Faktor Risiko Hipertensi Pada Pria Dan W

IT PENYAKIT TIDAK MENULAR FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA PRIA DAN WANITA USIA 30 TAHUN KE ATAS DI PUSKESMAS PONCOL

Disusun oleh :

Nurafian Majid Pranomo 25010113140241 Nafizta Rizcarachmakurnia

25010113130292 Destyana Ayu Wulandari

25010113140293 Novita Ayu Ningrum

25010113140294 Nurul Anggraeni

25010113140295 Dian Indriyani

25010113140296 Ghina Anisah

25010113140297 Vrishelli Setiadi Putri

25010113130298 I’ik Santi Komala

25010113140299 Pitoyo Mumpuni

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

HALAMAN PENGESAHAN

(Laporan Project Based Learning on Current Issue Non-Communicable Diseases)

1. Judul : Faktor Risiko Hipertensi pada Pria dan Wanita Usia 30 tahun ke Atas di Puskesmas Poncol

2. Penyusun

Nama/NIM

 Nurafian Majid Pranomo 25010113140241  Nafizta Rizcarachmakurnia

25010113130292  Destyana Ayu Wulandari

25010113140293  Novita Ayu Ningrum

25010113140294  Nurul Anggraeni

25010113140295  Dian Indriyani

25010113140296  Ghina Anisah

25010113140297  Vrishelli Setiadi Putri

25010113130298  I’ik Santi Komala

25010113140299  Pitoyo Mumpuni

25010115183026 Kelompok/Semester/Tahun : Kelompok 6/ Semester V / 2015

3. Nama Mata Kuliah/sks : IT Penyakit Tidak Menular / 3 sks

4. Lokasi Kegiatan : Puskesmas Poncol

5. Waktu Kegiatan

:1 – 25 Oktober 2015

Sudah diperiksa isi materi keilmuan dan disetujui.

Semarang, 5 November 2015

Dosen Pembimbing/Penguji PBL,

Lintang Dian Saraswati, SKM, M.Kes NIP. 198206252005012001

Menyetujui, Penanggung Jawab Mata Kuliah Isu Terkini Penyakit Non Menular

dr. Baju Widjasena, M. Erg NIP. 197006281997021001

Tabel 19. Distribusi frekuensi jawaban kuesioner variabel kebiasaan minum kopi ..... 47 Tabel 20. Analisis variabel kebiasaan minum kopi ...................................................... 48 Tabel 21. Sebaran jawaban mengenai variabel kebiasaan minum kopi ........................ 48

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Bagan Strategi Komprehensif Kesehatan Masyarkat Dalam Pengendalian Hipertensi ……………………………….........................10

Gambar 2. Mind Mapping Hipertensi………………………………………….......17 Gambar 3. Kerangka K onsep…………………………...………………………….18

DAFTAR ISTILAH

Congestive Heart Failure : Gagal Jantung Kongestif Disability Limitation

: Pembatasan Kecacatan Early Diagnosis and Prompt Treatment

: Diagnosis Dini dan Pengobatan Dini Five Level Prevention

: Lima Tingkatan Pencegahan Health Promotion

: Promosi Kesehatan ISH

: the International Society of Hypertension

PHBS : Perilaku Hidup Sehat dan Bersih Rehabilitation

: Rehabilitasi

Renovascular Hypertension : Tekanan Darah Tinggi Hipertensi Riskesdas

: Riset Kesehatan Daerah Spesific Protection

: Perlindungan Spesifik WHO

: World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ……………………………………………...........................53 Lampiran 2. Kuesioner Frekuensi Pangan (FFQ) ………………………….…...…...56 Lampiran 3. Tabel Absensi Survei …………………….....................……………...60 Lampiran 4. Formulir Informed Consent ……….…………………………………...61 Lampiran 5. Dokumentasi…………………………………………………………...63

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal.

Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup, sosial ekonomi, industrialisasi dapat memacu meningkatnya penyakit seperti hipertensi. Disebut se bagai “pembunuh diam-diam” karena orang hipertensi tidak menampakkan gejala (Brunner & Suddarth, 2002)

Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi dan tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini tentu sangat berbahaya yang menyebabkan kematian dan berbagai komplikasi seperti stroke. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit stroke dan tuberkulosis mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun dan kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29% (Survey Kesehatan Nasional, 2007 dalam Eka 2011)

Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di negara berkembang penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di negara berkembang penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2005 adalah 8.3% (pengukuran standard WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 140/90 mmHg). Pada tahun 2010 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Zamhir, 2006 dalam Eka, 2011)

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67,101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar 53,69. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kebupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004)

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 123990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130683 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 113537 jiwa dan pada tahun 2010 Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 123990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130683 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 113537 jiwa dan pada tahun 2010

Hal ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan dini faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi Hipertensi dan angka kejadian Hipertensi pada Puskesmas Poncol

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi penyakit Hipertensi di Puskesmas Poncol.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik responden yang tidak dapat dimodifikasi (Pekerjaan, Kebiasaan Keluarga dalam Mengonsumsi Makanan Asin dan Berlemak, yang Hipertensi) di Puskesmas Poncol.

c. Diketahuinya disribusi frekuensi faktor resiko Hipertensi yang dapat dimodifikasi (perilaku merokok, aktivitas fisik, kebiasaan mengkonsumsi kopi) di Puskesmas Poncol.

d. Diketahuinya hubungan karakteristik responden yang tidak dapat dimodifikasi (pekerjaan, Kebiasaan Keluarga dalam Mengonsumsi Makanan Asin dan Berlemak, genetika yang Hipertensi) dengan kejadian hipertetnsi di Puskesmas Poncol.

e. Diketahuinya hubungan faktor resiko Hipertensi yang dapat dimodifikasi (perilaku merokok, aktivitas fisik, kebiasaan mengkonsumsi rokok) di Puskesmas Poncol.

f. Diketahuinya faktor yang paling dominan mempengaruhi resiko Hipertensi di Puskesmas Poncol.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah atau instansi terkait dapat dipergunakan sebagai informasi untuk menentukan kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga untuk mengembangkan riset tenaga kesehatan mengenai faktor resiko Penyakit Tidak Menular khususnya Hipertensi.

3. Dapat dijadikan informasi dan acuan tambahan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah faktor resiko penyakit Hiperetensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan systole, yang tingginya tergantung umu individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami.(dr. Jan Tambayong, 2000)

Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan apabila tekanan darah diastole 95 – 104, hipertensi sedang bila tekanan diastole-nya 105 – 114. Sedangkan hipertensi berat tekanan diastole-nya > 115. (dr. Jan Tambayong, 2000)

Seseorang dikatakan menderita hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi – nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg. (Prasetyaningrum, 2014)

Hipertensi dengan peningkatan tekanan systole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan diastole tanpa disertai peningkatan systole lebih sering terdapat pada dewasa muda. Hipertensi dapat pla digolongkan sebagai esensial atau idiopatik, tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai. Bila ada penyebabnya, disebut hipertensi sekunder. (dr. Jan Tambayong, 2000)

Saat ini, penyakit hipertensi menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan sering disebut dengan the silent killer. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan data menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena Saat ini, penyakit hipertensi menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan sering disebut dengan the silent killer. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan data menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena

2. Riwayat Alamiah Hipertensi

Secara umum, hipertensi tidak menunjukkan tanda-tanda yang khas. Perjalanan ini berlangsung perlahan bahkan bisa bertahun-tahun tanpa disadari oleh penderita. Seringkali kondisi tersebut baru diketahui secara tiba- tiba misalnya saat check up kesehatan.

1. Tahap Pre-Patogenesa : Pada keadaan ini penyakit belum ditemukan oleh karena pada umumnya daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Dengan perkataan lain seseorang berada dalam keadaan sehat.

2. Tahap Inkubasi Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna.

3. Tahap Penyakit Dini Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi ringan. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda, hipertensi baru tampak bila telah terjadi komplikasi pada organ target/vital seperti ginjal, jantung, otak, dan mata. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, marah, telinga berdenging, kaku kuduk, migren, insomnia, mata berkunang-kunang, muka merah, kelelahan, dan gelisah dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.

4. Tahap Penyakit Lanjut Gagal jantung, gangguan penglihatan, gangguan neurology, dan gangguan fungsi ginjal paling banyak ditemukan pada hipertensi berat.

