Perkembangan yang terjadi sebagaimana terurai di atas khususnya yang menyangkut alat bukti elektronik, berpengaruh pula terhadap sistem pembuktian
perdata. Menurut sistem HIRRBg hukum acara perdata yang berlaku, dalam acara perdata hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, yang berarti bahwa hakim hanya
boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang- undang saja dalam hal ini HIRRBg.
4
Keadaan ini tentu saja akan menyulitkan proses penyelesaian sengketa, khususnya proses pembuktian dalam hal terjadinya
sengketa pada transaksi E-commerce. Beranjak dari uraian tersebut di atas, maka dilakukan pengkajian terhadap
perkembangan alat bukti dalam penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan, dalam hal ini dengan munculnya alat bukti elektronik, serta bagaimana pengaruhnya
terhadap sistem pembuktian perdata mengingat alat bukti merupakan salah satu variabel dalam sistem pembuktian di pengadilan.
B. Identifikasi Masalah:
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah- masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan bukti elektronik dalam praktik
penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan?
2. Bagaimana
implikasi perkembangan alat
bukti elektronik terhadap sistem
pembuktian dalam penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan di Indonesia?
C. Kerangka Pemikiran
Teori negara
kesejahteraan welfare
state melandasi
pemikiran bahwa
Indonesia adalah Negara Hukum, sebagaimana tercantum dalam bunyi Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum rechtsstaat, tidak berdasar atas kekuasaan machtstaat, dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi hukum
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi enam, Liberty, Yogyakarta, 2002, hlm.141.
dasar, bukan absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas. Di dalam konsep Negara Hukum
adanya keteraturan
dengan memelihara
ketertiban umum
dan menyelenggarakan kesejahteraan rakyat, merupakan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam konsep
negara kesejahteraan
yang bertujuan
untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, negara melalui pemerintah sebagai organ penyelenggara kehidupan bernegara mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran warganya. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui pembangunan nasional yang salah satu aspeknya adalah
pembangunan hukum. Pembangunan hukum yang merupakan salah satu cara guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat, tidak hanya harus dilakukan terhadap hukum materiil saja tetapi juga hukum formal dalam hal ini hukum acara perdata. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang telah menyebabkan semakin berkembang pula transaksi modern melalui media elektronik, belum diikuti oleh perkembangan hukum
terutama hukum
formal yang
dapat mengikuti
percepatan perkembangan
implementasi teknologi tersebut. Pada konsep negara hukum, dalam pengertian yang sederhana tidak ada warga
negara yang berada di atas hukum dan karenanya semua warga negara harus patuh pada hukum. Persamaan di muka hukum equality before the law merupakan satu di
antara arti-arti negara hukum dalam tradisi Anglo Saxon rule of law yang kemudian diakui sebagai nilai-nilai universal. Nilai-nilai persamaan dan keadilan sangat erat
terkait dengan proses penegakan hukum, yang tidak lain merupakan instrumen di tataran praktis dalam konsep negara hukum.
5
Pembangunan hukum ditujukan untuk mewujudkan supremasi hukum yang merupakan ciri negara hukum. Hal yang penting dalam rangka pembangunan hukum
adalah pemahaman terhadap hukum sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, dalam pembangunan hukum tidak hanya peraturan perundang-undangan saja yang harus
dibenahi, tetapi juga sub-sub sistem hukum lainnya, seperti: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta kesadaran hukum masyarakat.
5
A. Muhammad Asrun, Krisis Peradilan Mahkamah Agung di Bawah Soeharto, ELSAM, Jakarta, 2004, hlm. 42.
Pembangunan dalam arti seluas-luasnya meliputi segala segi dari kehidupan masyarakat. Masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh adanya perubahan.
