Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor
ANALISIS KELAYAKAN USAHA RESTORAN MOMOMILK
DI TAMAN KENCANA KOTA BOGOR
REVI HOTMA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(2)
(3)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Revi Hotma
(4)
(5)
REVI HOTMA. Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang berkembang di Bogor. Tidak hanya makanan, beberapa restoran juga menyajikan minuman sebagai produk utamanya. Akan tetapi masih sedikit restoran yang menyajikan susu sebagai produk utama. Restoran Momomilk merupakan salah satu restoran yang menyajikan susu sebagai menu utama dan telah beroperasi selama 7 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Aspek finansial menunjukkan NPV
sebesar Rp63 220 511, Net B/C sebesar 2.57, IRR sebesar 47.35 persen, dan
payback period selama 3 tahun 6 bulan 21 hari. Hasil analisis kelayakan ini menunjukkan bahwa Restoran Momomilk layak berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial. Namun usaha ini belum layak berdasarkan aspek hukum.
Kata kunci: analisis nilai pengganti, aspek non finansial, kriteria investasi
ABSTRACT
REVI HOTMA. Feasibility Study of Momomilk Restaurant at Taman Kencana Bogor. Supervised by SITI JAHROH.
Culinary business is one of the growing businesses in Bogor. Not only food, many restaurants also offer beverage products as their main menu. However, there are few restaurants that offer milk as their main product. Momomilk Restaurant is one of the restaurants that offers milk as its main product and has
been running for the last 7 months. The objective of this study is to analyze the
feasibility of Momomilk Restaurant. Qualitative analysis was used to analyze the feasibility based on non financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and law aspect, and also social economic and environmental aspect. Quantitative analysis was used to analyze the feasibility based on investment criteria. Financial analysis showed that NPV was Rp63 220 511, Net B/C was 2.57, IRR was 47.35 percent, and payback period was 3 years 6 months 21 days. The result of this feasibility analysis showed that Momomilk Restaurant was feasible based on market aspect, technical aspect, management and aspect, social economic and environmental aspect, and also financial aspect. But, this business was not feasible based on law aspect.
(6)
(7)
REVI HOTMA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(8)
(9)
NRP : H34100070
Disetujui oleh
Siti Jahroh, Ph.D Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
(10)
(11)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014 ini ialah kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen pembimbing, Tintin Sarianti, SP. MM. selaku dosen penguji utama, serta Dr. Amzul Rifin, SP. MA. selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan saran kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haidhar Wurjanto selaku pemilik Restoran Momomilk, Bapak Hadi Abdillah selaku manajer operasional, dan Bapak R. Umar selaku manajer keuangan yang telah bersedia memberikan informasi untuk memperlancar penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan teman-teman semasa perkuliahan dan seluruh pihak yang tidak dapat diucapkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
(12)
(13)
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Non Finansial 7
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Finansial 11
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Teori Investasi 13
Teori Biaya Manfaat 15
Studi Kelayakan Usaha 15
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha 17
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODE PENELITIAN 22
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Jenis dan Sumber Data 22
Metode Pengumpulan Data 22
Metode Pengolahan Data 22
Analisis Kelayakan Non Finansial 23
Analisis Kelayakan Finansial 23
Laporan Laba Rugi 23
Laporan Arus Kas 24
Kriteria Kelayakan Investasi 25
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 27
Asumsi Dasar 27
GAMBARAN UMUM USAHA RESTORAN MOMOMILK 28
Sejarah Restoran Momomilk 28
(14)
(15)
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 31
Analisis Aspek Pasar 31
Potensi dan Target Pasar 31
Strategi Pemasaran 32
Hasil Analisis Aspek Pasar 34
Aspek Teknis 35
Lokasi Bisnis 35
Proses Produksi 37
Hasil Analisis Aspek Teknis 38
Aspek Manajemen dan Hukum 38
Bentuk Badan Usaha 38
Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan 38
Sistem Penggajian Pegawai 40
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 40
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 40
Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 41
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 41
Analisis Laba Rugi Restoran Momomilk 42
Arus Kas (Cashflow) Restoran Momomilk 43
Arus Penerimaan (Inflow) 43
Arus Pengeluaran (Outflow) 44
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 48
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 49
SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
(16)
(17)
1 Jumlah tempat makan di Kota Bogor tahun 2006-2012 1 2 Pemasukan pajak bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor dari
sektor pariwisata dalam rupiah tahun 2010-2012 2
3 Format laporan laba rugi 24
4 Format laporan arus kas 25
5 Jumlah karyawan Restoran Momomilk berdasarkan jabatan dan
jenis kelamin 36
6 Hasil analisis laporan laba rugi Restoran Momomilk 42
7 Data penerimaan Restoran Momomilk Bulan Juni sampai Desember
2013 43
8 Proyeksi penerimaan Restoran Momomilk tahun ke-2 sampai ke-5 44
9 Biaya operasional Restoran Momomilk 47
10 Hasil analisis kriteria investasi Restoran Momomilk 48
DAFTAR GAMBAR
1 Fungsi investasi 14
2 Hubungan tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan 14
3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha Restoran
Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor 21
4 Omset penjualan Restoran Momomilk pada Bulan Juni-Desember 2013 31
5 Penyajian beberapa produk Restoran Momomilk 33
6 Proses produksi Freshmilk 37
7 Proses produksi Milkshake 37
8 Struktur organisasi Restoran Momomilk 39
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar harga produk Restoran Momomilk 5
2 Tata letak Restoran Momomilk 53
3 Kondisi aktual dan proyeksi kegiatan operasional Restoran Momomilk 54
4 Proyeksi laporan laba rugi Restoran Momomilk 55
5 Rincian komponen biaya investasi dan reinvestasi Restoran Momomilk 56
6 Biaya operasional Restoran Momomilk Bulan Juni sampai Desember
2013 58
7 Proyeksi arus kas Restoran Momomilk 59
8 Analisis switching value peningkatan biaya input susu pasteurisasi 62
(18)
(19)
Latar Belakang
Kota Bogor memiliki berbagai obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Obyek wisata yang terdapat di Kota Bogor sangat beragam baik obyek wisata bersejarah seperti Kebun Raya Bogor, museum-museum, maupun obyek wisata yang sudah modern. Selain kunjungan ke obyek-obyek wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga tercermin dari keramaian di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan
buah-buahan serta factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana,
Siliwangi, Pajajaran, dan Tajur terutama pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur1.
Dari berbagai bisnis yang ada di Kota Bogor, bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang berkembang. Beragamnya bisnis kuliner di Kota Bogor menjadikan para wisatawan memperoleh berbagai alternatif makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Namun disisi lain, dengan berkembangnya usaha bisnis kuliner tersebut juga memicu persaingan yang ketat antara bisnis kuliner yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan bisnis kuliner di Kota Bogor ditunjukkan dengan beragamnya tempat makan (restoran dan rumah makan) yang ada di kota ini.
Sejak tahun 2006 sampai 2012, jumlah tempat makan di Kota Bogor cenderung berfluktuatif. Adanya peningkatan dan penurunan jumlah tempat makan menunjukkan adanya persaingan yang ketat dalam bisnis kuliner. Akibatnya, para pesaing yang tidak mampu bertahan dalam bisnis ini pun terpaksa gulung tikar. Data perkembangan jumlah tempat makan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah tempat makan di Kota Bogor tahun 2006-2012
Tahun Restoran Rumah makan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2006 91 - 157 - 248 -
2007 93 2.20 175 11.46 268 8.06
2008 88 (5.38) 123 (29.71) 211 (21.27)
2009 88 0.00 137 11.38 225 6.64
2010 88 0.00 137 0.00 225 0.00
2011 88 0.00 131 (4.38) 219 (2.67)
2012 87 (1.14) 130 (0.76) 217 (0.91)
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2013 (diolah).