5. Tahap Akhir Penyakit : Tahap Akhir Penyakit hipertensi : Komplikasi (infark miokardium, stroke,gagal ginjal.) hingga mati.(Priyanto,2008)

3. Patogenesis Hipertensi

Menurut Bustan (2007) Pencegahan hipertensi jika dipandang dari epidemiologi dapat dibedakan menjadi 3 tahap yaitu:

1. Tahap prepathogenesis Level pencegahan dapat berupa primordial, promotif (promosi kesehatan), proteksi spesifik (kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko) dengan intervensi pencegahan: meningkatkan derajat kesehatan gizi dan perilaku hidup sehat, pertahankan keseimbangan terbias epidemiologi, serta turunkan atau hindari faktor risiko.

2. Tahap Pathogenesis Dalam tahap ini dibagi dalam 2 level pencegahan yaitu diagnosa awal dan pengobatan yang tepat. Pengobatan yang tepat artinya segera mendapat pengobatan komprehensif dan kausal pada awal keluhan. Intervensi pencegahan pathogenesis meliputi pemeriksaan fisik periodik tekanan darah dan hindari lingkungan yang stres.

3. Tahap postpathogenesis Level pencegahan dengan upaya rehabilitasi yaitu perbaikan dampak lanjutan yang tidak bisa diobati.

Lima tahap Pencegahan Penyakit Hipertensi (Five Level Prevention) :

1. Health Promotion Promosi kesehatan (Health Promotion) merupakan upaya pencegahan penyakit tingkat pertama. Sasaran dari tahapan ini yaitu pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan. Hal ini juga disebut sebagai pencegahan umum yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab serta derajat risiko serta meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. (Noor, 2000). Menurut Noor (2000), promosi kesehatan (health promotion) dalam upaya mencegah terjadinya penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti: 1. Health Promotion Promosi kesehatan (Health Promotion) merupakan upaya pencegahan penyakit tingkat pertama. Sasaran dari tahapan ini yaitu pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan. Hal ini juga disebut sebagai pencegahan umum yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab serta derajat risiko serta meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. (Noor, 2000). Menurut Noor (2000), promosi kesehatan (health promotion) dalam upaya mencegah terjadinya penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti:

b. Melakukan seminar-seminar kesehatan bagi masyarakat tentang upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, seperti pola makan yang seimbang, pengurangan atau eliminasi asupan alkohol, berhenti merokok, olahraga teratur, pengurangan berat badan dan mengatasi stres yang baik.

2. Spesific protection Pencegahan khusus (spesific protection) merupakan rangkaian dari health promotion. Pencegahan khusus ini terutama ditujukan pada pejamu dan/atau penyebab, untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu (Noor, 2000) dengan berbagai upaya seperti: perbaikan status gizi perorangan maupun masyarakat, seperti: makan dengan teratur (3x sehari), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga terbentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan agen penyakit pada saat masuk ke dalam tubuh.

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment Menurut Noor (2000), diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt Treatment ) merupakan upaya pencegahan penyakit tingkat kedua. Sasaran dari tahap ini yaitu bagi mereka yang menderita penyakit atau terancam akan menderita suatu penyakit. Adapun tujuan dari pencegahan tingkat ke dua ini yaitu sebagai berikut:

a. Meluasnya penyakit atau terjadinya tidak menular.

b. Menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.

c. Melakukan screening (pencarian penderita hipertensi) melalui penerapan suatu tes atau uji tertentu pada orang yang belum mempunyai atau menunjukkan gejala dari suatu penyakit dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya suatu penyakit hipertensi.

d. Melakukan pengobatan dan perawatan penderita penyakit hipertensi sehingga penderita tersebut cepat mengalami pemulihan atau sembuh dari penyakitnya.

4. Disability Limitation Menurut Noor (2000), pembatasan kecacatan (disability limitation) merupakan tahap pencegahan tingkat ketiga. Adapun tujuan dari tahap ini yaitu untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian karena suatu penyebab penyakit. Pembatasan kecacatan (disability limitation) dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan upaya seperti: mencegah proses penyakit lebih lanjut yaitu dengan melakukan pengobatan dan perawatan khusus secara berkesinambungan atau teratur sehingga proses pemulihan dapat berjalan dengan baik dan cepat. Pada dasarnya penyakit hipertensi tidak memberikan atau membuat penderita menjadi cacat pada bagian tubuh tertentu.

