Gayatri Rajapatni dan Narasi Bhinneka Tunggal Ika

sejak 1000 tahun yang lalu. Kedua, kawasan-kawasan yang disebut dalam penelitian ini merupakan kawasan spiritual. Pada masa Majapahit, kawasan ini merupakan kawasan tujuan ziarah. Bila ingin menghidupkan kembali pariwisata sejarah, maka hendaklah dikembangkan model wisata spiritual. Ketiga, nama Gayatri Rajapati tidak layak dijadikan sebagai nama terminal. Konsep ini harus segera diganti karena itu bentuk pelecehan. Beliau adalah prajnaparamitha, dalam tradisi Siwa-Buddha bermakna pengetahuan yang tak mendua, dalam tradisi Islam disebut maktifat. Beliau layak menjadi simbol pendidikan dan spiritualitas bangsa. Keempat, hari jadi kota Tulungagung seharusnya tidak dinisbatkan pada Raja yang berskandal seperti sosok Kertajaya. Seharusnya ada keberanian mengaitkan Tulungagung dengan Erlangga atau Sri Gayatri Rajapatni. Bila ditarik dari angka penahbisan Erlangga di Gua Pasir pada 9411029 maka akan genap menjadi 998 tahun. Bila ditarik dari pendarmaan Sri Gayatri Rajapatni pada 1362 maka akan genap menjadi 655 tahun. DAFTAR PUSTAKA Berg, Bruce L., Qualitative Research Method for Social Sciences, USA: Allyn Bacon A Pearson Education Company, 2001. Berg, C.C., “Arjuna Wiwaha. Erlangga’s levensloop en bruiloftslied”, BKI, 97. _________, Het Rijk van de vijfvoudige Buddha, Amsterdam, 1962. Boechari: “Rakryān mahāmantri i hino A study on the highest court dignitary of Ancient Jawa up to the 13th centeru A.D.,” Journal of Historical Society, University of Singapore, 1967. Buchari, “Sri Maharaja Mapanji Garasakan”, Madjallah llmu- ilmu Sastra Indonesia, 1967. Bramantyo, Hastho dan Dwi Woro Retno Mastuti, Kakawin Sutasoma, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009. Bullough, Nigel, “Menelusuri Jalan Perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Lamajang pada Tahun 1281 CE. 1359 M”. Paper Tidak Diterbitkan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, 2004. Cahyono, Dwi, dkk., Tapak Budaya Tulungagung, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, 2010. Cœdès, George, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia; Forum Jakarta-Paris; Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2015. Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Drake, Earl, Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012. Djafar, Hasan, Girīndrawardhana: Beberapa Masalah Majapahit Akhir , Jakarta: Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda, 1978. Ensink, J., On the Old-Javanes and Cantakaparwa and Its Tale of Sutasoma , ‘S-Gravenhage-Martinus Nijhof, 1967. Foucault, Michel, PowerKnowledge: Selected Interviews and Othres Writings 1927-1977, New York: Pantheon Book, 1980. _________, The Archaeology of Knowledge, London and New York: Routledge, 2002. Gomperts, Amrit, “A Possible Location of Gajah Mada’s Madakaripura”, Wacana, Vol. 8, No. 1, April 2006. Geldern, R. von Heine, “Conceptions of State and Kingship in South-east Asia”, F.E.Q., Vol. 22, Nov, 1942. Hinzler, H.I.R. ed., Studied in South and Southeast Asia Archaeology, Jilid 2. Leiden: Koentji Press, 1988. historia.idkunocerita-panji-di-candi-miri-gambar, diakses pada 30 Desember 2016. Hall, D.C.E. ed., Historians of Southeast Asia, New York, 1963. Hobart, Angela, “The Enlightened Prince Sutasoma: Transformations of a Buddhist Story”, Indonesia, no. 49 1990. Hobart, Angela, “The Enlightened Prince Sutasoma: Transformations of a Buddhist Story”, Indonesia, No. 49, 1990. Kern “De Sanskrit-incriptie van het Mahaksobhya-beeld te Simpang, stad Surabaya, 1211 Ҫaka”, VG, VII, 1917. Kriswanto, Agung penj., Pararaton, Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sasta, 2009. Kinney, Ann R., Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java , Honolulu: University of Hawai’i Press, 2003. Munandar, Aris, makalah berjudul “Hubungan Bali dan Jawa Timur: Kajian terhadap Arsitektur Keagamaan dalam Abad