Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan aspek khusus panen dan pascapanen

i

BUDIDAYA BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus)
DI SABILA FARM, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN
ASPEK KHUSUS PANEN DAN PASCAPANEN

OKTIADEWI KRISTRIANDINY

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Budidaya Buah Naga
Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek
Khusus Panen dan Pascapanen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014
Oktiadewi Kristriandiny
NIM A24090171

v

ABSTRAK
OKTIADEWI KRISTRIANDINY. Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan
Pascapanen. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman teknis dan manajerial budidaya buah naga serta mempelajari aspek
panen dan pascapanen buah naga putih. Kegiatan magang dilaksanakan di Sabila

Farm, Sleman, Yogyakarta pada bulan Februari–Juni 2013. Hasil menunjukkan
bahwa budidaya buah naga putih yang diterapkan di Sabila Farm secara
keseluruhan sudah cukup baik. Sistem panen yang dilakukan di Sabila Farm tidak
dilaksanakan secara serempak setiap bulannya, tetapi berdasarkan pesanan
konsumen dan keperluan agrowisata. Pemanenan buah naga putih oleh tenaga
kerja dilakukan secara manual sesuai dengan karakteristik umur panen. Tenaga
kerja panen di Sabila Farm memiliki keterampilan yang cukup baik sehingga
kerusakan hasil panen akibat kerusakan mekanis jarang terjadi. Kerusakan hasil
panen yang terjadi di Sabila Farm disebabkan oleh hama burung dan ayam.
Berdasarkan hasil uji korelasi dan hasil analisis regresi, produktivitas dan jumlah
bunga Hylocereus undatus dipengaruhi oleh salah satu faktor lingkungan yaitu
curah hujan, terutama pada fase pembungaan curah hujan yang paling
mempengaruhi adalah curah hujan dua bulan sebelumnya. Pengelolaan
pascapanen buah naga putih di Sabila Farm secara keseluruhan sudah cukup baik,
tetapi kriteria grading masih jarang dilakukan dan pada kegiatan pengemasan
untuk penjualan di kebun sekat pembatas buah terkadang tidak digunakan karena
permintaan konsumen.
Kata kunci: buah naga, budidaya, panen, pascapanen, Sabila Farm
ABSTRACT
OKTIADEWI KRISTRIANDINY. Dragon Fruit (Hylocereus undatus)

Cultivation at Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta with Special Aspects Harvest and
Postharvest. Supervised by SLAMET SUSANTO.
The internship activities was conducted in order to improve knowledge,
field experience, and to analyze management aspect of dragon fruit cultivation
and the harvest and postharvest handling. The internship activities was conducted
at Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta in February–June 2013. The resutls showed
that dragon fruit cultivation in Sabila Farm could produce dragon fruit with great
quality. Harvesting system at Sabila Farm was conducted based on the order of
consumers and the purposes of agritourism. Dragon fruit harvesting by the labours
was carried out manually based on the characteristics of harvesting. The labours
in Sabila Farm have good skills for harvesting, therefore the loss of harvest due to
the mechanical damage almost never occured. The yield losses that occured in
Sabila Farm was caused by birds and chickens. Rainfall pattern affected the
production of dragon fruit and the total of dragon fruit flowers based on
correlation and regression analysis, especially rainfall pattern two months before

for the flowering phase. The management of dragon fruit postharvesting in Sabila
Farm overall was conducted properly, however in terms of grading and using
bulkhead in packaging when selling it at the farm has not been implemented
properly.

Keywords: cultivation, dragon fruit, harvest, postharvest, Sabila Farm

vii

BUDIDAYA BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus)
DI SABILA FARM, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN
ASPEK KHUSUS PANEN DAN PASCAPANEN

OKTIADEWI KRISTRIANDINY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

xi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena
atas rahmat-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2013 ini ialah
budidaya, dengan judul Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di
Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan Pascapanen.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Slamet Susanto,
MSc selaku pembimbing skripsi, kepada Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman,
MScAgr selaku pembimbing akademik, kepada Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi,
MSc yang telah banyak memberi dukungan dan saran selaku dosen supervisi,
Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS yang telah banyak memberi bimbingan dan saran
selaku koordinator magang, Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc yang telah
memberikan saran dan masukan selaku dosen penguji perwakilan program studi,
serta Ibu Dr Ir Ketty Suketi, MSi yang telah memberikan dukungan selama
penulisan skripsi dan memberikan saran selaku dosen penguji. Penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak M. Gunung Soetopo dan Ibu Elly Mulyati

beserta staf Sabila Farm yang telah membantu selama kegiatan magang
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, almarhum
ayah, seluruh keluarga, serta teman-teman kampus maupun luar kampus, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Oktiadewi Kristriandiny

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


METODE MAGANG

8

Tempat dan Waktu

8

Metode Pelaksanaan

8

Pengamatan dan Pengumpulan Data

9

Analisis Data dan Informasi

9


KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif

9
9

Keadaan Iklim dan Tanah

10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

10

Keadaan Tanaman dan Produksi

11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


12

HASIL KEGIATAN MAGANG

14

Aspek Teknis

14

Aspek Manajerial

26

PEMBAHASAN

27

KESIMPULAN DAN SARAN


36

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2

Luas areal dan tata guna lahan di Sabila Farm tahun 2013
Produksi dan produktivitas buah naga putih di Sabila Farm tahun
2008-2012
3 Jumlah tenaga kerja di Sabila Farm bulan Februari-Juni 2013
4 Masa panen dan fase pembungaan buah naga di Sabila Farm
5 Prestasi kerja panen buah naga putih
6 Hubungan curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih
7 Hubungan curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah
8 Perbandingan pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga
9 Hasil panen dan kerusakan hasil panen buah naga putih
10 Pengkelasan (grading) buah naga putih

11
12
13
27
29
30
31
32
33
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Struktur organisasi Sabila Farm
Kegiatan pembuatan stek (a) dan bahan stek siap tanam (b)
Bahan stek buah naga putih (a) dan merah (b)
Rumah penyimpanan stek
Kerangka besi tiang panjatan beton
Pohon buah naga putih dengan tiang panjatan hidup (a) dan tiang
panjatan beton (b)
Kegiatan pengikatan cabang sulur buah naga putih
Pengendalian gulma secara manual (a), mekanis (b), dan kimiawi (c)
Achatina fulica (a) dan Gallus gallus (b)
Pembungkusan buah naga putih
Sarana panen: gunting pangkas (a), keranjang (b), dan angkong (c)
Buah naga tidak layak jual (a) dan layak jual (b)
Pembersihan menggunakan kuas (a) dan pembuangan bagian sulur
pada pangkal buah menggunakan gunting pangkas (b)
Grading buah naga putih: kelas B (a), kelas A (b), dan kelas Super
(c)
Pemberian label pada buah naga putih
Kegiatan pengemasan (a) dan kemasan buah naga (b)
Kendaraan angkut roda tiga
Kegiatan outdoor agrowisata (a dan b)
Kegiatan indoor agrowisata
Kegiatan penjualan buah naga di pasar tani
Karakteristik buah matang (tangkai buah retak)
Tahap perkembangan buah naga putih: bakal buah (a), kuncup bunga
(b), bunga mekar (c), dan buah matang (d)
Pengaruh curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih
Pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah

12
14
15
15
16
17
18
19
19
20
21
21
22
22
23
23
24
25
25
25
28
29
30
32

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Sabila
Farm, Sleman, Yogyakarta
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun di
Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta
Peta lokasi Sabila Farm
Curah hujan tahun 2007-2013 di Pakem, Sleman, Yogyakarta
SK pelepasan buah naga putih varietas unggul (Sabila Putih)
Hasil analisis nutrisi buah naga putih dan merah di Sabila Farm
Ketentuan buah naga berdasarkan ukuran menurut CODEX STAN
237-2003
Analisis usaha tani buah naga

39
40
41
43
44
45
46
47
48

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Buah naga atau dragon fruit merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memang belum lama dikenal, dibudidayakan dan diusahakan di Indonesia.
Tanaman buah naga yang awalnya dikenal sebagai tanaman hias ini sudah cukup
lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand. Buah naga
termasuk dalam famili Cactacea dengan karakteristik memiliki duri pada setiap
ruas batangnya. Tanaman ini disebut buah naga karena seluruh batangnya yang
menjulur panjang seperti naga. Hylocereus undatus merupakan jenis buah naga
yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia (Kristanto 2010).
Chusna (2011) mengemukakan bahwa buah naga berasal dari Meksiko,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di
negara-negara Asia termasuk Indonesia. Pengembangan agribisnis komoditas ini
mempunyai prospek yang baik untuk peluang ekspor dan pasarnya masih terbuka
lebar serta memiliki potensi yang sangat baik untuk pasar di dalam negeri.
Djamila et al. (2010) mengemukakan bahwa buah naga relatif baru
keberadaannya di Indonesia, namun beberapa daerah telah mulai mengembangkan
tanaman buah ini. Kegiatan budidaya buah naga di Indonesia sangat
menguntungkan karena disamping memberi keuntungan secara ekonomi pada
petani, hal ini juga akan mengurangi impor buah, bahkan ada kemungkinan untuk
menembus pasar ekspor. Tahun 2006 total produksi buah naga dari perkebunan di
Malang, Yogyakarta, Semarang, Pasuruan, Jombang dan Klaten sebesar 1 341
ton/tahun. Produksi buah naga terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan konsumen.
Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable)
sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pascapanen. Penanganan
pascapanen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang
cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pascapanen sebesar 25–28%.
Oleh sebab itu, perlu penanganan pascapanen yang benar dan sesuai agar produk
hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen
dalam kondisi baik. Bila pascapanen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan
yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat
konsumen dapat ditekan (Sukardi 1992).
Pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih memerlukan
penanganan yang teliti dan hati-hati untuk tetap mempertahankan kualitas buah.
Buah naga putih juga perlu disortir agar dapat dipisahkan antara buah yang layak
dan buah yang tidak layak untuk didistribusikan atau dijual ke pasar swalayan,
toko buah, dan pasar lainnya. Pengemasan buah naga memerlukan ketelitian agar
kualitas buah tetap terjaga mulai dari panen sampai ke tangan konsumen. Kondisi
buah naga putih yang baik antara lain tidak mengalami cacat pada kulit buah
dalam bentuk apapun untuk menghindari busuk buah, kelembaban dan suhu buah
terjaga dan hal-hal lain yang menunjang kualitas buah naga putih tersebut.
Sabila Farm merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi buah
naga putih. Kebun yang dikelola oleh Sabila Farm ini berlokasi di Sleman,
Yogyakarta. Magang untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung teknik

2
budidaya buah naga khususnya dalam aspek pengelolaan panen dan pascapanen
buah naga putih dilaksanakan di Sabila Farm.

Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan
pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya buah naga, serta meningkatkan
kemampuan manajerial mahasiswa dalam mengolah kebun buah naga. Tujuan
khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis aspek panen
dan pascapanen yang diterapkan oleh Sabila Farm sehingga mampu memecahkan
masalah yang terkait dengan pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih.

TINJAUAN PUSTAKA

Buah Naga
Buah naga mungkin masih awam didengar di telinga masyarakat, karena
pada tahun 1960 buah ini hanya ada di Israel, Australia, Thailand dan Vietnam,
tetapi sekarang sudah mulai merambah pasaran Indonesia. Saat ini Thailand dan
Vietnam merupakan pemasok buah naga terbesar dunia, tetapi permintaan yang
dapat dipenuhi masih kurang dari 50%. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke
Indonesia dan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya
akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok
untuk diet (Supriyanto 2012).
Andoko dan Nurrasyid (2012) mengemukakan bahwa buah naga juga
dikenal dengan nama pitaya dalam ilmu klasifikasi tanaman atau taksonomi. Buah
naga atau dragon fruit saat ini banyak dikembangkan di Indonesia. Buah yang
berasal dari Meksiko ini berbeda dengan famili Cactaceae lainnya, yakni
memiliki rasa yang manis dan segar. Umayah dan Amrun (2007) mengemukakan
bahwa ciri khas lain dari tanaman ini adalah pada tiap nodus batang terdapat duri.
Bunga mekar pada malam hari dan layu pada pagi hari (night blooming).
Tanaman buah naga merupakan salah satu tanaman buah yang tergolong
baru yang dibudidayakan di Indonesia mulai dari tahun 2000. Tanaman buah ini
memiliki potensi yang baik dilihat dari permintaan yang selalu meningkat yang
diikuti dengan teknik budidaya yang mudah untuk dilakukan (Jaya 2010).
Tanaman buah naga merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan dan
Meksiko. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah dengan ketinggian 0–350
m di atas permukaan laut, suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga yaitu
26–36 oC dan kelembaban antara 70–90%, dengan curah hujan 60–270 mm/tahun
(Bellec et al. 2006).
Soelistiyari (2002) mengemukakan bahwa tanaman buah naga dapat
ditanam dengan bibit asal stek batang (panjang 30–40 cm) atau dari biji. Jika
penanaman menggunakan bibit stek tanaman akan berbuah pada umur 2–3 tahun,