5. Rehabilitation Menurut Noor (2000), rehabilitasi (rehabilitation) merupakan serangkaian dari tahap pemberantasan kecacatan (Disability Limitation). Rehabilitasi ini bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin. Rehabilitasi yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit hipertensi yaitu sebagai berikut:

a. Rehabilitasi fisik jika terdapat gangguan fisik akibat penyakit hipertensi.

b. Rehabilitasi mental dari penderita hipertensi, sehingga penderita tidak merasa minder dengan orang atau masyarakat yang ada di sekitarnya karena pernah menderita penyakit hipertensi.

c. Rehabilitasi sosial bagi penderita hipertensi, sehingga tetap dapat melakukan kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya yang berdayaguna.

Pencegahan dan penanggulangan hipertensi seyogyanya harus dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, karena berbagai wadah kerjasama lintas sektoral perlu dikembangkan dengan berpedoman pada strategi five level of preventif (5 tingkatan pendekatan pencegahan dan penanggulangan) hipertensi sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Bagan Strategi Komprehensif Kesehatan Masyarkat Dalam Pengendalian Hipertensi

Sistematika penemuan kasus dan tatalaksana penyakit Hipertensi meliputi : Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu melakukan kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit hipertensi yang meningkat pada saat ini, dengan cara screening kasus (penderita).

Tatalaksana pengendalian penyakit Hipertensi dilakukan dengan pendekatan:

a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.

b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi Rekurensi ( kambuh ) faktor risiko.

c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.

d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

4. Patofisiologi Hipertensi

Patogenesis hipertensi essensial adalah multifaktorial. Faktor – faktor yang terlibat dalam pathogenesis hipertensi essensial antara lain faktor genetik, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek natriuresis, natrium dan kalsium intraseluler, serta konsumsi alkohol secara berlebihan. (Moerdowo, 1984)

Dalam patogenesis dari tekanan darah tinggi, ginjal dan pembuluh darah arteri ke ginjal memegang peranan penting seperti telah dibuktikan dengan tes Goldblatt yang menjepit arteri ginjal dengan klem dan dapat menimbulkan tekanan darah tinggi pada binatang percobaan. Pada penderita dengan stenosis arteria renalis, rangsangan dari kelainan aliran darah, dan partial ischemia ginjal menimbulkan pengeluaran renin dan aldosterone yang sangat tinggi. Dan ini menyebabkan timbulnya hiperaldosteronisme yang sekunder, rasa dahaga serta polyuria yang berat, kehilangan banyak kalium, tan tekanan darah tinggi (renovascular Hypertension). (Moerdowo, 1984)

Selain itu, faktor adrenal juga terlibat dalam sistem renin-angiotensin- aldosterone dalam patogenesis hipertensi, glandula suprarenalis juga menjadi faktor dalam patogenesis hipertensi sekunder. Ini disebabkan oleh karena adanya kelainan hormon. Adrenal memegang peranan penting dalam patogenesis dari hipertensi primer dan sekunder karena kelainan hormon. (Moerdowo, 1984)

5. Patofisiologi Hipertensi

Etiologi hipertensi masih belum jelas. Beberapa faktor diduga memegang peranan dalam genesis hipertensi, seperti: faktor psikis, sistem syaraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air. Hipertensi tidak disebabkan oleh satu faktor, tetapi sejumlah faktor turut memegang peranan dan saling berkaitan dalam genesis hipertensi. (Syamsudin, 2011)

6. Faktor Risiko Hipertensi

Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan – perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui bebrapa tahun setelah kecenderungan ke arah hipertensi dimulai. Terdapat beberapa faktor yang relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, adalah sebagai berikut :

1. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita membuanyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit hipertensi sebanyak 60%. (Hasrin Mannan, 2012). Factor risiko pada riwayat keluarga ini sering yang menyebutkan karena adanya gen resesif dari orangtua penderita hipertensi yang diturunkan kepada generasi berikutnya. Penurunan sifat baku tersebut dapat langsung menurun kepada anak – anaknya dan generasi selanjutnya. Angka probabilitasnya tidak dapat dopastikan secraa matematis, tetapi kecenderungan untuk menurunkan sifat resesif tersebut ada. Gen resesif hipertensi yang diturunkan oleh orangtua ini dapat menjadi factor tunggal pemicu hipertesi atau bias juga secra bersama – sama dengan factor lainnya yang memicu hipertensi. Karena factor tunggal yang diperoleh karena keturunan jarang terjadi. (Lanny Lingga, 2012)

Pada riwayat keluarga ini juga terdapat faktor janin, yaitu faktor yang dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah tampaknya merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari, barangkali karena lebih sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir rendah. (Huon H. Gray dkk, 2005). Hipertensi juga lebih melihat pada faktor jenis kelamin penderita, jarang ditemukan pada wanita pra-menopause yang menderita hipertensi disbanding dengan pria, dan hal tersebut ditunjukkan karena adanya pengaruh hormone yang berbeda antara wanitita dan pria. (Huon H. Gray dkk, 2005).

2. Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. (Huon H. Gray dkk, 2005).

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru – paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat – zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa – sisa dari tubuh. (Hasrin Mannan, 2012).

3. Konsumsi Kopi. Minum kopi akan membahayakan penderita hipertensi karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Cara kerja kafein dalam tubuh adalah dengan cara mengambil alih reseptor adinosin dalam sel saraf yang yang akan memicu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktivitas otot, serta perangsang hati untuk melepaskan senyawa gula dalam aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra. Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus adenosin, sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan resistensi pembuluh darah tepi. Namun dosis yang digunakan dapat mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah. Seseorang yang biasa minum kopi dengan dosis kecil mempunyai adaptasi yang rendah terhadap efek kafein. (Hasrin Mannan, 2012).

4. Perilaku merokok. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap 4. Perilaku merokok. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap

4. Dampak Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan kronik yang dapat memberikan dampak secara holistik baik fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual sehingga akan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan hidup dasarnya mengalami gangguan. Penderita hipertensi umumnya memiliki keluhan pusing, mudah marah, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah dan keluhan lainnya. Adanya kelemahan atau keterbatasan kemampuan dan keluhan lain akibat hipertensi tersebut, sehingga penderita akan mengalami kesulitan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya secara optimal. Adanya efek samping obat dan aturan program pengobatan juga menyebabkan penderita hipertensi mengalami kecemasan, rasa takut ,tidak nyaman dan stres.

8. Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bustan MN, 2007). Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bustan MN, 2007). Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiaphari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan (Depkes, 2007). Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Rahajeng, 2009)

B. Mind Mapping Hipertensi

Gambar 2. Mind Mapping Hipertensi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel bebas

 Kebiasaan Keluarga

Variabel terikat

dalan Mengonsumsi Hipertensi

Makanan Asin dan Berlemak

 Aktivitas Fisik  Perilaku Merokok

 Konsumsi Kopi

Gambar 3. Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas ditetapkanlah hipotesis penelitian sebagai berikut :

a. Kebiasaan keluarga dalam mengonsumsi makanan asin dan berlemak mempengaruhi kejadian Hipertensi pada pria dan wanita berusia diatas 30 tahun

b. Aktivitas fisik mempengaruhi kejadian Hipertensi pada pria dan wanita berusia diatas 30 tahun

c. Perilaku merokok mempengaruhi kejadian Hipertensi pada pria dan wanita berusia diatas 30 tahun

d. Konsumsi kopi mempengaruhi kejadian Hipertensi pada pria dan wanita berusia diatas 30 tahun

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini menjelaskan definisi masing – masing variabel dan cara pengukurannya. Pada tabel dibawah ini akan dijelaskan mengenai variabel penelitian dalam bentuk definisi operasional.

No Variabel

Definisi

Cara Ukur

Alat

Hasil Ukur Skala

Operasional

Ukur

1. Karakteristik Demografi:

Hasil ukur Nominal

kuesioner tingkat Terakhir

a. Pendidikan pendidikan

diminta

terakhir yang mengisi

pendidikan

telah dilalui pendidikan

terakhir

oleh

terakhir yang

dikelompokan

responden

telah dilalui

menjadi:

dengan cara

1. Tidak tamat

memberikan

SD/

tanda (check

sederajat

list ) pada

2. Tamat SD /

pilihan yang

sederajat

tersedia di

3. Tamat SMP

kuesioner

/ sederajat

4. Tamat SMA / sederajat

5. Tamat Sarjana / Diploma

b. Pekerjaan Jenis

Responden

Lembar

Hasil ukur Nominal

pekerjaan

diminta

kuesioner dikelompokan

yang

mengisi jenis

dengan cara

swasta

secara rutin

tanda check list

3. Pensiun

menghasilkan pada pilihan

4. Tidak

penghasilan

yang tersedia

bekerja

untuk

di kuesioner

5. Lainnya

memenuhi kebutuhan hidup

2. Jenis

1. Laki –laki Nominal Kelamin

diminta untuk

kuesioner 2. Perempuan

tanda check list pada pilihan jenis kelamin yang telah tersedia di kuesioner

3. Riwayat

Hasil ukur Nominal keluarga

kuesioner dikelompokan dengan

riwayat

keluarga

menjadi : hipertensi

keluarga

diukur dengan

(ayah / ibu)

