Aktivitas fisik responden Hasil dan Pembahasan 1.

10 minuman berpemanis ataupun cemilan. Tingginya konsumsi makananminuman manis dapat dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat kota Yogyakarta yang terbiasa mengolah makanan dengan memberikan rasa yang manis, hal ini sesuai dengan teori dari Maulana 2009 yang menyatakan bahwa budaya dan kebiasaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Kristianti 2009 yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang gizi yang baik pada seseorang tidak berhubungan dengan asupan makanan siap saji yang dikonsumsi. Teori lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah teori dari Dissen 2011 yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi pada remaja laki-laki dan perempuan berhubungan dengan perilaku hidup sehat tetapi berbanding terbalik dengan asupan lemak.

4. Aktivitas fisik responden

Aktivitas fisik ataupun latihan jasmani didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang direncanakan dan dilakukan pengulangan pada bagian otot skeletal sehingga akan berpengaruh pada penggunaan energi. Beberapa studi juga telah menunjukkan adanya pengaruh pada rendahnya aktivitas fisik terhadap insidensi diabetes melitus tipe 2 Polikandrioti, 2009. Aktivitas fisik responden pada penelitian ini diukur menggunakan kuesioner Baecke 1988 yang hasil pengukurannya merupakan jumlah total nilai dari 3 indeks, yakni indeks olahragasport, indeks aktivitas di waktu luang dan indeks aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik remaja di kecamatan Kraton sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan nilai persentase responden yang memiliki aktivitas fisik tergolong berat sebanyak 6,25 dan untuk aktivitas fisik tergolong sedang sebanyak 86,46 sedangkan aktivitas fisik tergolong ringan sebanyak 7,29. Gambar 2. Distribusi tingkat aktivitas fisik responden 6.25 86.46 7.29 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Berat Sedang Ringan 11 Menurut Maulana 2009, ada 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan yaitu faktor predisposisi predisposing factor, faktor pendorong enabling factor dan faktor penguat reinforcing factor. Dalam hal ini yang menjadi faktor predisposisi adalah pengetahuan dan sikap. Tingkat pengetahuan dan sikap responden yang hasilnya sebagian besar cukup baik dapat memiliki pengaruh pada tindakan responden. Pada penelitian ini diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori sedang yang diperoleh melalui hasil perhitungan tiap indeks dari kuesioner Baecke, namun pada indeks olahraga ditemukan adanya responden yang tidak berolahraga yakni sebanyak 29 responden 30,2, hal ini diketahui melalui pertanyaan nomor 2 pada kuesioner, yaitu: “Apakah anda berolahraga?”. Responden yang memiliki indeks olahraga yang rendah bisa saja masuk dalam kategori aktivitas fisik sedang ataupun berat karena tingginya nilai dari indeks aktivitas sehari-hari ataupun indeks waktu luang, akan tetapi kebiasaan berolahraga seharusnya mulai dilakukan sejak remaja karena semakin bertambah usia risiko seseorang untuk terkena diabetes melitus semakin meningkat.

A. KESIMPULAN