ANALISIS PERUBAHAN EKONOMIC BASE KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2000-2011

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERUBAHAN EKONOMIC BASE KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2000-2011

Oleh

GOGOR PRIAMBODO

Sejak diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah menempatkan setiap pemerintah daerah menjadi pemegang kunci dalam rangka keberhasilan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan ekonomi regional. Dalam proses pembangunan ekonomi biasanya akan diikuti oleh proses perubahan struktur ekonomi. Selama ini sektor pertanian masih dianggap mampu menjadi sektor andalan dalam kontribusinya terhadap pendapatan baik di tingkat nasional maupun regional. Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang mendukung kemajuan sektor pertanian. Namun seiring berjalannya waktu peranan sektor pertanian semakin menurun yang mencerminkan suatu proses transformasi struktural. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi Kabupaten Lampung Tengah selama periode 2000 hingga 2011 serta mengetahui bagaimana kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian daerah Kabupaten Lampung Tengah. Dalam analisis data dan pembahasan digunakan analisis shift share untuk melihat perubahan/pergeseran struktur ekonomi, Location quotient (LQ) untuk melihat sektor basis dan non-basis serta kontribusi sektor pertanian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir Kabupaten Lampung Tengah masih berbasis pada sektor pertanian. Pada tahun 2000 sampai 2010, sektor pertanian kabupaten Lampung Tengah memiliki angka Indeks LQ diatas satu yang kemudian menurun ada tahun 2011 menjadi 0,96. Untuk sektor pertambangan dan penggalian, sejak tahun 2000 sampai tahun 2011 memiliki angka indeks dibawah satu yang menunjukan bahwa sektor tersebut bukanlah sektor basis di Kabupaten Lampung Tengah. Hasil perhitungan metode Location quotient (LQ), sektor-sektor yang termasuk dalam sektor basis dengan indikasi nilai LQ lebih dari satu (LQ>1) adalah sektor industri dan pengolahan, Angka indeks tersebut menunjukan bahwa sektor industri pengolahan, listrik air dan gas merupakan sektor basis di Kabupaten Lampung Tengah. Pada sektor tersebut, selama tahun 2000 sampai 2010 memiliki nilai yang fluktuatif. Nilai indek tertinggi sektor industri pengolahan, terjadi pada tahun 2000 yang mencapai angka 1,22 sedangkan angka indeks terendah terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 1,11.

Secara keseluruhan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian menunjukkan hasil yang baik karena selama periode ini sektor tersebut mampu menjadi sektor basis di Kabupaten Lampung Tengah.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CHANGES IN EKONOMIC BASE LAMPUNG CENTRAL DISTRICT OF 2000-2011

BY

GOGOR PRIAMBODO

Since the implementation of regional autonomy puts every local government to be a holder of the successful implementation of key government and regional economic development. In the process of economic development will normally be followed by a process of structural change in the economy. During the agricultural sector is still considered to be capable of becoming the leading sectors in the contribution to earnings in both the national and regional levels. The development of the agricultural sector is one of the strategies in spurring economic growth. Central Lampung regency has the potential to support agricultural progress. But over time the role of the agricultural sector has declined reflecting a process of structural transformation. This study aims to determine the change in the economic structure of Central Lampung regency during the period 2000 to 2011 and find out how the contribution of agriculture to the economy of Central Lampung regency. In the data analysis and discussion of the shift share analysis is used to see the change / shift in the economic structure, Location quotient (LQ) to see the sector base and non-base as well as the contribution of the agricultural sector.

The results showed that within the last ten years Central Lampung is still based on agriculture. In 2000 and 2010, the agricultural sector has a number of Central Lampung regency LQ above the existing one and then decreased in 2011 to 0.96. For mining and quarrying sector, since 2000 to 2011 have index numbers below one indicates that the sector is not a sector basis in Central Lampung regency. The results of the calculation method of Location quotient (LQ), the sectors included in the base sector LQ value indicative of more than one (LQ> 1) is the industrial and processing sectors, the index figures showed that manufacturing, electricity water and gas sector is bases in Central Lampung regency. In this sector, during the years 2000 to 2010 has a fluctuating value. The highest index value of the manufacturing sector, which occurred in 2000 reached 1.22 while the lowest index numbers occurred in 2011 which reached 1.11.

Overall contribution of agriculture to the economy showed good results as during this period the sector is able to be a sector basis in Central Lampung regency.


(3)

ANALISIS PERUBAHAN ECONOMIC BASE KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (PERIODE 2000 – 2011)

Oleh

Gogor Priambodo

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 8 November 1990, sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Sutarto dan Herlin Iriansih.

Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 2 Teladan Rawalaut pada tahun 1997. Kemudian setelah lulus pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(8)

“Lakukan apapun yang kamu sukai, jadilah konsisten, dan sukses akan datang dengan sendirinya”.


(9)

Bapak dan Ibuku tercinta Sutarto dan Herlin

Iriansih

Kakak ku Damayanti,

Adik-adiku Merisa Fadhila, Egi Prabowo dan

Tania Amanda

Budeku tercinta Winarsih, Sepupuku Wika

Serta


(10)

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perubahan Economic Base kabupaten Lampung Tengah 2000 -2011”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E., sebagai pembimbing skripsi. 4. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si, sebagai dosen penguji. 5. Ibu Asih murwiati, S.E., M.E sebagai dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi&Bisnis.

7. Ibu Yati, Ibu Mar, Mas Wandi, Mpok Nurul, Mas Nanang, Pak Feri, dan Yuk Ani yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya.

8. Kedua Orang Tuaku (Sutarto dan Herlin Iriansih) atas seluruh kasih sayang, doa, dan dukungan moril maupun materiil demi kelancaran kuliahku

9. Kakak dan adik-adikku tersayang Mba Damayanti, Merisa Fadhila, Egi Prabowo dan Tania Amanda.

10.Bukdeku Winarsih dan Kakak Sepupuku Mba Wika yang telah mendukung moril maupun materiil.


(11)

skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku seperjuangan Ekonomi Pembangunan Angkatan 2009 , Guntur, Palda, Septony, Bayu, Ogy, Arpan, Markus, Doy, Gerchad, Geral, Bintang, Pandu, Macro, Mediansyah, Eky, Ical.