1
Pemerintah Kota Bogor. 2012. Profil investasi bidang pariwisata Kota Bogor. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 25]. Tersedia pada: http://www.kotabogor.go.id/investasi/pariwisata.
(20)
Berdasarkan data pada Tabel 1 jumlah tempat makan di Kota Bogor cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008 jumlah tempat makan di Bogor mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sejumlah 57 unit atau sekitar 21.27 persen. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah tempat makan di Kota Bogor mengalami peningkatan sejumlah 14 unit atau sekitar 6.64 persen. Kemudian pada tahun 2010 jumlah tempat makan di Kota Bogor sama seperti tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah tempat makan di Kota Bogor kembali mengalami penurunan namun penurunannya hanya sedikit yaitu masing-masing 2.67 persen dan 0.91 persen. Penurunan yang terjadi dikarenakan adanya kenaikan harga barang termasuk barang pangan akibat kenaikan bahan bakar minyak dan persaingan usaha dibidang kuliner. Hal ini mengakibatkan beberapa tempat makan di Kota Bogor mengalami kebangkrutan.
Pajak restoran menjadi pemasukan tertinggi bagi PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata bila dibandingkan dengan pajak hotel maupun pajak hiburan. Selain itu, pajak restoran mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2010 sampai tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa restoran di Kota Bogor semakin berkembang dan memiliki peran yang cukup besar terhadap perekonomian di daerah ini. Pemasukan pajak bagi PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pemasukan pajak bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor dari sektor pariwisata dalam rupiah tahun 2010-2012
Jenis pendapatan 2010 2011 2012
Pajak restoran 19 393 960 174 27 252 802 195 39 510 789 644
Pajak hotel 6 403 876 082 15 704 258 353 27 528 683 203
Pajak hiburan 6 964 692 407 8 686 143 286 13 707 405 648
Total 32 762 528 663 51 643 203 834 80 746 878 495
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2013.
Berdasarkan data pada Tabel 2, pemasukan pajak restoran bagi PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata meningkat sebesar 40.52 persen dari tahun 2010 ke tahun 2011. Kemudian meningkat kembali dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 44.98 persen. Secara keseluruhan pada tahun 2012, pajak restoran memberikan kontribusi sebesar 48.93 persen terhadap PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata. Pajak hotel dan pajak hiburan memberi kontribusi masing-masing sebesar 34.09 persen dan 16.97 persen bagi PAD Kota Bogor di tahun 2012.
Restoran yang terdapat di Kota Bogor tidak hanya terfokus pada produk makanan yang beragam. Banyak pula restoran yang lebih menonjolkan produk
minuman sebagai menu andalannya. Selain Starbucks yang sudah terkenaldi Kota
Bogor, banyak juga restoran yang berbentuk kedai atau café dengan menyajikan minuman sebagai produk andalan seperti Bhumi Tea and Coffee, de Koffie Pot, Rumah Kopi Ranin, dan lain sebagainya. Akan tetapi umumnya usaha dengan produk utama minuman tersebut berbahan dasar teh ataupun kopi.
(21)
Komoditas yang tergolong masih jarang untuk dijadikan bahan dasar dalam pembuatan produk minuman adalah susu. Usaha restoran di Bogor yang menjadikan susu sebagai produk utama tergolong sedikit. Di Kabupaten Bogor terdapat restoran dengan produk unggulan susu yang sudah cukup dikenal
masyarakat Bogor dan sekitarnya yaitu Cisarua Mountain Dairy (Cimory) yang
terletak di Cisarua. Sedangkan di Kota Bogor, usaha restoran dengan produk utama susu yaitu Restoran Momomilk yang terletak di daerah Taman Kencana. Meskipun skala usaha restoran Momomilk belum sebesar Cimory, namun usaha ini sudah mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat Kota Bogor.
Dengan skala usaha Restoran Momomilk yang belum sebesar Cimory, menjadikan pemilik usaha menentukan segmen dan target pasar yang berbeda pula. Kecenderungan pelajar dan mahasiswa yang membutuhkan hiburan selain dari rekreasi, menjadi peluang pasar untuk Restoran Momomilk. Pelajar dan mahasiswa merupakan konsumen yang dinilai memiliki selera tersendiri dalam memilih restoran yang akan dikunjungi. Umumnya, mereka mencari restoran yang menyajikan makanan dan minuman yang unik, lokasi yang dekat dengan sekolah atau kampus, tempat yang nyaman, serta harga produk yang terjangkau.
Pada awal berdirinya di tahun 2011, produk Momomilk dipasarkan dengan
membuka booth di beberapa lokasi seperti sekolah dan pusat perbelanjaan.
Pemilihan cara memasarkan produk dengan menggunakan booth dikarenakan
modal pemilik usaha saat itu masih terbatas serta dirasakan lebih mudah dan
praktis. Sampai saat ini jumlah booth Momomilk yang masih beroperasi hanya
tersisa 2 saja dikarenakan beberapa booth sebelumnya tidak memberikan
keuntungan sesuai target.
Melihat perkembangan 2 booth tersebut yang terus memberikan
peningkatan penjualan maka pemilik usaha melakukan pengembangan usaha
dengan membuka cabang baru. Cabang baru tersebut tidak berbentuk booth
melainkan berbentuk restoran yang terletak di daerah Taman Kencana Bogor. Restoran ini baru berjalan selama 7 bulan sejak Juni hingga Desember 2013 dan sudah memiliki penjualan yang cukup baik. Pemilik usaha juga lebih mudah untuk menjangkau target pasar dengan memperkenalkan Restoran Momomilk kepada kerabat-kerabatnya dan konsumen yang sudah sering membeli produk Momomilk
sebelumnya melalui booth yang dimiliki.
Kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya (Suliyanto 2010). Seorang pelaku usaha harus melakukan analisis kelayakan terhadap ide bisnis yang akan ia jalankan. Hal ini dilakukan untuk melihat keuntungan yang akan diperoleh atas besarnya investasi yang telah dikeluarkan. Begitu juga dengan Restoran Momomilk yang masih tergolong bisnis baru dimana diperlukan analisis kelayakan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta sebagai bahan pertimbangan bagi para investornya.
Perumusan Masalah
Momomilk merupakan restoran yang terletak di Kota Bogor dengan menyajikan berbagai produk olahan susu sebagai menu utama. Selama 3 tahun
(22)
usaha ini berdiri, produk Momomilk dipasarkan dengan membuka beberapa booth
di sekitar sekolah maupun di pusat perbelanjaan. Akan tetapi beberapa booth
terpaksa ditutup karena tidak menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan oleh pemiliknya. Saat ini hanya ada 2 booth yang masih berdiri yang berada di
Kantin Sapta IPB Darmaga dan di Food Court Bogor Junction.
Ditutupnya beberapa booth yang tidak memberi laba sesuai target
menunjukkan adanya persaingan yang ketat. Oleh karena itu, Restoran Momomilk dituntut untuk membuat keunikan. Untuk menghadapi pesaing dari usaha bidang kuliner lainnya, maka pemilik Momomilk membuat keunikan pada restoran ini. Sesuai dengan produk utamanya yakni susu maka konsep restoran ini adalah peternakan. Untuk menunjang tema tersebut maka beberapa alat makan yang digunakan untuk menyajikan minuman diimpor dari Cina. Selain itu, dekorasi restoran dan seragam yang digunakan para pelayan pun bertema peternakan.
