Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat

STUDI UNJUK KERJA PELUMPURAN TANAH SAWAH
MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA DAN EMPAT
DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT

ARNOD SILABAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Unjuk Kerja
Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa
Sukamandi, Subang, Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Arnod Silaban
NIM F14090018

ABSTRAK
ARNOD SILABAN. Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan
Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Dibimbing oleh GATOT PRAMUHADI.
Pelumpuran tanah sawah adalah kegiatan pengolahan tanah dengan cara
mencampur tanah dengan air secara berulang-ulang sehingga terbentuk lumpur.
Metode pelumpuran tanah sawah dapat dilakukan menggunakan traktor roda dua
dan traktor roda empat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan
membandingkan hasil pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda
dua dan empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Hasil pengujian
kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan
indeks keseragaman menggunakan traktor roda dua dan garu sisir berturut-turut

sebesar 0.136 ha/jam, 82.14%, 82.65%, dan 98.52% , serta menggunakan traktor
roda empat dan bajak rotari berturut-turut sebesar 0.673 ha/jam, 83.70%, 87.50%,
dan 99.25%.
Kata kunci: pelumpuran tanah, kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks
pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman.

ABSTRACT
ARNOD SILABAN. Study of Soil Puddling Performances Utilized Two-wheel
and Four-wheel Tractors in Sukamandi Village, Subang, West Java. Supervised
by GATOT PRAMUHADI.
Soil puddling of paddy is soil tilling activities by mixing soil and water to
produce mud. Soil puddling method on paddy field can be done utilized twowheels tractor or four-wheels tractor. The objective of the research was to analyse
and compare soil puddling results utilized two-wheel and four-wheel tractors in
Sukamandi Village, Subang, West Java. Results of the research showed that
effective field capacity, puddling index, softness of puddled soil index, and
uniformity index utilized two-wheel tractor and spike-tooth harrow were 0.136
ha/hour, 82.14%, 82.65%, and 98.52% respectively, and utilized four-wheel
tractor and rotary plow were 0.673 ha/hour, 83.70%, 87.50%, and 99.25%
respectively.
Key words: Soil puddling, effective field capacity of puddling, puddling index,

softness of puddled soil index, and uniformity index.

STUDI UNJUK KERJA PELUMPURAN TANAH SAWAH
MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA DAN EMPAT
DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT

ARNOD SILABAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSITEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan
Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa
Barat
Nama
: Arnod Silaban
NIM
: F14090018

Disetujui oleh

Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Studi
Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan
Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M. Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi
selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini, serta Bapak Dr. Ir. M. Faiz Syuaib,
M. Agr dan Bapak Dr. Liyantono, S.TP, M. Agr selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan arahannya. Terima kasih kepada Bapak Prayogo, Bapak
Nono, Bapak Yuda, Bapak Fajar, Bapak Evan, dan seluruh staf PT Bina Pertiwi
yang telah menyediakan traktor Kubota L3608 dan membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu,
mendiang ayah, seluruh keluargaku, dan Lastry Sitanggang yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasinya serta seluruh teman-teman ORION
46 yang banyak memberikan semangat dan membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi di bidang pertanian.

Bogor, Juni 2014

Arnod Silaban

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Struktur Lahan Sawah

2

Pelumpuran Tanah Sawah


3

Sumber Tenaga Pelumpuran

3

METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan

4

Alat


4

Parameter yang Diamati

5

Rancangan Penelitian

5

Metode Pengambilan Data

7

Prosedur Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN


12

Kapasitas Lapang Efektif dan Efisiensi Pelumpuran

12

Indeks Pelumpuran, Indeks kelunakan dan Indeks Keseragaman

14

Analisis Biaya Pokok Pelumpuran

17

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan


18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Bentuk dan ukuran lahan sawah saat penelitian
2 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah
sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
3 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah
sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari
4 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks keseragaman
5 Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah

4
12
12
15
17

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram skematik untuk menentukan indeks pelumpuran, indeks
kelunakan, dan indeks keseragaman
2 Diagram skematik untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran
tanah sawah
3 Diagram skematik untuk menentukan biaya pokok pelumpuran tanah
sawah
4 Pola kerja pelumpuran tanah sawah
5 Contoh posisi pengambilan suspensi air-tanah dan posisi tanah dalam
tabung plastik setelah dibiarkan selama 48 jam
6 Posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (Pramuhadi 1998)
7 Pengaruh metode pelumpuran tanah sawah terhadap kapasitas lapang
efektif pelumpuran
8 Pengaruh metode pelumpuran terhadap indeks pelumpuran, indeks
kelunakan, dan indeks keseragaman
9 Contoh pelumpuran tanah sawah di lokasi penelitian

5
6
7
8
10
11
13
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Spesifikasi traktor roda empat
Spesifikasi bajak rotari
Spesifikasi traktor roda dua
Spesifikasi implemen garu sisir
Indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman

20
21
21
22
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman padi adalah tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan
oleh petani di Indonesia. Adanya pertumbuhan penduduk menyebabkan
meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan hidup terutama beras sebagai bahan
makanan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat
dibutuhkan peningkatan produksi padi. Pada tahun 2013, Badan Pusat Statistik
menyatakan angka produksi gabah kering giling tahun 2012 adalah sebesar 69.05
juta ton atau setara 40.05 juta ton beras. Sedangkan konsumsi beras masyarakat
Indonesia sekitar 139 kilogram per kapita per tahun atau total 34.05 juta ton. Luas
lahan yang diperlukan untuk menghasilkan kebutuhan padi tersebut minimal
13.45 juta hektar dengan produktivitas sebesar 5.15 ton per hektar.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 sebesar 230 juta jiwa, dan diperkirakan tahun
2013 akan mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1.49 per tahun.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk ini, mengakibatkan semakin tingginya
kebutuhan beras nasional. Salah satu sentra penghasil beras nasional adalah Jawa
Barat, menurut data BPS tahun 2013 produksi padi provinsi Jawa Barat mencapai
11,9 juta ton dengan produktivitas 6.044 ton/ha serta luas panen 1,9 juta ha.
Penggunaan alat dan mesin budidaya pertanian merupakan salah satu cara
untuk mengoptimalkan produksi padi pada lahan sawah yang diolah. Produksi
padi yang optimal juga dapat diperoleh dengan menggunakan metode budidaya
yang lebih efektif dan efisien. Produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan
menggunakan varietas unggul yang dikombinasikan dengan pengaturan tanah, air,
pupuk, dan operasi secara mekanis. Pengolahan tanah merupakan salah satu
tahapan dalam pelaksanaan budidaya pada lahan sawah. Pengolahan tanah
meliputi penggenangan, pembajakan, dan penggaruan untuk menghancurkan
kembali struktur tanah dan melumpurkan.
Pelumpuran tanah sawah adalah kegiatan pengolahan tanah dengan cara
mencampur tanah dengan air secara berulang-ulang sehingga terbentuk lumpur.
Tanah yang hendak dilumpurkan harus mempunyai kandungan liat (clay) cukup
tinggi. Menurut Koga (1992) pelumpuran adalah proses dimana tanah menjadi
berstruktur granular atau menjadi butir-butir yang disebabkan oleh air yang
berlebihan dan pengolahan tanah yang berlebihan, sedangkan menurut Adachi
(1992) pelumpuran adalah proses membuat bongkahan-bongkahan tanah dan
agregat-agregat tanah terdispersi atau terurai, hancur, dan menjadi sedimen.
Dengan demikian, pori-pori makro pada lapisan olah dikurangi oleh pelumpuran
sehingga laju perkolasinya berkurang.
Sebagai indikator penilai digunakan indeks pelumpuran, indeks kelunakan
dan indeks keseragaman. Pada indeks pelumpuran, pengolahan tanah akan
menaikkan tingkat pencampuran tanah dan air sehingga menjadi lumpur lunak dan
sangat halus. Nilai indeks kelunakan tanah yang tinggi akan mempengaruhi
penancapan bibit padi pada lahan sawah. Tingkat pertumbuhan akar tanaman padi
setelah pindah tanam tergantung pada nilai kelunakan tanah tersebut. Akar
tanaman yang tumbuh lebih luas dan dalam akan membantu tanaman memperoleh
unsur hara dari tanah lebih banyak lagi.

