Profil Keluarga Dampingan 
 GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

yang terpilih yaitu bapak I Made Namayasa dimana yang bersangkutan dipandang perlu untuk dibina sesuai dengan tujuan program KK Dampingan. Keluarga bapak I Made Namayasa merupakan salah satu keluarga yang berkategori kurang mampu di Banjar Singaperang. Data keluarga bapak I Made Namayasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Identitas dari keluarga dampingan dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Bapak I Made Namayasa memiliki seorang istri yang bernama Ni Made Lasmiati dan beliau dikaruniai satu anak yaitu I Wayan Riski yang masih bersekolah di SD Negeri 4 Buahan Kaja. Selain itu, beliau juga menanggung I Nyoman Dadab yaitu bapak kandung I Made Namayasa dan Ni Made Suba, Ibu kandung Bapak Namayasa. Dalam kesehariannya, bapak I Made Namayasa merupakan seorang petani yang mengelola lahan milik ayahnya, I Nyoman Dadab yang masih ikut bekerja dengan anaknya. Aktivitas beliau dimulai pada pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA, selama itu beliau bekerja sebagai petani sedangkan istrinya mengurus No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. I Made Namayasa Menikah 34 thn Tamat SMP Petani Pekebun Kepala Keluarga 2. Ni Made Lasmiati Menikah 31 thn Tamat SD Petani Pekebun Istri 3 I Wayan Riski Belum Menikah 9 thn SD Sedang Menempuh Belum Tidak Bekerja Anak 4 I Nyoman Dadab Menikah 61 thn Tamat SD Petani Pekebun Orang Tua 5 Ni Made Suba Menikah 50 thn Tamat SD Petani Pekebun Orang Tua 2 rumah dan anak, terkadang juga membantu suaminya di ladang. Jika tidak bekerja di ladang, bapak I Made Namayasa menjadi buruh untuk mengangkat kotoran sapi bersama istrinya. Selain beliau memiliki pekerjaan tambahan seperti ngadasin sampi milik orang lain untuk menambah pengasilan serta buruh bangunan jika ada yang memelukan bantuan jasa belaiu, namun pekerjaan yang digeluti sekarang masih belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga beliau karena bayaran yang kurang serta pekerjaan yang kurang menentu. Dahulu sebelum bapak I Made Namayasa bekerja sebagai buruh beliau sempat bekerja sebagai pengukir kayu dimana pengasilan beliau dapat dikatakan luamayan. Namun pekerjaan menjadi pengukir tidak lama karena beliau mengalami sakit punggung dan sesak nafas yang diakibatkan oleh terlalu seringnya membungkuk saat mengukir. Makin hari sakit beliau makin parah sehingga beliau memutuskan untuk berhenti mengukir serta mengambil pekerjaan lain yang lebih kepada pergerakan anggota badan. Setelah menikah, menurut hukum adat yang berlaku di Banjar Singaperang, bapak I Made Namayasa diharuskan untuk ngayah banjar. Ngayah banjar merupakan kewajiban bagi keluarga yang tinggal di sebuah banjar untuk melakukan pelayanan selama diadakannnya upacara adat di lingkungan banjar tersebut. Kewajiban untuk ngayah banjar ini juga cukup menyulitkan bapak I Made Namayasa, karena biaya yang dikeluarkan cukup besar, biasanya berkisar kurang lebih Rp. 2.500.000,- per upacara agama. Bapak I Made Namayasa memiliki sawah dengan luas kurang lebih 1 are yang diberikan oleh ayahnya sebagai warisan. Sawah yang didapatkan dikelola sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan keluarnya, beliau mengelola bersama istrinya. Pekerjaan sebagai petani tidak lah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari keluarganya sehingga beliau bersama istri mangambil pekerjaan tambahan seperti menjadi buruh mengangkat kotoran sapi, ngadas sapi dan menjadi buruh bangunan. Pekerjaan mengankat kotoran sapi dilakukan beliau bersama istri beberapa hari jika ada warga yang membutuhkan jasa beliau, kotoran sapi tersebut digunakan oleh 3 warga untuk pupuk organik tanaman jeruk. Ngadas sapi merupakan pemeliharaan sapi orang lain dengan membagi keuntungan antara pemilik dengan pengadas. Ngadas sapi tidak bergitu membantu kebutuhan sehari hari karena hasil dari pekerjaan tersebut hanya dapat di nikmati setelah beberapa tahun tergantung kapan sapi tersebut di jual. Penjualan sapi dilakukan kurang lebih diatas 3 tahun, dengan pengasilan rata rata 1 juta. Kurangnya pengasilan yang didapat oleh beliau memaksa beliau untuk bekerja sebagai buruh bangunan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan keseharian keluarganya. Keluarga bapak I Made Namayasa tinggal dirumah seluas 4 are. Rumah tersebut terdiri dari beberapa bangunan terpisah. Bangunan pertama merupakan tempat tidur keuarga yang terdiri dari satu kamar tidur dan ruang tamu, bangunan berikutnya yaitu padmasana, bale dangin sebagai tempat upacara manusa yadnya, dapur, kamar Mandi dan bangunan tambahan dari KK yang tinggal di satu pekarangan rumah dengan beliau, bangunan tambahan tersebut terdiri dari 5 bangunan yang masing – masing dihuni oleh setiap KK yang ada di rumah tersebut, KK yang tinggal di pekarangan rumah beliau terdiri dari 5 KK. Kodisi bangunan utama yaitu tempat tidur keluarga terbilang cukup layak huni walaupun sedikit berantakan karena kurangnya terdapat alat untuk menyimpan barang – barang mereka, dapur yang dimiliki bertembokkan batu bata dan beliau memasak masih menggunakan kayu bakar, kamar Mandi yang dimiliki kurang layak digunakan untuk MCK.

