. Kepatuhan membayar pajak yang diperoleh dari data data kuesioner yang

akan diisi oleh wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Tegallega

Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan

menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala

ordinal menjadi interval, regresi linier sederhana untuk membuktikan sejauh mana pengaruh yang diperlihatkan antara Tingkat Pendidikan Wajib Pajak

Orang Pribadi terhadap Kepatuhan Membayar Pajak, Korelasi Pearson

Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak dan thitung untuk menguji tingkat signifikan.

6. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(36)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 34 Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang

digunakan Unit Analisis

Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive dan

Survey

Wajib Pajak Cross

Sectional T-2 Descriptive Descriptive dan

Survey

Wajib Pajak Cross

Sectional T-3 Descriptive dan

Verificative

Descriptive dan Explanatory Survey

Wajib Pajak Cross

Sectional Sumber: Umi Narimawati (2007:85)

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pendidikan wajib pajak orang

pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega, digunakan metode deskriptif dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan membayar pajak di KPP Pratama

Bandung Tegallega, digunakan metode deskriptif dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan pada WP dengan waktu yang telah dijadwalkan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak

orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.


(37)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian.

Adapun definisi operasional menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:69) menjelaskan bahwa:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”

Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2009:58) menjelaskan bahwa :

“Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain”.

Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu

“Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi

Kepatuhan Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega”, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:


(38)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 36

1. Variabel Independen (X).

Menurut Sugiyono (2009:59) menjelaskan bahwa:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

Dalam hal ini variabel bebas yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah pelaksanaan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Variabel Dependen (Y).

Menurut Sugiyono (2009:59) menjelaskan bahwa:

“Variabel dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Data yang menjadi variabel terikat adalah Kepatuhan Membayar Pajak. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di berikut ini:


(39)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala No.

Kuesioner X (Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi)

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan

tertinggi yang telah ditamatkan oleh seseorang. Nugraha

Setiawan(2005:13)

Menurut Hasbullah (2005) jenjang pendidikan formal terdiri atas:

1. Pendidikan Dasar,

terdiri dari: Sekolah

Dasar/ Madrasah

Ibtidaiyah dan SMP/ MTs.

2. Pendidikan Menengah,

terdiri dari: SMA/ MA dan SMK/ MAK

3. Pendidikan Tinggi,

terdiri dari: Akademi,

Institut, Sekolah

Tinggi, dan

Universitas. a. SD Ordinal 1 b. SMP c. SMA

d. D I – D III

e. S 1

Y

(Kepatuhan Membayar Pajak)

“Wajib Pajak patuh adalah Wajib pajak yang taat dalam pembayaran pajak, dan dalam mengisi

Surat Pemberitahuan

(SPT) dilakukan dengan benar, lengkap, dan jelas.” Siti Kurnia Rahayu

(2010:143) a. Pemahaman wajib pajak Ordinal 1,2 b. Tingginya tingkat pendidikan wajib pajak 3 c. Kemampuan

d. mengisi SPT

4,5 e. Penyelundup an pajak 6 f. Minimnya tingkat pengetahuan wajib pajak 7,8


(40)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 38

Dalam operasionalisasi variabel ini variabel independent (X) dan

dependent (Y) menggunakan skala ordinal.

Pengertian dari skala ordinal menurut Umi Narimawati (2007:23) menjelaskan bahwa:

“Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.” Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Skala Likert Menurut Sugiyono (2009:132) menjelaskan bahwa:

“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif).

Pada jawaban kuesioner diberikan skor pertanyaan yang memiliki jawaban positif dan pertanyaan yang memiliki jawaban negatif. Pertanyaan positif bertujuan untuk mengetahui jawaban yang sesuai dengan kebenaran, sedangkan jawaban negatif bertujuan untuk mengkroscek apakah responden menjawab secara konsisten dan benar-benar menjawab kuesioner.


(41)

Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif

Jawaban Responden Skor

a 5

b 4

c 3

d 2

e 1

Sumber: Sugiyono (2009:94)

Untuk pertanyaan negatif, tingkat jawabannya terdapat pada tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

a 1

b 2

c 3

d 4

e 5


(42)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 40

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Analisis Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Mempengaruhi Kepatuhan

Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega”

adalah data primer.

Menurut Sugiyono (2009:402) menjelaskan bahwa:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapan tentang penelitian yang akan diteliti, yaitu wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

3.2.3.2Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan

pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu: 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:115) menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan


(43)

dengan masalah dalam penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah 66.058 Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009:116) menjelaskan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik probabilitas sampling. Probabilitas Sampling menurut Sugiyono (2009:118) menjelaskan bahwa :

”Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”

Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu menggunakan rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2008:78), yaitu sebagai berikut :

n

= Dimana :

n = Jumlah sample N = Jumlah Populasi

= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample dalam penelitian, presisi yang digunakan dalam penelitian ilmu social adalah


(44)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 42

1%, 5%, 10%. Presisi yang digunakan dalam penelitian ini diambil nilai e = 5% sehingga ukuran sample dapat dihitung sebagai berikut :

n

=

n

=

n

=

n

=

397

Berdasarkan rumus penarikan jumlah sample diatas, maka sample yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah sebanyak 397 wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Metode pengamatan (Observasi), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan langsung di KPP Pratama Bandung Tegallega.