2
Di Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa
Barat sebagian besar pelumpuran tanah sawah telah menggunakan traktor roda dua
dan traktor roda empat. Suatu studi diperlukan untuk mengukur, menganalisis, dan
membandingkan hasil unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor
roda dua dan traktor roda empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Perumusan Masalah
Berbagai macam metode pelumpuran tanah sawah dapat diterapkan baik
secara tradisional maupun secara mekanis dengan menggunakan traktor roda dua
dan traktor roda empat, dimana di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat kedua
jenis traktor ini sudah banyak digunakan. Untuk itu, diperlukan penelitian
mengenai studi unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda
dua dan traktor roda empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat agar dapat
diukur, dianalisis, dan dibandingkan hasil unjuk kerja pelumpuran tanah sawah.
Adapun sebagai indikator hasil pelumpuran tanah sawah, yaitu indeks pelumpuran,
indeks kelunakan, dan indeks keseragaman.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan hasil
pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat
yang meliputi kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks pelumpuran, indeks
kelunakan, indeks keseragaman, serta analisis biaya pokok pelumpuran.

TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Lahan Sawah
Lahan sawah merupakan jenis lahan budidaya untuk tanaman padi dengan
permukaan yang datar dan dibatasi tanggul yang berfungsi untuk menyimpan dan
menahan genangan air. Lahan sawah dibuat dan dibentuk menyerupai kolam
sebagai wadah penahan genangan air. Kehilangan air berupa rembesan terkadang
terjadi melalui pematang tersebut. Petani biasanya melapisi bagian dalam dan atas
pematang dengan lumpur untuk mengurangi terjadinya rembesan melalui
pematang (Koga 1992).
Petakan lahan sawah dibatasi oleh jembatan saluran air yang bentuk dan
ukurannya tergantung pada kontur lahan. Pada petakan yang ukurannya kecil,
pelumpuran akan sulit dilakukan, bahkan pada beberapa kasus tidak mungkin
dilakukan pelumpuran, sehingga pengolahan tanah dilakukan dengan cara yang
lain, yaitu secara manual walaupun beberapa implemen yang ditarik dengan
tenaga hewan cukup ringan, terbuat dari bahan kayu dan dapat digunakan pada
lahan yang berukuran kecil. Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri

3
dari bagian pembatas (tanggul pembatas/pematang), lapisan olah tanah, dan
bagian dasar.
Pelumpuran Tanah Sawah
Lumpur dibentuk oleh bajak atau cangkul yang kemudian digaru bersamaan
dengan pemberian air irigasi yang cukup. Dengan terbentuknya struktur lumpur
dan adanya penggenangan pada tanah sawah maka akan terbentuk dua lapisan,
yaitu lapisan oksidasi yang berwarna coklat kekuningan yang berada di bagian
atas serta lapisan reduksi dibagian bawah yang berwarna kelabu kebiruan.
Tujuan pelumpuran adalah untuk memecah tanah dalam bagian yang
sekecil-kecilnya yang disebut cairan koloid, cairan yang dapat mengendap
dipermukaan tanah sehingga merupakan perisai yang tidak mudah ditembus air
sebagai perkolasi. Menurut De Datta (1981) fungsi pelumpuran adalah :
1. Menghaluskan tanah pada lapisan olah untuk menyiapkan penanaman bibit
(transplanting) atau penanaman langsung pada kondisi lahan tergenang.
2. Mengurangi gulma.
3. Mengurangi laju perkolasi sehingga dapat menghemat pemakaian air dan
pupuk.
4. Mencampur pupuk dengan tanah pada lapisan olah.
5. Membuat permukaan tanah rata sehingga tebal genangan air dan pertumbuhan
padi seragam.
Kualitas tanah hasil pelumpuran dapat dinilai berdasarkan indeks
pelumpurannya. Indeks pelumpuran diperoleh dari hasil pengambilan contoh
suspensi air tanah dalam suatu tabung plastik dan dibiarkan selama 48 jam
sehingga tanah dalam tabung akan turun.
Kekuatan tanah adalah faktor terpenting untuk pertumbuhan dan
penembusan akar pada saat penanaman bibit. Apabila lumpur yang dihasilkan atau
terbentuk terlalu lunak, maka persentase bibit yang tidak tertanam akan tinggi
(Adachi 1992). Sawamura et al (1986) memperkenalkan metode pengukuran
kelunakan tanah hasil pelumpuran (softness of puddled soil) dengan cara
menjatuhkan bola golf seberat 45.9 gram dari ketinggian 1 m di atas permukaan
lumpur. Kelunakan tanah yang cocok untuk tanaman padi sawah adalah apabila
permukaan atas bola golf muncul pada permukaan lumpur setinggi 1 cm atau
tenggelam sedalam 1 cm di bawah pemukaan lumpur.

