Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan perdagangan valuta asing dapat ditelusuri melalui beberapa ketentuan UUD 1945 tidak menentukan posisi dan kewenangan Bank Indonsia melainkan kewenangan lembaga itu secara implisit di dalam alokasi kewenangan moneter negara, Pasal 23 ayat 3 dan ayat 4 UUD 1945. Pasal 23 ayat 3 menentukan bahwa macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 23 ayat 4 menentukan bahwa hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. Kedua ketentuan itu masing-masing masuk menjadi ketentuan Pasal 23 B dan Pasal 23 C UUD Negara Republik Indonesia 1945 secara eksplisit menentukan posisi dan fungsi Bank Indonesia. Negara mempunyai bank sentral yang mana susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, serta independensinya diatur oleh undang-undang. Ketentuan Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia telah ditindaklanjuti dengan pembentukan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan adanya Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sehingga bentuk organik dari konstruksi kewenangan itu harus ditelusuri melalui Undang-Undang Bank Indonesia, baik yang tahun 1999 maupun 2004.

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan

Sistem Nilai Tukar UU Nomor 24 Tahun 1999 ini mengatur tentang devisa dan sistem nilai tukar. Devisa menurut ketentuan ini adalah aset dan kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional Pasal 2. UU ini mengatur sistem nilai tukar dan memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan nilai tukar yang terlebih dahulu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Posisi Bank Indonesia dalam penetapan nilai tukar adalah sebagai lembaga teknis yang diberi kewenangan untuk mengajukan sistem nilai tukar. Selain kewenangan itu, ketentuan ini juga mengatur tentang kewenangan Bank Indonesia untuk meminta keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa. Kewengangan-kewenangan Bank Indonesia yang diatur di dalam ketentuan ini sepenuhnya berkenaan dengan lalu lintas devisa.

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana