KOORDINASI MULTI STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG

(1)

TRAFFIC AND TRANSPORTATION IN BANDAR LAMPUNG

By

KIKI YOA GUNEVI

Coordination on the implementation of traffic and transportation carried out by stakeholders involved based on Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 about Lalu Lintas dan Angkutan Jalan are Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, and Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Coordination is done due to high congestion and high number of accidents that occurred in Bandar Lampung, and the high growth rate of the motor vehicle that is not offset by the construction of new roads.

The purpose of this research is to analyze stakeholders coordination and obstacles encountered on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung. The method used in this paper is a qualitative approach. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation.

Stakeholders coordination on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung can be seen through the coordination according to seven indicators, they’re: information, communication, and information technology; awareness of the importance of coordination; competence of participants; agreements and commitments; the establishment of an agreement; incentives coordination; and feedback. Based on these indicators showed that the coordination carried out in the organization of traffic and transportation in Bandar Lampung is not going well because of the seven indicators, five of which can not be implemented properly and there are also obstacles in the implementation of coordination, they’re the budget problem, the problem of authority, the lack of traffic police personnel, coordination meetings are rare, and no action plans in the Forum.

The recommendations are giving of reward and punishment to the implementers of coordination, add traffic police personnel, make a written rule, schedule coordination meetings, and create a work plan and budget plans in the Forum. Key words: Coordination; Stakeholders; Traffic and Transportation


(2)

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

Koordinasi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan oleh stakeholder yang terlibat berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Koordinasi dilakukan karena tingginya kemacetan dan tingginya angka kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung, serta tingginya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan baru.

Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis koordinasi multi stakeholderdan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung dapat dilihat melalui tujuh indikator koordinasi menurut, yaitu: informasi, komunikasi, dan teknologi informasi; kesadaran pentingnya berkoordinasi; kompetensi partisipan; kesepakatan dan komitmen; penetapan kesepakatan; insentif koordinasi; dan feedback. Berdasarkan indikator tersebut menunjukkan bahwa koordinasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dari tujuh indikator, lima diantaranya belum bisa dilaksanakan dengan baik dan juga terdapat hambatan dalam pelaksanaan koordinasi, yaitu masalah anggaran, masalah kewenangan, kurangnya personil polantas, rapat koordinasi yang jarang dilakukan, dan tidak ada rencana kerja dalam Forum.

Rekomendasi yang peneliti berikan, yaitu memberikan reward dan punishment kepada pelaksana koordinasi, penambahan personil polantas, membuat aturan tertulis, membuat jadwal rapat koordinasi, dan membuat rencana kerja dan rencana anggaran dalam Forum.


(3)

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Skripsi

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

Halaman

Bagan 2.1 Internal Coordinating of An Enterprise ... 26

Bagan 2.2 Koordinasi... 31

Bagan 2.3 Kerangka Pikir ... 43


(6)

v

Halaman Gambar 5.1 Pengaturan Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Polantas, Personil

Dishub,dan Personil Satpol PP di Perempatan Antara Jl. Gajah

Mada - Dr. Harun II... 83

Gambar 5.2Satpol PP yang Mengobrol dan Bermain Telepon Genggam... 84

Gambar 5.3 Dishub yang Tidak Menjalankan Tugasnya dengan Baik... 84

Gambar 5.4 Kemacetan di Jl. Z.A. Pagar Alam... 94

Gambar 5.5 Kemacetan di Jl. P. Antasari ... 95


(7)

i

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR BAGAN... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Organisasi ... 9

1. Pengertian Organisasi... 9

2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi ... 10

3. Prinsip Organisasi ... 11

4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi ... 15

B. Tinjauan Manajemen... 21

1. Pengertian Manajemen... 21

2. Fungsi Manajemen ... 22

C. Tinjauan Koordinasi... 24

1. Pengertian Koordinasi ... 24

2. Ciri-ciri Koordinasi ... 28

3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi... 29

4. Pentingnya Koordinasi ... 31

5. Mekanisme Koordinasi ... 33

6. Tipe-Tipe Koordinasi ... 36

7. Karakteristik Koordinasi yang Efektif ... 38

8. Masalah-Masalah dalam Koordinasi... 38

9. Indikator Koordinasi ... 39


(8)

ii

C. Lokasi Penelitian... 46

D. Jenis dan Sumber Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data... 48

F. Teknik Analisis Data... 51

G. Teknik Keabsahan Data ... 53

IV. GAMBARAN UMUM ... 57

A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung ... 57

B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.. 59

C. Gambaran Umum Dinas PU Kota Bandar Lampung ... 61

D. Gambaran Umum Badan Satpol PP Kota Bandar Lampung ... 64

E. Gambaran Umum Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan... 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 68

1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 69

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 77

3) Kompetensi Partisipan ... 80

4) Kesepakatan dan Komitmen ... 85

5) Penetapan Kesepakatan... 88

6) Insentif Koordinasi... 90

7) Feedback ... 93

b) Hambatan yang Dihadapi pada Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung... 96

B. Pembahasan... 103

a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 103

1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 104

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 106

3) Kompetensi Partisipan ... 109

4) Kesepakatan dan Komitmen ... 110

5) Penetapan Kesepakatan ... 112

6) Insentif Koordinasi... 112

7) Feedback ... 114

b) Hambatan yang Dihadapi pada Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung... 115


(9)

iii DAFTAR PUSTAKA


(10)

vi

Halaman

Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung... 3

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli ... 23

Tabel 3.1 Informan Penelitian...47


(11)

(12)

(13)

(14)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita

capai.

Ernest Newman

Musuh yang paling berbahaya diatas dunia adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian

dan keyakinan yang teguh.

Andrew Jackson

Keyakinan adalah kunci dari keberhasilan.

Kiki Yoa Gunevi

Semua yang kita kerjakan dan upayakan tidak akan pernah sia-sia.