Sumber Tenaga Pelumpuran
Sumber tenaga yang biasa digunakan untuk pelumpuran tanah sawah antara
lain tenaga manusia, tenaga hewan (kerbau atau sapi), dan tenaga mekanis berupa
traktor roda dua dan traktor roda empat. Pemilihan jenis tenaga yang digunakan
dipengaruhi oleh keadaan geografis lahan maupun budaya yang ada di daerah
tersebut. Tenaga hewan biasanya hanya digunakan untuk bekerja selama 4-5
jam/hari. Demikian juga tenaga manusia sangat terbatas oleh faktor fisik dari
manusia tersebut. Sementara untuk menggunakan tenaga mekanis juga ada
pertimbangan, baik dari segi harga maupun keterbatasan keadaan lahan yang
menyebabkan penggunaan sumber tenaga mekanis tidak dapat dengan mudah

4
diterapkan walaupun memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan
kedua jenis sumber tenaga sebelumnya (De Datta 1981).

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan padi sawah milik PT. Sang Hyang Seri di
Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Maret 2013 hingga Juli 2013.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu petak lahan sawah yang
terdiri dari lima petak lahan sawah dengan ukuran yang berbeda-beda.
Tabel 1 Bentuk dan ukuran lahan sawah saat penelitian
Parameter
Lahan

Satuan

Metode pelumpuran
Traktor roda dua dan garu sisir
A
B

-

C
b

b
b

Bentuk lahan

-

a

a
a

Dimensi lahan

m

a = 21.91, b = 17.86

a = 41, b = 17.6

a = 36.50, b = 18.66

Luas lahan

ha

0.039

0.072

0.068

Traktor roda empat dan bajak rotari
Lahan

-

D

E
b

b

Bentuk lahan

-

Dimensi lahan
Luas lahan

m
ha

a

a

a =94.5, b = 117.4
1.109

a = 129, b = 90
1.161

Alat
Peralatan yang digunakan adalah traktor roda dua dan garu sisir, dan traktor
roda empat dan bajak rotari dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada Lampiran 1

5
sampai dengan Lampiran 4. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini terdiri
atas meteran untuk mengukur luas lahan, stopwatch untuk alat pengukur waktu,
bola golf untuk mengukur nilai IK, dan tabung plastik untuk mengukur nilai IP.
Parameter yang Diamati
1.
2.
3.
4.
5.

Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini, yaitu :
Kapasitas lapang efektif pelumpuran (KLE)
Indeks pelumpuran (IP)
Indeks kelunakan (IK)
Indeks keseragaman (IS)
Biaya pokok pelumpuran
Rancangan Penelitian

Pengambilan sampel hasil pelumpuran menggunakan traktor roda dua dan
garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dilakukan seaktual mungkin
setelah dilakukan pelumpuran. Bola golf dijatuhkan dari ketinggian 1 m ke dalam
tanah lumpur dan dilakukan pengukuran posisi permukaan atas bola golf terhadap
permukaan lumpur dengan penggaris. Hasil pelumpuran dimasukkan kedalam
tabung plastik dan dibiarkan selama 48 jam. Metode untuk menentukan nilai
indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman hasil pelumpuran
tanah sawah ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Metode Pelumpuran

Traktor roda-2
dan garu sisir

Volume tanah (cc)

Traktor roda-4
dan bajak rotari

Pbg (cm)

Volume air (cc)

IK (%)
IP (%)
SD (%)

CVip (%)

CVik (%)

IS (%)

Gambar 1 Diagram skematik untuk menentukan indeks pelumpuran,
indeks kelunakan, dan indeks keseragaman

6
Pengukuran luas lahan sawah dilakukan sebelum pelumpuran tanah sawah
dimulai. Kapasitas lapang efektif pelumpuran merupakan hasil perbandingan luas
lahan pelumpuran dan waktu pelumpuran efektif. Waktu pelumpuran efektif
merupakan seluruh waktu pelumpuran yang digunakan oleh traktor. Untuk
mendapatkan waktu pelumpuran efektif dilakukan setelah traktor masuk ke dalam
lahan sawah, stopwatch kemudian diaktifkan dan dicatat waktu efektif dan waktu
tidak efektif. Kecepatan kerja diperoleh dari hasil bagi jarak pelumpuran tanah
sawah dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja. Pada
lintasan kerja diberikan tanda berupa patok untuk mengetahui jarak tempuh
aktual sebanyak 5 kali putaran roda traktor. Efisiensi pelumpuran tanah sawah
dapat diketahui berdasarkan kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis.
Metode untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah ditunjukkan
pada Gambar 2 di bawah ini.
Metode Pelumpuran

Traktor roda-4
dan bajak rotari

Traktor roda-2
dan garu sisir

Waktu Pelumpuran
efektif (jam)

Waktu Pelumpuran
Tidak Efektif (jam)

Luas Lahan
Pelumpuran (ha)

Kecepatan Maju
Aktual (m/detik)

Slip
Roda (%)

Lebar Kerja
(m)

Kecepatan Maju
Teoritis (m/detik)

Waktu Lapang
Total (jam)

KLT
(ha/jam)

KLE
(ha/jam)
ELP (%)

Gambar 2 Diagram skematik untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran tanah
sawah
Biaya pokok pelumpuran tanah sawah adalah biaya untuk melumpurkan
satu hektar sawah, dengan satuan Rp/ha. Untuk menghitung besarnya biaya pokok
pelumpuran tanah sawah perlu diketahui biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk
menentukan biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua
dan garu sisir, menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini.

7
Metode Pelumpuran

Traktor roda-4
dan bajak rotari

Traktor roda-2
dan garu sisir

KLE
(ha/jam)

Biaya
penyusutan
(Rp/tahun)

Bunga
Modal
(Rp/tahun)

Konsumsi Bahan
Bakar (liter/jam)

Waktu
Operasional
(jam/tahun)

Harga Bahan
Bakar (Rp/liter)

Biaya Konsumsi
Bahan Bakar
(Rp/jam)

Upah
Operator
(Rp/jam)

Biaya
Perawatan
(Rp/jam)

ya Konsumsi
Biaya Tetap
(Rp/jam)

Biaya Tidak
Tetap (Rp/jam)

ya

ya Konsumsi

KLE
(ha/jam)

Biaya Total
(Rp/jam)

ya
Biaya Pokok
Pelumpuran (Rp/ha)

ya
Konsumsi
Gambar 3 Diagram skematik untuk menentukan biaya pokok pelumpuran tanah
sawah

Metode Pengambilan Data
Semua lahan yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya merupakan
lahan budidaya padi sawah. Penggenangan lahan dilakukan setelah pembajakan
saat panen selesai selama 10-14 hari dengan tinggi penggenangan air 3-4 cm dari
permukaan tanah. Pola kerja yang digunakan pada kegiatan pelumpuran tanah
sawah menggunakan pola kerja yang disebut metode sirkulasi, dengan terusmenerus dilakukan pengulangan sampai lumpur terbentuk. Pola kerja yang
digunakan selalu mengikuti arah panjang petakan lahan untuk mengurangi
banyaknya belokan. Pengambilan sampel untuk menentukan indeks pelumpuran,
indeks kelunakan, dan indeks keseragaman dilakukan mengikuti pola kerja pada
Gambar 4 di bawah. Pelumpuran dilakukan dengan 5 kali ulangan lintasan, setiap
lintasan dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali. Pengambilan sampel
pada pelumpuran yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti prosedur operator.