13.Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 Nasir, Apri Tua, Iduy, Edo.

14.Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2007 Bang Dany dan Bang Sena

15.Sahabat-sahabatku Rizky Yovanda, Agung Adi Putra, Joko Ahmadi, Mukti Kurniawan, Agung Adriansyah, Darmendra, Irsan, Lindra, Fathansa Bintang, Kurniawan, Alm. Elvansep Virgares.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(12)

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Pemikiran ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 9

1. Teori Pembangunan Ekonomi ... 10

2. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 13

3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 17

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 18

5. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) ... 24

6. Teori Sektor Basis Ekonomi ... 25

7. Model Pertumbuhan Interregional (Perluasan dari teori basis) ... 28

8. Produk Domestik Regional Bruto ... 31

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 35

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data ... 39

B. Metode Pengumpulan Data ... 39


(13)

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 43

2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi ... 44

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 44

4. Sektor Sektor Ekonomi ... 44

D. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 45

1. Sejarah singkat Kabupaten Lampung Tengah ... 45

2. Keadaan Geografis ... 48

3. Posisi Strategis ... 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis LQ ... 52

B. Analisis Perubahan Struktur Pada Sektor Nonekstraktif ... 55

C. Analisis Perubahan Struktur Pada Sektor Ekstraktif ... 56

D. Analisis Perubahan Struktur Pada Sektor Fasilitattif ... 57

E. Analisis Shift Share ... 57

E. Implikasi Perhitungan ... 60

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

Tabel Halaman

1. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Lampung 2009-2011 Atas dasar Harga

Konstan (dalam juta) ... 5

2. PDRB Sektoral Kabupaten Lampung Tengah 2009-2011 Atas Dasar Harga Konstan (dalam juta) ... 6

3. Hasil Penelitian Terdahulu ... 37

4. Indeks LQ Kabupaten Lampung Tengah 2000-2011 ... 52

5. Nilai LQ Sektor Nonekstraktif Kabupaten Lampung Tengah 200-2011 ... 55

6. Nilai LQ Sektor Ekstraktif Kabupaten Lampung Tengah 2000-2011 ... ... 56

7. Nilai LQ Sektor Fasilitatif Kabupaten Lampung 2000-2011 ... 57

8. Rasio PDRB Kabupaten Lampung Tengah dan Provinsi Lampung ... 57


(15)

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 8 2. Peta Lokasi Kabupaten Lampung Tengah ... 50 3. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Tengah ………... 51


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah kabupaten/kota diharapkan mampu mandiri di dalam penyelenggarakan pemerintahan, menentukan kebijakan pembangunan serta pendanaan. Kondisi ini akan mampu meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber potensi yang dimiliki daerah,

sehingga ketergantungan pada pemerintah pusat diusahakan seminimal mungkin. Munir (2002), menyatakan bahwa kunci keberhasilan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah dimana kebijakan pembangunan daerah ditekankan pada kekhasan karakteristik daerah yang bersangkutan dengan mengunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Oleh karena itu penelitian yang

mendalam tentang struktur setiap daerah dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi


(17)

infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada bidang-bidang yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (BPS, 2011).

Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi.

Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua pihak yang berkepentingan. Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah yang mengandung makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). Hal ini membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah antara lain dibidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan dengan cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam


(18)

menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Sehingga dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan sektor ekonomi yang dominan (Sjafrizal,1997).

Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah dengan cara mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana dapat terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian, namun secara umum menunjukkan kecenderungan untuk meningkatkan perekonomian wilayah.


(19)

Pertumbuhan ekonomi nasional mempunyai pengaruh atas stuktur ekonomi daerah dan pertumbuhan daerah, sebab daerah masih merupakan bagian internal dari suatu negara. Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana rencana

pembangunan meliputi rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa yang menyebabkan prestasi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah menjadi lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah sebagai proporsi sebelumnya dalam struktur

perekonomian negara maupun struktur perekonomian daerah selama kurun waktu tertentu.

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan struktur

perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa, di mana masing-masing perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Sektor pertanian selama ini masih memegang peranan penting baik di tingkat nasional maupun regional, namun peranan tersebut cenderung menurun sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang mencerminkan suatu proses transformasi struktural (Ikhsan dan Armand: 1993).

Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional antara lain adalah

menyediakan kebutuhan bahan pangan, menyediakan bahan baku industri, sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, sumber tenaga


(20)

kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, sumber perolehan devisa (Kuznets 1964, dikutip dari tulisan Harianto : 2007). Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Disamping itu, pengembangan

agroindustri dapat menjadi pintu masuk (entry point) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. (Habibie, Nono dan Wardani,1995, dikutip dari tulisan Mukhyi).

Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi

keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999)

Berikut ini tabel perkembangan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Lampung

Tabel 1. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Lampung 2009-2011 Atas Dasar Harga Konstan (dalam juta)

KABUPATEN/KOTA 2009 2010 2011

1 Lampung Barat 1.427.754,33 1.509.674,17 1.578.013,73 2 Tanggamus 2.224.935,09 2.353.653,51 2.504.609,21 3 Lampung Selatan 4.114.890,53 4.348.906,32 4.612.550,00 4 Tampung Tengah 4.119.786,25 4.330.053,42 4.591.196,00 5 Lampung Tengah 5.883.047,29 6.228.793,46 6.587.164,98 6 Lampung Utara 3.208.506,44 3.368.212,58 3.577.987,52 7 Way Kanan 1.340.230,07 1.409.575,87 1.487.010,59 8 Tulang Bawang 2.129.602,46 2.261.365,40 2.385.678,75 9 Pesawaran 1.572.793,74 1.661.428,14 1.775.910,00 10 Pringsewu 1.262.944,58 1.350.744,17 1.446.601,92 11 Tulang Bawang Barat 1.064.633,11 1.127.310,40 1.199.022,21 12 Mesuji 1.180.841,47 1.250.840,75 1.327.384,72 13 Bandar Lampung 6.151.068,58 6.540.520,84 6.967.850,70 14 Metro 531.201,80 562.509,42 598.518,93 Propinsi Lampung 36.256.294,87 38.389.899,22 43.505.816,00 Sumber: BPS Provinsi Lampung


(21)

Tabel 1. diatas menunjukan bahwa Kabupaten/Kota yang memiliki nilai PDRB terbesar adalah Kota Bandar Lampung dengan nilai PDRB 6.967.850,70 juta yang diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah dengan nilai PDRB 6.587.164,98 juta. Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung dengan luas wilayah 4.789,82 km2 mengalami pertumbuhan ekonomi cukup maju.