(15)

Dengan menyebut nama Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Allah SWT dengan segala kerendahan hati ku ucapkan syukur atas

karunia-Mu kepadaku

Mama, Papa, dan Adik-adik ku tercinta yang selalu

memberikan yang terbaik untukku

Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran, motivasi,

keikhlasan, dan do a yang tiada henti

dalam menanti keberhasilanku

Keluarga besar yang senantiasa menyemangati dan memberikan

nasihat

Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya selalu memberikan

arahan dan bimbingan kepadaku

Sahabatku, teman, dan almamater tercinta yang selalu menemaniku

dalam berpikir dan bertindak serta memberikan pengalaman yang tak


(16)

Penulis bernama lengkap Kiki Yoa Gunevi lahir di Kota Bengkulu pada 24 Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Gunawan dan Ibu Elvi Suzannah.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah TK Pertiwi Provinsi Lampung pada tahun 1997 – 1999, SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut pada tahun 1999 – 2005, SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada Tahun 2005 –2008, SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada 2008–2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota dan pada periode 2013-2014 penulis menjabat sebagai Bendahara Umum. Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2014 Periode 1 di Srimulyo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.


(17)

Assalamu’alaikum

Alhamdulillahhirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

di Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan, dukungan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang senantiasa memberi arahan dan motivasi bagi penulis selama menjadi mahasiswi di Jurusan Ilmu Administrasi Negara.


(18)

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

6. Seluruh karyawan dan staf di Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas semua bantuan, pelayanan, pengajaran, dan nasihat yang telah diberikan. 7. Pihak Polresta Bandar Lampung (Bapak Gunawan, S.H.), pihak Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung (Bapak Iskandar Z., S.H., M.H. dan Bapak Rozali), pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung (Bapak Azwar, S.T., M.M.) dan pihak Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung (Bapak Herman Karim, S.H., M.H.) serta Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.M. Terimakasih atas bantuan, motivasi, nasihat, ketersediaan, dan kesabaran dalam memberikan data dan pengalaman yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini selesai.

8. Kedua Orang Tuaku, Papa Gunawan dan Mama Elvi yang menjadi alasan utamaku untuk meraih kesuksesan. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang diberikan hingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.


(19)

selama ini. Jangan nakal dan jangan males ya... Sukses buat kalian!!! 10. Seluruh Keluarga Besarku (Nenek, Yai, Cicik Inten, Ii Po Lay, Ii Meing, Ii

Meung, Ii Linda, Om Jon, dan semuanyaaa) terima kasih selalu memotivasiku untuk cepat lulus, mendengarkan keluh kesahku dalam mengerjakan skripsi ini dan memberikan bantuan selama ini.

11. Annisa Ayunindya Putri, terima kasih banyak selalu memberi motivasi dan juga semangat yang tak terhingga serta mau mendengarkan keluh kesahku. Saranghae, Nin!

12. Isa Dede Ariamier yang selalu sibuk dengan kerjaan.Semangat De untuk skripsinya!!! Ingeeett... jangan pas ga ada patjar aja sering ngehubungin guedan ngajakin main.

13. Sendy Octianti Azril, S.A.B. dan Jaka Mufti Wibowo, S.E., makasih yaaa buat kalian yang doyan banget ngajakguepergi-pergi dan tak kenal waktu. Jangan bosen-bosen dan jangan kapok!yang terbaik ya buat kalian!

14. Denny Fathurahman, thanks ya Den kertasnya hahahaha  Sukses ya,

Deeennnn!!!

15. Putri Sulistyo Rahatiani, S.E., terimakasih ecul selama ini udah nyemangatin aku dan juga mau menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah aku walaupun kita baru ketemu di KKN.Gomawoyo!

16. Miftayuni Rahmawati, S.A.N., Leli Juwiyah, dan Juzna Septia, S.A.N, thanks ya guys udah jadi teman kuliah yang terbaik, motivasi, dan juga atas semua bantuannya selama ini.Gomawoyo! Sukses buat kitaaaa


(20)

Riza, Danisa, Fredy, Esa, Octavia, Yana, Vike, Raras, Ninda, Farrah, Mut, Kristy, Ayuk Farah, Lily, Rano, Intan, Jenny, Silvia, Tami, Pebie, Feby, Ekky, Hesty, Amel, Iid, Ciko, Ahmed, Deni menceng, Rizky, Toto, Faiz, dan Rendy. dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kawan-kawan semua

18. Teman-teman Administrasi Negara 2012, especially for “duet maut”, Alli Firdaus dan M. Imam Icup Syafe’i yang doyan ngegupekin gue untuk skripsinya. Semoga skripsi kalian menjadi skripsi terbaik yaaa!!! Semangat!

19. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan berguna untuk selanjutnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah penyediaan sistem transportasi yang efektif dan efisien. Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian tersebut terdapat kata-kata usaha, berarti transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan (Miro, 2005: 4). Walaupun sekarang ini transportasi semakin maju, tidak menutup kemungkinan bahwa transportasi juga membawa hal negatif.

Salah satu masalah transportasi yang dihadapi sekarang ini adalah kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor yang merupakan akibat dari tidak sebandingnya pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat tinggi terhadap


(22)

pembangunan jalan baru. Jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap tahun dengan laju pertumbuhan yang tinggi dimana secara keseluruhan diatas 10 persen sedangkan pembangunan jalan baru sangat lamban, yakni hanya 0,05 persen/tahun (Adisasmita, 2011:10).

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tertentu dimana tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi dari kapasitas jalan yang ada. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kemacetan lalu lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh kota-kota besar di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Masalah kemacetan lalu lintas sangat dirasakan ketika jam-jam sibuk, baik pada pagi hari maupun jam sibuk sore hari, yaitu saat orang berpergian dari rumah ke tempat kerja, sekolah atau aktivitas lainnya, dan juga saat mereka pulang kembali ke rumahnya masing-masing.