menentukan

1. Ya, jika ada

yang

ada tidaknya

hipertensi pada

2. Tidak, jika

orang tua

tidak ada

responden

riwayat

(ayah / ibu)

hipertensi

dengan

dan atau

darah sistolik ayah / ibu < 140 mmHg dan tekanan distolik < 90 mmHg

Hasil ukur Ordinal mengonsums makan

4. Kebiasaan

Kebiasaan

Jenis makanan Lembar

diukur dengan kuesioner dikelompokkan

menjadi : asin

i makanan

kelompok

melakukan

dewasa dalam pengukuran

1. Sering,

mengonsumsi kuesioner

yang meliputi pernyataan

makanan asin

jenis makanan sering atau

3x seminggu

rata-rata

tidaknya

atau lebih

setiap hari,

makanan asin

sering, jika

makanan asin

mengonsumsi makanan asin kurang dari 3x seminggu

5. Kebiasaan

Hasil ukur Ordinal mengonsumsi makan dalam diukur dengan kuesioner dikelompokkan makanan

Kebiasaan

Jenis makanan Lembar

menjadi : lemak jenuh

mengonsumsi melakukan

yang meliputi kuesioner

jika

jenis makanan dengan

setiap hari,

sering atau

lemak jenuh

khususnya

tidaknya

3x seminggu

makanan

konsumsi

atau lebih

lemak jenuh

makanan

2. Tidak

lemak jenuh

sering, jika mengonsumsi makanan lemak jenuh kurang dari 3x seminggu

6. Kebiasaan

Hasil ukur Nominal merokok

atau perilaku diminta untuk

kuesioner dikelompokkan

rokok dan

kuesioner yang

1. Ya, jika

atau pernah

dalam sehari- tentang pernah

merokok

hari

atau tidaknya

2. Tidak,

merokok

jika responden menyatakan tidak merokok

7. Kebiasaan

Hasil ukur Nominal merokok

kuesioner dikelompokkan lebih dari

menghisap

diminta untuk

menjadi : satu bungkus hari

rokok setiap

mengisi

1. Ya, jika perhari

kuesioner yang

tentang pernah

terbiasa

atau `tidaknya

sejumlah satu

lebih dari

bungkus

satu bungkus

perhari

rokok perhari

2. Tidak, jika responden menyatakan tidak terbiasa 2. Tidak, jika responden menyatakan tidak terbiasa

8. Konsumsi

Hasil ukur Nominal kopi

mengonsumsi diminta

kuesioner dikelompokkan

kopi setiap

kuesioner yang

1. Ya, jika

tentang pernah

mengonsumsi

atau tidaknya

kopi

mengonsumsi

2. Tidak, jika

kopi

responden menyatakan tidak mengonsumsi kopi

Tabel 1. Definisi Operasional

D. Desain Studi

Desain studi yang digunakan adalah cross sectional sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi hipertensi pada masyarakat Kota Semarang khususnya pada Puskesmas Poncol. Desain studi cross sectional yaitu variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. (Sopiyudin,2008)

F. Populasi dan Sample

Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian,yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Objek tersebut disebut satuan analisis. (W. Gulo, 2000) Populasi adalah universum. Universum itu dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target dan populasi survei. Populasi target adalah seluruh unit populasi, sedangkan populasi Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian,yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Objek tersebut disebut satuan analisis. (W. Gulo, 2000) Populasi adalah universum. Universum itu dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target dan populasi survei. Populasi target adalah seluruh unit populasi, sedangkan populasi

Pemilihan sampel pria dan wanita usia 30 tahun ke atas didasarkan atas pertimbangan usia seiring dengan bertambahnya usia, maka risiko terserang hipertensi juga semakin meningkat. Karena semakin bertambahnya usia, elastisitas pembuluh darah akan berkurang, sehingga cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih Puskesmas Poncol. Sampel minimal yang akan diambil adalah 30 responden. Karena sesuai dengan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian). (Nursalam, 2008).