Tabel 2. PDRB Sektoral Kabupaten Lampung Tengah 2009-2011 Atas Dasar Harga Konstan (dalam juta)

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011

1. Pertanian 2.838.854,35 2.972.951,76 309.963,97 2. Pertambangan & Penggalian 78.702,67 82.782,61 89.784,71 3. Industri Pengolahan 858.495,37 899.714,20 94.221,67 4. Listrik, Gas & Air Bersih 24.776,16 25.390,65 28.423,10 5. Konstruksi 345.309,18 36.271,18 388.190,32 6. Perdag., Hotel & Restoran 869.267,66 929.442,32 992.654,59 7. Pengangkutan & Komunikasi 158.507,81 189.129,11 218.229,75 8. Keu. Real Estat, & Jasa

Perusahaan 331.644,09 378.018,14 423.211,52 9. Jasa-Jasa 377.490,02 389.293,49 405.585,36 PDRB 5.883.047,29 6.228.793,46 6.587.164,98 Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah

Tabel 2. diatas menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Tengah masih memiliki struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2009 nilai PDRB sektor pertanian mencapai 2.838.854,35 juta yang meningkat menjadi 309.963,97 juta pada tahun 2011.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai

Analisis Perubahan Economic base Kabupaten Lampung Tengah 2000-2011”.


(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Sektor non ekstraktif apa saja yang mengalami perubahan struktur? 2. Sektor ekstraktif apa saja yang mengalami perubahan struktur? 3. Sektor apa saja yang mengalami pertumbuhan yang cepat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari peelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi perubahan struktur ekonomi pada sektor ekstraktif dan nonekstraktif di kabupaten Kabupaten Lampung Tengah.

2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Lampung Tengah

2. Sebagai sumbangan informasi dan bahan bacaan bagi penelitian-penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Kabupaten Lampung Tengah


(23)

E. Kerangka Pemikiran

Secara skematis, kerangka pemikiran dalam tulisan ini digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini, pada tahap awal akan melakukan pengamatan terhadap kondisi perekonomian di Kabupaten Lampung Tengah. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis LQ untuk menentukan perubahan sektor yang menjadi basis perekonomian di Kabupaten Lampung Tengah. setelah diketahui perubahan struktur perekonomiannya, maka akan dipadukan antara hasil analisis LQ dan Shift Share untuk mengetahui apakah dalam perubahan struktur perekonomiannya, Kabupaten Lampung Tengah, sektor yang mengalami

perubahan tumbuh dengan cepat atau tidak. Kondisi Ekonomi

Kabupaten Lampung Tengah

Analsis Sektor Basis (LQ)

Simpulan dan Saran


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi

Konsep pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dua konsep yang sering digunakan dalam membahas Ekonomi Pembangunan dan pada

dasarnya tidak lepas dari kaidah-kaidah ilmu ekonomi pembangunan baik secara mikro maupun makro.Pembahasan ilmu ekonomi (economics) selalu berkaitan terutama dengan efisiensi dan alokasi sumber-sumber produktif yang langka (scarcity), dan dengan pertumbuhan yang optimal dari sumber-sumber itu untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih besar, sedangkan ekonomi pembangunan mempunyai ruang lingkup (scope) yang lebih luas dan komplek.

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan ekonomi lebih menitik beratkan pada upaya-upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atas GDP (gross domestic product) yang disertai dengan perombakan dan modernisasi dari sektor-sektor ekonomi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income equity) sedangkan pertumbuhan ekonomi lebih kepada upaya kenaikan GDP dan tidak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari


(25)

pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak.

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

perkapita riil penduduk suatu negara atau daerah dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999:6).

Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

pembangunan ekonomi tersebut sehingga dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui beberapa peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap

pembangunan berikutnya.

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut:

Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi adalah perubahan yang spontan dan terputus-putus (discontinuous) pada saluran-saluran arus sirkuler yaitu merupakan gangguan terhadap keseimbangan yang selalu mengubah dan mengganti keadaan keseimbangan yang ada sebelumnya (Jhingan 2000:125)


(26)

Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pembangunan ekonomi adalah suatu proses tranformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh

perubahan struktural yaitu perubahan pada landasan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Todaro (1994) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan

ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan

nasional.Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam


(27)

masa satu tahun.Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Todaro dalam (Arsyad 1999:5) juga mengatakan bahwa keberhasilan suatu pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok. Nilai pokok tersebut meliputi: 1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs); 2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia; dan 3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural. Perubahan tersebut terjadi pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Perubahan peranan sektor ekonomi dalam pembentukan pendapatan nasional disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain : (1) adanya hukum Engels (Law of Engels tentang Elasticity of Income) yang menyatakan semakin tinggi pendapatan karena dilakukan pembangunan terus menerus akan meningkatkan konsumsi terhadap barang-barang industri dan konsumsi terhadap barang pertanian relatif tetap; (2) adanya perubahan struktur

produksi industri yang bersifat compulsory dan inducive secara terus menerus; (3) adanya comparative advantage pada produk-produk sektor


(28)

pertanian bagi negara-negara berkembang, sedangkan negara-negara yang sudah maju memiliki competitive advantage pada produk-produk sektor industry.

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk. Sehingga proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target utama dalam rencana

pembangunan daerah disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).


