Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU
(Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING

WULAN DWI AYUNING PUTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pembiakan
Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Wulan Dwi Ayuning Putri
NIM E44100041

ABSTRAK
WULAN DWI AYUNING PUTRI. Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku
(Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting. Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO.
Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) merupakan salah satu jenis kayu mewah
dengan penyebaran alami di wilayah Borneo dan Sulawesi. Perbanyakan tanaman melalui
cutting (stek) dilakukan sebagai alternatif budidaya jenis kayu kuku. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari alternatif perbanyakan tanaman kayu kuku melalui stek pucuk
dan stek batang, mengetahui efektivitas stek pucuk dan stek batang sebagai teknik
produksi bibit kayu kuku, serta mengetahui efektivitas zat pengatur tumbuh IBA (Indole
Butyric Acid) konsentrasi rendah, IBA konsentrasi tinggi, dan Rootone-F terhadap
pertumbuhan akar stek kayu kuku. Rancangan percobaan pada penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor
bahan dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT). Bahan yang digunakan yaitu pucuk dan
batang, sedangkan ZPT yang digunakan yaitu IBA 0 ppm (kontrol), 20 ppm, 40 ppm, 60
ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan Rootone-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan pucuk sebagai bahan stek lebih efektif dengan persentase hidup dan
persentase berakar sebesar 70.48%. Pemberian IBA 60 ppm menghasilkan persentase
hidup dan jumlah akar sekunder terbaik yaitu 66.67% dan 6. Persentase berakar stek
hanya mencapai 40% pada batang. Pemberian IBA 60 ppm cenderung lebih efektif
digunakan untuk pertumbuhan akar stek kayu kuku dibanding perlakuan lainnya.
Kata kunci: kayu kuku, stek, zat pengatur tumbuh

ABSTRACT
WULAN DWI AYUNING PUTRI. Study of Vegetative Propagation on Pericopsis
mooniana THW. with Cutting. Supervised by ANDI SUKENDRO.
Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) is one of the vancy wood species which
grow naturally in Bomeo and Sulawesi territory. The plants propagation through cutting
has been done as the alternative of kayu kuku cultivation. This study aims to find the
alternative of kayu kuku propagation through tip and stem cuttings, to discover the
effectiveness of tip and stem cuttings as the techniques of kayu kuku seed production, and
to discover the effectiveness of plant growth regulator IBA (Indole Butyric Acid) low
concentration, IBA high concentration, and Rootone-F towards the growth of kayu kuku
cutting’s root. Experimental design used on this study was Completely Randomized
Desain with factorial including two factors, such as material and provision of plant
growth regulator factors. The material used are bud and stem, meanwhile the PGR used

are IBA 0 ppm (control), 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, and Rootone-F.
The result of the study indicates that the utilization of tip as the cuttings material is more
effective with the live and rooted percentage of 70.48% and 14.29%. The IBA provision
of 60 ppm generates percentage of live and the optimum amount of secondary root of
66.67% and 6. Percentage of root is only on stem. The IBA provision of 60 ppm tends to
be more effective to be used for the growth of kayu kuku cutting’s root compared to other
treatments.
Keyword: cutting, kayu kuku, plant growth regulator

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU
(Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING

WULAN DWI AYUNING PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana
THW) Melalui Cutting
Nama
: Wulan Dwi Ayuning Putri
NIM
: E44100041

Disetujui oleh

Ir Andi Sukendro MSi
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini
mengenai pembiakan vegetatif melalui stek, dengan judul Studi Pembiakan
Vegetatif pada Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Andi Sukendro MSi selaku
pembimbing, yang telah banyak memberi arahan dan saran selama penelitian
berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini, kepada Bapak Ir Edje Djamhuri
selaku ketua sidang, Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan MScF selaku dosen
penguji, serta Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas MScFtrop yang telah memberi
masukan untuk penulisan skripsi ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
Ibu Ir Husna MP yang sudah banyak membantu penelitian serta penulisan skripsi
ini, kepada Bapak Priyanto SHut MSi, Rissa Rahmania, dan Tiara Adyantari yang
telah membantu dalam pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada keluarga tercinta Ibu Wedar Dradjat Pudji Sri Wahyuti, Bapak
Rudi Rasmedi, kakak Winda Rahayu Andini atas segala doa dan kasih sayangnya,
Iqbal Setiawan, teman terdekat Netty, Alin, Irma, Dwi, Pebi, keluarga besar
Silvikultur terutama Silvikultur 47 dan AGRIC IPB serta pihak lain yang telah
membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Wulan Dwi Ayuning Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA


2

METODE

4

Tempat dan Waktu Penelitian

4

Alat dan Bahan

4

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

8
8
11
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14


RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Rancangan percobaan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek dan pemberian
ZPT terhadap beberapa parameter stek kayu kuku
3 Uji lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup
stek umur 60 HST
4 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap persentase
hidup stek umur 60 HST
5 Persentase berakar stek kayu kuku umur 60 HST pada masingmasing perlakuan
6 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap jumlah akar
sekunder stek umur 60 HST

5
8
9

9
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Sungkup tampak depan (a) dan samping (b)
2 Bagian pangkal stek
3 Pemberian ZPT dengan cara direndam (a) dan dioles (b)
4 Grafik jumlah akar primer stek kayu kuku umur 60 HST
5 Grafik panjang akar primer stek kayu kuku umur 60 HST
6 Jamur yang tumbuh pada stek batang (a) dan menyerang stek pucuk
(b)
7 Pertumbuhan akar pada perlakuan IBA 60 ppm
8 Kebun pangkas setelah 60 hari pengamatan

6
7
7
10
10
13
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
persentase hidup stek
2 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
persentase berakar stek
3 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
jumlah akar primer stek
4 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
panjang akar primer stek
5 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
Jumlah akar sekunder stek
6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara di dalam sungkup stek kayu
kuku selama 60 hari

16
16
16
16
17
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan ekosistem kompleks yang di dalamnya terdapat interaksi
antar komponen-komponen yang masing-masing komponen tersebut bermanfaat
untuk keberlangsungan hidup setiap makhluk. Salah satu manfaat langsung dari
keberadaan hutan yaitu sebagai penghasil kayu yang dapat digunakan untuk bahan
baku bangunan, perabot rumah tangga, dan bahan baku industri serta penghasil
non kayu berupa getah dan buah.
Laju pertumbuhan penduduk yang terjadi sangat cepat mengakibatkan
peningkatan kebutuhan lahan serta produk-produk dari hutan, salah satunya
kebutuhan akan kayu. Data dari Badan Pusat Statisktik (BPS) menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 sampai dengan 2015
diperkirakan mengalami peningkatan sebanyak 1,38 % dengan jumlah total
penduduk pada tahun 2010 sebanyak 238,5 juta jiwa. Peningkatan permintaan
kayu apabila tidak ditindaklanjuti dengan baik maka akan menyebabkan
terjadinya penebangan liar. Jenis kayu yang banyak dijadikan permintaan yaitu
jenis untuk kayu pertukangan.
Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) merupakan salah satu jenis kayu
mewah yang tersebar alami di wilayah Sulawesi dan Borneo. Lembaga
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan kayu kuku
atau disebut juga nandu wood sebagai spesies flora yang statusnya rawan punah.
Upaya budidaya perlu dilakukan untuk mempertahankan keberadaan jenis ini,
salah satunya dengan pembiakan vegetatif melalui cutting (stek). Perbanyakan
tanaman secara vegetatif ini diharapkan mampu menunjang program pemuliaan
pohon.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mencari alternatif perbanyakan tanaman kayu kuku melalui stek pucuk
dan stek batang.
2. Mengetahui efektivitas stek pucuk dan stek batang sebagai teknik produksi
bibit kayu kuku.
3. Mengetahui efektivitas zat pengatur tumbuh IBA (Indole Butyric Acid)
konsentrasi rendah, IBA konsentrasi tinggi, dan Rootone-F terhadap
pertumbuhan akar bibit kayu kuku.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai kayu
kuku (Pericopsis mooniana THW) serta pembiakan melalui stek sebagai alternatif
budidayanya.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW)
Klasifikasi dari tanaman Kayu Kuku adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Pericopsis
Spesies
: Pericopsis mooniana THW
Pericopsis mooniana Thwaiters merupakan jenis tanaman yang memiliki
ukuran sedang hingga cukup besar, dengan tinggi mencapai 40 m. Batang utama
lurus atau terputar dengan tinggi bebas cabang hingga 20 m. Pembungaan berupa
tandan atau malai dan bunga berkelamin dua. Buah berupa polong lonjong, pipih
agak berkayu, tidak merekah, bergagang, bagian pangkal sempit. Biji berukuran
besar, pipih membulat hingga jorong, berwarna coklat kemerah-merahan (Husna
2010).
Kayu kuku dapat ditemui di hutan-hutan Indonesia. Daerah tempat
tumbuhnya tersebar di beberapa negara, antara lain Indonesia, Malaysia,
Micronesia, Papua Nugini, Filipina, dan Sri Lanka (IUCN 2013). Di wilayah
Sulawesi terdapat di Minahasa (Sulawesi Utara), Kadas, dan Kepulauan Talaud.
Khusus di Sulawesi Tenggara kayu kuku menyebar secara alami di daerah Kolaka
sekitar Kecamatan Watubangga dan Pomalaa meliputi Desa Welulu, Lameda,
Toari, Tangketada, Andiwai, Batubangga, dan Lameuru atau dari sungai Toari
sampai sungai Oko-oko seluas lebih kurang 55.000 ha, dan Buton (Lasalimu dan
Pasar Wajo) (Dephut 2001 dalam Husna 2010).
Jenis kayu kuku dapat tumbuh pada tanah ultisol dan aluvial. Selain itu,
jenis ini tumbuh pada tanah yang mempunyai kemasaman (pH) antara 4-6, tanah
kurus dan berbatu yang berdrainase baik dan selalu tumbuh di sepanjang pantai
laut, dimana petak hutannya sewaktu-waktu digenangi air laut dan juga sering
ditemukan sepanjang muara sungai yang termasuk hutan payau atau hutan pantai
(Husna dan Taheteru 2007 dalam Husna 2010).
Di Sulawesi Tenggara, jenis kayu ini merupakan salah satu jenis kayu yang
tumbuh di hutan musim dataran rendah dengan curah hujan 1000 mm dan tumbuh
pada iklim C menurut Schmidt dan Ferguson, serta tumbuh pada tanah podsolik
dan aluvial. Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994) dalam Husna (2010),
kayu kuku di Sulawesi Tenggara dapat berasosiasi dengan Actinodaphne
glomerata Nees, Calophylum soulatri Burm.f, Dehaasia curtisii dan Metrosideros
petiolata Koor, Agathis sp., dan Lagerstroemia .