(45)

b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti.

c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

2. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

Sebelum kuesioner untuk variabel X yaitu pelaksanaan tingkat pendidikan wajib pajak digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan -pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.


(46)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 44

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (209:172) menjelaskan bahwa:

“Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 3.5

Standar Penilaian Untuk Validitas Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

Sumber: Barker et al, 2002:70

Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa


(47)

yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment.

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows dengan metode korelasi pearson product moment yang rumusnya sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2009:248 Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson

X = Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi Y = Kepatuhan Membayar Pajak

n = Ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel

3.2.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:03) menjelaskan bahwa:

“Reabilitas adalah derajat konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu”

Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap


(48)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 46

kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujiasn reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen

sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian iniadalah metode split-half dari Spearman-Brown dengan lankah-langkah sebagai berikut:

1. Membagi pertanyaan menjadi belah dua yaitu item ganjil dan genap.

2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan

sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. 3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan korelasi

pearson product moment.

4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus

Spearman Brown sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2008:186)

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen


(49)

Tabel 3.6

Standar Penilaian Untuk Reliabiltas Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70

Marginal 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al, 2002:70

Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrumen menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002:70) sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70. Hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada rumus split-half diperoleh sebagai berikut:

Koefisien reliabilitas kedua variabel lebih besar dari 0,70 menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan reliabel dalam mengungkap variabel yang sedang diteliti.

3.2.4.3 Uji MSI (Method Succesive Interval)

Penulis menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikan skala ordinal menjadi Interval sehingga hasilnya sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Membayar Pajak

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item_1 0,735 0,30 Valid

Item_2 0,735 0,30 Valid

Item_3 0,498 0,30 Valid

Item_4 0,735 0,30 Valid


(50)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 48

Item_6 0,445 0,30 Valid

Item_7 0,682 0,30 Valid

Item_8 0,508 0,30 Valid

Pada tabel di atas dapat dilihat nilai indeks validitas setiap butir pernyataan lebih besar dari nilai 0,30, artinya semua butir pertanyaan yang diajukan valid dan layak digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian.

Tabel 3.8

Hasil Uji Reabilitas Kuesioner Kepatuhan Membayar Pajak

Variabel Indeks

Reabilitas

Nilai Kritis Keterangan

Kepatuhan Membayar Pajak 0,704 0,70 Realibel

Koefisien reliabilitas variabel lebih besar dari 0,70 menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan reliabel dalam mengungkap variabel yang sedang diteliti.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Agar penulis dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu penulis akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif dan Metode Verifikatif.


(51)

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

1. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.

2. Penelitian Verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode Deskriptif

Metode yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 digunakan metode deskriptif. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

2) Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.


(52)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 50

3) Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

4) Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

5) Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:

RS =

Sumber: Umi Narimawati (2007) Keterangan :

n = jumlah sampel yang diambil m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:

%Skor aktual =

Sumber: Umi Narimawati (2007) Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan


(53)

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden diadopsi dari

buku Metode Penelitian Bisnis karangan Sugiyono dengan kriteria

pengklasifikasian sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual No Persentase Skor Kategori Skor

1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah/ Tidak Baik

2 36,01 – 52,00 Rendah/ Kurang Baik

3 52,01 – 68,00 Cukup Tinggi/ Cukup Baik

4 68,01 – 84,00 Tinggi/ Baik

5 84,01 – 100 Sangat Tinggi/ Sangat Baik

Sumber: Umi Narimawati (2007)

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

2. Metode Verifikatif

Data variabel independent (X) (Tingkat Pendidikan Wajib Pajak) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum di

olah dan dipasangkan dengan data variabel dependent (Y) (kepatuhan membayar

pajak), data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval dengan


(54)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 52

Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu:

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang

disebarkan.

2. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban

responden.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

4. Menetukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi

secara berurutan perkolom skor.

5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan

menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

7. Menggunakan skala dengan rumus.

(Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit) NS =

(Area Below Upper Limit) – (Area Below Upper Limit) Keterangan:

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah


(55)

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:

[NS + | NS min | +1 ] = Y

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

Proses pentransformasian data ordinal menjadi data interval dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Office Excel 2007 (Analize). Hasil data yang telah dikonversi tersebut selanjutnya diolah menggunakan analisis berikut:

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Pada penelitian ini digunakan analisis regresi untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis regresi menurut Jonathan Sarwono (2006:65) menjelaskan bahwa:

”Analisis regresi adalah analisis yang meliputi metode-metode yang digunakan untuk memprediksi nilai-nilai dari satu atau lebih variabel tergantung yang dihasilkan adanya pengaruh satu atau lebih variabel bebas”.