F. Variabel yang Diukur

1. Variabel Bebas

a. Kebiasaan Keluarga dalam Mengonsumsi Makanan Asin dan Berlemak

b. Aktifitas fisik

c. Perilaku merokok

d. Konsumsi kopi

2. Variabel terikat

a. Hipertensi

G. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Data kuisioner pada pengambilan sampel di Puskesmas Poncol untuk pria dan wanita yang berusia diatas 30 tahun.

2. Sumber Data Sekunder

a. Data Profil Kesehatan Kota Semarang mengenai pemetaan penyakit Hipertensi di Kota Semarang

b. Data umum mengenai pasien Hipertensi yang berobat di Puskesmas Poncol.

H. Instumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kuesioner dan Penghitungan tabel FFQ (Food Frequency Questionaire). Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai faktor risiko terhadap penyakit hipertensi. Kuesioner tersebut dirancang untuk mengetahui seberapa besar pengaruh riwayat keluarga, aktivitas fisik, konsumsi kopi dan perilaku merokok terhadap penyakit hipertensi yang ditujukan untuk pria dan wanita yang berobat di Puskesmas Poncol. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan data demografi responden seperti nama, jenis kelamin, pendidikan terakhir serta pekerjaan. Bagian kedua berisi 16 pertanyaan yang memuat variabel dari masing – masing faktor risiko hipetensi, yaitu riwayat keluarga, aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi kopi. Setiap pertanyaan memiliki jawaban ya atau tidak dan cara pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberi tanda silang (×) pada kolom yang telah disediakan. Penggunaan kuisioner ini juga akan lebih memudahkan responden dalam menjawab, karena pengisiannya akan dipandu oleh peneliti dan menjawabnya pertanyaan ya atau tidak.

Food frequency Questionaire umumnya dilakukan secara kualitatif dan menggambarkan frekuensi konsumsi per hari, minggu atau bulan. Dalam mengolah data FFQ dilakukan dengan membandingkan nilai frekuensi yang standar yang berisi skoring dan nilai. Jika dianalisis, konsumsi harian responden umumnya didominasi dengan skor E nilai 1 dan F nilai 0 yang berarti sangat jarang dikonsumi dan tidak pernah dikonsumsi. (Hardinsyah, 2001). Formulir FFQ berisi jenis makanan yang umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat indonesia, namun jika dilihat dari hasil skoring banyak jenis makanan yang tidak dikonsumsi responden yang akhirnya dapat menjadi kekurangan dalam metode

FFQ. Selain itu metode FFQ dilakukan hanya untuk melihat pola konsumsi harian dan konsumsi mingguan.

Nilai Skor

Kategori

Frekuensi

A 50 Sering sekali dikonsumsi < 1 kali sehari (tiap

makan)

B 25 Sering dikonsumsi

1 kali sehari (4-6 kali seminggu)

C 15 Biasa dikonsumsi

3 kali perminggu

D 10 Kadang dikonsumsi

<3 kali perminggu (1-2 kali seminggu)

E 1 Jarang dikonsumsi

< 1 kali perminggu

F 0 Tidak pernah dikonsumsi Tidak pernah dikonsumsi

Tabel 2. Nilai Frekuensi Pangan

Analisa data dalam hasil yang didapatkan pada FFQ adalah dengan menghitung rata-rata frekuensi harian kemudian dibandingkan dengan standar nilai frekuensi harian dan diinterpretasikan sesuai kategori yang didapatkan

I. Pengolahan Data

Analisis data penelitian ini sebagian besar menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dilakukan apabila data empiris yang digunakan adalah data kualitatif yang berupa kata-kata dan tidak dapat dikategorisasikan (Silalahi, 2006:311).

Analisis data kualitatif adalah penyajian data dimana ini berarti sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan tertentu (Silalahi, 2006:312).

Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan, sehingga kemudian dapat melihat apa yang sedang terjadi dan kemudian dapat menentukan apakah menarik kesimpulan sudah benar Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan, sehingga kemudian dapat melihat apa yang sedang terjadi dan kemudian dapat menentukan apakah menarik kesimpulan sudah benar

Alur kegiatan yang ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Menarik suatu kesimpulan ini dilakukan oleh peneliti melalui data-data yang terkumpul dan kemudian kesimpulan tersebut akan diverifikasi atau diuji kebenarannya dan validitasnya (Silalahi, 2006:313).