2. Ekonomi Keluarga Dampingan

2.1. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga I Made Namayasa berasal dari hasil kerja sebagai petani, buruh di sawah, dan buruh bangunan. Adapun sumber penghasilan yang menjadi tumpuan hidup mereka berasal dari pekerjaan panggilan oleh orang yang membutuhkan jasa beliau, pendapatan dapat dijabarkan sebagai berikut: 4 1. Hasil bekerja sebagai petani mengolah lahan pertanian yang tidak tetap setiap bulannya dipergunakan untuk membantu menambah pendapatan keluarga karena pekerjaan petani hanya dapat dilakukan saat adanya air di sawah. 2. Hasil bekerja sebagai buruh mengangkat kotoran sapi yang dibantu oleh istrinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari keluarganya gaji yang diperoleh kurang lebih Rp.40.000 per harinya. 3. Pekerjaan sebagai buruh bangunan yang dilakukan saat adanya panggilan oleh orang yang membutuhkan jasa bapak I Made Namayasa dengan hasil yang tidak menentu tergantung bangunan yang dikerjakan. 4. Pekerjaan ngadas sapi untuk menambah pengasilan tambahan keluarga hasil ngadas dapat dinikmati oleh keluarga ketika sapi terjual.

2.2. Pengeluaran Keluarga

a. Kebutuhan sehari-hari

Pengeluaran Bapak I Made Namayasa untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari keluarga Bapak Ketut Kartika mengeluarkan biaya 30.000 sampai dengan 50.000 bahkan jika piodalan bisa mencapai 300.000. Biaya ini belum termasuk biaya untuk membayar kegiatan lainnya seperti kegiatan yang ada dibanjar atau sering disebut dengan kegiatan ngayah.

b. Listrik dan Air

Untuk biaya listrik pada keluarga Bapak I Made Namayasa kurang lebih membayar tagihan listik Rp 30.000 setiap bulannya. Air untuk kebutuhan MCK dan memasak Bapak I Made Namayasa diperoleh dari mata air dari Banjar Singaperang. Bapak I Made Namayasa medapatkan air bersih dari Banjar Singaperang untuk keperluan memasak, buang air kecil dan buang air besar yang kemudian ditampung di 5