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas 197,22 km2. Kota ini cukup pesat dalam pertumbuhan kendaraan, baik kendaraan roda empat (R4) ataupun roda dua (R2). Pertumbuhan jumlah kendaraan di Bandar Lampung sekitar 20 persen pertahunnya (Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Antoni Syahruna pada 26 Januari 2015). Dengan persentase pertumbuhan tersebut, pada tahun 2014, Bandar Lampung terlihat padat akan kendaraan. Hal ini bisa dilihat dari seringnya terjadi kemacetan di ruas-ruas jalan yang ada di Bandar Lampung. Di Bandar Lampung sendiri saat ini sering terjadi


(23)

kemacetan terutama pada jam-jam sibuk atau beban puncak arus lalu lintas, seperti di Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Imam Bonjol, Jl. Pemuda, dan Jl. Pangkal Pinang (Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Rozali pada 27 Januari 2015). Kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan utama pusat Kota Bandar Lampung menyebabkan munculnya kawasan-kawasan kemacetan di Kawasan Tugu-Gedung Joeang’45, Kawasan Terminal Kota-Bandar Lampung Plaza, Kawasan Simpur Center, Kawasan Pertokoan Pasar Tengah, Kawasan Chandra Superstore, dan juga Kawasan Pasar Bambung Kuning. Dengan adanya pertumbuhan jumlah kendaraan, tidak hanya permasalahan kemacetan yang terjadi, masalah kecelakaan pun terkadang juga tak bisa dihindari karena makin banyak jumlah kendaraan yang ada maka kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas juga akan meningkat.

Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. Menurut laporan Polisi Resor Kota (Polresta) Bandar Lampung Satlantas Unit Laka Lantas, angka kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung bisa dikatakan cukup tinggi. Adapun data angka kecelakaan bisa dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung

Tahun Jumlah Kecelakaan

2011 362 kasus

2012 323 kasus

2013 302 kasus

2014 431 kasus

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti dari Laporan Tahunan Kecelakaan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung Satlantas Unit Laka Lantas


(24)

Jika dilihat dari data tersebut, angka kecelakaan di Bandar Lampung mengalami penurunan dari tahun 2011 - 2013. Namun, di tahun 2014, kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung sebanyak 431 kasus artinya kecelakaan di Bandar Lampung mengalami kenaikan 42 persen dari tahun sebelumnya. Adapun penyebab kecelakaan di Bandar Lampung menurut Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung adalah parkir liar, adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan memakai badan jalan, adanya lubang, dan juga material bangunan yang berserakan di pinggir jalan seperti pasir. Sedangkan, menurut Polresta Bandar Lampung Satlantas Unit Laka Lantas penyebabnya adalah kelalaian pengguna kendaraan atau kesadaran human error, faktor alam, faktor kendaraan, dan juga faktor jalan. Namun, penyebab yang paling tinggi adalah kelalaian pengguna kendaraan.

Upaya pencegahan diperlukan agar angka kecelakaan dan juga kemacetan lalu lintas di Bandar Lampung bisa berkurang. Sehingga untuk mewujudkan Bandar Lampung yang tertib dan aman serta berkurangnya angka kecelakaan lalu lintas dan kemacetan tersebut, diperlukan koordinasi yang efektif dari parastakeholder. Stakeholder bisa dikatakan sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Adapun stakeholderyang terlibat berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 7 ayat 2 adalah Polisi Republik Indonesia (Polri) yang dilaksanakan oleh Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung, Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar Lampung, dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung.


(25)

Stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan salah satunya adalah Polisi Republik Indonesia (Polri). Polri merupakan koordinator dan pengawas untuk terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib yang didasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Polisi Lalu Lintas (Polantas) di bawah Polisi Resor Kota (Polresta) bertanggung jawab atas tata tertib lalu lintas di jalan raya. Unit ini membantu unsur-unsur lain dalam kepolisian untuk menangani pelanggaran hukum di jalan raya. Adapun yang menjadi ciri utama tugas Polantas, yaitu penegakan hukum lalu lintas (baik preventif maupun represif), pendidikan masyarakat tentang lalu lintas, rekayasa lalu lintas, serta registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor.

Urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Dishub juga berperan penting dalam terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib dimana intansi ini melakukan pembuatan sarana dan prasarana lalu lilntas dan angkutan jalan, seperti rambu lalu lintas dan juga marka jalan. Namun, walaupun sudah banyak rambu lalu lintas dan marka jalan yang ada di Bandar Lampung, pengguna kendaraan di Bandar Lampung terkadang tidak paham dan mengerti arti dari tanda tersebut. Hal itu juga menjadi penyebab salah satu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang saat ini memang diperbantukan untuk menjaga kelancaran lalu lintas. Hal tersebut dikarenakan jumlah personil dari polantas dan dinas perhubungan tidak mencukupi. Sehingga diperlukan bantuan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk saling berkoordinasi menertibkan


(26)

lalu lintas. Melihat hal tersebut, maka dikeluarkanlah Surat Perintah Tugas (SPT) Nomor 800/400/III.19/201.

Selanjutnya, stakeholder yang memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan yang berkaitan dengan lalu lintas adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU). Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung, Dinas PU mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota di bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam struktur organisasinya, Bidang Bina Marga bertanggung jawab atas urusan di bidang jalan dan jembatan perkotaan serta sarana dan prasarana di Kota Bandar Lampung. Jadi, Dinas PU juga bertanggung jawab atas terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib karena dengan bagusnya kondisi jalan yang ada di Bandar Lampung, maka lalu lintas yang aman dan tertib akan tercipta. Namun, kenyataannya pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar Lampung terkesan asal-asalan. Seperti yang dikatakan oleh Een bahwa: “Pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar Lampung hampir semua terkesan carut-marut dan acak-acakan sehingga wajar apabila dalam hitungan bulan, proyek jalan kembali rusak, padahal setiap spesifikasi ruas jalan memiliki umur perencanaan yang jelas” (Sumber: Harian Pilar. Diakses pada 31 Mei 2015). Hal ini juga dapat mejadi faktor penyebab kecelakaan karena kondisi jalan yang kurang baik bisa mengakibatkan pengendara R2 terjatuh.