Perkembangbiakan Vegetatif Stek
Pembiakan vegetatif adalah salah satu cara untuk memperbanyak tumbuhan
tanpa menggunakan biji. Teknik vegetatif dikembangkan untuk memecahkan

3
masalah pembibitan untuk jenis-jenis tanaman yang bermasalah dengan
pembiakan generatifnya (Mulyana et al. 2011). Mangoendidjojo (2003)
menyatakan bahwa tanaman yang dibiakkan secara vegetatif akan mempunyai
keseragaman secara genetik karena dikembangkan dari induk yang sama. Dengan
demikian, cara pembiakan ini dapat melestarikan sifat-sifat yang dimiliki oleh
suatu tanaman. Menurut Edmond, Senn, dan Andrews (1964) dalam Djamhuri et
al. (1989) alasan-alasan dilakukannya pembiakan vegetatif yaitu:
a. Tanaman tertentu hanya menghasilkan biji sedikit atau tidak menghasilkan
sama sekali
b. Biji yang dihasilkan tanaman tertentu sukar berkecambah
c. Dapat dilakukan penggabungan beberapa karakter yang baik pada satu
individu tanaman
d. Jenis-jenis tanaman tertentu lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif
Kegiatan pembiakan vegetatif salah satunya dapat dilakukan dengan cara
stek. Stek berasal dari kata stuk (Bahasa Belanda) dan cottage (Bahasa Inggris)
yang artinya potongan. Perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan
pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Keunggulan
teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak
walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas (Redaksi Agromedia 2008).
Mulyana et al. (2011) menyatakan bahwa stek merupakan teknik produksi bibit
dengan cara penumbuhan bagian tanaman. Bagian tanaman ini dapat berupa
pucuk, daun, akar, dan batang.
Masalah utama pada pembiakan dengan cara stek adalah masalah
pembentukan akar. Jika masalah ini sudah terpecahkan, maka cara ini merupakan
perbanyakan yang paling baik, praktis, dan ekonomis (Rochiman dan Harjadi
1973 dalam Djamhuri et al. 1989).

Zat Pengatur Tumbuh
Faktor pertumbuhan adalah bahan yang dibutuhkan oleh sel untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya tetapi tidak dapat diproduksi oleh sel itu
sendiri (Heddy 1989). Berdasarkan asal senyawanya, faktor pertumbuhan
dibedakan menjadi dua, antara lain:
a. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang
dari luar tumbuhan
b. Hormon, yakni senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan
Overbeek dkk (1954) dalam Harjadi (2009) menyatakan bahwa Plant
Growth Regulator (PGR) atau zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik
yang dalam konsentrasi rendah merangsang, menghambat, atau memodifikasi
suatu proses fisiologi dalam tumbuhan. Senyawa organik tersebut tidak termasuk
nutrient, yaitu bahan yang memasok energi dan unsur mineral esensial.
Perangsangan perakaran merupakan salah satu aplikasi penggunaan auksin dalam
pertanian, khususnya dalam perbanyakan vegetatif. Pada tanaman berkayu, akar
dapat berasal dari sel-sel floem sekunder yang masih muda, kambium, atau
empulur (Harjadi 2009).
Tanaman sendiri sebenarnya telah mempunyai hormon, misalnya rizokalin
(merangsang pertumbuhan akar), kaulokalin (merangsang pertumbuhan batang),

4
dan antokalin (merangsang pembungaan). Hormon-hormon ini termasuk dalam
golongan auksin yaitu IAA (Indole Acetic Acid), NAA (Naphtalene Acetic Acid),
dan IBA (Indole Butiric Acid). Akan tetapi, hormon yang terdapat pada tanaman
jumlahnya sangat sedikit, maka perlu ditambah agar pertumbuhan tanaman
menjadi lebih cepat (Wudianto 2002).
Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Abidin dan Lontoh (1984) menyatakan
bahwa IBA bersifat lebih baik dan efektif, karena kandungan kimia IBA lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan kemungkinan berhasil lebih besar dalam
pembentukan akar. IBA yang diberikan pada stek akan tetap berada di sekitar
tempat pemberian, sehingga dapat diharapkan respon yang baik terhadap
pembentukan akar. IAA bersifat lebih mudah menyebar ke bagian-bagian lain dan
akan menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas sebelum waktunya.
Sedangkan NAA mempunyai sifat memperkecil batas konsentrasi optimum
perakaran, sehingga penggunaan NAA mengandung kerugian bila belum
diketahui konsentrasi yang sebenarnya bagi suatu tanaman.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB, pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain pot tray, cutter, sekop tanah, kompor gas,
wajan, gelas aqua, hand sprayer, ember, timbangan elektrik, pipet, kamera digital,
alat tulis, serta Microsoft Excel dan SAS 9.1 untuk pengolahan data. Bahan yang
digunakan untuk penelitian antara lain bibit kayu kuku sebanyak 105 buah,
Rootone F, IBA 1000 ppm dan 1500 ppm, IBA 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm,
bedeng bersungkup, aquades, kompos, pasir, arang sekam, tanah murni, polybag
10x15 cm sebanyak 30 buah, fungisida Benlox, dan alkohol 70%.