(29)

Menurut Blakely (1989), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Menurut Lincolin Arsyad dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, pengertian daerah berbeda-beda tergantung aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 1999: 107-108) :

1. Suatu yang dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi daerah dan didalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi

pendapatan perkapitanya, budayanya, geografisnya dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi yang disebut daerah modal 3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu

asministrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Disebut sebagai daerah perencanaan atau daerah


(30)

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan

nasional.Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan meratakan hasil-hasil

pembangunan tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat.Berhasil tidaknya pembangunan nasional tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan daerah.Sehingga pembangunan daerah memberikan kontribusi yang besar dalam keberhasilan pembangunan nasional.

Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju daerah yang memiliki upah rendah.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi,

meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi


(31)

sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Mudrajat Kuncoro, 2002).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Suatu masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi.

Dalam penelitian ini pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Keberhasilan pembangunan daerah salah satunya ditentukan oleh adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi.Jadi pendapatan wilayah menggambarkan perekonomian pada suatu daerah dengan menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi pada daerah tersebut (Tarigan, 2007).


(32)

3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab.

Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang

perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumber data publik dan sektor swasta, petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar dan organisasi-organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. (Arsyad 1999: 104)

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya, Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi daerah antara lain:

1. Usaha untuk mencerminkan dalam rencana untuk mencapai

perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan yang positif.


(33)

3. Usaha yang mencerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.

4. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi, hal ini sering disebut usaha diversifikasi ekonomi.

5. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

6. Usaha untuk pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

7. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa alasan perlunya perencanaan pembangunan ekonomi (Arsyad 1999 : 23). Beberapa alasan tersebut

meliputi:1) alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya

pemborosan-pemborosan; 2) perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap berkesinambungan; 3) stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus konjungtur.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Boediono dalam Tarigan (2007:44) dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam


(34)

jangka panjang bahwa perekonomian akan terus berlanjut. Ekonomi dikatakan tumbuh atau berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil perkapita.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2000:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan

ekonomi.Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan

pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.Hicks

mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal, sedangkan masalah Negara maju terkait pada

pertumbuhan karena kebanyakan dari sumber mereka sudah diketahui dan dikembangkan sampai batas tertentu.

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi


(35)

proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja.

Menurut Simon Kuznets (Todaro 2000:144) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara (daerah) yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya

penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

Selain itu, menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan ekonomi yang akandilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan

membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1)

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan faktor nonekonomi (M.L Jhingan 2000:67):

Laju Pertumbuhan (∆Y) =

PDRBt– PDRBt-1

PDRBt-1


(36)

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan.Laju pertumbuhan ekonomi jatuh dan

bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas dibawah ini:

1) Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah.Bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang sangat penting. Suatu negara atau daerah yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat.

2) Akumulasi Modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu dapat dikatakan sebagai akumulasi modal atau pembentukan modal.Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional.Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi.

3) Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan


(37)

ekonomi.Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya.Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko di antara ketidakpastian.

4) Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang

diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain.

5) Pembagian Kerja dan Skala Prioritas

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan

produktivitas.Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.Dengan ini laju pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.

6) Faktor Non Ekonomi

Selain adanya faktor ekonomi, faktor non ekonomi juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Faktor non ekonomi tersebut meliputi :


(38)

a. Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan

berinvestasi, dan menikmati risiko untuk memperoleh laba dalam rangka memaksimumkan output berdasarkan input tertentu. Kebebasan agama dan ekonomi mendorong perubahan pandangan dan nilai sosial sehingga sangat membantu pertumbuhan ekonomi modern.

b. Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata terganutng pada jumlah sumberdaya manusia saja, tetapi lebih menekan pada efisinsi mereka. Penggunaan secara tepat sumberdaya manusia untuk

pembangunan ekonomi dapat dilakukan dengan dua cara berikut. Pertama, harus ada pengendalian atas perkembangan penduduk.Kedua, harus ada perubahan dalam pandangan tenaga buruh.Persyaratan yang paling penting bagi laju pertumbuhan industri adalah manusia.Manusia, di atas segalanya yang berdedikasi terhadap pembangunan ekonomi negerinya atau daerahnya.

c. Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi suatu daerah.


(39)

Profesor Kuznets (Todaro, 2000:144) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi. Karakteristik proses pertumbuhan ekonomi tersebut meliputi: 1) tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi; 2) tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi; 3) tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi; 4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; 5) adanya

kecenderungan negara-negara (daerah) yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia atau daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dari sumber bahan baku yang baru; dan 6) terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.

5. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (turnpike).

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (TPJC) atau turnpike diperkenalkan oleh Samuelson 1955. Pada intinya teori ini menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun komoditas apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki comparative adventage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat

memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk perekonomian juga cepat besar.

Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa di ekspor keluar daerah atau ke luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor


(40)

lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Mensenergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung. Menggabungkan jalur cepat dan mensinergikan dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

6. Teori Sektor Basis Ekonomi

Sektor basis memainkan peranan penting sehingga peningkatan besarannya akan membawa pengaruh terhadap peningkatan sektor lainnya. Serangkaian teori yang menjelaskan hubungan antara sektor-sektor dalam suatu

perekonomian regional satu diantaranya teori basis ekonomi.

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja (Lincolin, 1999).

Dalam teori basis ekonomi ini, lebih memusatkan pada kegiatan-kegiatan basis atau ekspor, tetapi tidak melihat pentingnya impor. Suatu peningkatan dalam kesempatan kerja dan pendapatan basis mungkin hanya mempunyai suatu efek pengganda yang sangat terbatas terhadap kegiatan bukan basis jika sebagian besar dari pendapatan ekstra mengalir keluar wilyah dalam bentuk


(41)

pengeluaran untuk impor. Yang sangat penting dalam hal ini, bahwa suatu perekonomian dapat bertambah tidak hanya dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga dengan mengganti barang-barang impor dari industri basis dengan barang-barang hasil produksi wilayah yang bersangkutan. Walaupun industri basis merupakan suatu faktor penting yang mendorong perubahan dalam perekonomian regional, namun tidak perlu diragukan bahwa dalam keadaan tertentu kegiatan-kegiatan bukan basis yang sudah

berkembang dengan baik dapat menarik masuknya industri basis kedalam suatu daerah dan dengan demikian dapat menjadi salah satu penentu bagi tingkat ekonomi daerah tersebut.