Melihat banyaknya restoran di Kota Bogor yang juga memilih segmen dan target pasar pelajar dan mahasiswa, maka mereka memiliki banyak alternatif untuk memilih restoran mana yang akan dikunjungi. Oleh karena itu permintaan akan produk di Restoran Momomilk akan menjadi sulit diprediksi. Selain aspek pasar, aspek yang juga penting adalah aspek teknis seperti teknologi. Adanya teknologi yang canggih tentu akan memudahkan dan lebih mempercepat suatu proses produksi misalnya mesin pasteurisasi ataupun teknologi lainnya. Namun diperlukan biaya yang sangat besar untuk pengadaan teknologi tersebut dan Restoran Momomilk memiliki keterbatasan dana bila hendak membeli suatu peralatan yang canggih. Dari segi manajemen dan hukum, diperlukan manajemen yang baik dalam organisasi dan perizinan yang lengkap guna melancarkan kegiatan usaha. Selain itu perlu dilihat juga sejauh mana Restoran Momomilk mampu memberikan dampak bagi lingkungan sekitar lokasi usaha dari segi sosial ekonomi dan lingkungan.
Selain aspek non finansial, melihat besarnya biaya untuk investasi maka perlu dikaji aspek finansial. Restoran Momomilk tentunya mengeluarkan biaya yang cukup besar terutama pada saat pembelian investasi dan untuk pemeliharaan investasi. Mengingat besarnya investasi yang dikeluarkan, maka penelitian mengenai kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan. Analisis kelayakan usaha tentunya tidak hanya dilihat dari segi aspek finansial saja namun juga aspek lainnya yang sangat berkaitan dengan aspek finansial tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis.
Salah satu input terpenting yang digunakan oleh Restoran Momomilk adalah
susu pasteurisasi. Pasokan susu pasteurisasi tersebut diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan salah satu mahasiswa pascasarjana Fakultas Peternakan IPB. Kerjasama ini dilakukan untuk meminimalisir risiko dalam proses pasteurisasi
susu murni. Setiap harinya Restoran Momomilk membutuhkan pasokan susu
pasteurisasi sekitar 60 sampai 80 liter pada saat weekday dan 100 sampai 120 liter
susu pada saat weekend. Selama 7 bulan beroperasi, harga input susu pasteurisasi
sudah mengalami 2 kali peningkatan harga. Akan tetapi peningkatan harga tersebut hanya berbeda sedikit dari harga susu pasteurisasi sebelumnya.
Apabila terjadi kenaikan harga input baik susu maupun bahan penunjang
lainnya, tentu akan berpengaruh terhadap harga output. Selain faktor kenaikan
(23)
output. Pemilik restoran harus menentukan harga output tertentu agar konsumen tidak beralih pada produk yang lain apabila harga produk dirasa konsumen terlalu mahal. Selain itu, apabila terjadi penurunan tingkat penjualan produk juga tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan restoran dan bisa berimbas pada kelayakan usaha. Oleh karena itu pemilik usaha harus peka terhadap 2 variabel tersebut agar usaha yang dijalankan dapat tetap layak.
Menurut Suliyanto (2010), keterkaitan antara aspek non finansial dengan aspek finansial terlihat pada laporan keuangan bisnis tersebut. Aspek pasar memiliki keterkaitan dengan nilai proyeksi penjualan. Sedangkan aspek teknis, manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial lingkungan memiliki keterkaitan dengan proyeksi biaya pada laporan laba rugi perusahaan. Proyeksi penjualan dikurangi dengan proyeksi biaya menghasilkan proyeksi laba rugi. Proyeksi penjualan akan berkaitan dengan proyeksi kas masuk pada laporan arus kas, sedangkan proyeksi biaya akan berkaitan dengan proyeksi kas keluar. Proyeksi aliran kas masuk dikurangi proyeksi aliran kas keluar akan menghasilkan proyeksi aliran kas bersih. Aliran kas bersih inilah yang digunakan untuk melakukan analisis kelayakan pada aspek keuangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan 3 permasalahan yaitu:
1. Apakah Restoran Momomilk dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek
non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial dan lingkungan?
2. Apakah Restoran Momomilk dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek
finansial dengan berdasarkan kriteria investasi seperti Net Present Value
(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP)?
3. Seberapa besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada peningkatan
harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk pada
usaha Restoran Momomilk agar masih tetap layak untuk dijalankan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk berdasarkan aspek non
finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk berdasarkan aspek
finansial dengan berdasarkan kriteria investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period.
3. Menganalisis besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada
peningkatan harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk pada usaha Restoran Momomilk agar masih tetap layak untuk dijalankan.
(24)
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya yakni:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik usaha dalam pengusahaan
Restoran Momomilk.
2. Sebagai media bagi peneliti untuk belajar dan menambah pengalaman serta
penerapan ilmu yang didapatkan semasa kuliah.
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa yang akan melakukan penelitian
dalam hal analisis kelayakan usaha.
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa teori penunjang yang dipakai dalam kajian ini adalah konsep studi kelayakan bisnis serta aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan bisnis. Teori tersebut dikaitkan dengan penelitian terdahulu yang memiliki topik yang serupa yaitu studi kelayakan usaha restoran. Aspek yang dikaji dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi sosial lingkungan, serta aspek finansial. Aspek finansial dikaji dengan menganalisis laporan laba rugi, analisis arus kas, serta analisis sensitivitas. Selain itu kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial pada masing-masing penelitian terdahulu
dianalisis dengan menggunakan kriteria investasi diantaranya Net Present Value,
Net B/C, IRR, dan Payback Period.
Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat pelaku usaha tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman maupun intuisi bila ingin membuat bisnis baru ataupun mengembangkan usahanya (Suliyanto 2010). Pelaku usaha harus menganalisis kelayakan terhadap usahanya dari berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak (Suliyanto 2010). Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan menurut Nurmalina et
al. (2010) studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu analisis terhadap bisnis baru maupun pengembangan sebuah bisnis yang bertujuan untuk melihat apakah bisnis tersebut dapat memberikan manfaat bila dilaksanakan dalam waktu yang tidak ditentukan.
Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu dilakukan pada beberapa aspek kelayakan bisnis (Suliyanto 2010). Suliyanto (2010) membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 6 aspek diantaranya aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia, dan keuangan. Umar (2005), membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 3 aspek diantaranya aspek pasar, aspek internal
(25)
perusahaan (terdiri dari aspek pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen, sumberdaya manusia, dan keuangan), serta aspek lingkungan (terdiri dari politik, ekonomi dan sosial, lingkungan industri, yuridis, dan lingkungan hidup).
Sedangkan Nurmalina et al. (2010) membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis
menjadi 6 aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi budaya, lingkungan, dan finansial.
Kajian mengenai studi kelayakan usaha dipilih berdasarkan penelitian-penelitian yang membahas mengenai analisis kelayakan usaha pada bisnis yang bergerak dibidang kuliner. Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Heidyningsih (2009), Reakara (2009), Maulana (2010), dan Jeineiva (2011). Keempat penelitian ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama ingin melihat kelayakan pada usaha dibidang kuliner yang dijalankan yang berlokasi di daerah Bogor dan Jakarta. Analisis kelayakan usaha yang mereka lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi juga dari aspek non finansial.