Untuk mencapai keberhasilan tujuan masing-masing instansi, koordinasi mempunyai arti yang penting dimana pada akhirnya keberhasilan tujuan tersebut


(27)

ditentukan oleh kerjasama yang baik antara instansi yang terlibat dan disinilah koordinasi antar instansi memegang peranan penting. Menurut Usman (2013:488), koordinasi adalah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian tidak akan dapat melihat peran mereka dalam suatu organisasi. Koordinasi yang dijalankan stakeholder tersebut berdasarkan pasal 13 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi, “Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 dilakukan secara terkoordinasi.

Melihat tingginya angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang terjadi di Bandar Lampung, masih diduga bahwa koordinasi yang dijalankan oleh para stakeholder belum berjalan dengan baik. Menyadari adanya permasalahan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung?

2. Apasaja hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung?


(28)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung.

2. Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dapat berguna:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi bagi Kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah Teori Organisasi dan Manajemen dan Pengembangan Organisasi Publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dan keputusan utamanya bagi Pemerintah dan Stakeholderlain yang terkait.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Organisasi 1. Pengertian Organisasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggris, organization. Syamsi (1994:13) menyatakan bahwa organisasi dapat diartikan dua macam, yaitu: (1) Dalam arti statis, organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Robbins dalam Ndraha (2011:235), organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Organisasi menurut Handayaningrat (1985:42) adalah wadah (wahana) kegiatan daripada orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah kegiatan tersebut, setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Sedangkan menurut Hardjito (1997:5), organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.


(30)

Dari pengertian yang disebutkan para ahli, dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya sehingga maksud dan tujuan dari sekelompok orang tersebut dapat tercapai.

2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi

Ciri-ciri organisasi menurut Handayaningrat (1985:43), yaitu: a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.

b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan usaha/kegiatan.

c. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya/tenaganya. d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan.

e. Adanya suatu tujuan (the idea of goals).

Sedangkan ciri-ciri organisasi menurut Hardjito (1997:12), yaitu: a. Adanya sekelompok orang.

b. Antar hubungan.

c. Kerja sama yang didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.

Unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) terdiri dari:

a. Man(orang-orang), dalam kehidupan organisasi sering disebut dengan istilah pegawai atau personil.


(31)

b. Kerja sama, maksudnya adalah suatu perbuatan bantu membantu atau suatu perbuatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. c. Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dan juga

menggambarkan apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.

d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/ bangunan/kantor). e. Lingkungan (environment)

f. Kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca, flora, dan fauna. g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip

organisasi.

3. Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi sering disebut dengan azas-azas organisasi. Prinsip atau azas merupakan dasar, pondasi, atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Prinsip-prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok dasar atau yang menjadi pangkal-tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh karena itu, organisasi dibangun dan digerakkan diatas pondasi yang berupa prinsip organisasi, dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran, sehingga tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan prinsip organisasi. Adapun prinsip organisasi yang dikemukakan Wursanto (2003:219), yaitu:


(32)

a. Mempunyai tujuan yang jelas

Tujuan merupakan sesuatu atau sasaran yang hendak dicapai. Karena tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi maka tujuan tersebut harus dicapai melalui kerjasama sekelompok orang dimana tujuan tersebut harus dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas.

b. Mempunyai kesatuan perintah

Maksud dari prinsip ini adalah bahwa setiap pegawai dalam organisasi hendaknya mempunyai atasan langsung. Hal ini berarti setiap bawahan hanya dapat diperintah secara langsung oleh satu orang atasan sehingga seorang bawahan bertanggung jawab langsung kepada seorang atasannya langsung. c. Ada keseimbangan

Organisasi selalu membutuhkan keseimbangan. Prinsip keseimbangan di dalam organisasi dapat dibedakan beberapa macam, misalnya keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi kewenangan, keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan, dan kerugian yang di derita oleh suatu unit harus diimbangi dengan keuntungan yang diperoleh dari unit-unit lain.

d. Ada pendistribusian pekerjaan

Prinsip pendistribusian pekerjaan disebut juga prinsip pembagian tugas. Prinsip sebagian pekerjaan secara homogen (distribution of work) adalah mengelompokkan tugas atau pekerjaan yang sejenis atau yang erat hubungannya menjadi satu unit tersendiri. Jadi dalam pembagian tugas, macam-macam tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sedemikian rupa agar dapat dilaksanakan oleh satuan unit tertentu atau pejabat tertentu.


(33)

e. Ada rentangan pengawasan

Rentangan pengawasan adalah seberapa jauh kemampuan seorang pemimpin mampu mengawasi para bawahannya secara cepat dan tepat.

f. Ada pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian kekuasaan dari seorang atasan kepada pejabat bawahan atau kepada pejabat lain untuk melakukan suatu pertanggungjawaban. Jadi, pelimpahan belum tentu mengalir dari seorang atasan kepada bawahan, tetapi dapat juga terjadi dari seorang atasan kepada pejabat yang setingkat

g. Ada departementalisasi

Prinsip departementalisasi disebut juga dengan istilah departementasi. Departementasi adalah proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok pekerjaan yang sejenis. Setiap fungsi merupakan tugas dan tanggung jawab dari suatu unit tertentu dalam organisasi.

h. Ada penempatan pegawai yang tepat

Salah satu prinsip bidang kepegawaian adalah the right man in the right place, yang berarti orang yang baik ditempatkan pada tempat yang tepat atau penempatan seorang pegawai harus sesuai dengan keahliannya.

i. Ada koordinasi

Koordinasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan keselarasan gerak, keselarasan aktivitas, dan keselarasan tugas antar satuan organisasi yang ada di dalam organisasi. Tujuan organisasi akan tercapai secara efektif apabila semua orang, semua pejabat, dan semua unit/satuan organisasi serta semua sumber daya diselaraskan dengan tujuan organisasi.