Analisis data kuantitatif juga digunakan dalam penelitian ini, sebagian kecil data dapat dianalisis menggunakan teknik kuantitatif secara deskriptif. Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan lima teknik dalam pengolahan data, yaitu sebagai berikut:

1) Editing Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi (Hasan, 2006: 24 )

2) Coding Pengodean menurut Mc Millian dan Schumacher (2001) adalah proses membagi data ke dalam bagian-bagian sistem klasifikasi. Menurut Lofland (1977) dalam Alwasilah(2002), ada enam fenomena yang dapat dijadikan kode dalam penelitian kualitatif:

a. Tindakan (acts), yaitu hal yang terjadi pada waktu relatif singkat seperti

memulai pelajaran, mengucapkan salam, atau memanggil siswa

b. Aktivitas (activities), yaitu hal yang terjadi dalam satu periode dan merupakan unsur penting dalam partisiqqpasi sosial, misalnya diskusi kelas, presentasi di depan kelas,dll b. Aktivitas (activities), yaitu hal yang terjadi dalam satu periode dan merupakan unsur penting dalam partisiqqpasi sosial, misalnya diskusi kelas, presentasi di depan kelas,dll

d. Partisipasi (patisipation), yaitu keterlibatan responden secara keseluruhan dalam situasi yang sedang diteliti

e. Hubungan (relationship), yaitu hubungan-hubungan antara berbagai orang secara simultan dalam satu latar

f. Latar (settings), yaitu latar dalam suatu studi dan dianggap sebagai satu unit analisis Semua data-data di atas dapat dijadikan kode, hanya saja tidak bisa dipaksakan untuk beberapa kategori yang memang tidak cocok. Pada kenyataannya, semakin banyak data yang diperoleh makan proses pengodean akan semakin banyak. Oleh karena itu, semakin besar pula kemungkinan terjadi recoding atau pengode-ulangan.

3) Tabulasi Tabulasi Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil Tabulasi dapat berbentuk:

a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai arsip

b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu dan tujuan tertentu

c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisa. (Hasan, 2006: 20)

4) Prosesing Setelah seluruh data terkumpul dan terisi penuh/benar dan sudah melewati edit pengkodean, selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentri data ke dalam program komputer. Ada banyak program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya.

5) Cleaning Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat kita mengentri data ke komputer.

6) Interpretasi Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam penelitian (Salim dan Syahrum, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Poncol

Puskesmas Poncol berada dalam wilayah Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Kelurahan Purwosari adalah salah satu kelurahan di bagian utara dari pusat Kota Semarang, Jawa Tengah tepatnya 1 km dari pusat kota. Kelurahan Purwosari merupakan dengan jumlah penduduk sekitar 7255 jiwa dengan luas wilayah 48,049 Ha. Batas wilayah Kelurahan Purwosari sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kuningan, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Panggung Kidul, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pandansari, dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Dadapsari.

Kelurahan Purwosari, dilihat letak geografisnya yang dikelilingi oleh berbagai sektor kehidupan, menjadikan wilayah ini tidak konsentrasi kehidupanya hanya pada satu sektor saja. Kehidupan masyarakat Purwosari tidak terfokus hanya pada satu sektor saja, Penduduknya memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam, ada yang menjadi pengrajin, nelayan, pengusaha industri, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, pegawai negeri/ABRI, pensiunan dan sebagainya, sebagaimana terlampir dalam tabel berikut:

No

Jenis Pekerjaan

Jumlah Penduduk

1 Pengusaha sedang atau besar 206

2 Pengrajin atau industri kecil

3 Buruh industri 326

4 Buruh bangunan 232

5 Pedagang 254

6 Pengangkutan 194

7 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 147

8 ABRI

9 Pensiunan ABRI dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 203 Jumlah

Tabel. 3. Jenis-jenis Pekerjaan Penduduk Purwosari Sumber: Monografi Kel.Purwosari tahun 2013

Kelurahan Purwosari sebagai daerah yang termasuk daerah swasembada memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Adapun agama lain yang dianut penduduk Kelurahan Purwosari adalah Kristen Katolik, Kristen protestan, Hindu dan Budha. Hal ini sebagaimana terlampir dalam tabel berikut:

No

Agama

Jumlah Penduduk

6 Kepada Tuhan Yang

Maha Esa

Jumlah

Tabel 4. Situasi dan Kondisi Penganut Agama Penduduk Purwosari Sumber: Monografi Kel.Purwosari tahun 2013

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65