8
2

1

3

4

5

Gambar 4 Pola kerja pelumpuran tanah sawah

Traktor Roda Dua dan Garu Sisir
Pembajakan dengan menggunakan traktor roda dua yang digandengkan
dengan gelebeg dan proses pelumpuran menggunakan garu sisir. Setelah
dilakukan pembajakan tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan gelebeg,
kemudian dilakukan pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan
garu sisir, dimana selisih waktu pelumpuran traktor roda dua dan gelebeg dengan
traktor roda dua dan garu sisir adalah selama satu minggu. Hal ini dilakukan untuk
menggenangi lahan sawah dan pembusukan gulma.
Traktor Roda Empat dan Bajak Rotari
Pembajakan dengan menggunakan traktor roda empat yang digandengkan
dengan bajak rotari dan proses pelumpuran menggunakan bajak rotari.
Pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari
dilakukan setelah pembajakan tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan
bajak rotari. Pengolahan tanah sawah menggunakan traktor roda dempat di Desa
sukamandi dilakukan hanya dua tahap yaitu pembajakan dan pelumpuran.

Prosedur Analisis Data
Pengukuran Kapasitas Lapang Efektif Pelumpuran Tanah Sawah (KLE)
Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah dalam ha/jam diperoleh
dari hasil waktu efektif pelumpuran tanah sawah (Wk), dan luas lahan pelumpuran
tanah sawah (Aa). Perhitungan kapasitas lapang efektif dilakukan dengan
mengukur waktu efektif menggunakan stopwatch dan luas lahan yang diolah
menggunakan meteran dengan persamaan 1.
KL

...........................................................(1)

Dimana,
KLE = Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah (ha/jam)
Aa = luas lahan pelumpuran tanah sawah (ha)
Wk = Waktu efektif pelumpuran tanah sawah (jam)
Pengukuran Efisiensi Lapang Pelumpuran Tanah Sawah
Perhitungan untuk mendapatkan nilai efisiensi lapang pelumpuran tanah
sawah disajikan pada persamaan 2, 3, 4 dan 5.

9
S

........................................(2)

vt

Dimana,
S
Sb
So
vt
va
l
KLT
KLE
Eff

va
-S

...........................................................(3)

KL

x l x vt..............................................(4)

ff

............................. .........(5)

: Slip roda penggerak (%)
: Jarak tempuh traktor saat pelumpuran dalam lima putaran roda (m)
: Jarak tempuh trakto tanpa beban dalam lima putaran roda (m)
: Kecepatan maju teoritis (detik)
: Kecepatan maju aktual (detik)
: Lebar implemen (m)
: Kapasitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah (ha/jam)
: Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah (ha/jam)
: Efisiensi pelumpuran tanah sawah (%)

Pengukuran Nilai Indeks Pelumpuran Tanah Sawah
Setelah kegiatan pelumpuran selesai, dilakukan pengambilan sampel tanah
yang dilumpurkan untuk menghitung nilai indeks pelumpuran. Sampel lumpur
yang diambil dimasukkan ke dalam tabung. Waktu pengambilan contoh tanah
yang dilumpurkan adalah seaktual mungkin, yaitu segera setelah pelumpuran
selesai. Sampel yang ada dalam tabung plastik kemudian dibiarkan selama 48 jam
sehingga tanah terpisah dan mengendap dari campuran lumpur. Gambar 5 di
bawah menunjukkan posisi tabung pengambilan sampel lumpur hasil pelumpuran
dan posisi tanah yang mengendap setelah lumpur dibiarkan selama 48 jam.
Volume tanah yang turun dicatat dan indeks pelumpuran dihitung dengan
menggunakan persamaan 6 berikut ini.

IP 

Vs
x100% ...........................................................(6)
Vt

keterangan:
IP
: Indeks pelumpuran (%)
Vs
: Volume tanah dalam tabung setelah diendapkan 48 jam (cc)
Vt
: Volume total contoh suspensi air-tanah dalam tabung (cc)

10

Gambar 5 Contoh posisi pengambilan suspensi air-tanah dan posisi tanah
dalam tabung plastik setelah dibiarkan selama 48 jam
Pengukuran Nilai Indeks Kelunakan Tanah Sawah
Kekuatan tanah merupakan salah satu faktor penting untuk penembusan
akar dan pertumbuhan akar pada saat penanaman bibit padi dan untuk
pertumbuhan perkecambahan pada saat dilakukan penanaman langsung. Apabila
lumpur yang terbentuk terlalu lunak atau terlalu keras, maka persentase bibit yang
tak tertanam akan tinggi (Adachi, 1992). Indeks kelunakan diukur dengan cara
sebagaimana telah diperkenalkan Sawamura et al (1986) dalam Pramuhadi (1998),
yaitu dengan menggunakan persamaan bola golf. Bola golf yang digunakan adalah
bola golf dengan massa 45.9 gram dan diameter 42.8 mm. Bola golf dijatuhkan
dari ketinggian satu meter diatas permukaan lumpur. Supaya pengukuran tepat
pada permukaan bola golf, bola golf terlebih dahulu diikatkan pada benang.
Ketika bola dijatuhkan, benang sedikit diangkat, tapi posisi bola golf tidak boleh
tergeser. Kemudian penggaris dimasukkan tepat disamping benang, lalu diukur
jarak dari permukaan bola golf sampai ke permukaan lumpur, seperti pada
Gambar 6 di bawah (Pramuhadi 1998).
Kelunakan tanah hasil pelumpuran yang cocok untuk tanaman padi adalah
kekuatan tanah saat permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm
hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Atas dasar ini maka indeks
kelunakan tanah hasil pelumpuran dikatakan semakin optimum apabila
kedalaman permukaan atas bola golf mendekati 0 cm dari permukaan lumpur.
Kelunakan ideal untuk pelumpuran tanah sawah adalah apabila nilai indeks
kelunakan 90% sampai 100%. Untuk menghitung indeks kelunakan digunakan
persamaan 7.
IK 

1  0.1 PBG
A

x100 % ...........................................................(7)

keterangan:
IK
: indeks kelunakan (%)
PBG : nilai mutlak posisi permukaan atas bola golf terhadap permukaan lumpur
(cm)
A
: nilai penyesuaian posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (1 cm).