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Non Finansial Aspek non finansial yang dikaji pada penelitian Reakara (2009) dan Jeineiva (2011) ini cenderung sama antara satu dengan yang lain yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, serta aspek ekonomi sosial lingkungan.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pamasaran menempati urutan pertama dalam studi
kelayakan bisnis (Nurmalina et al. 2010). Pada tahap ini terdapat beberapa
hal yang perlu dianalisis seperti permintaan dan penawaran produk, harga, program pemasaran yang mencakup bauran pemasaran dan siklus kehidupan
produk, serta market share yang dapat dikuasai perusahaan. Menurut
Suliyanto (2010), analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan diproduksi serta permintaan dan penawaran akan produk tersebut. Sedangkan aspek pemasaran menganalisis apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumen dibandingkan produk pesaing. Apabila harga produk lebih tinggi dan kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pesaing maka produk tersebut akan ditinggalkan oleh konsumen. Sedangkan menurut Umar (2005), aspek pasar dianalisis dengan proyksi permintaan dan penawaran produk, identifikasi siklus kehidupan produk, perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan, serta perkiraan market share yang bisa dikuasai perusahaan. Kemudian aspek pemasaran dianalisis dengan menentukan segmentasi, sasaran dan posisi pasar, strategi bersaing, dan bauran pemasaran.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dilihat dari aspek pasar, penelitian Reakara (2009) pada usaha Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat dikatakan layak untuk dijalankan. Potensi pasar dan pangsa pasar dinilai berpotensi untuk pemasaran produk. Jumlah permintaan soto kudus di Jabotabek khususnya Jakarta Pusat sangat tinggi sedangkan penawarannya masih rendah, sehingga permintaan pasar akan soto kudus sangat potensial. Jika dilihat dari bauran pemasaran, produk yang ditawarkan masih belum memiliki pesaing yang banyak, harga yang
(26)
ditetapkan juga setara dengan pesaing, lokasi usaha strategis, serta promosi yang sudah tepat dengan menyebarkan brosur dan kupon gratis. Begitu juga pada penelitian Jeineiva (2011), usaha Restoran Pastel Pizza and Rijsttafel
dikatakan layak karena jumlah permintaan produk yang meningkat sejak
tahun 2008 sampai 2010 meskipun yang membeli hanyalah konsumen yang loyal terhadap restoran tersebut. Produk yang ditawarkan juga bervariasi sehingga konsumen tidak akan merasa cepat bosan. Selain itu strategi pemasaran yang dilakukan oleh restoran ini juga baik dimana harga yang ditawarkan bervariasi serta adanya promosi dengan melakukan penyebaran
brosur, pemberian discount harga, serta mempublikasikan produk di
internet. Hasil analisis dari kedua penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator bahwa layaknya usaha dibidang kuliner dari segi aspek pasar masih adanya permintaan yang tinggi dari output yang dihasilkan serta strategi pemasaran yang tepat untuk dapat menarik minat konsumen.
2. Aspek teknis
Aspek tenis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang perlu
dianalasis dalam aspek bisnis seperti lokasi usaha, besarnya skala, pemilihan mesin dan peralatan, proses produksi, serta pemilihan teknologi. Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Serupa dengan teori tersebut, Suliyanto (2010) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis dan teknologi adalah kelima hal yang sudah disebutkan sebelumnya. Menurut Suliyanto (2010), meskipun berdasarkan aspek pasar dan pemasaran suatu bisnis layak untuk dijalankan, tetapi secara teknis tidak dapat dijalankan dengan baik maka investasi sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan bisnis sering kali mengalami kegagalan karena tidak mampu menghadapi masalah-masalah teknis. Menurut Umar (2005), pengawasan kualitas produk perlu dianalisis dalam aspek teknis selain dari kelima variabel yang telah disebutkan sebelumnya. Kualitas produk perlu ditentukan karena perusahaan perlu menyesuaikan kualitas produk dengan harapan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009), usaha Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat telah memilih lokasi yang tepat karena letaknya yang strategis. Selain itu ruangan yang tersedia cukup memadai untuk sebuah restoran. Sarana dan prasarana pendukung yang tersedia sangat mendukung kelancaran operasional produksi. Oleh karena itu, usaha Restoran Soto Kudus layak dijalankan dilihat dari aspek teknis. Sedangkan pada penelitian Jeineiva (2011), pemilihan lokasi usaha Restoran
Pastel and Pizza Rijsttafel didasarkan pada kedekatan dengan lokasi
pembelian bahan baku serta lokasi produksi yang 1 bangunan dengan penjualan produk, mendukung jalannya usaha. Tata letak telah diatur sedemikan rupa sehingga dapat memperlancar kegiatan usaha. Sarana dan fasilitas yang tersedia membantu kelancaran produksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha ini diatur dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal karena peralatan dan perlengkapan bahan baku merupakan
(27)
faktor penting untuk memproduksi produk restoran ini. Oleh karena itu usaha ini juga dikatakan layak untuk dijalankan berdasarkan aspek teknis. Berdasrkan hasil analisis aspek teknis dari kedua penelitian, indikator yang dikaji pada suatu usaha umumnya dilihat dari lokasi usaha, sarana dan prasarana, tata letak, dan kegiatan yang dilakukan. Apabila seluruh indikator tersebut mendukung jalannya usaha, maka usaha tersebut dapat dikatakan layak berdasarkan aspek teknis.
3. Aspek manajemen dan hukum
Pihak pengelola (manajemen) merupakan pihak yang mengelola seluruh faktor produksi perusahaan sehingga bisnis secara keseluruhan dapat mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagi pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis (Nurmalina et al. 2010). Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Semasa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis tersebut. Sedangkan manajemen dalam operasi hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja, dan menetukan siapa anggota direksi dan tenaga inti.
Bisnis seringkali mengalami kegagalan karena terbentur masalah hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah daerah setempat (Suliyanto 2010). Oleh karena itu, sebelum ide bisnis dilaksanakan, aspek hukum perlu dianalisis secara mendalam. Aspek hukum mengkaji legalitas usaha yang dijalankan, ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis, kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan perizinan, serta jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai dengan pinjaman. Selain keempat hal tersebut, Nurmalina et al.
(2010) mengemukakan bahwa aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. Sedangkan Umar
(2005) menambahkan bahwa dalam aspek hukum perlu juga
mempertimbangkan hak dan kewajiban baik dari sisi konsumen maupun pelaku usaha serta sanksi hukum bagi pelaku usaha.
Dilihat dari aspek manajemen, penelitian Reakara (2009)
menunjukkan bahwa Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat dikatakan layak untuk dijalankan. Restoran ini merencanakan untuk membangun badan usaha berupa Perseroan Terbatas untuk
pengembangan usahanya yakni bekerja sama dengan catering dan menjadi
restoran waralaba. Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan. Sistem ketenagakerjaan yang diterapkan perusahaan dinilai cukup memadai. Begitu juga dengan Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel pada penelitian Jeineiva (2011) dimana struktur organisasi dan jenis-jenis pekerjaan tiap pekerja telah diatur dengan baik. Pengaturan kegiatan digambarkan pada struktur organisasi yang sederhana dengan tujuan memudahkan tugas, wewenang, serta tanggung jawab dari masing-masing divisi. Sehingga dapat
(28)
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan aspek manajemen. Indikator layak atau tidaknya suatu usaha pada kedua penelitian berdasarkan aspek manajemen, dapat dilihat dari struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasi pada usaha yang dijalankan sederhana, namun apabila para pegawai telah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik maka secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak.
4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
Sebagai titik tolak untuk melakukan analisis kelayakan bisnis, diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar dapat memberi peluang atau ancaman bagi bisnis tersebut (Umar 2005). Oleh karena itu analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang dipelajari adalah apakah suatu bisnis dapat memberi efek bagi perluasan penambahan kerja, pemerataan kesempatan kerja, serta memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat sekitar lokasi bisnis. Selain itu, Umar (2005) mengemukakan bahwa dalam aspek sosial perlu mengemban sisi sosial kemasyarakatan agar bisnis dan masyarakat dapat hidup saling menguntungkan.
Aspek ekonomi dalam suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat setempat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan menambah aktivitas ekonomi (Nurmalina et al.