3
sedangkan jika penanaman menggunakan benih maka tanaman akan berbuah 4–5
tahun. Jarak tanam sekitar 2.5 m × 2.0 m dengan 2–3 tanaman per lubang tanam.
Pemberian pupuk kandang yaitu sekitar 10 kg per lubang tanam.
Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2009), buah naga yang
dibudidayakan ada empat jenis, yaitu buah naga kulit merah berdaging putih
(Hylocereus undatus), buah naga kulit merah berdaging merah (Hylocereus
polyrhizus), buah naga kulit merah berdaging sangat merah (Hylocereus
costaricencis) dan buah naga kulit kuning (Selenicereus megalanthus). Buah naga
yang banyak dikembangkan di Indonesia dari keempat jenis tersebut adalah buah
naga kulit merah berdaging putih (Hylocereus undatus).
Hylocereus undatus yang lebih dikenal dengan sebutan white pitaya adalah
buah naga dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna putih. Berat buah
rata-rata 400–650 g dan dibanding dengan jenis yang lain, kadar kemanisannya
tergolong rendah, yaitu sekitar 10–13 obrix. Tanaman ini lebih banyak
dikembangkan di negara-negara produsen utama buah naga dibanding jenis
lainnya (Kristanto 2010).

Budidaya Buah Naga
Persiapan Bibit Tanaman
Persiapan pembibitan dengan stek tanaman buah naga dari cabang atau
batang yang sudah berbuah dengan panjang 30 cm, dipilih batang yang sehat dan
tidak berpenyakit. Perbanyakan tanaman buah naga tidak hanya dari vegetatif,
tetapi juga bisa dari perbanyakan generatif (biji). Bibit disemaikan dalam media
polybag yang berisi campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan
perbandingan 3:2:1. Sebelum disemaikan stek naga dipotong kerucut agar mudah
ditanam. Bibit dimasukkan ke dalam media sekitar 4 cm. Satu polybag hanya
ditanami satu bibit pada media yang cukup lembab. Bibit siap ditanam pada umur
3 bulan (Politeknik Banjarnegara 2010).
Menurut Andoko dan Nurrasyid (2012) teknik yang paling memungkinkan
dan praktis untuk perbanyakan tanaman buah naga yang tidak berkayu adalah stek
batang maupun cabang. Kelemahannya adalah jumlah yang dihasilkan relatif
sedikit. Namun, tanaman yang dihasilkan cepat berbuah dan sifat tanaman baru
sama persis dengan induknya. Tanaman induk memiliki kriteria cukup tua, sehat
dan sudah berproduksi 3–4 kali. Batang atau cabang dipilih yang keras dan
berwarna hijau kelabu. Bagian pangkal stek yang akan ditanam dipotong miring.
Alat potong berupa pisau atau gunting yang tajam disterilkan dengan alkohol
sebelum dipakai. Stek tersebut dikeringanginkan selama 1–2 hari untuk mencegah
pembusukkan.
Ukuran stek pada tanaman buah naga yang ideal yaitu antara 20–30 cm,
tetapi ada juga yang membuat stek dengan panjang 40 cm. Batang yang dipilih
harus memiliki minimal empat mata tunas atau lebih sehingga dapat membentuk
tunas baru dan tunas yang tumbuh akan cepat membesar (Renasari 2010).
Perbanyakan secara generatif (menggunakan biji) memiliki kelebihan
berupa bibit tersedia dalam jumlah banyak dengan ukuran seragam. Selain itu,
tanaman yang dihasilkan dapat tumbuh kokoh. Namun, tanaman hasil
perbanyakan menggunakan biji membutuhkan waktu yang lama untuk mulai

4
berproduksi serta sifat tanaman baru mungkin menyimpang dari tanaman induk.
Bibit yang baik tampak kekar, keras dan berpenampilan tua dengan warna hijau
kebiruan. Selain itu, bibit yang baik juga berdiameter 4–5 cm dengan panjang
ideal 50–80 cm. Namun, bibit dengan panjang 40 cm masih bisa digunakan. Bibit
harus terlihat sehat, bebas dari bekas serangan hama atau penyakit dan di bagian
pangkalnya sudah memiliki akar (Andoko dan Nurrasyid 2012).
Persiapan Tiang Panjatan
Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan panjatan
untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Tiang panjatan harus kuat
dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena usia tanaman buah naga yang
panjang. Oleh karena itu, tiang panjatan biasanya terbuat dari semen beton atau
pipa PVC. Bentuk atau model tiang panjatan ada dua macam, yaitu bentuk tunggal
dan bentuk kelompok atau pagar (Hardjadinata 2010).
Hardjadinata (2010) menyatakan bahwa tiang panjatan bentuk tunggal bisa
menggunakan beton dan panjatan hidup atau batang tanaman yang hidup. Kedua
jenis panjatan ini digunakan untuk menopang sebanyak empat tanaman yang
berproduksi dengan produktivitas rata-rata 3 kg per tanaman. Bentuknya persegi
dengan ukuran 10 cm × 10 cm, bulat berdiameter 10 cm atau bentuk segitiga sama
sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan 1.5–2 m. Jika jarak tanamnya 2.5 m × 2 m dan
setiap tiang penyangga ditanami 4 tanaman maka untuk luasan 1 ha dibutuhkan
sekitar 2 000 tiang penyangga dan 8 000 bibit tanaman buah naga. Tiang panjatan
hidup, memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter 10 cm agar kuat menopang
tanaman buah naga yang berat. Panjang tiang beton atau panjatan hidup
ditancapkan di tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm, kemudian ujung tiang
bagian atas diberi besi melingkar berdiameter sekitar 50–60 cm berbentuk stir
mobil yang berfungsi sebagai tempat menopang cabang dan anak cabang atau
tunas.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan tanaman dan pembentukan hasil. Sebelum
menanam, diperlukan pembersihan lahan dari gulma, semak dan sampah atau
kotoran. Lahan yang sudah bersih diolah ringan dengan cangkul atau hand tractor
di sekitar penanaman buah naga yang bertujuan untuk memecah tanah menjadi
agregat-agregat kecil dan membalik tanah agar humus yang ada pada lapisan
bawah terangkat ke permukaan. Tanah akan menjadi gembur dan subur, sehingga
memudahkan akar tanaman menyerap air dan hara. Lahan yang terlalu masam (pH
< 5) diberi kapur terlebih dahulu untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai
pH optimum yaitu pH 6–7 (Yuliarti 2012).
Bedengan untuk tempat pertanaman dibuat dengan ukuran 1.5 m arah
memanjang dan antar bedengan dibuat parit untuk saluran air. Lubang-lubang
tanaman dibuat sesuai dengan cara tanamnya, yaitu menggunakan sistem panjatan
tunggal atau sistem kelompok. Pengolahan tanah pada sistem panjatan tunggal
hanya dilakukan di sekitar lubang tanam saja. Jarak tanam dibuat dengan ukuran 3
m × 3 m, 2 m × 2 m, atau 2.5 m × 2 m. Sistem kelompok pengolahan tanahnya
dilakukan pada seluruh alur barisan tempat penanaman. Alur dibuat sepanjang 4
m dan lebar galian 40–60 cm (Hardjadinata 2010).