Analisis regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel


(56)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 54

apakah naik dan menurunnya variabel dependent (kepatuhan membayar pajak)

dapat dilakukan melalui menaikan dan menurunkan keadaan variabel independent

(tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi) atau dengan meningkatkan

keadaan variabel dependent (kepatuhan membayar pajak) dapat dilakukan dengan

meningkatkan variabel independent (tingkat pendidikan wajib pajak orang

pribadi). Dengan formulasi sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2009:270

Dimana nilai a dan b dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2009:272 Keterangan:

a = konstanta (nilai Y pada saat nol) b = koefisien regresi

n = ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel X = nilai variabel independent

Y = nilai variabel dependent

Y = a + bX


(57)

2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Koefisien korelasi pearson digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) serta mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak. Dengan formulasi sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2009:248

Keterangan:

r = koefisien korelasi

n = ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel X = variabel bebas (independent)

Y = variabel terikat (dependent) Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1, dimana:

a. Apabila r = +1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

b. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

c. Apabila r = -1, maka korelasi antar kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.


(58)

Bab III Objek dan Metode Penelitian 56

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.10

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,25 Korelasi sangat lemah (tidak ada)

>0,25 – 0,5 Korelasi cukup >0,5 – 0,75 Korelasi kuat

>0,75 - 1 Korelasi sangat kuat

Sumber: Jonathan, 2006:40

3. Koefisien Determinasi

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi atau yang sering disebut dengan koefisien penentu, karena besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r²). Jika (r2)=100% berarti variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependent, demikian sebaliknya jika r2=0 berarti variabel independent tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan membayar pajak, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Jonathan, 2006:42 Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi


(59)

3.2.5.2 Uji Hipotesis

Rancangan ini digunakan untuk mengetahui apa saja yang akan di

uji dalam suatu perumusan sementara.

Menurut Sugiyono (2009:93) menjelaskan bahwa:

”Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakan pernyataan atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini penulis haruslah membuat rancangan sementara, diantaranya :

1. Menetapkan Hipotesis

A. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak.

B. Hipotesis Statistik

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian diatas, maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya yaitu hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif (H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan perumusan sebagai berikut:

H0 :ρ = 0, Tidak terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan membayar pajak.

Ha :ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh tingkat pendidikan wajib pajak orang


(1)

ANALISIS TINGKAT PENDIDIKAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

MEMPENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG TEGALLEGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Skripsi Guna Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh : SURYANI

21107041

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

106

DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Budi R.2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib. Pajak Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP)

Jonathan Sarwono. 2006. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan, Bandung : Andi Yogyakarta.

Nurmantu, Safri (2003), Pengantar Perpajakan , Edisi 2, Garnit:Jakarta Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Yogyakarta:Andi Offset

Setiawan, Nugraha. 2005 Struktur Umur Serta Tingkat Pendidikan Penganggur Baru Dan Tingkat Pengangguran Di Indonesia Bandung: Pusat Penelitian Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. PERPAJAKAN INDONESIA: Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu &Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perpajakan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Supangat, Andi. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana

Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Waluyo dan wirawan.2000.Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.


(3)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil

yaitu: “ANALISIS TINGKAT PENDIDIKAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG TEGALLEGA”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen Pembimbing dan Wali Kelas Ak-1 yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:


(4)

vii

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Umi Narimawati, DRA., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Mbak Senny, Teh puji dan Mbak Dona) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

5. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

6. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dengan keikhlasan dan kesabaran serta doa yang tiada henti dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Untuk sahabat-sahabatku Nurhaeti, Yuli Yulianti, Laelasari, Meti Restiani, dan yang lainnya atas dukungan dan bantuannya.

8. Untuk Rini Kania yang telah membantu dalam pengolahan data

9. Semua teman-teman ku kelas Akuntansi-1 terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

10. Semua teman-teman kelas Akuntansi Pajak terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

11. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(5)

viii

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Suryani 21107041


(6)

172

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suryani

Umur : 21 tahun

Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 27 September 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat tinggal sekarang : Jl.Paralon I No.16 Bandung Kulon 40212

Telepon : 022-95626681/08987028399

Pendidikan Formal

1. Tahun 1995-2001 SDN Cijerah 05 Bandung Kulon, Bandung

2. Tahun 2001-2004 SMP Angkasa Lanud Husein Sastranegara, Bandung

3. Tahun 2004-2007 SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara, Bandung


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Hukum Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Tegallega)

0 18 44

Pengaruh Self Assessment Dan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (survei pada wajib pajak orang pribadi di KPP pratama Bandung Tegallega)

0 9 31

Pengaruh Biaya Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega)

12 62 52

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Tentang Kepatuhan Membayar Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta).

0 1 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Te

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Suraka.

0 0 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Suraka.

0 1 4

Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega.

0 1 25

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 0 21

Pengaruh PEnerapan e-SPT terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 1 21