2010). Sedangkan menurut Umar (2005), aspek ekonomi juga menganalisis bagaimana suatu bisnis memberi kontribusi pada pembangunan nasional, nilai tambah dari suatu bisnis yang berdampak bagi pihak yang terkait dengan bisnis tersebut, hambatan dibidang ekonomi, serta dukungan dari pemerintah. Perbedaan dari keduanya adalah ruang lingkup atas hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek ekonomi apakah secara sempit atau luas.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek lingkungan menganalisis
bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau buruk. Umar (2005), menganalisis aspek lingkungan dengan menghubungkan bisnis dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Suliyanto (2010), menganalisis lingkungan bisnis tidak hanya dihubungkan dengan faktor alam dengan kegiatan bisnis saja. Secara lebih kompleks juga menganalisis lingkungan operasional yang dihubungkan dengan pesaing dan pihak yang terkait dengan bisnis serta lingkungan industri.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009) pada Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat, sistem yang digunakan dalam memproduksi suatu produk menggunakan sistem konsumsi yang sehat dan aman. Selain itu perusahaan ini juga merekrut tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Restoran ini juga menaati peraturan pemerintah dengan membayar pajak secara rutin. Sama seperti usaha Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel pada penelitian Jeineiva (2011), kedekatan sosial antara perusahaan dan masyarakat dengan mempekerjakan masyarakat sebagai pegawai sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur serta memberikan beasiswa pendidikan bagi pegawai
(29)
yang berprestasi dan loyalitas tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu, kedua usaha tersebut dikatakan layak berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dari kedua penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa layaknya usaha berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan, penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha, serta bagaimana pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha tersebut. Apabila suatu usaha telah memenuhi ketiga faktor tersebut, maka usaha dapat dikatakan layak berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Finansial
Aspek keuangan merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis karena memerlukan informasi yang berkaitan
dengan aspek sebelumnya (Suliyanto 2010). Menurut Nurmalina et al. (2010) hal
yang perlu dikaji dalam aspek finansial adalah jumlah dana yang diperlukan, sumber pendanaan, seberapa besar laba yang dapat diperoleh, dan peranan bisnis dalam menyumbang pembangunan ekonomi dan sosial daerah sekitar. Umar (2005), mengemukakan bahwa hal lain yang perlu dianalisis adalah penetuan terhadap aktiva tetap yakni sewa atau membeli serta proses pemilihan bisnis. Kemudian dalam aspek finansial juga menganalisis kelayakan usaha dengan berdasarkan kriteria investasi dengan menggunakan laporan arus kas.
Kajian studi kelayakan pada penelitian Heidyningsih (2009) dan Maulana (2010) melakukan analisis pada aspek finansial. Kedua penelitian ini melakukan perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari penjualan usaha tersebut. Biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh
dimasukkan ke dalam arus kas (cash flow) dimana terdapat komponen arus
pengeluaran (outflow) serta arus penerimaan (inflow). Hasil dari perhitungan arus
kas tersebut akan dilakukan analisis aspek finansial melalui analisis laba rugi, analisis kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value).
1. Analisis laporan laba rugi
Perhitungan laba rugi setiap tahunnya digunakan untuk melihat pendapatan bersih sebuah usaha setelah dikurangi dengan pengeluaran dan pajak.
Heidyningsih (2009), melakukan analisis finansial pada usaha Death by
Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor, Jawa Barat. Penjualan produk per bulan dari restoran ini cenderung berfluktuatif namun rata-rata laba bersih yang diperoleh meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitiannya, diperoleh rata-rata laba bersih pada tahun 2007 sebesar Rp22 534 460 per bulan. Pada tahun 2008 rata-rata laba bersih meningkat menjadi Rp32 980 482 per bulan. Jika dibandingkan dengan penelitian Maulana (2010) pada Rumah Makan Waroeng Sederhana Kota Bogor, rata-rata laba bersih per bulan yang diperoleh rumah makan ini lebih kecil daripada Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Berdasarkan hasil penelitian Maulana (2010), rata-rata laba bersih yang diperoleh Rumah
(30)
Makan Waroeng Sederhana di tahun pertama yaitu Rp65 375 per bulan. Sedangkan pada tahun kedua sebesar Rp2 172 200 dan pada tahun ke-3 sebesar Rp5 279 919. Rata-rata laba bersih per bulan Rumah Makan Waroeng Sederhana memang meningkat dari tahun pertama hingga tahun
ke-3, namun nilainya lebih kecil dibadingkan dengan Death by Chocolate &
Spageti Restaurant. Faktor perbedaan laba bersih yang diperoleh dari kedua usaha ini yaitu variasi dan penetapan harga produk yang disesuaikan dengan segementasi pasar usaha tersebut. Laba bersih yang diperoleh pada kedua penelitian tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi nilai pajak. Nilai pajak tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam analisis
cashflow.
2. Analisis kriteria kelayakan investasi
Analisis kriteria kelayakan usaha diperoleh dari hasil perhitungan cashflow.
Penelitian Heidyningsih (2009) dan Maulana (2010) melakukan analisis
kriteria kelayakan usaha dengan melihat hasil Net Present Value (NPV), Net
B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Berdasarkan
analisis kriteria kelayakan finansial, Death by Chocolate & Spageti Restaurant dikatakan layak untuk dijalankan (Heidyningsih 2009). Pada tingkat diskonto 7 persen, diperoleh nilai NPV sebesar Rp632 626 892 atau
lebih besar dari 0, Net B/C sebesar 3 yang menunjukkan bahwa setiap
pengeluaran biaya Rp 1 satuan unit akan menghasilkan manfaat sebesar 3 kali dari biaya yang dikeluarkan, nilai IRR sebesar 27 persen yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat diskonto artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan perlu waktu selama 6 tahun 7 bulan dimana waktu ini lebih singkat dibandingkan dengan umur usaha yaitu 10 tahun. Begitu juga dengan penelitian Maulana (2010) pada Rumah Makan Waroeng Sederhana yang dikatakan layak berdasarkan analisis kriteria kelayakan finansial. Hal ini dikarenakan pada tingkat diskonto 12 persen
diperoleh nilai NPV sebesar Rp55 796 582 yang lebih besar dari 0, Net B/C
sebesar 3.9 yang lebih besar dari 1, IRR 109 persen yang lebih besar dari tingkat diskonto 12 persen, serta tingkat pengembalian investasi (payback period) selama 1 tahun 6 bulan yang lebih singkat dibandingkan dengan umur usaha yaitu 3 tahun.
3. Analisis sensitivitas
Setelah dilakukan analisis kriteria kelayakan investasi, maka selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Pada penelitian Heidyningsih (2009), analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan faktor masa lampau yang sudah pernah terjadi sebelumnya pada
Death by Chocolate & Spageti Restaurant seperti kenaikan harga BBM
tahun 2007 yang berdampak pada kenaikan harga input seperti bahan baku,
biaya transportasi, dan biaya lain sebesar 7 persen, serta adanya penurunan
jumlah output karena tingkat pembelian produk berkurang sebesar 7 persen.
(31)
mengakibatkan produksi tetap tetapi harga yang ditawarkan turun sebesar 5 persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih
(2009), diperoleh kesimpulan bahwa Death by Chocolate & Spageti
Restaurant tidak sensitif terhadap kenaikan harga input, penurunan jumlah
output, serta penurunan harga ouput karena usaha masih dikatakan layak berdasarkan analisis kriteria investasi. Sedangkan pada penelitian Maulana (2010), analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan 2 skenario. Skenario I apabila terjadi penurunan rata-rata penjualan sebesar 10 persen yang menunjukkan bahwa faktor ini sangat sensitif terhadap kelayakan usaha. Skenario II apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 6 persen yang menjadikan usaha Rumah Makan Waroeng Sederhana tetap layak untuk dijalankan.