5
Penanaman
Bibit yang telah siap tanam (berumur 3 bulan) harus segera ditanam di lahan
atau kebun. Penanaman bibit di lahan harus dilakukan dengan seksama, karena
prosedur yang salah akan mengakibatkan bibit stres sehingga pertumbuhannya
terhambat. Bibit yang ditanam harus memperhatikan kedalaman tanam.
Penanaman yang terlalu dalam akan menghambat pertumbuhannya dan rawan
busuk batang. Kedalaman penanaman idealnya 20% dari panjang bibit. Misal,
bibit yang berukuran panjang 50–80 cm maka kedalamannya sekitar 10–15 cm
(Hardjadinata 2010).
Pemupukan
Andoko dan Nurrasyid (2012) mengemukakan bahwa sebagai tanaman yang
memiliki respons pertumbuhan tinggi, buah naga perlu dipupuk secara berkala.
Pemupukan berkala adalah pemupukan yang dilaksanakan sepanjang tahun
dengan interval yang berbeda sesuai dengan kebutuhan tanaman buah naga. Umur
produktif tanaman buah naga mencapai 20 tahun, sehingga pemupukan harus
disesuaikan dengan kelangsungan hidup tanaman dalam jangka panjang.
Penggunaan pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Pemberian pupuk
secara teratur dilakukan untuk menjamin produksi buah yang berkelanjutan dan
kualitas buah yang prima. Pemupukan tanaman buah naga dengan pupuk organik
adalah dengan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali,
sebanyak 5–10 kg. Penambahan pupuk kandang secara rutin setiap tahun di lahan
buah naga sangat dianjurkan, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah,
memperbaiki struktur tanah serta mikroorganisme tanah akan hidup dengan
penambahan pupuk kandang (Yuliarti 2012).
Pengaturan atau Pengikatan Batang dan Cabang
Menurut Hardjadinata (2010) letak batang atau cabang perlu diatur agar
pertumbuhan tanaman normal dan tidak salah bentuk serta dapat menghasilkan
buah seperti yang dikehendaki. Selain bertujuan mengatur pembuahan, pengaturan
batang dan cabang juga dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman dan
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Pengaturan batang dan
cabang dilakukan dengan cara pengikatan seiring pertumbuhan cabang yang
bertambah panjang.
Pengikatan dilakukan setiap 20–25 cm pada batang atau cabang agar batang
mengarah ke atas. Bahan pengikat dapat berupa kawat alumunium, tali rafia, atau
tali lunak lainnya. Ikatan membentuk angka “8”. Pengikatan sebaiknya tidak
terlalu kencang agar tidak menyebabkan batang atau cabang terjepit atau luka
bahkan patah, sehingga akar udara lebih mudah menempel pada tiang rambatan
untuk memperkokoh posisi tanaman seutuhnya. Pengikatan biasanya dilakukan
pada saat tinggi tanaman 50–60 cm. Jika tinggi tanaman telah melebihi 50 cm,
biasanya dipasangkan kawat ram sebagai tempat memanjat. Tanaman akan diikat
di kawat ram tersebut hingga tingginya 140–150 cm. Selanjutnya sulur-sulur akan
jatuh menjuntai pada kawat penyangga paling atas (Hardjadinata 2010).
Pemangkasan
Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh bentuk tanaman yang
baik dan membuang bagian tanaman yang tidak produktif seperti cabang yang

6
kerdil atau lurus. Batang atau cabang yang tidak produktif akan menghambat
pembentukan tunas baru dan buah karena berkompetisi dengan batang produktif
dalam memperoleh hara. Pemangkasan harus dilakukan sedini mungkin.
Pemangkasan vegetatif dilakukan di awal penanaman untuk membentuk batang
dan percabangan yang baik, sedangkan pemangkasan generatif dilakukan untuk
membentuk cabang produktif (Hardjadinata 2010).
Sanitasi Kebun
Tujuan sanitasi kebun adalah untuk mencegah penyebaran hama dan
penyakit. Kebersihan kebun bisa dilakukan dengan menyiangi gulma secara
teratur di sekitar penanaman buah naga dan tidak membiarkan sampah (seperti
bekas pangkasan tanaman) menumpuk di areal penanaman. Tumpukan bekas
pangkasan dapat menjadi sarang lalat buah dan bekicot (Hardjadinata 2010).

Panen
Daya simpan buah merupakan kemampuan untuk mempertahankan kualitas
mutu buah selama penyimpanan sehingga buah masih layak dikonsumsi. Daya
simpan buah dapat dilihat dari kelayakan mutu buah meliputi kesegaran,
kelunakan dan rasa manis daging buah dalam jangka waktu tertentu (Peter et al.
2007).
Setelah dipanen, mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat
dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila umur panen tepat. Buah-buahan
yang belum masak, jika dipanen akan menghasilkan mutu yang tidak baik dan
proses pematangan yang salah. Sebaliknya, penundaan umur panen akan
meningkatkan kepekaan buah terhadap pembusukan. Hal ini dapat mengakibatkan
mutu dan nilai jual buah menjadi rendah (Pantastico et al. 1986).
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh petani adalah memanen
buah terlalu awal ketika mereka belum matang dan belum menghasilkan rasa yang
enak. Tanaman hortikultura pada umumnya jika dipanen bersamaan maka dapat
dipastikan banyak produk yang belum matang atau terlalu matang. Indeks
kematangan dapat digunakan sebagai standar panen untuk mengurangi susut saat
pre-sortasi. Selain itu, kerusakan mekanis dapat menjadi masalah serius, karena
kerusakan tersebut menentukan cepatnya produk untuk membusuk, meningkatnya
kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang
berakibat pada cepatnya kemunduran produk. Pemanen atau pemetik secara
manual sebaiknya terlatih dengan baik agar dapar memanen dengan cara yang
benar untuk mengurangi kerusakan dan bahan yang tidak bermanfaat (waste), dan
harus mengetahui secara baik tingkat kematangan produk yang mereka tangani.
Pemetik harus bisa memanen dengan hati-hati, yakni memetik, memotong atau
menarik buah dari tanaman induknya dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan seminim mungkin (Kitinoja dan Kader 2002).
Siagian (2012) mengemukakan bahwa buah naga dapat dipanen apabila
kulit buah telah berubah warna dari hijau menjadi merah untuk buah naga yang
berdaging putih atau merah, sedangkan jenis buah naga berkulit kuning akan
berubah warna menjadi kuning. Perkembangan kuncup buah dari munculnya
kuncup bakal bunga hingga bunga mekar berlangsung sekitar 12–18 hari dan