Selanjutnya dikemukakan bahwa bertambahnya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan bertambah arus pendapatan kedalam wilayah yang

bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kegiatan volume bukan basis. Sebaliknya berkurangnya kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa-jasa menyebabkan

berkurangnya pendapatan yang masuk ke dalam wilayah yang bersangkutan.

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout.Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis.Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal

perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri.


(42)

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis (Richardson, 2001). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang

bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah Indeks Spesialisasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors).Dalam teknik IS berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.


(43)

7. Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)

Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen.Selain itu model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah tetangga.Model ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah

sebabnya maka dinamakan model interregional.Dalam model ini di

asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2007).

Dalam penelitian ini digunakan teori basis ekonomi karena teori ini adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah yang bersangkutan, teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2008).

Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:

a. Location Quotient

Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : (1). Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. (2). Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri.


(44)

Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasikan komoditas unggulan diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quostient adalah suatu alat

pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk

memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan.LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui

pendekatan perbandingan.

Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono,2001).

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau

mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri).Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan


(45)

yang berbasis lahan seperti tanaman pangan , holtikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian ( area tanam atau area panen ), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor).

b. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perkonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu : (1). Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. (2). Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. (3). Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.


(46)

c. Angka Pengganda Pengerjaan

Angka penggandaan pengerjaan dimaksudkan untuk mengukur pengaruh suatu kegiatan ekonomi baru terhadap penciptaan jumlah pekerjaan. Rumus untuk menghitung angka pengganda pengerjaan ini adalah sebagai berikut (Prasetyo Soepono, 1993) : Pengerjaan Total Angka Pengganda Pengerjaan = Pengerjaan Sektor Ekspor.

d. Analisis Input-Output.

Analisis input-output adalah suatu teknik pengukuran ekonomi daerah. Analisis ini digunakan dalam upaya untuk melihat keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memehami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.Dalam penelitian ini digunakan Analisis Location Quotient karena memiliki kebaikan berupa alat analisis yang sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial untuk dianalisis lebih lanjut.

8. Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan.Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik


(47)

(2007:2) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu

wilayah.Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).

1. Metode Langsung

Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan

pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS 2007:3). Adapun penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut:

a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga

penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added).

Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan atau sektor ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang,


(48)

seperti pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi (Tarigan 2007:23).

Sesuai dengan namanya yaitu PDRB, yang dihitung dalam hal ini adalah nilai produksinya dalam bentuk barang atau fisik. Dalam praktiknya, produk ini dihitung berdasarkan sektor-sektor yang menghasilkannya, yaitu (Suherman Rosyidi 2006:107): 1) sektor pertanian; 2) sektor pertambangan dan

penggalian; 3) Sektor Industri Pengolahan; 3) sektor listrik, gas, dan air bersih; 4)sektor bangunan; 5) sektor perdagangan, hotel, dan restoran; 6) sektor pengangkutan dan komunikasi 7) sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan 8) jasa-jasa.

b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang

komponennya terdiri dari upah dan gaji dan surplus usaha, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS 2007:4).


(49)

c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah.Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS 2007:4).

2. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alat ukur tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor (Tarigan 2007:24).

Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut:

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah.Nilai PDRB yang besar


(50)

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan penelitian ini, adapun penelitian-penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 3. Hasil Penelitian Terdahulu No Penulis (th)

dan Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil 1 Bank

Indonesia (2005) “Penelitian Komoditas Berbasis Ekspor Sulawesi” Persentase sumbangan masing-masing sektor dalam PDRB Sulawesi dengan sumbangan sektor yang sama pada PNB Indonesia Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Spesialisasi Indeks (SI)

Sektor yang menjadi basis Sulawesi dari tahun 1992 sampai dengan 2001 yaitu sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian. Sedangkan sektor lainnya menjadi sektor yang tidak berorientasi ekspor.


(51)

No Penulis (th) dan Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil 2 Kusmantoro

(2006) Disparitas dan spesialisasi industri manufaktur Kabupaten/K ota Jawa Tengah Periode 1990-2006” PDRB menurut sektor, persentase penduduk yang bekerja menuruut lap. pekerjaan Metode analisis dalam tulisan ini menggunakan analisis Indeks Spesialisai, dan indeks Entropithail. Disparitas industri manufaktur besar dan sedang pada

kabupaten/kota di Jawa Tengah menunjukkan

ketidakmerataan baik dilihat dari grafis maupun dengan indeks Theil. Hasil identifikasi spesialisasi industri pada kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa aktivitas industri yang menonjol adalah industri makanan, minuman


(52)

No Penulis (th) dan Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil 3 Supangkat

(2002)

“ Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembanguna n Daerah Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera utara” pendekatan sektor pembentuk PDRB Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Spesialisasi Indeks (SI)

sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi peningkatan

pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

4 Rico Ebtian (2011) “Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara” pendekatan sektor pembentuk PDRB Metode analisis dalam tulisan ini menggunakan analisis Klassen Typology, Location Quotient, dan analisis shift share

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan.Hasil perhitungan dari analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor yang merupakan sektor unggula n dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan


(53)

No Penulis (th) dan Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil 5 Beni

Harisman (2007) “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung periode 1993-2003” pendekatan sektor pembentuk PDRB Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis shift share dan LQ

hasil penelitian dengan alat analisis shift share

menunjukkan analisis PDRB Provinsi Lampung tahun 1993-2003 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan yaitu: sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.


(54)

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini menggunakan ata sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku literatur, bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data Instansi-instansi pemerintahan seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Lampung Tengah, Badan Perencanaan Pembangunan Derah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Tengah serta instansi-instansi lain yang terkait.

B. Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian.Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan.Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen – dokumen atau arsip – arsip yang terdapat pada kantor atau lokasi penelitian sebagai pelengkap data yang telah

dikumpulkan. Metode dokumentasi penelitian ini berupa data PDRB Kabupaten Tampung Tengah dan PDRB Provinsi Lampung tahun 2001-2011 atas dasar harga konstan yang bersumber dari dokumentasi BPS.


