Rumusan Masalah Hemoglobin Hubungan Berat Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia dan Tidak Menderita Anemia di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013

lahir. Berat badan lahir rendah ini merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal Depkes RI, 2008. Berat badan merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui satu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut : 1 Faktor internal Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada masa kehamilan. 2 Faktor eksternal Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil. 3 Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care ANC. WHO memperkirakan bahwa prevalensi BBLR dinegara maju sebesar 3-7 dan di negara berkembang berkisar antara 13-38. Untuk Indonesia belum ada angka pasti secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 dari seluruh kelahiran hidup Moehji, 2003.

1.2 Rumusan Masalah

Anemia pada kehamilan adalah permasalahan yang sangat sulit diatasi. Anemia dalam kehamilan berdampak pada kesejahteraan ibu dan janin baik pada masa hamil, bersalin dan masa nifas serta perkembangan dan pertumbuhan bayi yang dilahirkan. Anemia pada kehamilan akan menambah risiko kelahiran bayi berat badan lahir rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Utama

Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang menderita anemia. 2. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang tidak anemia. 3. Mengetahui hubungan kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang menderita anemia berdasarkan prevalensi kelahiran bayi dari ibu anemia di RSUP Haji Adam Malik. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Memberikan penyuluhan di samping upaya kuratif dan rehabilitatif kepada ibu hamil dan institusi pelayanan. 1.4.2 Sebagai bahan masukan dan dapat menginformasikan bagi masayarakat dan pihak terkait lainnya sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan anemia. 1.4.3 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologis Kehamilan 2.1.1 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menurun Cunningham dkk, 2005. Penyesuaian hemopoesis merupakan salah satu dari perubahan yang mengambil tempat pada tubuh ibu selama kehamilan. Semuanya untuk menyediakan pertumbuhan dan perkembangan dari embrio dan fetus. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi kemajuan kehamilan dengan peningkatan sirkulasi dari feto-plasenta unit dan peningkatan kebutuhan oksigen dari tubuh ibu, plasenta dan perkembangan anak. Walaupun ibu dan embrio atau fetus mempunyai sirkulasi darah yang terpisah, hemopoiesis individual, produksi eritropoetin dan regulasi hemopoiesis yang independen, tetapi anemia dan defisiensi oksigen pada ibu mempunyai pengaruh yang reaktif terhadap hemopoiesis fetus Huch Breymann, 2005. Peningkatan dari volume plasma adalah penyebab anemia fisiologis pada kehamilan. Volume plasma yang meningkat menyebabkan hematokrit, konsentrasi hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit di sirkulasi mengalami penurunan tetapi tidak mengurangi jumlah absolut dari hemoglobin atau jumlah eritrosit pada keseluruhan sirkulasi. Volume plasma mulai meningkat dari minggu ke-6 kehamilan tetapi tidak sesuai dengan jumlah sel darah merah. Biasanya peningkatan volume plasma mencapai puncaknya pada minggu ke-24 kehamilan tetapi bisa juga meningkat terus hingga minggu ke-37 kehamilan. Pada puncaknya, volume plasma pada wanita Universitas Sumatera Utara yang hamil adalah 40 lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang tidak hamil Means Jr, 2009. Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut, dijumpai beberapa perubahan sirkulasi darah yaitu: a Volume darah Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah hemodilusi dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah volume darah bertambah sebanyak 25-30 sedangkan sel darah merah hanya sekitar 20. Curah jantung akan bertambah sekitar 30. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu. Peningkatan dari volume plasma ini adalah untuk meringankan kerja jantung akibat curah jantung yang meningkat semasa kehamilan. b Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah 10.000ml. Hemodilusi yang disertai anemia menyebabkan laju endap darah semakin tinggi dan mencapai 4 kali dari angka normal. Universitas Sumatera Utara Pengenceran darah hemodilusi pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma sekitar 30-40, peningkatan sel darah merah bertambah sebanyak 18-30 dan hemoglobin bertambah sebanyak 19. Secara fisiologis, hemodilusi terjadi untuk membantu meringankan kerja jantung. Hemodilusi terjadi sejak usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr , maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb ibu akan menurun menjadi 9,5-10,0 gr.

2.1.2 Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan serta organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalikan oleh genom Cuningham dkk, 2005. Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan Lin Forgas, 1998. Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah di mana sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 ghari pada usia 15 minggu, 15-20 ghari pada minggu ke-24, dan 30-35 ghari pada usia gestasi 34 minggu Cuningham dkk, 2005. Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin, mekanisme selular dan molekular yang sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada kehidupan awal janin, penentu utama pertumbuhan adalah genom janin tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi semakin penting. Universitas Sumatera Utara

2.2 Hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Pada ibu hamil, terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu, sehingga menyebabkan ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin. Hemoglobin ialah protein globular yang mengandung besi. Hemoglobin terbentuk dari 4 rantai polipeptida rantai asam amino, terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Masing-masing rantai tersebut terdiri dari 141-146 asam amino. Struktur setiap rantai polipeptida yang tiga dimensi dibentuk dari delapan heliks bergantian dengan tujuh segmen non heliks. Setiap rantai mengandung grup prostetik yang dikenal sebagai heme, yang bertanggungjawab pada warna merah pada darah. Molekul heme mengandung cincin porphirin. Pada tengahnya, atom besi bivalen dikoordinasikan. Molekul heme ini dapat secara reversible dikombinasikan dengan satu molekul oksigen atau karbon dioksida. Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, fungsi hemoglobin juga adalah untuk memperlancar pengangkutan karbon dioksida CO 2 dari jaringan ke dalam paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Hemoglobin dapat langsung mengikat CO 2 jika oksigen dilepaskan dan sekitar 15 CO 2 yang dibawa di dalam darah diangkut langsung oleh molekul hemoglobin. C0 2 bereaksi dengan gugus α-amino terminal amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek Bohr Murray dkk, 2003. Kadar hemoglobin ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia disebabkan oleh kadar hemoglobin yang rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi Universitas Sumatera Utara dan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin. Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin metode Sahli. Metode ini masih banyak digunakan di laboratorium dan merupakan metode yang paling sederhana.

2.3 Anemia