11

Gambar 6 Posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (Pramuhadi 1998)
Pengukuran Nilai Indeks Keseragaman Tanah Sawah
Indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran (IS) adalah indeks keseragaman
tingkat pencampuran tanah dengan air (IP) dan kelunakan tanah hasil pelumpuran
(IK), sehingga IS dihitung berdasarkan keseragaman IP dan IK, sebagamana
dihitung dengan menggunakan persamaan 8.
.............................................(8)
keterangan:
IS
: indeks keseragaman (%)
CVip : koefisien variasi nilai indeks pelumpuran IP (%)
CVik : koefisien variasi nilai indeks kelunakan IK (%)
CVip merupakan hasil perbandingan standar deviasi dengan rata-rata indeks
pelumpuran, CVik merupakan hasil perbandingan standar deviasi dan rata-rata
indeks kelunakan.
Analisis Biaya Pokok Pelumpuran
Perhitungan biaya tetap dalam Rp/tahun diperoleh dari penjumlahan biaya
penyusutan dalam Rp/tahun dan biaya bunga modal (I) dalam Rp/tahun dengan
mengetahui tingkat bunga modal (i) harga awal mesin (P), harga akhir mesin (S),
dan umur ekonomis mesin (N). Perhitungan biaya penyusutan dan bunga modal
(I) menggunakan persamaan 9 dan 10. Biaya tidak tetap dalam Rp/jam diperoleh
dari penjumlahan biaya konsumsi bahan bakar, upah operator atau tenaga kerja,
dan biaya pelumasan. Biaya total (B) dalam Rp/jam diperoleh dari penjumlahan
dari biaya tetap (BT) dan biaya tidak tetap (BTT). Perhitungan biaya total
menggunakan persamaan 11.
-S

........................................................... (9)

i

B

.......................................................(10)
B

............................................... (11)

X dalam persamaan 11 merupakan perkiraan jam kerja per tahun.
Perhitungan biaya pemanenan (BP) dalam Rp/ha diperoleh dengan menghitung
biaya total dan mengetahui kapasitas kerja mesin (K). Persamaan yang digunakan
yaitu persamaan 12.
B
B
........................................................... (12)
K

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Lapang Efektif dan Efisiensi Pelumpuran
Tabel 2 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah
sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
Parameter

Satuan

Luas lahan
Kecepatan maju aktual
Lebar implement
Slip roda penggerak
Waktu lapang total
Waktu efektif pelumpuran
Kecepatan maju teoritis
Kapasitas lapang efektif pelumpuran
Kapasitas lapang teoritis pelumpuran
Efisiensi lapang pelumpuran

ha
m/detik
m
%
jam
jam
m/detik
ha/jam
ha/jam
%

A
0.039
0.831
1.210
10.630
0.283
0.269
0.930
0.145
0.081
179

Lahan
B
C
0.072
0.068
0.765
0.510
1.210
1.210
9.320
10.630
0.533
0.560
0.523
0.543
0.844
0.570
0.135
0.125
0.074
0.050
187
252

Rata-rata
0.060
0.702
1.210
10.19
0.459
0.445
0.781
0.136
0.068
206

Tabel 3 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah
sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari
Parameter
Luas lahan
Kecepatan maju aktual
Lebar implement
Slip roda penggerak
Waktu lapang total
Waktu efektif pelumpuran
Kecepatan maju teoritis
Kapasitas lapang efektif pelumpuran
Kapasitas lapang teoritis pelumpuran
Effisiensi lapang pelumpuran

Satuan
ha
m/detik
m
%
jam
jam
m/detik
ha/jam
ha/jam
%

D
1.109
1.728
1.700
7.189
1.700
1.450
1.862
0.765
0.228
335

Lahan
E
1.161
1.634
1.700
2.077
2.250
2.000
1.668
0.581
0.204
284

Rata-rata
1.135
1.681
1.700
4.633
1.975
1.725
1.765
0.673
0.216
310

Hasil pengujian kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah
sawah dengan menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat dapat dilihat
pada Tabel 2 dan 3 di atas. Pengujian traktor roda dua dan traktor roda empat di
Desa Sukamandi dilakukan pada kondisi lahan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh kondisi dan ukuran lahan yang berbeda-beda. Rata-rata kapasitas lapang
efektif pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
sebesar 0.136 ha/jam, sedangkan menggunakan traktor roda empat dan bajak
rotari sebesar 0.673 ha/jam. Nilai kapasitas lapang efektif untuk kegiatan
pelumpuran tanah sawah sulit diperkirakan karena pekerjaan pelumpuran dilakukan
berulang-ulang sampai keadaan lumpur yang diinginkan terbentuk. Perbedaan

13
kapasitas lapang efektif pelumpuran pada kedua metode pelumpuran tanah sawah
tersebut dipengaruhi oleh besarnya luas lahan dan waktu lapang efektif
pelumpuran. Waktu lapang efektif pelumpuran tanah sawah merupakan seluruh
waktu yang dibutuhkan mesin untuk melakukan pelumpuran tanah sawah.
Menurut Field dan Solie (2007) kehilangan kapasitas dipengaruhi oleh
waktu hilang, waktu tidak beroperasi. Pada saat pengujian beberapa kondisi
bentuk dan ukuran lahan berbeda. Bentuk yang tidak simetris dan ukuran yang
luas menyebabkan waktu pelumpuran menjadi lebih lama, dan apabila operator
tidak ahli dalam mengoperasikan mesin dan menyesuaikan dengan kondisi lahan
tersebut maka hilangnya waktu tanam efektif akan semakin tinggi akibat waktu
belok atau tidak bekerja. Selain itu hilangnya waktu efektif pelumpuran akibat
waktu belok atau tidak bekerja juga dipengaruhi pola kerja saat pelumpuran tanah
sawah. Pola kerja yang tidak teratur, menyebabkan hilangnya waktu efektif
pelumpuran tanah sawah semakin tinggi.
0.80

0.60
240
0.40

160

0.20

80

Efisiensi (%)

Kapasitas Lapang (ha/jam)

320

KLE
KLT
Efisiensi

0

0.00

Traktor roda dua
dan garu sisir

Traktor roda empat
dan bajak rotari

Metode Pelumpuran

Gambar 7 Pengaruh metode pelumpuran tanah sawah terhadap kapasitas
lapang efektif pelumpuran
Kapasitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor
roda dua dan garu sisir sebesar 0.068 ha/jam, menggunakan traktor roda empat
dan bajak rotari sebesar 0.216 ha/jam. Kapasitas lapang teoritis kegiatan
pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari
dipengaruhi oleh kecepatan kerja yang lebih besar, yaitu dengan rata-rata 1.681
m/detik, bila dibandingkan dengan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yang
lebih kecil yaitu 0.702 m/detik.
Hasil pengujian efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah tertinggi
diperoleh menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari dengan nilai rata-rata
sebesar 310%. Penggunaan traktor roda dua dan garu sisir diperoleh nilai efisiensi
rata-rata sebesar 206%. Perbedaan efisiensi pada kedua metode pelumpuran tanah
sawah tersebut dipengaruhi oleh perbedaan nilai kapasitas lapang efektif
pelumpuran tanah sawah dan kapaitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah.