(55)

A.Location Quotient (LQ)

Teknik ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional.Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dan yang merupakan sektor basis (non basis).Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut (Warpani, 1984) :

Si

LQ = S ……….. (1) Ni

N

Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Tampung Tengah S : PDRB total di Kabupaten Tampung Tengah Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Lampung N : PDRB total di Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut :

a. Jika LQ lebih besar dari satu (LQ > 1), merupakan sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, artinya spesialisasi kota/kabupaten lebih tinggi dari tingkat Provinsi. b. Jika LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1), merupakan sektor non basis, yaitu sektor

yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat Provinsi.

c. Jika LQ sama dengan satu (LQ = 1), berarti tingkat spesialisasi di Kabupaten sama dengan tingkat di Provinsi.


(56)

Asumsi dari teknik ini adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional, produktivitas tenaga kerja sama dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen atau barang sejenis.

Secara keseluruhan analisis LQ memberikan petunjuk yang sangat baik untuk melihat keadaan ekonomi wilayah dan potensinya dimasa yang akan datang. Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah, ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap daerah. Namun demikian model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.

B.Analisis Shift Share

Lincolin Arsyad (2010) menjelaskan pada dasarnya analisis shift-share

menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah yang lebih besar (provinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). Analisis ini memberikan data tentang kinerja

perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu : 1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan

kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.


(57)

2) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

3) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Bentuk umum dari persamaan shift-share adalah sebagai berikut:

Dij = Nij + PP + PPW...(2)

Nij = Eij x Ra...(3)

PPij = (Ri-Ra) x Eij...(4)

PPWij = (ri-Ra) x Eij...(5)

Dari persamaan (2) sampai (4) Ri mewakili pertumbuhan sektor /subsektor i diwilayah j, sedangkan Ra dan Ri masing-masing laju pertumbuhan agregat nasional/provinsi dan pertumbuhan sektor/subsektor i secara nasional/provinsi, yang masing-masing dapat didefinisikan sebagai berikut : Ri = (Eij,t- Eij)/Eij ...(6)

Ri = (Ein,t- Ein)/Ein ...(7)

Ra = (En,t-En)/En ...(8) Keterangan :

Dij : Perubahan suatu variabel regional sektor (i) di kabupaten dalam kurun waktu tertentu.

Nij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung terhadap perekonomian kabupaten/kota.

Mij : Pertumbuhan proporsional atau pengaruh bauran industri Cij : Pertumbuhan pangsa wilayah

Eij : PDRB sektor (i) kabupaten pada awal tahun periode.


(58)

Tengah yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor-i di Provinsi Lampung.

PPW : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Lampung Tengah yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor-i tersebut

Wilayah Kabupaten Lampung tengah

Ein : PDRB sektor/subsektor-i di Provinsi Lampung tahun awal analisis. En : PDRB total di Provinsi Lampung tahun awal analisis.

Eijt : PDRB sektor/subsector-i di wilayah Kabupaten Lampung tengah tahun akhir analisis.

Eint : PDRB sektor/subsector-i di Provinsi Lampung tahun akhir analisis. Ent : PDRB total di Provinsi Lampung tahun akhir analisis.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah laju pertumbuhan ekonomi daerah berarti besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang dan jasa masyarakat menurut sektor produksi suatu daerah bisa juga dapat diartikan kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan dari tahun-ketahun yang dinyatakan dalam persen per tahun.Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.


(59)

2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2001-2011 dan dinyatakan dalam persentase.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dalam penelitian ini dilihat menurut pendekatan produksi yaitu merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun).

4. Sektor-Sektor Ekonomi

Sektor-sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi.

A.Sektor basis adalah sektor yang melayani pasar di dalam maupun di luar dan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah yang bersangkutan (Arsyad, 1999).

B.Sektor nonbasis adalah sektor yang hanya melayani pasar di dalam wilayah perekonomian yang bersangkutan (Arsyad, 1999)

C.Komponen Share adalah pertambahan PDRB suatu daerah seandainya

pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB daerah dengan skala yang lebih besar selama periode waktu tertentu.

D.Komponen Net Shift adalah komponen nilai untuk menunjukkan penyimpangan dari komponen Share dalam ekonomi regional (Arsyad, 1999)

E.Komponen Differential Shift adalah komponen untuk mengukur besarnya Shift Netto yang digunakan oleh sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di


(60)

daerah yang bersangkutan dibandingkan daerah yang skalanya lebih besar (Arsyad, 1999)

F.Komponen Propotional Shift adalah komponen yang digunakan untuk menghasilkan besarnya Shift Netto sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan berubah. Komponen bernilai positif apabila daerah yang diteliti (kota/kabupaten) berspesialisasi dalam sektor yang di tingkat daerah dengan skala lebih besar (propinsi/nasional) tumbuh lebih cepat, sebaliknya bernilai negatif apabila daerah yang diteliti

(kota/kabupaten) berspesialisasi pada sektor yang di tingkat daerah dengan skala lebih besar (propinsi/nasional) tumbuh dengan lambat (Arsyad, 1999)

G.Daya saing wilayah adalah potensi atau keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah dalam mengembangkan sektor/subsektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya (Arsyad, 1999)

H.Sektor cepat adalah sektor dalam wilayah penelitian yang indeks pertumbuhan proporsional (Drij) atau indeks penyimpangan (Prij+Drij) memiliki nilai positif (Arsyad, 1999)

I.Sektor lambat adalah sektor dalam wilayah penelitian yang indeks pertumbuhan proporsional (Drij) atau indeks penyimpangan (Prij+Drij) memiliki nilai negative (Arsyad, 1999)

D. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1.Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Gunung Sugih. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.189,50 km² dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa (tahun 2004).


(61)

Merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan/land lock di provinsi

Lampung. Kabupaten ini terletak sekitar 75 kilo meter dari ibukota provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung dan dapat ditempuh dari ibukota selama sekitar 1,5 jam dengan memakai Bus atau Mobil.