Prosedur Analisis Data
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor dan ulangan sebanyak tiga kali. Jumlah unit ulangan
sebanyak 5, sehingga jumlah seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 210 bahan
vegetatif. Faktor penelitian tersebut antara lain:
1. Faktor perbedaan bahan stek (A), yang terdiri dari dua taraf:
A1 = Pucuk
A2 = Batang
2. Faktor perbedaan pemberian ZPT (B), yang terdiri dari tujuh taraf:
B0 = Tanpa ZPT (kontrol)

5
B1 = IBA 20 ppm
B2 = IBA 40 ppm
B3 = IBA 60 ppm
B4 = IBA 1000 ppm
B5 = IBA 1500 ppm
B6 = Rootone-F
Rancangan percobaan dibuat untuk memudahkan dalam melakukan analisis
data seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan percobaan
Perlakuan bahan stek
A1
A2

B0
A1B0
A2B0

Perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT)
B1
B2
B3
B4
B5
B6
A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 A1B6
A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 A2B6

Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan pada saat panen kemudian
dianalisis dengan menggunakan model linier:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
dimana,
Yijk : respon dari pengamatan pada faktor A (bahan stek) taraf ke-i,
faktor B (ZPT) taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ
: nilai rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan bahan stek ke-i
βj
: pengaruh perlakuan pemberian ZPT ke-j
(αβ)ij : pengaruh interaksi faktor bahan stek pada taraf ke-i dengan
pemberian ZPT pada taraf ke-j
εijk : pengaruh acak faktor bahan stek pada taraf ke-i dengan
faktor pemberian ZPT pada taraf ke-j dan ulangan ke-k
i
: bahan stek (pucuk dan batang)
j
: pemberian ZPT (0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 1000
ppm, 1500 ppm, dan Rootone-F)
k
: ulangan 1, 2, dan 3
Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
penelitian ini melalui sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan SAS
9.1, dengan ketentuan sebagai berikut,
a. Jika nilai P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer,
panjang akar primer, dan jumlah akar sekunder.
b. Jika nilai P-value < α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh berbeda
nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer,
panjang akar primer, dan jumlah akar sekunder lalu dilanjutkan dengan uji
wilayah berganda Duncan.

6
Prosedur Penelitian
Persiapan Bedeng Sungkup
Bedeng dibuat miring dengan panjang dua meter, lebar satu meter, tinggi
bagian depan satu meter, dan tinggi bagian belakang 0.75 meter, seperti yang
terlihat pada Gambar 1.

a
b
Gambar 1 Sungkup tampak depan (a) dan samping (b)
Persiapan Media Tumbuh
Media yang digunakan yaitu kompos, pasir, dan arang sekam dengan
perbandingan 2:2:1. Campuran media tersebut disterilisasi dengan cara disangrai
selama 30 menit kemudian didinginkan, setelah itu dimasukkan ke dalam pot tray.
Media kemudian diberi fungisida Benlox untuk mencegah tumbuhnya cendawan.
Persiapan Bahan Vegetatif
Bahan vegetatif berasal dari bibit kayu kuku yang berumur 8 bulan sebanyak
105 buah. Bibit berasal dari pembiakan secara generatif menggunakan benih dari
Cagar Alam Lamedai kabupaten Kolaka.
Persiapan ZPT
ZPT yang digunakan yaitu IBA konsentrasi rendah (ZPT 1), IBA
konsentrasi tinggi (ZPT 2), dan Rootone-F (ZPT 3). Konsentrasi yang digunakan
pada ZPT 1 sebesar 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm. IBA yang digunakan berasal
dari IBA murni yang kemudian diambil sebanyak 12 mg. IBA murni yang sudah
didapat kemudian dilarutkan dengan etanol atau alkohol 70% secukupnya. IBA
yang sudah dilarutkan kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak 200 ml
untuk mendapatkan konsentrasi sebesar 60 ppm. Volume dari IBA 60 ppm hanya
diambil sebanyak 100 ml, sisanya digunakan untuk membuat konsentrasi IBA 20
ppm dan IBA 40 ppm. IBA 20 ppm didapat dengan mengencerkan 40 ml IBA 60
ppm dengan aquades sebanyak 80 ml, sedangkan IBA 40 ppm didapat dengan
mengencerkan 60 ml IBA 60 ppm dengan aquades sebanyak 30 ml.
Konsentrasi dari ZPT 2 yang digunakan sebesar 1000 ppm dan 1500 ppm yang
berupa tepung. IBA ini dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades secukupnya
hingga berbentuk pasta sebelum digunakan. Penggunaan ZPT 3 sama seperti ZPT
2, yakni dilarutkan dengan aquades hingga berbentuk pasta.
Persiapan Bahan Stek
Bibit yang sudah disiapkan kemudian dipotong pada bagian pucuk dan
bagian batang kurang lebih 5-8 cm. Bagian pangkal dipotong miring kurang lebih
45° tepat di bawah buku seperti yang terlihat pada Gambar 2.

7

Gambar 2 Bagian pangkal stek
Pemberian ZPT
Pemberian IBA konsentrasi rendah (20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm)
dilakukan dengan cara perendaman bagian pangkal stek selama 30 detik sampai
dengan 1 menit, sedangkan pada pemberian IBA konsentrasi tinggi (1000 ppm
dan 1500 ppm) dan Rootone-F dilakukan dengan cara dioles pada bagian pangkal
stek seperti yang terlihat pada Gambar 3.

a
b
Gambar 3 Pemberian ZPT dengan cara direndam (a) dan dioles (b)
Penanaman
Penanaman stek pucuk dan stek batang dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul
07.00 - 09.00 WIB atau pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Stek ditanam
secara vertikal pada media yang sudah tersedia. Media dilubangi terlebih dahulu
dengan kedalaman ± 3 cm sebelum dilakukan penanaman. Setelah stek ditanam,
lubang yang masih terbuka dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan
tegak.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya penyiraman dan
pemberantasan hama atau penyakit pada stek pucuk dan stek batang kayu kuku.
Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB dan sore hari
pukul 15.00 – 17.00 WIB. Penyemprotan fungisida dilakukan kembali ketika stek
terserang jamur.