14
Kapasitas lapang efektif yang besar memberikan dampak terhadap meningkatnya
efisiensi pada suatu pelumpuran.
Pada Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa kapasitas lapang efektif pada
pelumpuran jauh lebih tinggi nilainya bila dibandingkan dengan kapasitas lapang
teoritisnya. Keadaan seperti ini akan selalu menghasilkan efisiensi pelumpuran
yang lebih besar dari 100%. Nilai efisiensi yang bernilai lebih besar dari 100%
dapat terjadi karena tidak semua lahan terolah dengan baik. Terdapat titik tertentu
pada lahan yang tidak ikut terolah ataupun tidak terolah dengan baik. Hal ini juga
dipengaruhi oleh karena pengolahan tanah sawah di Desa Sukamandi merupakan
sistem borongan, artinya pengulangan pelumpuran yang dilakukan tidak merata
disetiap lintasan pelumpuran.
Salah satu yang mempengaruhi efisiensi dari kegiatan pelumpuran adalah
ketersediaan genangan air di lahan. Dalam keadaan air yang cukup banyak,
operator seringkali tidak dapat mengetahui bilamana lumpur telah terbentuk.
Kecenderungan yang terjadi adalah bahwa pelumpuran dinyatakan selesai ketika
tidak ada lagi tanah yang menjulang diatas permukaan air. Padahal keadaan
seperti itu belum tentu menghasilkan hasil lumpur yang baik.
Dengan memperhatikan pengaruh faktor lain terhadap efisiensi tersebut,
dapat dilihat bahwa semakin besar efisiensi tidak selalu menghasilkan kualitas
pelumpuran yang baik. Kadang efisiensi juga melebihi 100% yang menyebabkan
turunnya kualitas pelumpuran, seperti ada tanah yang tidak terolah dan kedalaman
olah yang kurang optimum.
Kapasitas lapang efektif yang besar memberikan dampak terhadap
meningkatnya efisiensi pada suatu pengolahan. Hal ini dapat dilihat dalam
Gambar di atas bahwa kapasitas lapang efektif yang besar pada kegiatan
pelumpuran dengan menggunakan traktor roda empat memberikan dampak
terhadap efisiensi pengolahan tanah yang semakin besar pula.
Dalam pengamatan ini terlihat efisiensi pelumpuran dengan penggunaan
traktor roda empat dan bajak rotari lebih besar. Hal ini dikarenakan pada saat
kegiatan pelumpuran tersebut ketersediaan air cukup banyak sehingga operator
memutuskan untuk keluar dari lahan walaupun pembentukan lumpur belum
optimal. Kualitas hasil pelumpuran dapat dibandingkan dengan melihat nilai
Indeks Pelumpuran maupun Indeks Kelunakan hasil pelumpuran. Dari
pengamatan di lapangan, penggunaan traktor roda empat dan bajak rotari
menghasilkan gelombang air yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
traktor roda dua dan garu sisir. Gelombang air yang terjadi ini tentu saja akan
membantu proses pencampuran air dengan tanah untuk membentuk lumpur dan
meratakan lumpur yang terbentuk.

Indeks Pelumpuran, Indeks kelunakan dan Indeks Keseragaman
Indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman hasil
pelumpuran tanah sawah merupakan variabel yang digunakan untuk mengamati
kualitas dari hasil kegiatan pelumpuran. Hasil indeks pelumpuran, indeks
kelunakan, dan indeks keseragaman tanah sawah menggunakan traktor roda dua
dan garu sisir pada lahan A berturut-turut sebesar 82.00%, 85.60%, dan 98.53%,
pada lahan B berturut-turut sebesar 82.80%, 77.86%, dan 98.45%, dan pada lahan

15
C berturut-turut sebesar 81.63%, 84.50%, dan 98.60%. Pelumpuran tanah sawah
menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari pada lahan D diperoleh indeks
pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman berturut-turut sebesar
83.60%, 88.60%, dan 99.23%, pada lahan E berturut-turut sebesar 83.79%,
86.40%, dan 99.27%.
Tabel 4 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks keseragaman
Metode
Traktor roda dua
dan garu sisir

Traktor roda empat
dan bajak rotari

Petak
A
B
C
Rata-rata
D
E
Rata-rata

IP (%)
82.00
82.80
81.63
82.14
83.60
83.79
83.70

IK (%)
85.60
77.86
84.50
82.65
88.60
86.40
87.50

IS (%)
98.53
98.45
98.60
98.52
99.23
99.27
99.25

100

Nilai (%)

80
60
IP (%)

40

IK (%)
IS (%)

20
0

Traktor roda dua Traktor roda empat
dan garu sisir
dan bajak rotari
Metode Pelumpuran

Gambar 8 Pengaruh metode pelumpuran terhadap indeks pelumpuran,
indeks kelunakan, dan indeks keseragaman
Pada Gambar 8 di atas rata-rata nilai indeks pelumpuran tertinggir diperoleh
dengan menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar 83.70%, dan
menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 82.14%. Tingginya nilai
indeks pelumpuran pada pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda
empat dan bajak rotari dikarenakan implemen yang digunakan adalah bajak rotari
yang berfungsi mengaduk tanah dan air sehingga mempercepat proses
pembentukan lumpur. Kedalaman olah juga pada waktu pembajakan
menggunakan bajak rotari memberikan pengaruh terhadap hasil kegiatan
pelumpuran tanah sawah yang lebih baik. Nilai indeks pelumpuran yang
mendekati 100% menunjukkan pencampuran tanah dan air menghasilkan kualitas
lumpur yang lebih baik.