Kabupaten ini dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di Lampung sampai dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun 1999 yang memecah kabupaten ini menjadi beberapa daerah lain sehingga luasnya menjadi lebih kecil. Kabupaten Lampung Tengah dulunya meliputi Kabupaten Lampung Tengah. Lampung Tengah dibagi atas Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Metro

Karena sebelum tahun 1999 ibukota Lampung Tengah terletak di Metro yang dimekarkan menjadi kota madya mandiri, maka dipindahkanlah pusat pemerintahan Lampung Tengah ke Gunung Sugih.

Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran, sehingga wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km² dan sekarang luasnya sekitar 9.189,50 km². Pemekaran wilayah yang pertama adalah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1999, sehingga Kabupaten ini berkurang 10 kecamatan yakni, Sukadana, Metro Kibang, Pekalongan, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung, Purbolinggo, dan Raman Utara.

Pemekaran kedua dengan terbentuknya Kota Madya Metro dengan disetujuinya UU RI Nomor 12 Tahun 1999, yang dulunya dikenal sebaga ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki status sebagai Kota Administratif dan pada tahun 1999 statusnya ditingkatkan sebagai Kota Madya. Wilayah Lampung Tengah mengalami pengurangan 5 Kecamatan yaitu, Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan, dan Metro


(62)

Timur. Saat itu Lampung Tengah hanya memiliki 13 Kecamatan yaitu, Gunung Sugih, Terbanggi Besar, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Kota Gajah, Way Seputih, Bekri, Bandar Mataram, Anak Ratu Aji, Way Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian.

Penduduk Lampung Tengah terdiri dari 2 (dua) unsur yaitu masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang. Masyarakat pribumi; warga penduduk asli yang sudah lama menetap bahkan turun temurun mendiami tempat ini. Sedangkan masyarakat pendatang adalah penduduk pendatang yang tinggal dan menetap di sini. Bila melihat

perkembangannya, pembauran masyarakat yang ada di Lampung Tengah secara garis besar dikarenakan dulu adanya transmigrasi sejumlah kelompok masyarakat terutama dari Pulau Jawa dan Bali.

Selama dalam tahun 1952 sampai dengan 1970 pada objek-objek transmigrasi daerah Lampung telah ditempatkan sebanyak 53.607 KK, dengan jumlah sebanyak 222.181 jiwa, tersebar pada 24 (dua puluh empat) objek dan terdiri dari 13 jenis/kategori transmigrasi. Untuk Kabupaten Lampung Tengah saja antara tahun itu terdiri dari 4 (empat) objek, dengan jatah penempatan sebanyak 6.189 KK atau sebanyak 26.538 jiwa.

Kampung paling dominan di Kabupaten Lampung Tengah dihuni oleh masyarakat suku Jawa. Agama yang dianut mayoritas Islam dan sebagian lagi agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Selain suku Jawa, di Kabupaten Lampung Tengah terdapat masyarakat suku Sunda namun jumlahnya tak sebanyak suku Jawa. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Mereka juga awalnya adalah transmigran yang ditempatkan di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Lampung Tengah.


(63)

Masyarakat dominan lain yang bermukim di Lampung Tengah adalah penduduk suku Bali. Sebagian besar mendiami di beberapa kecamatan di wilayah timur dan sisanya berada di kecamatan lain di Lampung Tengah. Agama yang di anut mayoritas memeluk agama Hindu-Bali. Kampung-kampung Bali akan terasa bila saat berada di lingkungan setempat. Sama halnya dengan masyarakat suku Jawa dan Sunda, masyarakat suku Bali bermula dari transmigran yang ditempatkan di daerah ini. Penempatan itu terdiri dari beberapa tahapan. Sehari-harinya, penduduk setempat mempergunakan bahasa Bali sebagai penutur.

Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam konteks pengembangan wilayah. Sebab selain dilintasi jalur lintas regional, baik yang menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan via Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu via Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, bagian timur menuju jalan ASEAN, Kabupaten Lampung Timur dan Kotamadya Metro. Sementara bagian barat jalur menuju Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus serta jalur lintas kereta api jurusan Bandar Lampung-Kertapati, Palembang.

2. Keadaan Geografis

Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah terletak di tengah Propinsi Lampung

yaitu antara 104035’-105050’ Bujur Timur dan 4030’-4015’ Lintang Selatan, dengan ibukota kabupaten adalah Gunung Sugih. Kabupaten yang terdekat dari berbagai arah dapat dirinci sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Tulang Barang dan Tulang Bawang Barat.


(64)

Pesawaran, dan Lampung Selatan;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.

3. Posisi Strategis

Kabupaten Lampung Tengah berada pada jalur Lintas Tengah pada Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah sebagai kawasan lintas tengah penghubung provinsi-provinsi di Pulau Sumatera memiliki posisi yang strategis dalam konteks pembangunan wilayah di Provinsi Lampung. Beberapa sarana dan prasarana strategis nasional maupun provinsi terletak di wilayah Kabupaten Lampung Tengah sehingga menyebabkan perkembangan pembangunan wilayah dan investasi pembangunan di Kabupaten Lampung Tengah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah mengubah wajah Kabupaten Lampung Tengah sebagai Kabupaten yang mengalami perkembangan yang cukup pesat khususnya Kawasan Ibukota Kabupaten Lampung Tengah dan Koridor Trans sumatera.

Kabupaten Lampung Tengah dengan luas wilayah sebesar 4.789,82 Km² yang terdiri dari 28 kecamatan, 294 Kampung dan 10 kelurahan. Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Lampung (13,57 persen dari total luas wilayah Provinsi Lampung). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Lampung Tengah adalah Kecamatan Bandar Mataram dengan luas sebesar 1.055,28 Km2 sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan Bumi Ratu Nuban seluas 65,14 Km2.


(65)

Gambar 2. Peta lokasi Kabupaten Lampung Tengah Koordinat: 104°35’ - 105°50’ BT


(66)

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Tengah Sumber:Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


(1)

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Tengah Sumber:Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


(2)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis Location Quotien (LQ) dan analisis Shift-Share (S-S)dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan analisis LQ :

Perekonomian di Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami perubahan struktur sektor Non Ekstraktif , Pada awal tahun penelitian (tahun 2000) basis sektor non ekstraktif adalah sektor industri pengolahan, Listrik air dan Gas. selama tahun 2000 sampai 2011, yang bertahan menjadi sektor basis adalah sektor industri pengolahan. Sementara sektor listrik, gas dan air bersih sempat menjadi sektor yang tidak basis pada tahun 2002 sampai 2004.