8
Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini adalah persentase
hidup stek, persentase berakar, jumlah akar primer, dan panjang akar primer, dan
jumlah akar sekunder. Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari
selama 60 hari pada saat pagi, siang, dan sore hari. Pengambilan data dilakukan
pada saat panen, yaitu 60 hari setelah tanam (HST).
Pengamatan Kebun Pangkas
Indukan stek yang sudah digunakan kemudian disapih sebanyak 30 indukan
ke dalam polybag yang berukuran 10x15 cm. Media yang digunakan yaitu tanah
dan kompos dengan perbandingan 1:1. Bibit yang sudah disapih lalu dipindahkan
ke shaded area sebagai kebun pangkas. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
terubusan yang muncul apakah dapat dijadikan bahan stek atau tidak setelah 60
hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu persentase hidup stek,
persentase berakar, jumlah akar primer, panjang akar primer, dan jumlah akar
sekunder. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter
yang diukur dapat dilihat pada Tabel 2. Faktor tunggal perlakuan bahan stek dan
pemberian ZPT memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup stek.
Perlakuan tunggal pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah akar
sekunder. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter yang diamati.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek dan pemberian ZPT
terhadap beberapa parameter stek kayu kuku
Perlakuan
Parameter
Bahan Stek (A) Pemberian ZPT (B)
Interaksi AxB
% Hidup
**
**
tn
% Berakar
tn
tn
tn
Jumlah akar primer
tn
tn
tn
Panjang akar primer
tn
tn
tn
Jumlah akar sekunder
tn
**
tn
Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, ** = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%
(P-value < 0.01)

Persentase Hidup
Persentase hidup stek kayu kuku dapat dilihat dari perbandingan antara stek
yang hidup terhadap seluruh bahan stek yang ditanam. Bahan stek yang digunakan
yaitu bagian pucuk dan batang. Hasil uji Duncan untuk perlakuan bahan stek
dapat dilihat pada Tabel 3, dimana terlihat bahwa bahan stek yang berasal dari
pucuk memiliki persentase hidup yang lebih tinggi dari batang, yaitu 70.48 %.

9
Tabel 3 Uji lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek
umur 60 HST
Perlakuan
% Hidup
A1 (Pucuk)
70.48a
A2 (Batang)
22.86b
Uji lanjutan Duncan dilakukan pada perlakuan pemberian ZPT seperti yang
tercantum pada Tabel 4. Rata-rata persentase hidup terbaik ditunjukkan pada
perlakuan pemberian IBA 60 ppm sebesar 66.67%. Perlakuan pemberian ZPT
lainnya tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase
hidup stek.
Tabel 4 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap persentase hidup
stek umur 60 HST
Perlakuan
% Hidup
B0 (kontrol)
50.00abc
B1 (20 ppm)
33.33c
B2 (40 ppm)
43.33bc
B3 (60 ppm)
66.67a
B4 (1000 ppm)
40.00bc
B5 (1500 ppm)
36.67c
B6 (Rootone-F)
56.67ab
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 99%.

Persentase Berakar
Persentase stek yang berakar dilihat dari perbandingan antara stek yang
hidup dan berakar terhadap jumlah seluruh stek yang ditanam. Hasil pengamatan
dan pengukuran pada saat panen didapat bahwa rata-rata persentase berakar stek
secara keseluruhan sebesar 13.33% dengan persentase masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 5. Persentase berakar tertinggi hanya mencapai 40% pada
stek batang dengan perlakuan 60 ppm.
Tabel 5 Persentase berakar stek kayu kuku umur 60 HST pada masing-masing
perlakuan
Bahan stek
Perlakuan
A1 (Pucuk)
A2 (Batang)
B0 (kontrol)
6.67
26.67
B1 (20 ppm)
6.67
6.67
B2 (40 ppm)
13.33
6.67
B3 (60 ppm)
26.67
40.00
B4 (1000 ppm)
13.33
0.00
B5 (1500 ppm)
0.00
0.00
B6 (Rootone-F)
33.33
6.67
Rata-rata
14.29
12.38

10
Jumlah Akar Primer
Akar primer dihitung berdasarkan jumlah akar primer yang tumbuh per
satuan stek kayu kuku yang berakar. Hasil pengamatan setelah panen dapat dilihat
pada Gambar 4. Jumlah akar yang muncul berkisar antara satu sampai dua akar
saja, oleh sebab itu perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer.

Gambar 4 Grafik jumlah akar primer stek kayu kuku umur 60 HST
Panjang Akar Primer
Panjang akar primer dihitung berdasarkan jumlah seluruh panjang akar yang
tumbuh pada setiap stek dibagi dengan jumlah akar primer yang tumbuh pada
setiap stek. Rata-rata panjang akar primer yang tumbuh pada setiap perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 5, dimana rata-rata panjang akar primer berkisar antara
0
.
cm sehingga perbedaan panjang akar pada setiap perlakuan tidak
signifikan. Oleh sebab itu, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar primer stek kayu kuku.