Penelitian ini mengambil topik yang serupa dengan kajian penelitian terdahulu yaitu analisis kelayakan usaha. Subyek penelitian ini serupa dengan penelitian terdahulu yaitu usaha restoran. Perbedaannya dengan kajian penelitian terdahulu terletak pada lokasi tempat dilaksanakannya. Penelitian ini dilakukan di Restoran Momomilk yang berlokasi di Taman Kencana Kota Bogor.
Aspek yang akan dianalisis pada penelitian ini umumnya sama dengan penelitian terdahulu. Aspek non finansial yang akan dianalisis diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Sedangkan pada aspek finansial, jika penelitian terdahulu menggunakan analisis sensitivitas maka penelitian ini akan menggunakan analisis nilai pengganti (switching value) yang akan digunakan untuk melihat besarnya perubahan maksimal yang boleh terjadi pada variabel-variabel penting agar usaha tetap layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan berdasarkan data empirik pengeluaran
restoran, harga input susu pasteurisasi yang digunakan cenderung tidak
mengalami peningkatan yang signifikan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi
Kegiatan investasi didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan sumberdaya saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat pada masa yang akan datang. Ketika seorang pelaku bisnis akan memulai usahanya, tentu ia harus mengeluarkan sejumlah biaya investasi. Umumnya, investasi yang dikeluarkan dalam jumlah besar misalnya untuk membeli lahan, membuat gedung, pabrik, ataupun membeli peralatan yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi suatu barang yang akan dijual. Oleh karena itulah harus diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang yang merupakan aspek yang ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari. Investasi sangat erat hubungannya dengan tingkat suku bunga. Besarnya tingkat suku bunga akan membuat seseorang menentukan pilihan apakah uang yang dimilikinya akan diinvestasikan atau akan menabung uang tersebut di bank.
(32)
Kurva pada Gambar 1 menggambarkan fungsi investasi. Menurut Mankiw (2006), fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi pada tingkat suku bunga riil. Investasi bergantung pada tingkat suku bunga riil, karena tingkat suku bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi yang miring ke bawah menunjukkan ketika tingkat suku bunga naik, maka semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan (Mankiw 2006). Tingkat suku bunga yang berlaku sangat berhubungan dalam hal pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu usaha. Uang yang dimiliki tersebut apakah nantinya akan memberikan manfaat apabila digunakan untuk suatu usaha atau akan memberi manfaat jika menabungkannya di bank.
Gambar 1 Fungsi investasi
Sumber: Mankiw 2006
Pada Gambar 2 menjelaskan hubungan antara tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan pelaku usaha untuk melakukan kegiatan investasi akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan seorang pelaku usaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai biaya untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat suku bunga maka pelaku usaha akan terdorong untuk melakukan kegiatan investasi, sebab biaya penggunaan dana semakin kecil. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pelaku usaha untuk melakukan investasi.
Gambar 2 Hubungan tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan
Sumber: Mankiw 2006
Fungsi investasi I(r) Tingkat suku bunga
(r)
Investasi (I)
Fungsi investasi I(r) Tingkat suku bunga
(r)
Investasi (I) Tingkat suku
bunga keseimbangan
re
Tabungan (S)
(33)
Teori Biaya Manfaat
Menurut Gittinger (1986), dalam menganalisa suatu proyek, tujuan analisis dalam analisis usaha harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana, suatu biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Sedangkan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Menurut Gittinger (1986) biaya dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Biaya modal yaitu dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, mesin.
2. Biaya operasional yaitu kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha
mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya, seperti pajak bunga, dan pinjaman.
Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama dari suatu usaha.
Studi Kelayakan Usaha
Terdapat banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan bisnis. Hal ini tentu menuntut pelaku usaha untuk menilai sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut mampu memberikan keuntungan bila bisnis dijalankan. Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis apakah suatu kegiatan investasi memberikan laba atau hasil apabila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis dapat menjadi dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan non finansial dan finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan.
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis tidak hanya dilakukan pada saat ide untuk merintis bisnis yang benar-benar baru, tetapi studi kelayakan juga diperlukan ketika pelaku bisnis akan melakukan hal-hal berikut (Suliyanto 2010):
1. Ketika seorang pelaku bisnis akan merintis usaha baru, studi kelayakan
bisnis dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan dirintis layak atau tidak untuk dijalankan.
2. Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha, studi kelayakan bisnis
dilakukan untuk mengetahui apakah ide pengembangan bisnis layak atau tidak untuk dijalankan.
3. Seringkali investor dan pelaku bisnis dihadapkan pada masalah untuk
menentukan pilihan jenis bisnis atau investasi/proyek karena terbatasnya biaya untuk investasi. Agar pilihan investasi dapat optimal maka diperlukan adanya studi kelayakan bisnis untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif investasi yang ada.
Menurut Nurmalina et al. (2010), tujuan yang ingin dicapai dari konsep studi kelayakan bisnis tidak hanya memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan saja, namun juga pihak-pihak terkait lain yang diantaranya:
1. Pihak investor: Investor merupakan pihak yang menanamkan modal dalam
(34)
terutama tingkat keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, studi kelayakan bisnis dapat menjadi masukan bagi investor untuk menilai apakah modal yang ditanamkan akan memberi keuntungan atau tidak karena sudah dikaji dari berbagai aspek studi kelayakan. Dengan demikian, investor dapat membuat keputusan investasi secara objektif.
2. Pihak kreditor/bank: Studi kelayakan bisnis dapat dijadikan penilaian
terhadap segi keamanan dana yang dipinjamkan, apakah bisnis mempunyai kemampuan untuk mengembalikan atau tidak. Perhatian kreditor tidak hanya pada aspek kelayakan namun juga periode pengembalian investasi atau pinjaman.
3. Pihak analis: Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat
dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada.
4. Pihak masyarakat: Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya bisnis tersebut.
5. Pihak pemerintah: Studi kelayakan bisnis dapat dipakai untuk menilai laba
bisnis bagi perekonomian nasional. Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan berguna untuk pengembangan sumberdaya baik pemanfaatan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Selain itu hadirnya bisnis baru dapat menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran dan administrasi, dan lainnya yang layak diterima sesuai ketentuan yang berlaku. Dari sudut pandang makro, pemerintah dapat mengetahui apakah bisnis tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga tercapai pertumbuhan PDRB dan kenaikan pendapatan per kapita.
Umumnya, dalam menjalankan sebuah bisnis tentunya setiap pelaku usaha membutuhkan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional maupun investasi. Pelaku usaha tentu mengharapkan bahwa uang yang dikeluarkan tersebut nantinya dapat memberikan laba bagi bisnis tersebut. Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan bisnis harus diperhitungkan agar pelaku usaha dapat melihat apakah bisnis tersebut memberikan laba atau tidak. Oleh karena itu, studi kelayakan bisnis dilakukan untuk menilai sejauh mana laba yang dapat diperoleh salama umur usaha tertentu. Penentuan panjangnya umur usaha dapat berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis dapat dilihat dengan 3 cara (Nurmalina et al. 2010):
1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai,
ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada dibisnis.
2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan
perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila terjadi keusangan teknologi.
(35)
3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur usaha ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di
discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka
present value akan kecil sekali karena nilai discount rate yang medekati nol. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek sehingga diperlukan berbagai informasi atau pengetahuan dari berbagai unsur atau disiplin ilmu. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam 2 kelompok yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Banyaknya aspek yang perlu dikaji disesuaikan dengan karakteristik masing-masing bisnis. Tiap-tiap aspek kelayakan bisnis tidak berdiri sendiri melainkan harus saling berkaitan. Oleh karena itu, kesalahan atau ketidakcermatan pada satu aspek akan berpengaruh terhadap hasil analisis studi kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto 2010).