7
biasanya bunga akan mekar setelah kuncup bunga mencapai ukuran panjang 25–
30 cm. Perkembangan buah sejak bunga mekar hingga matang (dapat dipanen)
memerlukan waktu 32–35 hari. Pemanenan dilakukan secara manual dengan
menggunakan gunting pangkas pada tangkal buah yang telah masak. Cabang
pendukung buah harus dipotong dengan menyisakan 2 atau 3 mata diatas pangkal
untuk regenerasi cabang baru yang diharapkan akan menghasilkan buah pada
musim berikutnya. Cabang pendukung buah yang telah dipanen pada umumnya
apabila dipertahankan untuk dibuahkan lagi pada musim berikutnya memberikan
hasil yang kurang produktif. Produktivitas buah naga cukup tinggi dengan hasil
mencapai 50–80 ton ha-1 tahun-1, dengan syarat budidaya dilakukan dengan baik.

Pascapanen
Setyabudi (2003) menyatakan bahwa pada umumnya buah merupakan
komoditas yang mudah rusak (bulky dan perishable) sehingga memerlukan
penanganan ekstra hati-hati setelah buah dipanen, agar mutunya terjaga sampai
kepada konsumen. Aneka buah harus melalui tahapan penanganan yang dimulai
dari panen atau pemetikan buah hingga ke bangsal penanganan untuk menjaga
mutu buah. Semakin banyak tahapan yang dilalui dan semakin lama penanganan
berlangsung, risiko kehilangan dan kerusakan juga semakin besar. Penelitian buah
telah banyak dilakukan oleh para peneliti di dalam negeri maupun luar negeri,
namun untuk penanganan segar secara menyeluruh dalam rantai bangsal
penanganan pascapanen khususnya untuk buah Nusantara belum banyak
dilakukan.
Penanganan pascapanen buah naga hasil produksi dalam negeri meliputi
sortasi, grading, pengemasan, dan transportasi. Sortasi dan grading buah masih
dilakukan secara manual yakni menggunakan cara visual sehingga hasil sortasinya
kurang seragam dan tidak sesuai dengan mutu dalam buah naga (Djamila et al.
2010).
Siagian (2012) mengemukakan bahwa penanganan pascapanen harus
dilakukan dengan baik agar kualitas buah tetap baik, mulai pemetikan buah
hingga pengangkutan, pengemasan dari kebun hingga ke konsumen. Pengemasan
buah dilakukan dengan menggunakan karton khusus. Rasa buah yang dikonsumsi
segera setelah panen biasanya rasanya sedikit asam, buah akan lebih manis
apabila dikonsumsi setelah diperam beberapa hari. Buah naga dalam perdagangan
dapat dibedakan dalam 3 kelas buah naga berdasarkan ukuran buah yaitu: kelas
Super (berat per buah > 700 g); kelas A (berat per buah 400–700 g); kelas B (berat
per buah 300–400 g).

8

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta.
Magang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai Februari sampai Juni 2013.

Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang merupakan praktik kerja di kebun selama 4
bulan dengan pembagian kerja sesuai dengan tingkatan struktur organisasi Sabila
Farm. Pembagian kerja yang dilaksanakan adalah 1 bulan sebagai karyawan
harian lepas, 1 bulan sebagai pendamping mandor dan 2 bulan sebagai
pendamping asisten kebun.
Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL), kegiatan yang dilakukan
adalah mempelajari dan melakukan seluruh tugas dan kegiatan budidaya di lapang
bersama dengan pekerja lainnya yang terdiri dari pembibitan, persiapan dan
penanaman bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemanenan, serta pengelolaan
pascapanen didampingi dengan mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing
lapangan dan mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan
setiap kali mengikuti kegiatan. Jurnal kegiatan harian sebagai karyawan harian
lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Selama menjadi pendamping mandor, kegiatan yang dilakukan yaitu
membantu dan mempelajari aspek manajerial seluruh kegiatan budidaya terutama
pada pengelolaan panen dan pascapanen, mengawasi dan mengorganisir karyawan
harian pada setiap kegiatan yang dilakukan, membuat analisis pekerjaan dan
membuat jurnal harian yang berisikan waktu kegiatan, jenis perkerjaan serta
jumlah karyawan yang diawasi, dan melaksanakan manajemen panen dan
pascapanen. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Selama menjadi pendamping asisten kebun, kegiatan yang dilakukan adalah
mempelajari kegiatan manajerial di tingkat bagian kebun, membantu pembuatan
laporan anggaran bulanan, membantu pembuatan laporan asisten, membantu
pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya,
melakukan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan dan membuat jurnal
kegiatan harian sebagai pendamping asisten kebun. Jurnal kegiatan harian sebagai
pendamping asisten kebun dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kegiatan magang yang dilakukan secara keseluruhan yaitu mengenal dan
mencari informasi mengenai kondisi umum Sabila Farm yang meliputi letak
wilayah administratif, keadaan tanah, topografi dan iklim, struktur organisasi dan
ketenagakerjaan. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan pekerja
maupun penanggung jawab perusahaan. Seluruh kegiatan budidaya buah naga dan
kegiatan penunjang lainnya yang dilaksanakan di Sabila Farm juga harus
dilakukan, seperti mengikuti kegiatan panen dan pascapanen tanaman buah naga
putih yang terdiri dari bagian pemanenan, pembersihan hasil panen, penyortiran
(sortasi) dan pengkelasan (grading), pemberian label (labelling), pengemasan