Gambar 5 Grafik panjang akar primer stek kayu kuku umur 60 HST

11
Jumlah Akar Sekunder
Pengamatan jumlah akar sekunder dihitung berdasarkan jumlah akar
sekunder yang tumbuh pada setiap akar primer. Hasil sidik ragam pada Tabel 2
menyatakan bahwa perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah
akar sekunder stek kayu kuku. Oleh sebab itu, dilakukan pengujian lanjutan
dengan uji wilayah berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata
jumlah akar sekunder tertinggi ditunjukkan pada perlakuan IBA 60 ppm sebanyak
6 akar sekunder.
Tabel 6 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap jumlah akar
sekunder stek umur 60 HST
Perlakuan
Jumlah akar sekunder
B0 (kontrol)
2b
B1 (20 ppm)
1b
B2 (40 ppm)
1b
B3 (60 ppm)
6a
B4 (1000 ppm)
0b
B5 (1500 ppm)
0b
B6 (Rootone-F)
1b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata
pada selang kepercayaan 99%.

Pembahasan
Pembiakan vegetatif dengan stek pada umumnya dilakukan untuk
menanggulangi tanaman yang tidak mungkin diperbanyak dengan biji,
memperoleh keturunan yang identik dengan indukannya, memudahkan serta
mempercepat perbanyakan tanaman, dan untuk menunjang program pemuliaan
pohon. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses penyetekan antara lain
kelembaban, suhu lingkungan, kondisi media tanam, intensitas cahaya, dan tempat
pengambilan material stek (Mulyana et al. 2011).
Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan
kelembaban yang cukup, berdrainase baik serta bebas dari patogen yang dapat
merusak stek (Hartmann et al. 1990). Pasir telah digunakan secara luas sebagai
media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih,
serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga
membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa
campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak
memberikan hasil yang baik (Hartmann dan Kester 1990 dalam Mafuz et al.
2003). Kompos memiliki sifat yang mampu mengikat air lebih banyak dan lebih
lama, tetapi dapat menyebabkan gangguan sirkulasi udara ke dalam media
sehingga kadar oksigen rendah dan tingkat kelembaban tinggi (Prastoyo et al.
2003). Selain itu, kompos yang digunakan untuk campuran media berfungsi
sebagai sumber unsur hara, sedangkan arang sekam yang digunakan berfungsi
sebagai pengikat air.
Stek dilakukan salah satunya pada tanaman kayu kuku (Pericopsis
mooniana THW) dengan menggunakan pucuk dan batang dari bibit yang berumur
8 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bibit kayu kuku yang masih

12
berumur 8 bulan dapat dikembangbiakan dengan cara stek. Berdasarkan Tabel 5,
persentase berakar pada stek pucuk dan stek batang yang tidak diberi perlakuan
(kontrol) masing-masing sebesar 6.67% dan 26.67%. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa stek kayu kuku yang berumur 60 HST menghasilkan tanaman baru sebesar
6.67% dari stek pucuk dan 26.67% dari stek batang dengan tanpa perlakuan. Oleh
sebab itu, jenis kayu kuku ini memiliki potensi untuk dibudidayakan dengan cara
stek.
Pucuk yang digunakan sebagai bahan stek memiliki persentase hidup yang
lebih baik dibandingkan dengan batang. Daun yang terdapat pada pucuk disisakan
1/3 bagian untuk proses respirasi dan fotosintesa. Leopold (1955) serta Rochiman
dan Harjadi (1973) dalam Djamhuri et al. (1989) menyatakan bahwa adanya daun
pada stek berpengaruh baik terhadap pembentukan akar, hal ini disebabkan karena
daun dapat memproduksi karbohidrat melalui proses fotosintesa dan dapat
menghasilkan auksin. Oleh sebab itu, stek pucuk memiliki kandungan karbohidrat
sebagai cadangan makanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stek batang
sehingga memiliki persentase berakar yang lebih tinggi dibandingkan batang.
Penyebab kegagalan stek untuk mempertahankan hidup diduga karena
pengaruh faktor lingkungan yang tidak sesuai untuk kondisi optimum stek. Suhu
yang diamati di dalam sungkup berkisar antara 21°C 32°C, sedangkan
kelem a an erkisar antara 5 .5
96%. Rochiman dan Harjadi (1973) dalam
Djamhuri et al. (1989) menyatakan bahwa temperatur udara yang optimum untuk
pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Pada kebanyakan
tanaman, temperatur udara optimum berkisar 29°C. Kelembaban udara yang
rendah akan menyebabkan stek cepat mati karena kandungan air dalam stek pada
umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar.
Menurut Mahlstede dan Haber (1957) dalam Djamhuri et al. (1989), kelembaban
udara yang optimum untuk perakaran stek berdaun adalah sekitar 90% pada saat
belum terbentuk perakaran dan minimum 75% ketika mulai terbentuk akar-akar
yang masih lemah. Suhu yang optimum untuk pembentukan akar kayu kuku masih
belum ada, tetapi rentangnya melebihi dari suhu optimum pada kebanyakan
tanaman. Kelembaban udara dalam sungkup yang mencapai 52.5% diduga
menjadi salah satu penyebab stek mati, dimana kelembaban tersebut terukur
ketika siang hari, dengan suhu yang mencapai 32ºC. Selain itu, pada siang dan
sore hari cahaya matahari yang ada langsung mengenai sungkup tanpa adanya
shading net atau paranet yang menaungi, sehingga panas dari sinar matahari
langsung terserap seluruhnya ke dalam sungkup. Intensitas cahaya matahari yang
tinggi akan menyebabkan suhu di dalam sungkup menjadi tinggi dan kelembaban
udaranya menjadi rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan stek mengalami proses
transpirasi yang tinggi sehingga stek mengalami kekeringan dan kemudian mati.
Optimalisasi sungkup sangat diperlukan untuk mempertahankan kelembaban
udara di dalam sungkup. Selain itu, pemberian shading net perlu dilakukan untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam sungkup sehingga
suhu di dalam sungkup tidak terlalu tinggi.
Faktor lain yang mempengaruhi kegagalan stek untuk mempertahankan
hidup yaitu tumbuhnya jamur pada media dan stek. Hal tersebut diduga karena
tiga hal, yaitu sterilisasi media yang kurang optimal, adanya aliran udara dari
dalam dan luar sungkup, serta faktor bahan stek yang digunakan. Bahan stek yang
digunakan berupa bibit yang sebagian besar terserang embun jelaga, sehingga stek