Sementara sejak tahun 2002, basis ekonomi pada sektor nonekstraktif bertambah menjadi tiga sektor. Sektor yang berubah menjadi basis ekonomi pada sektor non ekstraktif adalah sektor konstruksi, perdagangan, dan perhotelan. Sejak tahun 2002, sektor tersebut memiliki nilai indeks LQ lebih dari satu. Angka indeks tersebut mampu dipertahankan sampai tahun 2011. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran baru menunjukan kebasissanya pada tahun 2011 dengan angka indeks LQ 1 (satu).

Perekonomian Kabupaten Lampung Tengah terdapat perubahan pada sektor ekstraktif, yaitu selama tahun 2000-2011, sektor pertanian memiliki angka Indeks LQ lebih dari satu sedangkan pada tahun 2011 nilai indeks LQ sektor Kabupaten Lampung Tengah


(3)

turun menjadi 0,96. Untuk sektor pertambangan dan penggalian hanya mengalami fluktuasi nilai Indeks LQ di bawah angka satu

2. Berdasarkan analisis S-S :

Hasil analisis komponen pertumbuhan wilayah menunjukkan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Propinsi Lampung membawa pengaruh positif terhadap

perubahan PDRB Kabupaten Lampung Tengah.

Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan kenaikan PDRB tingkat kabupaten. Pada komponen ini hanya beberapa sektor yang memiliki nilai yang positif. Diantaranya adalah listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Nilai positif pada sektor-sektor tersebut menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan kinerja ekonomi secara relatif terhadap sektor yang sama provinsi Lampung selama tahun 2000-2011. Untuk Komponen pertumbuhan pangsa wilayah, terihat bahwa hanya terdapat beberapa sektor yang memiliki nilai yang negatif. diantaranya adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, real etat, dan jasa perusahaan. Nilai negatif tersebut, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya saing yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor yang sama Provinsi Lampung.

Pada pergeseran bersih semua sektor di Kabupaten Lampung Tengah mengalami perkembangan yang relatif pesat.


(4)

63

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diatas penulis menyarankan beberapa hal, yaitu : Dari hasil analisi LQ :

1. Seektor petanian ,gas , listrik dan air bersih sudah menjadi sektor basis maka pemerintah daerah kabupaten lampung tengah harus mempertahan peningaktan pelayanan

masyarakat dengan tetap melakukan penambahan infrasturktur serta sarana dan prasarana penunjang.

2. Sektor bangunan yang meliputi : Hotel, restaurant, real estate, dan perusahaan perlu didukung dengan memberikan kemudahan pemberian izin bagi sarana untuk

pemanfaatan publik secara massal.

Berdasarkan hasil analisis siftshare penulis menyarankan :

Semua sektor di Kabupaten Lampung Tengah dapat digolongkan berkembang dengan cepat. Dengan mempertimbangkan bahwa perekonomian di Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami perubahan struktur yang pada awalnya bertumpu pada sektor pertanian dan

bergeser kepada sektor konstruksi dan perdagangan. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah harus mempertimbangkan kedua sektor tersebut dalam melakukan pembanguan daerah agar dapat lebih merata. Untuk lebih mempercepat pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dapt melakukan peningkatan sektor UMKM yang pada umumnya bergerak bukan pada sektor pertanian. Selain itu, pemerintah Kabupaten Lampung tengah dapat meningkatkan teknologi pertanian agar tidak melakukan impor berlebih untuk memenuhi kebutuhan pada sektor pertanian.


(5)

Adisasmita, H.R. 2008. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta, Graha Ilmu

Alisjahbana, Armida, 2000. Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Makassar, Kongres ISEI XIV

Arsyad,Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta, BPFE

Arsyad,Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta, Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Badan Perencanaan Pembangunan Derah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Tengah Badan Pusat Statistik. 2000-2011. Kabupaten Lampung Tengah

Badan Pusat Statistik. 2007. Penghitungan metode langsung, 2007:3. Kabupaten Lampung Tengah

Badan Pusat Statistik. 2007. Penghitungan PDRB melalui pendekatan, 2007:4. Kabupaten Lampung Tengah

Badan Pusat Statistik. 2007. Penghitungan PDRB melalui pendekatan pengeluaran, 2007:4 Kabupaten Lampung Tengah

Badan Pusat Statistik. 2000-2011. Provinsi Lampung

Badan Pusat Statistik. 2011. Tujuan dan strategi pembangunan, 2011. Kabupaten Lampung Tengah

Blakely, Edward J and Nancey Green Leigh. 2010. Planning Lokal Economic evelopment. USA : SAGE Publications, inc.

Boediono, 2007. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta, BPFE

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta, PT Pradnya Paramita

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

Habibie, Nono dan Wardani,1995, dikutip dari tulisan Mukhyi).


(6)

Ikhsan&Armand. 1993. Sumber daya,tekhnologi dan Pembangunan. Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajat. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,Vol. 16, No.1. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta, Erlangga

Kuznets 1964, dikutip dari tulisan Harianto : 2007

Munir. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Perspektif Otonomi. NTB, Bappeda

Prasetyo Soepono. 1993. Analisis Shift Share : Pengembangan dan Penerapan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. BPFE UGM.

P. Todaro, Michael. 1994. Pembangunan Ekonomi. Jakarta, Erlangga

Richardson, Harry. 2001. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta, Lembaga Penerbit FEUI

Richardson, Harry. 2001. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Yogyakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada

Robinson Tarigan . 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (edisi revisi). Jakarta , PT. Bumi Aksara

Robinson Tarigan. 2007. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta, PT. Bumi Aksara Rood Hood. 1998. Economic Analysis : A Location Quotient.Primer. Principal, Sun Region

Associates,,Inc

Samuelson, Paul A. 1955. Economic. America , McGraw-Hill Book Company Sjafrizal (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Prisma. Jakarta, LP3ES No.3 Tahun XXVI

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta, LPFE-UI