(34)

j. Ada balas jasa yang memuaskan

Balas jasa adalah imbalan yang diberikan kepada seorang atas jerih payah yang telah disumbangkannya. Untuk memberikan balas jasa yang memuaskan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan gaji yang menarik dan dengan pemberian jaminan sosial.

Syamsi (1994:14) mengemukakan prinsip organisasi antara lain: a. Perumusan tujuan dengan jelas (formulation of the objectives)

Setelah tujuan ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan tersebut dengan rinci dan jelas, termasuk juga jelas batas-batasnya. Perumusan tujuan tersebut dalam prakteknya dijabarkan dalam tugas pokok. b. Pembagian tugas pekerjaan (division of works)

Adanya pembagian kerja bisa membantu dalam memperingan tugas koordinasi dimana pembagian tugas kerja ini dapat melancarkan pengawasan dan juga menghemat biaya.

c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (delegation of authorithy and responsibility)

Untuk dapat menjalankan tugas dengan baik, maka para petugas atau pejabat harus dilimpahi wewenang. Sebagai konsekuensi itu harus disertai pertanggungjawaban yang sepadan. Wewenang yang dilimpahkan itu meliputi wewenang untuk menjalankan tugasnya, wewenang untuk memerintah bawahannya dan wewenang untuk menggunakan fasilitas yang dibutuhkan.


(35)

d. Banyaknya tingkat hierarkis (level of hierarchy)

Yang dimaksud dengan tingkatan hierarki disini adalah banyaknya tingkatan unit kerja dalam suatu organisasi. Sebaiknya jangan terlalu banyak karena perintah dari pucuk pimpinan harus sampai juga pada unit kerja yang paling bawah.

e. Rentangan pengawasan (span of control)

Yang dimaksud dengan rentangan pengendalian adalah banyaknya bawahan yang sebaiknya masih bisa diawasi dengan baik.

f. Memahami akan tugas masing-masing dan kaitan tugas secara keseluruhan (understanding by the individual of his own task and the task of the whole) Masing-masing unit kerja memang mempunyain tugas tertentu. Namun, jangan sampai merasa bahwa unit kerjanya saja yang paling penting sedangkan unit kerja lainnya hanya dianggap sebagai pelengkap saja.

Dari pendapat para ahli, prinsip-prinsip organisasi yang digunakan sebagai dasar organisasi untuk membangun dan menggerakkan organisasi yang kompleks diharapkan dapat berjalan dengan baik dimana tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan prinsip organisasi.

4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi

Organisasi terdapat beberapa macam tergantung dari segi pandangannya, seperti yang dikemukakan Wursanto (2003:61) yang membagi beberapa macam organisasi yang dilihat dari berbagai segi, yaitu dari:


(36)

a. Segi jumlah pucuk pimpinan

Dari segi jumlah pucuk pimpinan, organisasi dibedakan menjadi: 1) Organisasi tunggal (single organization)

Dinamakan organisasi tunggal apabila pucuk pimpinan organisasi itu ada di tangan satu orang.

2) Organisasi jamak (plural organizationatauplural executive organization) Dinamakan organisasi jamak apabila pucuk pimpinan organisasi tersebut berada di tangan beberapa orang. Beberapa orang pimpinan tersebut merupakan suatu kesatuan.

b. Segi keresmian

Menurut keresmiannya, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Organisasi formal (formal organization)

Dikatakan organisasi formal apabila kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok secara sadar dikoordinasikan guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, sehingga orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu mempunyai struktur yang jelas. Atruktur menunjukkan suatu aliran hubungan yang menggambarkan wewenang, kekuasaan, dan tanggung jawab. Hubungan formal biasanya telah tergambar dalam bagan organisasi atau struktur organisasi.

2) Organisasi informal (informal organization)

Organisasi informal adalah organisasi yang disusun secara bebas dan spontan dan keanggotaannya disusun secara sadar atau secara tidak sadar, dimana dan kapan seseorang menjadi anggota sulit ditemukan. Dalam


(37)

organisasi informal tidak ada perincian secara tegas tentang tujuan organisasi. Biasanya organisasi informal bersifat sementara karena pembentukannya tidak direncanakan atas rencana matang yang dan jelas. c. Segi tujuan

Dari segi tujuan yang hendak dicapai, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Organisasi niaga atau organisasi ekonomi

Organisasi niaga atau organisasi ekonomi adalah organisasi yang tujuan utamanya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Organisasi niaga dibedakan menjadi organisasi niaga swasta dan organisasi niaga pemerintah.

2) Organisasi sosial atau organisasi kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional.

d. Segi luas wilayah

Menurut luas wilayahnya, organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Organisasi daerah (local organization)

Organisasi daerah adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi suatu wilayah atau daerah tertentu.


(38)

2) Organisasi nasional (national organization)

Organisasi nasional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi seluruh wilayah dalam suatu negara.

3) Organisasi regional (regional organization)

Organisasi regional adakah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.