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha
1. Aspek Pasar
Menurut Nurmalina et al. (2010), sebelum melaksanakan bisnis hendaknya
dilakukan analisis terhadap aspek pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud atau bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri sehingga produk
dapat menjadi leader. Dari segi pemasaran kegiatan bisnis dapat diharapkan
beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran serta menghasilkan jumlah yang memadai dan menguntungkan. Oleh karena itu, agar suatu bisnis dapat dikatakan layak secara aspek pasar maka berbagai hal yang bersangkutan dengan pasar dan pemasaran produk perlu ditelaah. Beberapa hal yang perlu dipelajari pada aspek pasar dan pemasaran diantaranya:
a. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.
b. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan.
c. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan penetapan harga para
pesaing serta dilihat dari harga pokok produksi.
d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
2. Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Hal-hal yang penting
untuk dikaji menyangkut aspek teknis adalah (Nurmalina et al. 2010):
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis dilaksanakan baik untuk
(36)
b. Besarnya skala operasi/luas produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan ekonomis.
c. Kriteria pemilihan peralatan utama dan alat pendukung serta konsep dari
yang akan didirikan.
d. Cara proses produksi dilakukan untuk menghasilkan output yang
berkualitas.
e. Jenis teknologi yang digunakan.
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam operasi mempelajari bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan. Perlu diketahui bahwa mengevaluasi aspek manajemen lebih sulit dilakukan dengan aspek lain karena sifatnya yang tidak kasat mata serta cenderung kepada hal-hal kualitatif.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek hukum mempelajari tentang bentuk
badan usaha yang akan digunakan dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping itu aspek hukum diperlukan dalam mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang dipelajari yaitu
penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek ini juga mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut bagi lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Pertimbangan-pertimbangan sosial lain harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu bisnis yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut.
Nurmalina et al. (2010) menilai bahwa aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Sebuah bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial budaya dapat
member kesejahteraan. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek lingkungan
mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhdap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin merusak lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dam kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis sendiri, sebab tidak ada bisnis yang mampu bertahan lama apabila tidak dapat bersahabat dengan lingkungan.
(37)
5. Aspek Finansial
Banyak perusahaan yang menutup usahanya karena salah dalam melakukan analisis keuangan (Suliyanto 2010). Kesalahan dalam analisis keuangan dapat disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi, maupun kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu, analisis aspek keuangan dapat dipisahkan dari analisis pada aspek non finansial. Menurut Suliyanto (2010) analisis pada aspek hukum berkaitan dengan biaya untuk mengurus perizinan, aspek lingkungan berkaitan dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan dalam rangka menjalin hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitar, analisis aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan proyeksi penjualan/pendapatan, analisis aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan pembangunan serta biaya pengadaan peralatan dan teknologi, dan analisis aspek manajemen berkaitan dengan biaya operasional untuk membayar tenaga kerja.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek finansial mempelajari berapa
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan kemudian dipelajari darimana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Berapa banyak investor yang bersedia menanamkan dananya dalam kegiatan bisnis, darimana dan dalam jumlah berapa pinjaman yang dapat diperoleh bila dana dari investor tindak mencukupi, bagaimana persyaratan peminjaman, dan sejauh mana kemampuan bisnis untuk memenuhi persyaratan di masa yang akan datang.
Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang usaha dibidang kuliner semakin berkembang seiring dengan minat masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata kuliner terutama pada restoran yang baru dirintis. Meningkatnya minat masyarakat akan dunia kuliner dimanfaatkan oleh para pemilik restoran untuk mengembangkan usahanya sehingga menciptakan persaingan yang semakin ketat. Restoran pun kini semakin beragam dimana tidak hanya menonjolkan makanan sebagai menu utama namun ada pula yang menonjolkan minuman sebagai produk andalan.
Usaha Restoran Momomilk merupakan restoran yang mengusung tema peternakan dengan menu andalan berupa susu dan produk olahan lainnya. Tema ini dipilih karena sesuai dengan produk andalan restoran sekaligus untuk menghadapi persaingan yang ada. Di Kota Bogor, restoran yang menjadikan susu sebagai produk minuman utama masih sedikit. Restoran ini mengambil segmen dan target pasar pelajar dan mahasiswa karena dirasakan memiliki peluang yang cukup besar melihat kegemaran pelajar dan mahasiswa untuk melakukan kegiatan wisata kuliner dengan tempat yang nyaman dan harga produk yang terjangkau.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk. Terdapat 2 aspek yang akan diteliti, yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek pasar dapat dilihat dari potensi dan target pasar serta startegi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola. Aspek teknis dapat dilihat dari lokasi bisnis, proses produksi, dan tata letak Restoran Momomilk. Aspek manajemen dan hukum dapat dilihat dari bentuk
(38)
badan usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing pegawai, dan sistem penggajian pegawai.
Pada aspek sosial ekonomi dan lingkungan, hal yang akan diteliti adalah bagiamana dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya usaha Restoran Momomilk baik bagi masyarakat sekitar lokasi usaha maupun pemerintah serta pengaruh kegiatan yang dilakukan oleh Restoran Momomilk terhadap lingkungan sekitar. Untuk aspek finansial, bisnis dianalisis dengan
menggunakan kriteria investasi diantaranya NPV, Net B/C, IRR, PP. Setelah
analisis kelayakan finansial dilakukan, selanjutnya akan dianalisis nilai pengganti (switching value) terhadap 2 variabel penting diantaranya jika terjadi peningkatan
harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk Momomilk.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi bagi pemilik Restoran Momomilk dan menilai laba yang dihasilkan dari usaha ini. Diagram kerangka alir pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
(39)
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor
1. Setiap restoran membuat keunikan tersendiri untuk menghadapi persaingan 2. Restoran di Kota Bogor yang menjadikan susu sebagai menu utama masih sedikit
Analisis Nilai Pengganti
(Switching Value)
Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk
1. Restoran Momomilk mengusung tema peternakan dengan menu utama susu 2. Besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh pemilik Restoran Momomilk
Aspek Non Finansial Aspek Finansial
1. Analisis Laporan Laba Rugi 2. Analisis Arus Kas (Cash flow) 3. Analisis Kriteria Investasi 1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis
3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek Sosial Ekonomi dan
Lingkungan
Rekomendasi
Tidak layak
Tinjauan Ulang
Layak
(40)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Restoran Momomilk yang berlokasi di Jalan Bukit Tunggul No. 11 Taman Kencana Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa usaha Restoran
Momomilk baru berjalan selama 7 bulan yaitu Juni hingga Desember 2013, namun ingin diidentifikasi apakah sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran Momomilk. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya pajak, serta penerimaan dari penjualan produk. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, laporan keuangan Restoran Momomilk, serta instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor.
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan bagi pemilik restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran Momomilk. Instrumentasi pendukung lainnya adalah komputer sebagai alat pencarian literatur dari internet serta pencatat dan perekam data yang digunakan selama proses wawancara.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan langsung ke lokasi restoran dengan melakukan wawancara dengan pemilik restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran Momomilk. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan wawancara ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, penelusuran literatur dari berbagai sumber buku dan artikel.
Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dianalisis berdasarkan aspek non finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Sedangkan data kuantitatif dianalisis berdasarkan aspek finansial dengan kriteria kelayakan investasi dan analisis nilai pengganti.