13
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol sebelum diberi
perlakuan. Cendawan yang tertinggal pada bahan stek setelah dibersihkan diduga
menjadi pemicu stek membusuk dan kemudian mati. Selain itu, aliran udara yang
terjadi diduga membawa patogen masuk ke dalam sungkup dan menetap pada
media yang kurang steril dan basah akibat penyiraman yang rutin. Jamur yang
menyerang stek pucuk biasanya memiliki gejala yang diawali oleh membusuknya
bagian pangkal stek lalu menyebar ke seluruh bagian stek. Pada stek batang, jamur
yang tumbuh berwarna putih dan menempel pada kulit batang. Kondisi stek yang
terserang jamur dapat dilihat pada Gambar 6.

a
b
Gambar 6 Jamur yang tumbuh pada stek batang (a) dan menyerang stek pucuk (b)
Media stek yang terlalu lembab ternyata tidak dapat membantu stek untuk
bertahan hidup pada suhu yang tinggi. Kondisi tersebut disebabkan belum
tumbuhnya akar pada stek sehingga air yang terikat pada media tidak dapat
diserap oleh stek. Stek yang dapat bertahan hidup pada kondisi seperti ini
dipengaruhi oleh faktor tanaman itu sendiri.
Perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek
dan jumlah akar sekunder. Rata-rata ZPT terbaik dari dua parameter tersebut yaitu
IBA 60 ppm dengan persentase hidup sebesar 66.67% dan jumlah akar sekunder
sebanyak 6. Pengaruh IBA 60 ppm terhadap jumlah akar sekunder dapat dilihat
pada Gambar 7. Berdasarkan pada Tabel 5, persentase berakar stek hanya
mencapai 40%, yaitu pada stek batang dengan perlakuan 60 ppm.

Gambar 7 Pertumbuhan akar pada perlakuan IBA 60 ppm
Stek yang tidak diberi perlakuan (kontrol) memiliki rata-rata persentase
hidup sebesar 50% dan jumlah akar sekunder sebanyak 2. Berdasarkan beberapa
parameter yang diamati, stek kayu kuku yang diberikan perlakuan IBA 60 ppm
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Dengan kata lain,

14
pada penelitian ini pemberian IBA 60 ppm merupakan perlakuan yang terbaik
untuk perbanyakan tanaman jenis kayu kuku melalui stek. Kebun pangkas yang
berumur 60 hari sudah banyak menghasilkan terubusan, akan tetapi terubusan
tersebut masih belum dapat dijadikan bahan stek seperti yang terlihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Kebun pangkas setelah 60 hari pengamatan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perbanyakan tanaman jenis kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) melalui
stek pucuk dan stek batang dapat lakukan sebagai alternatif perbanyakan tanaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pucuk sebagai bahan stek
lebih efektif dibandingkan batang, dengan persentase hidup sebesar 70.48%.
Pemberian IBA 60 ppm menghasilkan persentase hidup dan jumlah akar sekunder
terbaik yaitu 66.67% dan 6, serta persentase berakar stek hanya sebesar 40% pada
batang. Pemberian IBA 60 ppm cenderung lebih efektif digunakan untuk
pertumbuhan akar stek kayu kuku dibanding perlakuan lainnya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pendahuluan agar faktor lingkungan yang optimal
dapat dipenuhi, seperti optimalisasi sungkup dan pemberian shading net. Waktu
pengamatan sebaiknya dilakukan lebih lama, yaitu sekitar 3-4 bulan. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan konsentrasi IBA cair yang
lebih besar dari 60 ppm agar besar persentase berakar stek sama dengan
persentase hidup stek kayu kuku.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin AS, Lontoh AP. 1984. Usaha perbanyakan tanaman secara cepat dengan
teknik pembiakan vegetatif dan pemakaian zat tumbuh. Proyek
peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Tidak dipublikasikan.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
[diunduh
2014
Mei
31].
Tersedia
pada

15
http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/jumlah-dan-lajupertumbuhan-penduduk.
Djamhuri E, Setiadi Y, Sukendro A. 1989. Usaha penyediaan bahan tanaman
Dipterocarpaceae dengan pembiakan vegetatif se agai ahan ‘clonal seed
orchard’ dalam rangka pem angunan hutan tanaman industri. Bogor (ID):
Tidak dipublikasikan.
Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Hartmann HT, Kester DE, Davies FT. 1990. Plant Propagation Principles and
Practices. Fifth edition. London (UK): Prentice Hall.
Heddy S. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali.
Husna. 2010. Pertumbuhan bibit kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) melalui
aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan ampas sagu pada media tanah
bekas tambang nikel [tesis]. Kendari (ID): Universitas Haluoleo.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. IUCN Red List of
Threatened Species. Version 2013.2. [diunduh 2013 Desember 5]. Tersedia
pada www.iucnredlist.org.
Mafuz, Fauzi MA, Hamdan AA. 2003. Pengaruh media dan dosis rootone F
terhadap keberhasilan stek pucuk pulai (Alstonia scholaris (L)R.Br.).
Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1): 1-9
Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Kanisius
Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis &
Bertanam Kayu Jabon. Jakarta (ID): AgroMedia
Prastyono, Adinugraha HA, Suwandi. 2003. Keberhasilan pertumbuhan stek
pucuk Eucalyptus pellita F. Muell pada beberapa media dan hormon
perangsang pertumbuhan. Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(2):63-70.
Redaksi Agromedia. 2008. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
Wudianto R. 2002. Membuat setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.