9
(packaging) dan pengangkutan. Selama kegiatan magang berlangsung penulis
didampingi oleh pembimbing lapang dan pekerja dalam pelaksanaan kegiatan
panen dan pascapanen. Selama kegiatan magang, pengamatan di lapang yang
dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai buah naga putih yaitu mulai dari
pemanenan hingga siap dipasarkan, menginventarisasi kendala dalam pengelolaan
panen dan pascapanen buah naga putih dan mengupayakan solusinya. Aspek
manajerial atau pengelolaan usaha serta kegiatan administrasi perusahaan juga
dipelajari selama kegiatan magang berlangsung. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara berdiskusi langsung dengan pekerja yang menangani panen dan pascapanen
buah naga.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan. Data primer
merupakan hasil pengamatan kegiatan budidaya buah naga secara keseluruhan di
lapangan terutama pada aspek panen yang meliputi sistem panen, karakteristik
umur panen, tenaga kerja panen, pengaruh curah hujan terhadap produktivitas dan
jumlah bunga buah naga putih, serta kerusakan hasil panen, sedangkan pada aspek
pascapanen yaitu meliputi pengkelasan dan pengemasan.
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan dengan cara wawancara dan
diskusi dengan pihak perusahaan. Data sekunder merupakan data yang
mendukung pelaksanaan teknis lapangan, antara lain letak wilayah administratif,
keadaan tanah, topografi dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, keadaan
tanaman dan produksi, struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi
Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kegiatan magang
adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan rataan, persentase, uji korelasi dan analisis regresi. Uji
korelasi pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui hubungan antara curah hujan
dengan produksi dan jumlah bunga buah naga putih, sedangkan analisis regresi
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh curah hujan terhadap
produktivitas dan jumlah bunga buah naga putih. Data disajikan dalam bentuk
kurva dan tabel.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif
Sabila Farm adalah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis
hortikultura khususnya budidaya, pengolahan dan agrowisata buah-buahan seperti

10
buah naga putih dan merah, srikaya, delima, sirsak, pepaya, jambu kristal, jambu
biji dan nangkadak (nangka-cempedak). Sabila Farm memiliki prinsip
membudidayakan buah-buahan yang bermanfaat dan berkhasiat. Basis pertanian
yang digunakan Sabila Farm adalah organik dengan tujuan perusahaan yaitu
pemenuhan kebutuhan buah-buahan dalam negeri, sehingga untuk saat ini Sabila
Farm belum menerima pelayanan ekspor buah. Sabila Farm didirikan pada 2 April
2005 oleh Ir M. Gunung Soetopo sebagai pimpinan perusahaan dan Ir Elly
Mulyati sebagai manager perusahaan.
Sabila Farm berlokasi di Jalan Kaliurang KM 18.5, Desa Kertodadi,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman pada ketinggian 500 mdpl. Pemilihan
lokasi kebun Sabila Farm didasarkan atas letak geografisnya yang memang mudah
diakses masyarakat dan menjangkau pasar serta layak untuk ditanami buah naga.
Batas areal Sabila Farm sebelah timur berbatasan dengan Dusun Demen, sebelah
barat berbatasan dengan Dusun Wonogiri, sebelah utara berbatasan dengan Dusun
Purwodadi, dan sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Balong. Peta lokasi
Sabila Farm dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim
Jenis tanah di Sabila Farm adalah regosol dengan pH 5.9–6.2. Topografi
lahannya bergelombang/melandai dengan tingkat kemiringan 9%. Berdasarkan
data curah hujan di Sabila Farm selama 6 tahun terakhir (2007–2012)
menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan berkisar 2 923.9 mm per tahun. Tipe
iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan curah hujan adalah tipe C dengan
rata-rata 8 bulan basah (BB) dan 3 bulan kering (BK). Suhu harian rata-rata di
Sabila Farm berkisar antara 20–30 oC dengan kelembaban udara (RH) berkisar
65%. Keadaan curah hujan di Sabila Farm dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal kebun Sabila Farm yang diusahakan secara keseluruhan adalah 5
ha. Kegiatan produksi buah-buahan dilakukan pada areal seluas 4.8 ha, sedangkan
seluas 0.2 ha digunakan untuk sarana dan prasarana diantaranya adalah rumah
kebun, rumah penyimpanan stek, rumah pascapanen, kamar mandi umum, dan
jalan. Tanaman buah naga putih ditanam pada areal seluas 1.7 ha, sedangkan buah
naga merah pada areal seluas 2.5 ha. Tanaman buah selain buah naga putih dan
merah seperti srikaya, delima, sirsak, jambu kristal, jambu biji, dan nangkadak
ditanam pada areal seluas 0.6 ha. Areal produksi yang digunakan merupakan areal
yang disewa dari desa. Luas areal dan tata guna lahan secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 1.

11
Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan di Sabila Farm tahun 2013
No
I

II

Keterangan

Luas areal (ha)

Tanaman buah
1. Buah naga putih
2. Buah naga merah
3. Srikaya
4. Delima
5. Sirsak
6. Jambu kristal
7. Jambu biji
8. Nangkadak

1.7
2.5
0.4
0.04
0.07
0.07
0.01
0.01

Jumlah

4.8

Lain – lain
1. Rumah kebun
2. Rumah stek
3. Rumah pascapanen
4. Kamar mandi umum
5. Jalan

0.0336
0.0096
0.0168
0.035
0.105

Jumlah

0.2

Jumlah total

5.0

Sumber: Sabila Farm 2013

Keadaan Tanaman dan Produksi
Komoditas utama yang diproduksi oleh Sabila Farm adalah buah naga.
Budidaya buah naga yang dilakukan ditujukan untuk produksi buah naga segar,
olahan buah naga dan bibit buah naga. Selain itu, Sabila Farm juga memproduksi
komoditas lain seperti srikaya, delima, sirsak, jambu, pepaya dan nangkadak.
Varietas buah naga yang digunakan di Sabila Farm yaitu Sabila Putih untuk
buah naga kulit merah dengan daging putih dan Sabila Merah untuk buah naga
kulit merah dengan daging merah. Varietas Sabila Merah terdiri dari dua macam
jenis buah naga, yaitu Hylocereus polyrhizus dan Hylocereus costaricensis. Sabila
Putih dan Sabila Merah dapat beradaptasi dengan baik pada dataran rendah
sampai tinggi dengan altitude 1–1 000 mdpl, persentase perkembangan bunga
menjadi buah tinggi dan apabila panen ditunda buah tidak mudah retak. Varietas
Sabila Merah memiliki kelebihan yaitu cabang yang sudah berbuah dapat berbuah
lagi. Kedua varietas ini merupakan hasil dari penelitian (pengamatan dan
pengujian) dan pembudidayaan yang dilakukan oleh Pak Gunung Soetopo yang
kemudian diajukan sebagai bibit varietas unggul.
Jarak tanam yang digunakan untuk buah naga putih adalah 2.5 m × 2.5 m
sehingga populasi tanaman dalam 1.7 ha adalah 2 720 tanaman. Namun fakta di
lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman tersebut berbeda dengan