4) Organisasi internasional (international organization)

Organisasi internasional adalah organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara-negara di dunia.

e. Segi bentuk

Menurut bentuknya, organisasi dibedakan menjadi: 1) Organisasi staf (staff organization)

2) Organisasi garis (line organization)

3) Organisasi fungsional (functional organization) 4) Organisasi staf dan garis (line and staff organization)

5) Organisasi garis dan fungsional (line and functional organization) 6) Organisasi fungsional dan staf (functional and staff organization)

7) Organisasi garis, fungsional, dan staf (line, functional, and staff organization)

8) Organisasi panitia (committee organization) f. Segi tipe

Menurut tipenya, organisasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Organisasi dengan tipe piramid mendatar


(39)

3) Organisasi dengan tipe kerucut

Pengertian bentuk organisasi sering disamakan dengan macam organisasi, padahal keduanya berbeda. Bentuk organisasi memandang dari segi tata hubungan, wewenang, dan tanggung jawab yang ada dalam suatu organisasi. Dengan demikian, Wursanto (2003:81) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam bentuk organisasi antara lain:

1) Bentuk organisasi staff (staff organization)

Dalam organisasi staf hanya terdapat pucuk pimpinan dan staf yang memberikan bantua pemikiran berupa saran atau nasihat kepada pucuk pimpinan. Oleh karena itu, dalam organisasi staf tidak ada garis komando kebawah karena tidak ada pejabat pimpinan lini.

2) Bentuk organisasi lini (line organization)

Bentuk organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pucuk pimpinan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal. Segala ketentuan, keputusan, atau segala kebijaksanaan ada di tangan satu orang, yaitu pucuk pimpinan. 3) Bentuk organisasi fungsional (functional organization)

Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi saling berhubungan karena antara satu fungsi dengan lainnya saling bergantung. Dengan demikian, wewenang dalam organisasi fungsional dilimpahkan oleh pucuk pimpinan kepada unit-unit (satuan organisasi) dibawahnya atas dasar fungsi, dan pimpinan dari tiap unit berhak untuk memerintah kepada semua


(40)

pelaksana yang ada dibawahnya sepanjang menyangkut tugas masing-masing.

4) Bentuk organisasi staf dan garis (line and staff organization)

Bentuk ini merupakan perpaduan antara dua bentuk organisasi, yaitu organisasi lini dan organisasi staf. Wewenang diserahkan dari pucuk pimpinan kepada unit-unit organisasi yang ada dibawahnya dalam semua bidang pekerjaan dan di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf. Staf ini tidak mempunyai wewenang lini atau garis (wewenang komando) ke bawah. Staf berfungsi hanya sebagai pemberi nasihat, pemberi pertimbangan sesuai bidang keahliannya.

5) Bentuk organisasi garis dan fungsional (line and functional organization) Merupakan perpaduan antara organisasi fungsional dan organisasi lini/garis. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada unit-unit organisasi yang ada dibawahnya dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai kebutuhan organisasi. Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak memerintah semua satuan pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang tugas masng-masing. Setiap satuan pelaksana mempunyai wewenang dalam semua bidang pekerjaan.

6) Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf

Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf adalah suatu organisasi yang merupakan perpaduan dari tiga bentuk organisasi, yaitu organisasi fungsional, organisasi lini, dan organisasi staf. Bentuk organisasi lini, fungsional, dan staf adalah organisasi dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada unit-unit organisasi yang ada dibawahnya


(41)

dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai kebutuhan organisasi. Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak memerintah semua satuan pelaksana sepanjang menyangkut tugas masing-masing. Setiap satuan pelaksana mempunyai wewenang dalam bidang pekerjaannya, dan di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau sebagai penasihat pimpinan. Jadi pada dasarnya sama dengan bentuk organisasi fungsional dan lini, hanya di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau sebagai nasihat.

7) Bentuk organisasi panitia (committee organization)

Bentuk organisasi panitia yaitu apabila kegiatan itu dilakukan kelompok sementara yang terdiri daripada orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.

B. Tinjauan Manajemen 1. Pengertian Manajemen

Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, proses, dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur, dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta menderteminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif, dan efisien (Hasibuan, 1986:2). Pengertian manajemen menurut George R. Terry dalam Syamsi (1994:59) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Aktivitas tersebut dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan sebelumnya


(42)

dan pelaksanaan berlangsung dengan bantuan manusia dengan sumber daya lainnya. Untuk mencapai suatu sasaran terdapat adanya keharusan berupa dipersatukannya sumber-sumber dasar yang tersedia yang lebih dikenal dengan sebutan 6M, yaitu pria dan wanita (Men), bahan-bahan (Materials), mesin-mesin (Machines), metode (Methods), uang (Money), dan pasar (Market) (Terry, 1986:3).

Pengertian manajemen menurut Hasibuan (1986:5) adalah proses yang sistematis, terkoordinasi, dan koperatif dalam usaha-usaha memafaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut Siagian dalam Hasibuan (1986:5), manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Melihat dari beberapa ahli menyebutkan pengertian manajemen sebelumnya, maka manajemen merupakan sebuah proses yang memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan kemampuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi Manajemen

Mempelajari manajemen juga harus mempelajari fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun (Syamsi, 1994:60). Terry menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan POAC (1986:37) meliputi:


(43)

a. Planning(Perencanaan) berarti tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan arah tindakan yang diikuti.

b. Organizing (Pengorganisasian) adalah tindakan mendistribusi pekerjaan antara kelompok yang ada dan menetapkan dan memerinci hubungan-hubungan yang diperlukan.

c. Actuating (Menggerakkan) berarti merangsang anggota anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan baik dan secara antusias.

d. Controlling (Mengawasi) berarti mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana-rencana.

Adapun fungsi manajemen menurut beberapa ahli pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli

G. R. Terry John F. Mee Louis

Allen Mc. Namara John D. Millet

Lyndall F. Urwick 1.Planning Planning Leading Planning Directing Forecasting 2.Organizing Organizing Planning Programming Facilitating Planning 3.Actuating Motivating Organizing Budgeting --- Organizing 4.Controlling Controlling Controlling System --- Commanding

5. --- --- --- --- --- Coordinating

6. --- --- --- --- --- Controlling

Henry Fayol Harold Koontz & Cyril O'Donnell S. P. Siagian Prof. Drs.Oey Ling Lee W. H. Newman Luther Gullick 1.Planning Planning Planning Perencanaan Planning Planning 2.Organizing Organizing Organizing Pengorganisasian Organizing Organizing 3.