16
Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
persentase hidup stek
Jumlah
Kuadrat
Derajat Bebas
Sumber Keragaman
Kuadrat
Tengah
F-hitung
Pr>F
(db)
(JK)
(KT)
Bahan stek
1
23809.524 23809.524 113.64
F
0.1267
0.0754
0.0866

Pr>F
0.5493
0.1313
0.2715

Pr>F
0.7409
0.5113
0.9896

17
Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap
Jumlah akar sekunder stek
Kuadrat
Derajat Bebas
Jumlah
Sumber Keragaman
Tengah
F-hitung
Pr>F
(db)
Kuadrat (JK)
(KT)
Bahan stek
1
12.9592595 12.9592595
1.92
0.1764
Pemberian ZPT
6
164.0884143 27.3480690
4.06
0.0047**
Interaksi
6
22.3522238 3.7253706
0.55
0.7635
Galat
28
188.6326000 6.7368786
Total
41
388.0324976
Keterangan: Berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%

Lampiran 6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara di dalam sungkup stek kayu
kuku selama 60 hari
Hari ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Pagi (07.00-09.00)
Suhu (°C)
RH (%)
22
94
21
95
22
92
22
92
24
87
25.5
85
20
96
21
95
24
88
24
89
23
91.5
23
90
24
86.5
24
85
25
82
25
80.5
26
71
24
73.5
26
64.5
26
63
25
84
26
84.5
24
88
26
78
24.5
85
25
77.5
25.5
79
26
76
25
81.5
25
85
24
88
24
88
24.5
89
26
83
26
82

Siang (12.00-13.00)
Suhu (°C)
RH (%)
30
57
29
62
26
71
25
68
29
60
27
63.5
26.5
70
29
61.5
29
62
29
62
28
64.5
24
86.5
30
55
28
63.5
28
63.5
30.5
54
31
53
30
54
32
52.5
32
52.5
29.5
61.5
29
60
25
67.5
28
61
27
61
27.5
63
30
55
30
54.5
29.5
62
30
57
29
60
29.5
61
28
63.5
28.5
64
29
62

Sore (15.00-17.00)
Suhu (°C)
RH (%)
27
68
26
68.5
22
91
21.5
91
25
87
24
88
25
85
25.5
86.5
24
86.5
23
89
24
88
24.5
87
22
92
22
92
24
84
25
84.5
25
83
23
88.5
24
87
25
89
22
96
21
95.5
23
89.5
24
87
22.5
93.5
23
90
24
84
23
84
22
92
23
90.5
24.5
88
23
88
23
87
24
87.5
23
91

18
Hari ke36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Pagi (07.00-09.00)
Suhu (°C)
RH (%)
26.5
70.5
22
95
21
96
25
81
23.5
89
25
85
24
88
26
74
24
88.5
22
91
22
91
24
87.5
24
87
25.5
87
24.5
88
23
91
24
85
26
75.5
25
78
22
90
21
95
23
91
25
87
22.5
94
25
84

Siang (12.00-13.00)
Suhu (°C)
RH (%)
30.5
54
26
64
27
62
30
55.5
26.5
63
29
61.5
29
60
31
53
28.5
63
28
62
28
62
29
61
30
53
29
60
28.5
65
26
65.5
26
64
31
53.5
28
60.5
26
63
26
65
27.5
63
29
62.5
28.5
62.5
30
54

Sore (15.00-17.00)
Suhu (°C)
RH (%)
23.5
89
23
89
22
95
21
96
20.5
96
23
89.5
23
88
24
86
23.5
87
22
92.5
22
93
21
95
22.5
92
23
90
23
89.5
22
88.5
21
96
23.5
90
24
86.5
23
89.5
23
89
22
96
24.5
86.5
23
88
24
87

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Januari 1992 dari pasangan Rudi
Rasmedi dan Wedar Dradjat Pudji Sri Wahyuti dan merupakan anak kedua dari
dua bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK
Kartika 3 Kota Bogor pada tahun 1997-1998, SD Negeri Polisi 4 Kota Bogor pada
tahun 1998-2004, SMP Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2004-2007, kemudian
SMA Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2010.
Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) yang dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Ciremai
dan Indramayu, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) yang dilaksanakan di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, serta Praktik Kerja Profesi (PKP)
yang dilaksanakan di Persemaian Permanen BPDAS Citarum-Ciliwung, Dramaga,
Bogor, Kabupaten Bogor, pada Februari-April 2014. Selama kuliah, penulis juga
aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bola basket AGRIC sebagai
anggota, dan organisasi Himpunan Profesi Tree Grower Community (TGC)
sebagai anggota.
Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul Studi
Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui
Cutting di bawah bimbingan Ir Andi Sukendro MSi.