12
perhitungan secara matematis, populasi buah naga putih 1 700 tanaman. Hal ini
diakibatkan karena tidak semua lahan digunakan untuk penanaman buah naga,
antara lain digunakan untuk jalan sebagai jalur transportasi kendaraan angkut dan
sarana agrowisata.
Kebun buah naga putih mulai berproduksi pada tahun 2008 karena tahun
tanam pertama adalah 2005. Produksi dan produktivitas buah naga putih di Sabila
Farm selama 4 tahun terakhir (2008–2012) yaitu memiliki rata-rata produksi 14
722.20 kg/tahun dan rata-rata produktivitas 8 660.12 kg ha-¹ tahun-¹. Rincian
produksi dan produktivitas buah naga putih selama 4 tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas buah naga putih di Sabila Farm tahun 20082012
Luas
(ha)

Produksi
(kg/tahun)

Produktivitas
(kg/ha/tahun)

1.7
1.7
1.7
1.7

10 644.00
28 398.00
8 848.80
10 998.00

6 261.18
16 704.71
5 205.18
6 469.41

Total

58 888.80

34 640.48

Rata–rata

14 722.20

8 660.12

Bulan/Tahun
November 2008–Mei 2009
November 2009–Mei 2010
November 2010–Mei2011
November 2011–Mei 2012

Sumber: Sabila Farm 2013

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi Sabila Farm masih bersifat sederhana. Sabila Farm
dipimpin oleh pemilik perusahaan itu sendiri (owner). Owner dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh seorang manager. Pembagian kerja di Sabila Farm terdiri
atas asisten kebun, mandor dan karyawan harian. Struktur organisasi di Sabila
Farm dapat dilihat pada Gambar 1.
Owner
Manager
Asisten Kebun
Mandor
Karyawan harian
Gambar 1 Struktur organisasi Sabila Farm

13
Tugas dan wewenang pemilik perusahaan atau owner diantaranya adalah
membawahi dan bertanggung jawab pada semua bagian yang terdapat dalam
perusahaan serta memimpin dan mengawasi seluruh kegiatan yang ada. Manager
memiliki tugas dan wewenang yaitu bertanggung jawab dalam hal surat-menyurat
(korespondensi), mengontrol kebun sewaktu-waktu, mengontrol laporan keuangan
dan administrasi serta mewakili owner sebagai penanggung jawab pada semua
bagian bila owner tidak ada di tempat. Asisten kebun bertugas untuk mengelola
dan mengawasi semua kegiatan tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya,
yaitu mandor dan karyawan harian. Selain itu, asisten kebun juga harus mencatat
laporan anggaran harian perusahaan, mengontrol pesanan dan pengiriman produk
untuk pelanggan serta menjual produk segar dan hasil olahan kebun. Mandor
bertugas untuk mengontrol dan mengawasi pelaksanaan kegiatan karyawan harian
dan melaporkan hasil kegiatan serta menyampaikan pesan atau tugas dari asisten
kebun kepada para karyawan harian, sedangkan tugas karyawan harian adalah
menjalankan kegiatan aspek teknis dengan baik dan benar dan bertanggung jawab
atas tugas tersebut.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sabila Farm berjumlah 12 orang.
Tenaga kerja tersebut terdiri dari 10 orang laki-laki meliput dan 2 orang
perempuan. Spesifikasi karyawan yang ada di Sabila Farm dapat dilihat pada
Tabel 3. Karyawan kebun yang bekerja di Sabila Farm mendapat fasilitas yaitu
rumah kebun sebagai tempat tinggal. Jarak rumah tinggal tersebut sangat dekat
dengan kebun karena letak rumah masih bearada di areal kebun. Jumlah hari kerja
karyawan yaitu 6 hari efektif. Karyawan hanya mendapatkan satu hari libur dalam
satu minggu, yaitu hari Jumat. Penentuan hari libur karyawan diluar hari Jumat
diperbolehkan dengan izin dan alasan yang dapat diterima dan dilakukan secara
bergilir karena cukup padatnya kunjungan, pemeliharaan kebun yang harus
kontinyu, dan tenaga kerja yang terbatas.
Tabel 3 Jumlah tenaga kerja di Sabila Farm bulan Februari-Juni 2013
No

1.
2.
3.

Status

Owner
Manager
Karyawan kebun
Jumlah

Jenis kelamin
L

P

Jumlah

.....................(orang)......................
1
1
1
1
9
1
10
10

2

12

Sumber: Sabila Farm 2013

Karyawan bekerja mulai pukul 07.00–16.00 WIB dengan 2 jam istirahat
terakumulasi. Waktu istirahat yang utama dilakukan 1.5 jam mulai pukul 11.30–
13.00 WIB. Waktu kerja terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama sebelum istirahat
utama dan sesi kedua setelah istirahat utama. Setiap sesi kerja diberikan waktu
istirahat selama 15 menit, sehingga waktu istirahat dalam dua sesi menjadi 30
menit terakumulasi. Total jam kerja karyawan adalah 7 jam dalam sehari. Sistem
penggajian dilakukan berdasarkan kehadiran. Gaji karyawan diberikan setiap
akhir bulan.