Commanding Staffing Motivating Pengarahan

Assembling

Resources Staffing 4.

Coordinating Directing Controlling Pengkoordinasian Directing Directing 5.Controlling Controlling Evaluating Pengontrolan Controlling Coordinating

6. --- --- --- --- --- Reporting


(44)

Robert Tanembaum dalam Hasibuan (1986:27) mengemukakan bahwa pembagian fungsi manajemen oleh para ahli tidak sama karena:

a. Kompleksnya perusahaan karena jumlahnya sangat besar, maupun karena perkembangan lapangan usaha dan organisasi yang berbeda-beda.

b. Tidak adanya persamaan terminologi diantara ratusan pengarang menyangkut konsep yang sama.

c. Pemakaian kata-kata tanpa memperhatikan dengan serius arti dan nilainya. d. Oleh masing-masing pengarang kurang diuraikan fungsi-fungsi manajemen

lainnya.

e. Kadang-kadang diselipkan soal teknik, kemahiran diantara fungsi-fungsi manajer.

f. Mencampuradukkan fungsi dan proses. g. Deskripsi fungsi-fungsi sangat subyektif.

h. Mencampuradukkan fungsi dan kegiatan pekerjaan.

Agar manajemen pada organisasi dengan mudah mencapai tujuannya secara efektif, efisien, dan rasioanl, maka seorang pimpinan organisasi harus mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen (Torang, 2014: 166). Sehingga fungsi manajemen sangat diperlukan dalam organisasi.

C. Tinjauan Koordinasi 1. Pengertian Koordinasi

Pengertian koordinasi menurut Usman (2013:488) adalah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan


(45)

pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Koordinasi merupakan bagian terpenting di antara anggota-anggota atau unit-unit organisasi yang pekerjaannya saling bergantung. Dimana semakin banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit yang berlainan tapi erat hubungannya sehingga kemungkinan besar terjadi masalah-masalah koordinasi. Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut sehingga akan terjadi negosiasi agar mendapatkan kesepakatan. Beberapa ahli memberikan pengertian tentang koordinasi.

Menurut Ndraha (2011:291) :

Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapain suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain.

Handayaningrat (1985: 88) memberikan pengertian tentang koordinasi.

Koordinasi adalah usaha penyesuaian dari bagian yang berbeda-beda, agar kegiatan dari bagian-bagian itu dapat selesai tepat pada waktunya, sehingga masing-masing anggota dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal, agar diperoeh hasil secara keseluruhan.

Sedangkan Wursanto mengatakan:

Koordinasi adalah kegiatan pengaturan usaha sekelompok orang secara terarah dan teratur untuk menciptakan kesatuan gerak/tindakan dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Wursanto, 2003: 251).

Melihat dari beberapa ahli yang menyebutkan pengertian kordinasi sebelumnya, maka koordinasi merupakan hal yang penting karena koordinasi adalah proses mempersatukan atau menyelaraskan suatu pekerjaan dari suatu bagian dengan tugas bagian lain agar kesimpangsiuran tidak terjadi. Dengan kurangnya koordinasi dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi.


(46)

Torang (2014:182) menyatakan bahwa proses manajemen akan berjalan sempurna dan efektif apabila koordinasi diimplementasikan khusus pada dimensi organizing dan actuating. Berikut ini skema yang menggambarkan hubungan antara proses manajemen dengan koordinasi.

Bagan 2.1 Internal Coordinating of an Enterprise (Terry)

Sumber: Torang (2014:182)

Skema tersebut menggambarkan hubungan antara manajemen proses dengan koordinasi. Pada kotak tengah menggambarkan bahwa manusia (men), uang (money), pasar (markets), dan metode (methods) tidak akan dapat mencapai tujuan organisasinya tanpa menjalankan fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, dan controlling) serta melakukan koordinasi baik secara internal maupun eksternal.

a. Perencanaan (Planning) dan Koordinasi (Coordination)

Menurut Terry dalam Torang (2014:183), pengaruh perencanaan sangat signifikan terhadap koordinasi. Hal ini berarti sebuah rencana haruslah terinterelasi dan di desain bersama. Oleh sebab itu, koordinasi menjadi sangat penting.


(47)

b. Pengaturan (Organizing) dan Koordinasi (Coordination)

Sangat sulit untuk tidak melakukan koordinasi dalam mengimplementasikan organizing sebagai salah satu fungsi manajemen. Terry dalam Torang (2014:183) menjelaskan bahwa organizing has a profound effect upon coordination because where the component activities are assigned regulates the amount and extend of co-ordination they will receive. A manager with three subordinates reporting to him is logically expected to maintain co-ordination among their efforts.Pendapat Terry tersebut mengindikasi bahwa manajemen hanya dapat efektif melalui koordinasi dan atau keberhasilan organizing dalam sebuah organisasi ditentukan olehcoordination.

c. Pelaksanaan (Actuating) dan Koordinasi (Coordination)

Dalam actuating pelaksanaan tipe dan fungsi kepemimpinan (leadership function), pengawasan, dan instruksi merupakan bentuk coordination yang sangat signifikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Terry dalam Torang (2014:183) yang menjelaskan bahwa by employing variations in the intensities of the many different actuating forces, a manager helps to achieve coordination.

d. Pengawasan (Controlling) dan Koordinasi (Coordination)

Menurut Terry dalam Torang (2014:184), controlling memiliki hubungan langsung dengancoordinationterhadap evaluasi kemajuan pekerjaan. Hal tersebut membantu mensinkronkan setiap usaha, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai.