16
Nilai indeks kelunakan yang diperoleh dari kegiatan pelumpuran tanah
sawah berbanding lurus dengan nilai indeks pelumpuran tanah sawah. Indeks
kelunakan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 82.65%,
menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar 87.50%. Pelumpuran
tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat memiliki nilai indeks
kelunakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan traktor roda dua
dan garu sisir. Hal ini terjadi karena kualitas pelumpuran tanah sawah
menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari lebih baik dibandingkan
pelumpuran menggunakan traktor roda dua dan garu sisir. Penggunaan traktor
implemen bajak rotari pada traktor roda empat berfungsi untuk mengaduk tanah
dan air dengan baik, sehingga lumpur yang terbentuk tidak terlalu keras dan tidak
terlalu lunak.
Nilai indeks keseragaman hasil pelumpuran tanah sawah dapat diketahui
berdasarkan keseragaman indeks pelumpuran dan indeks kelunakan. Pada
kegiatan pelumpuran tanah sawah diperoleh rata-rata nilai indeks keseragaman
hasil pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
sebesar 98.52%, menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar
99.25%. Dari hasil nilai indeks keseragaman hasil pelumpuran yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil pelumpuran tanah sawah seragam atau
penanaman bibit padi seragam.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pelumpuran adalah
jenis implemen yang digunakan. Penggunaan traktor roda empat dengan
implemen berupa bajak rotari memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
penggunaan traktor roda dua dengan implemen berupa garu sisir. Garu sisir
biasanya lebih bersifat meratakan permukaan lumpur, sementara penggunaan
bajak rotari lebih bersifat memotong tanah dan mencampur air dengan tanah
melalui mekanisme gerakan putar pada bajak rotari. Selain itu, penggunaan bajak
rotari tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang air yang besar pada
permukaan sawah, sehingga membantu proses pelumpuran. Proses pelumpuran
tanah sawah yang terjadi di lokasi penelitian di Desa Sukamandi dapat dilihat
pada Gambar 9 di bawah ini.

(a)
(b)
Gambar 9 Contoh pelumpuran tanah sawah di lokasi penelitian (a) traktor roda
empat dan bajak rotari (b) traktor roda dua dan garu sisir

17
Analisis Biaya Pokok Pelumpuran
Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda
dua dan garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dapat dilihat pada
Tabel 5 di bawah. Analisis biaya pokok pelumpuran tanah sawah juga dilakukan
sebagai data sekunder, sebab analisis biaya pokok pelumpuran tanah sawah
merupakan salah satu dasar menentukan keputusan dalam penggunaan mesin
untuk kegiatan pelumpuran tanah sawah sebab biaya akan mempengaruhi
keuntungan yang akan diperoleh bagi si pemilik mesin.
Tabel 5 Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah
Parameter/Variabel
Harga awal
Harga akhir
Umur ekonomi
Jam kerja
Hari kerja
Waktu operasional
Kapasitas lapang efektif
Tingkat bunga modal
Biaya penyusutan
Biaya bunga modal
Harga bahan bakar
Konsumsi bahan bakar
Biaya bahan bakar
Biaya pelumasan
Upah tenaga kerja
Biaya tetap
Biaya tidak tetap
Biaya total
Biaya pokok pelumpuran

Satuan
Rp
Rp
tahun
jam/hari
hari/tahun
jam/tahun
ha/jam
%
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/liter
liter/jam
Rp/jam
Rp/jam
Rp/jam
Rp/jam
Rp/jam
Rp/jam
Rp/ha

Nilai
Traktor roda dua
Traktor roda empat
dan garu sisir
dan bajak rotari
24,500,000
175,000,000
2,450,000
17,500,000
5
5
7
7
165
165
1155
1155
0.136
0.673
10
10
4,410,000
31,500,000
1,470,000
10,500,000
4,500
4,500
2.143
9
9,644
40,500
3,200
3,250
10,000
24,000
5,091
36,364
22,844
67,750
27,934
104,114
205,400
154,700

Biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan
garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dihitung berdasarkan data dan
asumsi-asumsi. Hari kerja yang besarnya 165 hari/tahun didasarkan pada asumsi
bahwa dalam satu tahun terdapat dua kali musim panen. Dalam satu musim lama
waktu pelumpuran tanah sawah yaitu 3 bulan sehingga mesin bekerja selama 25
hari pada musim hujan, sedangkan 3 bulan berikutnya biasanya terjadi dimusim
kemarau dan mesin dapat bekerja selama 30 hari. Tabel 5 biaya pokok
pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
sebesar Rp205,400/ha. Harga akhir mesin sebesar Rp2,450,000 diperoleh dari
10% harga awal mesin. Biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan
traktor roda empat dan bajak rotari sebesar Rp154,700/ha. Harga akhir mesin
sebesar Rp17,500,000 diperoleh dari 10% harga awal mesin. Harga akhir ini
berlaku setelah mesin beroperasi selama 5 tahun.

18
Hasil perhitungan biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan
traktor roda dua dan garu sisir lebih tinggi dibandingkan pelumpuran tanah sawah
menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari. Hal ini dikarenakan kapasitas
lapang efektif pelumpuran yang rendah, dan juga perbedaan biaya tetap, dan biaya
tidak tetap dari masing-masing mesin. Upah tenaga kerja atau operator juga
berbeda antara pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat
dan traktor roda dua. Upah operator pelumpuran tanah sawah menggunakan
traktor roda empat sebesar Rp24,000/jam dengan jumlah operator sebanyak 3
orang, dan menggunakan traktor roda dua sebesar Rp10,000/jam dengan jumlah
operator sebanyak 1 orang.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil analisis unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor
roda dua dan traktor roda empat dapat diketahui. Berdasarkan nilai rata-rata
kapasitas lapang efektif pelumpuran, pelumpuran tanah sawah menggunakan
traktor roda empat dan bajak rotari lebih tinggi dibandingkan penggunaan traktor
roda dua dan garu sisir yaitu sebesar 0.673 ha/jam, sedangkan menggunakan
traktor roda dua dan garu sisir sebesar 0.136 ha/jam. Berdasarkan nilai rata-rata
indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman, pelumpuran tanah
sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari lebih tinggi dibandingkan
penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yaitu berturut-turut sebesar 83.70%,
87.50%, dan 99.25%, sedangkan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir
sebesar 82.14%, 82.65%, dan 98.52%. Berdasarkan biaya pokok pelumpuran
tanah sawah, penggunaan traktor roda empat dan bajak rotari lebih kecil
dibandingkan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yaitu sebesar
Rp154,700/ha, dan biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor
roda dua dan garu sisir sebesar Rp205,400/ha.

Saran
1. Untuk memenuhi kegiatan pelumpuran tanah sawah yang luas secara efektif
dan efisien dapat menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari.
Keunggulan traktor roda empat dan bajak rotari antara lain mampu
menghasilkan kapasitas kerja yang tinggi dan kualitas lumpuran yang lebih
baik.
2. Percobaan dengan metode penelitian yang benar dan tepat perlu dilakukan
untuk mendapatkan unjuk kerja yang benar dan konsisten.