14

HASIL KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap awal dari proses budidaya tanaman buah naga.
Pembibitan buah naga putih di Sabila Farm dilakukan secara vegetatif, yaitu
dengan stek batang atau sulur. Pembibitan dilakukan langsung di lapang dengan
cara memotong sulur-sulur tua (minimal berumur 2 tahun) dan produktif (sudah
pernah berbuah). Sulur yang telah didapat kemudian dipotong kembali dengan
ukuran panjang ideal stek untuk tumbuh dengan baik yaitu 30–35 cm. Bagian
ujung bawah stek dibuat meruncing untuk merangsang dan mempermudah
pertumbuhan akar serta sebagai penanda bagian yang akan ditanam ke dalam
tanah. Selanjutnya stek dikeringanginkan selama 2–3 minggu untuk
mengeringkan luka bekas potongan. Setelah dikeringkan, bahan stek siap ditanam
ke lahan. Penulis melakukan kegiatan pembuatan stek dengan prestasi kerja 117
bibit/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 150 bibit/HK.
Kegiatan pembuatan stek dan contoh bahan stek yang siap tanam (telah
dikeringanginkan dan ukuran sesuai ketentuan) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan pembuatan stek (a) dan bahan stek siap tanam (b)
Bahan stek awal yang digunakan di perusahaan Sabila Farm berasal dari
Jawa Timur. Syarat bibit yang baik untuk digunakan yaitu tahan penyakit, mudah
penanganan, seragam (uniform), produktif dan mudah tumbuh. Penanaman
tanaman buah naga umumnya menggunakan stek batang karena tanaman akan
lebih cepat dan seragam dalam pertumbuhannya. Penanaman dengan biji jarang
dilakukan karena tidak seragam, pertumbuhan tanaman lama, sulit penanganan
dan sifat tanaman tidak sama dengan induknya. Pembibitan paling baik dilakukan
setelah masa berbuah selesai yaitu pada bulan Mei sampai Oktober untuk bagian
selatan khatulistiwa Indonesia. Bahan stek buah naga putih dan merah dapat
dilihat pada Gambar 3.

15

Gambar 3 Bahan stek buah naga putih (a) dan merah (b)
Perbedaan sulur stek buah naga putih dan merah perlu dikenali agar lebih
mudah dalam pemisahan atau pengelompokkan ketika akan disimpan di gudang
penyimpanan. Sulur buah naga putih memiliki garis abu-abu pada tepi sulur dan
tepinya lebih bergelombang (Gambar 3a), sementara sulur buah naga merah tidak
bergaris abu-abu pada tepi sulurnya serta tepi sulur tidak terlalu bergelombang
atau tidak terlalu tegas gelombang tepinya (Gambar 3b).
Luas areal rumah stek yang digunakan untuk penyimpanan bibit stek adalah
0.0096 ha. Stek-stek yang telah dipotong dikeringanginkan terlebih dahulu dengan
menyimpannya di dalam rumah stek. Posisi penyimpanan stek sebaiknya
mendatar agar akar tidak tumbuh sebelum stek ditanam. Stek dengan
penyimpanan mendatar dapat bertahan optimal selama 6 bulan. Rumah
penyimpanan stek dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Rumah penyimpanan stek
Penanaman
Cabang atau sulur tanaman buah naga pada prinsipnya akan menghasilkan
buah apabila terkena matahari langsung. Jarak tanam harus disesuaikan dengan
kondisi lahan dan juga sistem penanaman yang akan dipakai. Jarak tanam yang
diterapkan di Sabila Farm adalah 2.5 m × 2.5 m. Media tanam yang diperlukan
untuk setiap 4 buah stek batang buah naga antara lain adalah campuran antara
tanah dengan pupuk kandang 10–12 kg, kapur dolomit 2 kg, pupuk NPK 50 g dan
sekam bakar 1–2 kg.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penanaman buah naga meliputi
cangkul, linggis, tali rafia, meteran, 4 buah stek batang dan tiang panjatan. Tiang

16
panjatan ini dapat berupa beton atau kayu tanaman hidup. Sabila Farm
menggunakan kedua jenis tiang panjatan ini dalam penanaman tanaman buah naga
(Gambar 6). Tiang panjatan beton (Gambar 6b) yang digunakan berbentuk
segiempat dengan ukuran 10 cm × 10 cm. Beton terbuat dari adukan semen, koral
atau split, dan pasir dengan perbandingan 1:3:5. Rangka besi (Gambar 5)
berdiameter 8 mm dengan panjang 2 m terdapat dalam tiang panjatan beton.
Kerangka besi tiang panjatan beton dapat dilihat pada Gambar 5. Sabila Farm
menggunakan tanaman Jaranan (Crataeva nurvala) yang berasal dari
Probolinggo, Jawa Timur untuk tiang panjatan hidup (Gambar 6a). Kayu ini
berdiameter 10 cm dengan tinggi 2 m.
Penanaman tanaman buah naga diawali dengan membuat areal penanaman
berukuran 60 cm × 60 cm × 30 cm yang biasa disebut dengan lubang pertama.
Tanah hasil penggalian lubang pertama harus dipisahkan antara tanah bagian atas
(topsoil) dan tanah bagian bawah (subsoil). Kemudian di tengah lubang pertama
dibuat lubang tanam untuk tiang panjatan dengan kedalaman 50 cm berukuran 10
cm × 10 cm yang disebut dengan lubang kedua. Tiang panjatan dimasukkan ke
dalam lubang kedua, lalu padatkan dengan tanah di sekitarnya hingga tiang
menancap dengan kuat. Kemudian pupuk kandang, pupuk NPK, dan kapur
dolomit dicampur dengan topsoil dan dimasukkan ke dalam lubang pertama.
Sekam bakar selanjutnya disebar di sekitar tiang sebelum stek batang ditanam.
Bibit stek batang kemudian ditanam mengelilingi tiang panjatan dengan
kedalaman ±5 cm. Bagian sisi datar stek harus menempel pada tiang panjatan
beton, sedangkan pada tiang panjatan hidup bibit stek ditanam tidak menempel
tetapi agak miring dengan jarak ±3–5 cm dari tiang kayu. Selanjutnya keempat
bibit stek buah naga tersebut diikat dengan tali rafia. Pengikatan sebaiknya tidak
terlalu erat agar tidak merusak permukaan bibit. Penulis melakukan kegiatan
penanaman buah naga putih dengan prestasi kerja 7 pohon/HK, sedangkan
prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 15 pohon/HK.

Gambar 5 Kerangka besi tiang panjatan beton

17

Gambar 6 Pohon buah naga putih dengan tiang panjatan hidup (a) dan tiang
panjatan beton (b)
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman buah naga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hara yang diperlukan oleh tanaman untuk mencapai produksi yang optimal.
Pemupukan di Sabila Farm menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik
dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan di Sabila Farm adalah sekam bakar
dan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kambing. Pupuk anorganik
yang digunakan di Sabila Farm yaitu pupuk NPK dan kapur dolomit.
Sabila Farm mengaplikasikan pupuk NPK, kapur dolomit dan sekam bakar
hanya pada saat awal penanaman buah naga. Pupuk kandang diaplikasikan pada
saat awal penanaman dan pemupukan lanjutan secara berkala. Pemupukan
lanjutan atau susulan yang dilakukan di Sabila Farm adalah setiap 4 bulan setelah
penanaman. Pemupukan susulan hanya menggunakan pupuk kandang dengan
dosis 10–20 kg. Waktu yang baik untuk aplikasi pemupukan adalah pada bulan