Peran hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur, perubahan yang teratur demikian dapat dibantu
oleh perundang-undangan atau keputusan pengadilan, atau kombinasi dari keduanya. Karena baik perubahan maupun ketertiban atau keteraturan merupakan tujuan
kembar dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi suatu alat yang tak dapat diabaikan dalam proses pembangunan. Jelaslah bahwa pemakaian
hukum yang demikian yakni sebagai suatu alat pembaharuan masyarakat. Pembangunan nasional meliputi juga pembangunan di bidang hukum karena
hukum sebagai alat pembaharu masyarakat tidak boleh ketinggalan dari proses perkembangan
yang terjadi
dalam masyarakat,
antara lain
pembangunan. Pembangunan yang berkesinambungan menghendaki adanya konsepsi hukum yang
selalu mampu mendorong dan mengarahkan pembangunan sebagai cerminan dari tujuan hukum.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang demikian pesat dengan segala fasilitas penunjangnya dalam peradaban manusia modern saat ini, telah
membawa Indonesia memasuki era baru yang disebut sebagai era digital digital age. Seiring dengan kemajuan pola pikir manusia, penggunaan internet
semakin berkembang, saat ini internet menjadi salah satu teknologi yang membahana dalam
setiap aktivitas manusia. Semula dunia internet merupakan pusat media komunikasi dan informasi, namun kini dapat digunakan sebagai media transaksi, kemudian
dikenal dengan apa yang disebut sebagai transaksi perdagangan yang dilakukan melalui media elektronik electronic commerce.
Pesatnya perkembangan penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis yang berbasis transaksi elektronik, belum diikuti dengan perkembangan hukum yang
dapat mengikuti percepatan perkembangan implementasi teknologi. Oleh karena itu diperlukan kehadiran hukum yang dapat menjangkau permasalahan
pelangaran- pelanggaran yang terjadi di dunia maya, karena hukum positif yang ada belum dapat
menjangkau hal-hal tersebut.
6
Perlu diperhatikan dalam rangka membuat hukum positif di dunia maya tetang perbedaan mendasar antara masyarakat dunia maya
dengan masyarakat nyata dalam tindakan dan perbuatan hukum, dampak yang diakibatkannya, penerapan sanksi dan juga pembuktiannya.
Dalam dunia maya, para penegak hukum akan mengalami persoalan ketika terkait dengan pembuktian dan penegakan hukumnya, karena harus membuktikan suatu
persoalan yang diasumsikan sebagai maya, sesuatu yang tidak terlihat dan semu. Alat buktinya bersifat elektronik, antara lain dalam bentuk dokumen elektronik, yang
belum diatur dalam hukum acara perdata Indonesia namun dalam praktik sudah dikenal dan banyak digunakan.
Permasalahan timbul
apabila terjadi
sengketa akibat
hubungan hukum
keperdataan yang dilakukan secara elektronik khususnya dalam bidang perdagangan dan perbankan, dalam hal penyelesaian yang dilakukan melalui pengadilan litigasi,
berkaitan dengan masalah pembuktian yang menggunakan alat bukti elektronik. Hukum pembuktian Indonesia sampai saat ini masih mendasarkan pada HIRRBg
yang secara limitatif menentukan alat bukti dalam perkara perdata. Sebenarnya di Indonesia telah ada beberapa tindakan yang mengarah pada
penggunaan dan pengakuan dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah, misalnya:
1. Dikenalnya online trading dalam bursa efek; 2. Pengaturan mikro film dan sarana elektronik sebagai media penyimpanan
dokumen perusahaan yang telah diberi kedudukan sebagai alat bukti tertulis otentik dalam UU No.8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan.
3. Pengaturan tentang informasi elektronik danatau dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah, hal ini merupakan perluasan dari alat bukti yang sah yang
diatur dalam hukum acara perdata, dalam UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Namun demikian, hal ini tidak dapat dijadikan dasar hukum oleh hakim di pengadilan dalam memutus perkarasengketa yang terjadi sebagai akibat dari
6
Ahmad M. Ramli, RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Urgensi RegulasiCyber Law di Indonesia,
PPH Newsletter No.49XIIIJuni 2002, hlm.36.
dilakukannya transaksi di dunia maya, karena dalam sistem hukum acara perdata Indonesia yang bersumber pada HIRRBg, pembuktian itu baru sah bila didasarkan
pada bukti-bukti yang sudah diatur dalam undang-undang hukum acara perdata. Secara yuridis formal, alat bukti elektronik belum dimasukkan diatur dalam undang-
undang hukum acara perdata sebagai alat bukti yang dapat digunakan dalam penyelesaian perkara secara litigasi, sementara dalam praktik sudah banyak
digunakan. Keadaan demikian akan menimbulkan ketidakpastian hukum yang merupakan
salah satu unsur dalam penegkan hukum bagi pencari keadilan. Dalam menegakan hukum ada 3 unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum
Rechtssicherheit, kemanfaatan Zweckmassigkeit, dan keadilan Gerechtigkeit.
7
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Kemanfaatan, masyarakat mengharapkan
manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum; Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau
kegunaan bagi masyarakat. Keadilan, dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil. Dalam menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur
tersebut.
D. Metode Penelitian