(41)
Analisis Kelayakan Non Finansial
Subyek yang akan diteliti yaitu Restoran Momomilk dengan tujuan untuk memperoleh gambaran kelayakan usahanya melalui aspek non finansial dan finansial. Analisis kelayakan aspek non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial, dan aspek lingkungan. Pada aspek pasar, variabel yang akan dianalisis meliputi potensi dan target pasar serta strategi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola. Pada aspek teknis, variabel yang akan dianalisis meliputi lokasi bisnis, proses produksi, dan tata letak Restoran Momomilk. Pada aspek manajemen dan hukum variabel yang akan dianalisis adalah bentuk badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing pegawai, dan
sistem penggajian pegawai. Sedangkan pada aspek ekonomi sosial dan lingkungan, variabel yang akan dianalisis yaitu bagaimana dampak dari keberadaan Restoran Momomilk terhadap lingkungan sekitar lokasi restoran dan apakah keberadaan usaha menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan aspek finansial Restoran Momomilk mengggunakan laporan laba rugi dan arus kas. Dasar penilaian kriteria kelayakan finansial
menggunakan metode kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period
(PP), serta analisis nilai pengganti untuk melihat kondisi kelayakan finansial
usaha jika terjadi peningkatan harga input susu pasteurisasi dan penurunan harga
jual produk Momomilk. Laporan Laba Rugi
Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam pengelolaan bisnis adalah menyusun laporan laba rugi yang berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi
atau produksi (Nurmalina et al. 2010). Laporan laba rugi menggambarkan kinerja
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari 4 jenis kegiatan dalam suatu bisnis. Keempat jenis kegiatan tersebut terdiri dari pendapatan dari penjualan produk dan jasa, beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta beban keuangan dalam menjalankan bisnis. Format penyusunan laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 3.
(42)
Tabel 3 Format laporan laba rugi
No. Uraian Keterangan
1 Penerimaan A = B + C
Penerimaan usaha B
Penerimaan luar usaha C
2 Biaya variabel D
3 Marjin kotor E = A – D
4 Biaya tetap F
5 Laba kotor (laba sebelum bunga dan
pajak)
G = E – F
6 Bungaa (r%) H
7 Laba sebelum pajak I = G – H
8 Pajakb (t%) J
9 Laba bersih K = I – J
Sumber : Nurmalina et al. 2010 a
Jumlah bunga yang dibayarkan = r% x total hutang b
Jumlah pembayaran pajak = t% x laba sebelum pajak
Laporan Arus Kas
Menurut Nurmalina et al. (2010) aliran penerimaan dan pengeluaran dalam
bisnis dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yakni aktivitas keuangan yang
mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu. Cash flow disusun
untuk menunjukkan perubahan kas dalam satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan darimana
sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunanaanya. Pada studi kelayakan bisnis, cash
flow menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen,
investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungakan kelayakan
berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada. Penyusunan cash flow berbeda
dari satu bisnis dengan bisnis lainnya karena dipengaruhi oleh jenis bisnis itu sendiri, proses kegiatan produksi, serta keadaan kesiapan dimulainya suatu bisnis.
Unsur yang terdapat dalam laporan arus kas yaitu inflow (arus penerimaan),
outflow (arus pengeluaran), laba bersih, dan laba bersih tambahan bila diperlukan. Tabel 4 menggambarkan penyusunan laporan arus kas.
(1)
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
8 Alat kebersihan 60.000 60.000
9 Speaker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat sampah 85.500 85.500
12 Nomor meja 494.000
13 Kipas angin 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25.000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 Whiteboard 179.900
20 Septic tank 15.450.000
Kendaraan 14.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya operasional Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 116.983.337 150.407.148 200.542.864 200.542.864 200.542.864 2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743 3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437 4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000 Total biaya variabel 733.600.025 943.200.033 1.257.600.043 1.257.600.043 1.257.600.043
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794 2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000 3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993 4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000 6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794 Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581 TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.416.653.364 1.821.411.468 2.428.548.625 2.428.548.625 2.428.548.625 TOTAL OUTFLOW 1.500.188.664 1.911.411.468 2.435.860.025 2.429.594.125 2.435.860.025 III Net benefit sebelum pajak (982.364) 16.139.489 134.207.918 140.473.818 156.212.118 Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955 IV Net benefit setelah pajak (58.034.709) (47.793.500) 39.703.963 45.969.863 61.708.163
(2)
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
VI PV/tahun (51.267.411) (37.297.179) 27.371.247 27.995.453 33.197.890 PV benefit/tahun 1.324.387.191 1.504.225.734 1.771.761.760 1.565.160.565 1.394.488.543 PV cost/tahun 1.325.255.004 1.491.630.770 1.679.241.071 1.479.612.601 1.310.449.212
NPV Rp0
IRR 13,20%
PV positif 51.267.411
PV negatif (51.267.411)
Net B/C 1,00
(3)
Lampiran 9 Analisis
switching value
penurunan tingkat penjualan produk
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
I INFLOW
1 Penjualan produk 1.486.649.563 1.911.406.580 2.548.542.107 2.548.542.107 2.548.542.107
2 Nilai sisa 22.004.200
TOTAL INFLOW 1.486.649.563 1.911.406.580 2.548.542.107 2.548.542.107 2.570.546.307
II OUTFLOW
A Biaya investasi
Renovasi awal 5.000.000
Renovasi Januari 2014 90.000.000
Peralatan dapur
1 Kompor gas 680.000
2 Wajan 160.000
3 Pisau 159.000
4 Blender 1.460.000 1.460.000 1.460.000
5 Frezzer 10.800.000
6 Dispenser susu 170.000
7 Scoop es 120.000 120.000
8 Gelas ukur 1 Liter 39.000 39.000
9 Gelas the tarik 180.000 180.000
10 Rice cooker 1.100.000
11 Container perasa 82.500 82.500
12 Panci 160.000
13 Coolbox 202.000
14 Talenan 61.500 61.500
15 Pemotong kentang 115.000
16 Teko kopi 46.000
17 Botol sirup 90.000 90.000
18 Baki Kayu Bulat 159.000
19 Baki Kayu Segi 4 271.500
20 Baskom 42.000 42.000
Peralatan makan 5.504.400 5.504.400 5.504.400
Peralatan lainnya
1 Meja tamu 5.700.000
(4)
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
3 Meja+kursi kantor 4.417.000
4 Komputer 4.680.000
5 Printer 1.289.000
6 Loker bill 200.000
7 Brangkas 399.000
8 Alat kebersihan 60.000 60.000
9 Speaker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat sampah 85.500 85.500
12 Nomor meja 494.000
13 Kipas angin 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25.000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 Whiteboard 179.900
20 Septic tank 15.450.000
Kendaraan 14.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya operasional Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
(5)
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
TOTAL OUTFLOW 1.487.631.927 1.895.267.092 2.414.334.189 2.408.068.289 2.414.334.189
III Net benefit Sebelum Pajak (982.364) 16.139.489 134.207.918 140.473.818 156.212.118
Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
IV Net benefit Setelah Pajak (58.034.709) (47.793.500) 39.703.963 45.969.863 61.708.163
V DF (DR=13.20%) 0,8834 0,7804 0,6894 0,6090 0,5380
VI PV/tahun (51.267.411) (37.297.179) 27.371.246 27.995.453 33.197.890 PV benefit/tahun 1.313.294.667 1.491.626.956 1.756.922.210 1.552.051.422 1.382.908.028
PV cost/tahun 1.314.162.480 1.479.031.992 1.664.401.521 1.466.503.458 1.298.868.696
NPV Rp0
IRR 13,20%
PV positif 51.267.411
PV negatif (51.267.411)
Net B/C 1,00
(6)