Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ❸ ❹ dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan. 2 Membuat kategori. Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. 3 Mereduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data penelitian. 130 4 Menyajikan data terfokus. Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad Idrus bahwa: Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. 131 Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan. 5 Menganalisis data. 6 Memaknai temuan penelitian. 132 130 Moleong, Metodologi Penelitian, hal. 247. 131 Muhammad Idrus, ❺ ❻ ❼❽❾ ❿ ❼ ➀ ❼➁ ❼ ➂ ➃ ❽ ➃ ➄ ➁ ➅ ➂ ➆➇ ➈ ❾➉ ➃ ➄ ➂ ➀ ❼➁ ❿ ❼➊ ➄ ❽ ➄ ➁ ➋ ➇ ➄ ➂ ➃ ❽ ➄ ❽ ➃ ➌ ❿ ➄ ➁ ➋ ➇ ➄ ➁ ❽ ➃ ❽ ➄ ❽ ➃ ➌ ➍ , Jakarta :Erlangga, 2009, hal.151. 132 Kusaeri, ❺ ❻ ❼❽❾ ❿ ❾➂ ❾ ➎ ➃ ➀ ❼➁ ❼ ➂ ➃ ❽ ➃ ➄ ➁ ➍ , hal. 209. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 81

BAB IV SSEJARAH KEGIATAN MAIYAH BANGBANG WETAN

A. Maiyah

Maiyahan, secara epistimologi berasal dari bahasa arab, yaitu, ma’a, yang berarti “dengan, bersama, dan beserta”. Menjadi Ma’ana yang berarti “bersama kita”. Lalu Ma’iya yang berarti “bersamaku”. Sehingga Ma’iyah berarti “kebersamaan”. Dalam pengucapan masyarakat Indonesia akhirnya diplesetkan menjadi maiya, maiyah, atau maiyahan. Maiyahan sendiri bisa dimaknai “seseorang atau kelompok orang dalam kondisi mengikuti acara Maiyah”. Sehingga untukmenggambarkan hal tersebut, serta kebisasaan jawa,menambahkan kata akhiran “-an” pada kahir kata Maiyah, sehingga dibaca Maiyahan, yang berarti “sedang mengikuti Maiyah”. Untuk lebih jelasnya, missal terdapat kalimat ajakan “ayo ikut maiyah?”. Akan terasa sulit diucapkan oleh orang Indonesia, khususnya jawa. Sehingga orang akan mengganti kalimat ajakan dengan “ayo maiyahan?”, yang memiliki arti sama dengan kalimat ajakan sebelumnya. Sedangkan asal usul Jamaah Maiyah, secara epistimologi berasal dari kata “Jama’ dan Maiyah”. Jama’ dalam bahasa arab berarti “kumpulan”, sedangkan jama’ah berarti “kumpulan orang”, lalu Maiyah berarti “bersama-sama”. Sehingga arti Jama’ah Maiyah secara digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id epistemology ialah “kumpulan orang yang bersama-sama” atau disederhanakan menjadi “kumpulan bersama”. Makna Maiyah dan kemaiyahaan itu sendiri adalah menemukan resonansi dan artikulasi yang bisa sangat beragam di endapan hati dan benak mereka yang pernah, sedang, masih bersamanya. Sebagai salah satu formula penyelamatan yang beerpijak dari landasan penyadaran, kita yakini Maiyah bisa menjadi usulan solusi atas segala luka dan keterpurukan kita bersama.

B. Sejarah Maiyah Bangbang Wetan

Kalau ditarik kebelakang, Padhang mBulan memang menjadi awalan dari berbagai simpul Jamaah Maiyah yang sekarang sudah ada di berbagai kota. Kenduri Cinta di Jakarta, Macopot Syafaat di Jogja, Gambang Syafaat di Semarang, kemudian Bangbang Wetan di Surabaya. Ide awal penyelenggaraan Bangbang Wetan tentunya dari para sesepuh Maiyah di Jogja dan Jombang yang menilai pada saatnya di Surabaya diadakan Forum Maiyah. Di Surabaya sebenarnya sudah pernah ada rutinan Haflah Sholawat yang menghadirkan Cak Nun. Namun karena acara tersebut telah lama vakum, mulai ada rasa kangen untuk dibuat lagi semacam forum maiyah seperti simpul di kota-kota yang lain. Tahun 2006 adalah titik awal perjalanan Bangbang Wetan sebagai wadah baru bagi Jamaah Maiyah. Beberapa jamaah yang aktif di Padhang mBulan yang berdomisili di Surabaya dan Sidoarjo atas arahan dari