19

DAFTAR PUSTAKA
[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013.
Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2013 [Internet]; [diunduh 2014 27 Maret].
Tersedia pada: www.bkkbn.go.id/kependudukan.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman Pangan [Internet]; [diunduh 2013 27
Maret]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.
Adachi K. 1992. Effect of Puddling on Rice Soil Physics Softness of Puddled Soil
and Percolation in Soil and Water Engineering for Paddy Field Management
Proceedings International Workshop Held at The Asian Institute of The
Technology Bangkok, January 1992. Asian Institute of Technology Thailand.
Bangkok.
Daywin FJ, Sitompul G, Hidayat I. 1992. Mesin-mesin Budidaya Pertanian.
Bogor (ID): IPB Pr.
De Datta K. 1981. Principles and Practice of Rice Production. New York: John
Willey & Sons.
Field LH, Solie BJ. 2007. Introduction to Agricultural Engineering Technology.
USA (ID): Springer.
Hardjowigeno S, Subagyo H, dan Rayes M. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi
Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian.
Koga K. 1992. Introduction to Paddy Field Engineering. Bangkok: Asian Institute
of Technology.
Koga Y. 1993. Farm Machinery, Vol 2. JICA Expert on Post Harvest Technology
Indonesia (ID): IPB
Pramuhadi G. 1998. Studi Optimasi Rasio Kecepatan Linier Pisau Rotari Dan
Kecepatan Maju Traktor Pada Pelumpuran Tanah Padi Sawah [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pramuhadi G. 2000. Studi Hubungan antara Beban Enjin Traktor dan Efisiensi
Pengolahan Tanah. [makalah]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sawamura A, Miyazawa F, Ikenaga N, and Yoshida T. 1996. Simple
Measurement Method of Soil Strength of puddled Soil. Agricultural and
Horticultural, 61 (9). Pp.88-99. Asian Institut of Technology Bangkok
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Budaya. Jakarta.
Indonesia.
Santoso. 2010. Evaluasi Finansial untuk Manager dengan Software Komputer.
Bogor (ID): IPB Pr

20
Lampiran 1 Spesifikasi traktor roda empat
Spesifikasi
Model
Type

Engine

PTO

Hydraulic
system

Traveling
system

Dimension

Weight
PTO Power

Satuan
-

kg

Keterangan
Kubota L 3608
Direct
injection,
vertical, water-cooled 4
cycle diesel
3
87 x 92.4
1.647
35.5 (26.5)
34.0 (25.4)
2700
111
38
SAE 1-3/8, 6-splines
540 (2430), 750 (2596)
Position control
23.9
Category I
906

kg

651

Number of cylinder
Bore and stroke
Total displacement
Engine gross power
Engine net power
Rated revolution
Maximum torque
Fuel tank
Reor PTO
PTO/Engine speed
Hydraulic control system
Pump capacity
Three point hitch
Max lift force (at lift
points)
Max lift force (24 in. (610
mm) behind lift points)
Tires (front)
Tires (rear)
Clutch
Power steering
Transmission
Shuttle
Brake
Min. turning radius (with
brake)
Overall length
(without 3P)
Overall width
Overall height (top of
steering wheel)
Wheelbase
Min. ground clearance
Tread (front)
Tread (rear)

mm
litre
hp (kW)
hp (kW)
rpm
N-m
litre
rpm
litre/min

m

8-16
12.4-24
Dry type single stage
Standard (integral)
Gear shift, 8 forward
and 8 reverse
Synchro-shuttle
Wet disk type
2.5

mm

2920

mm
mm

1430
1520

mm
mm
mm
mm
kg
hp (kW)

1610
355
1080
1120
1115
31.1 (23.2)

21
Lampiran 2 Spesifikasi bajak rotari
Spesifikasi
Model
3-point link
Drive
Dimensions

Total length
Total width
Total height

Weight
Sultable tractors
Width of cut
Number of blades
Blade
Revolution of blade shaft

Satuan
mm
mm
mm
kg
mm
rpm

Keterangan
KRL
Category 1
Side drive (chain)
870
1805
945
245
L3608
1584
16 each for right and left
196 (PT0540), 72 (PTO750)

Satuan
-

Keterangan
Quick M 1000 Alfa
Kubota RD-85 DI-1S
2 maju, 1 mundur
Kombinasi (gear-chain)
Casting Dual part System
Dry
Multiple
Disc
clutch+V-Belt
Dog clutch

mm
mm
mm
kg
kg
hp
hp/rpm
liter
-

2760
1132
1400
192
278
7.5
8.5 /2200
9.5
1 selinder horizontal
(4 langkah)
Solar
Roda besi bersirip
0.720
8
0.185
0.75

Lampiran 3 Spesifikasi traktor roda dua
Spesifikasi
Merek
Model
Kecepatan
Sistem transmisi
Gear case
Mesin
Sistem penggerak
(kopling utama)
Sistem pembelok
(kopling kemudi)
Dimensi traktor Panjang
dengan roda
Lebar
besi/roda karet
Tinggi
Bobot roda
Bobot tanpa diesel
besi/roda karet
Bobot dengan diesel
Tenaga rata-rata
Tenaga maksimum
Isi bahan bakar
Jenis motor diesel
Bahan bakar
Jenis roda
Diameter roda
Jumlah sirip roda
Lebar sirip roda
Jarak antar roda kiri-kanan

m
buah
m
m

22
Lampiran 4 Spesifikasi implemen garu sisir
Spesifikasi
Merek
Jumlah pisau
Jarak antar pisau
Lebar olah
Panjang tiap pisau
Lebar tiap pisau
Luas tiap pisau
Bobot gelebeg

Satuan
m
m
m
m
kg

Keterangan
Perkasa
20
0.1
1.20
0.18
0.1
0.018
31.42

Lampiran 5 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks
keseragaman
Sampel

1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
CVip (%)
Sampel
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
CVik
IS (%)

Traktor roda dua
Traktor roda empat
dan garu sisir
dan bajak rotari
IP (%) Lahan
A
B
C
D
E
70.00
80.00
70.00
80.00
80.00
80.00
80.00
81.82
80.00
80.39
86.00
82.00
82.35
84.00
84.91
86.00
84.00
86.00
86.00
85.71
88.00
84.00
88.00
88.00
88.00
82.00
82.80
81.63
83.60
83.79
7.35
2.00
6.99
3.58
3.49
8.96
2.42
8.56
4.28
4.16
IK (%) Lahan
A
B
C
D
E
79.00
67.00
79.00
85.00
83.00
82.00
68.00
80.0