(48)

2. Ciri-Ciri Koordinasi

Ciri-ciri koordinasi menurut Handayaningrat (1985:89), yaitu:

a. Bahwa tanggung jawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan dengan kata kooperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh karena itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.

b. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.


(49)

e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja.

f. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan sebaik-baiknya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi memiliki ciri, yaitu suatu proses dalam melakukan kerjasama yang merupakan konsep kesatuan tindakan yang dilakukan secara teratur dan tanggung jawab terletak pada pimpinan.

3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi

Tujuan Koordinasi menurut Ndraha (2011:295), yaitu :

a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai dependen suatu organisasi.

b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang mengikat semua pihak yang bersangkutan.

c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif di kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.


(50)

Organisasi yang melakukan koordinasi akan mendapatkan manfaat (Sutarto, 2002:146-147), yaitu:

a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan-satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi. b. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa

suatu organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting.

c. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi atau antar pejabat.

d. Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas.

e. Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang memakan waktu lama.

f. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadi kekembaran pengerjaan terhadap suatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekembaran pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.

g. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.

h. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara para pejabat untuk saling bantu sama lain terutama di antara para pejabat yang ada dalam satuan organisasi yang sama.

i. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara pejabat untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kebaikan bagi dirinya, keselamatan bagi dirinya atas kerugian atau kejatuhan sesama pejabat lainnya.


(51)

j. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar pejabat.

k. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat. l. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan tindakan antar para

pejabat.

4. Pentingnya Koordinasi

Pentingnya kordinasi dalam mencapai efektivitas tujuan organisasi menurut Hardjito (1997: 48-49) digambarkan seperti:

Bagan 2.2 Koordinasi

Sumber: Hardjito (1997:49)

Agar langkah-langkah kegiatan yang terkoordinasi dapat terwujud perlu disusun Tim Koordinasi yang mencerminkan keterpaduan unit-unit terkait maupun instansi-instansi terkait yang terlihat dalam kegiatan tersebut. Disamping itu akan kelihatan peran-peran masing-masing anggota tim termasuk tanggung jawabnya sehingga akan tampak dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam masing-masing langkah kegiatan, dan terjabar pula jadwal pertemuan koordinasi.

Tujuan Organisasi

Koordinasi


(52)

Handayaningrat (1985:93) mengatakan koordinasi dianggap penting karena: a. Koordinasi yang baik akan mempunyai efek adanya efisiensi terhadap

organisasi itu. Karena itu maka koordinasi memberikan sumbangan (kontribusi) guna tercapainya efisiensi terhadap usaha-usaha yang lebih khusus, sebab kegiatan-kegiatan organisasi itu adalah dilakukan secara spesialisasi (khusus). Bila tidak akan terjadi pemborosan yaitu pemborosan uang, tenaga dan alat-alat (waste of money , waste of man power, waste of materials).

b. Koordinasi mempunyai efek terhadap moral daripada organisasi itu, terutama yang berhubungan dengan peran kepemimpinan (leadership). Kalau kepemimpinannya kurang baik, maka ia kurang melakukan koordinasi yang baik. Oleh karena itu, koordinasi menentukan atau mempengaruhi terhadap keberhasilan daripada kepemimpinan. Misalnya, kalau suatu organisasi tidak terkoordinasi, keputusan itu selalu tertunda-tunda (delay), tidak tepat, atau terjadi kesalahan-kesalahan (errors are made).

c. Koordinasi mempunyai efek tehadap perkembangan daripada personal didalam organisasi itu. Artinya bahwa unsur pengendalian personal dalam koordinasi itu harus selalu ada. Orang tidak selalu dibebaskan begitu saja, tetapi harus dikendalikan oleh karena itu, personal harus diperhatikan pekerjaannya dan akan merasa senang bila mendapat penghargaan dari hasil dari kerjanya, sebab kalau terjadi suatu kekeliruan biasanya yang selalu disalahkan ialah bawahannya, padahal seharusnya adalah tanggung jawab dari pimpinan, yang antara lain kurang mengadakan koordinasi. Dikatakan


(53)

oleh Mc. Farlland: ”koordinasi adalah merupakan pekerjaan yang berdasrkan atas pengalaman, dan juga dapat dilakukan dengan cara latihan (training)”.

5. Mekanisme Koordinasi

Menurut Usman (2013: 493-495) untuk mencapai koordinasi yang efektif harus menggunakan beberapa pendekatan dan teknik tertentu. Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif dan efisien, yaitu:

a. Menggunakan Teknik Manajenen yang Asasi

Masalah-masalah koordinasi yang sederhana sering dipecahkan melalui penggunaan mekanisme manajerial yang asasi untuk mencapai pengkoordinasian. Mekanisme koordinasi yang singkat diuraikan sebagai berikut: (1) Hierarki manajerial. Rangkaian komando organisasi menguraikan hubungan-hubungan diantara individu-individu dan unit-unit yang diawasi. Dengan cara demikian akan membantu arus informasi dan pekerjaan diantara unit-unit. (2) Peraturan dan prosedur. Peraturan dan prosedur suatu organisasi dibuat untuk menangani kejadian-kejadian sehari-hari sebelum hal-hal tersebut terjadi. (3) Rencana dan tujuan. Rencana dan tujuan mencapai koordinasi harus menjamin bahwa individu atau unit-unit mengarahkan dan menggerakkan upaya-upayanya ke arah sasaran yang luas dan sama.


(54)

b. Meningkatkan kesanggupan koordinasi

Jika unit lebih banyak dan lebih saling bergantung, maka diperlukan lebih banyak informasi bagi koordinasi untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, kesanggupan berkoordinasi juga harus ditingkatkan baik dengan sistem vertikal maupun horizontal.

c. Mengurangi kebutuhan berkoordinasi

Cara mengurangi kebutuhan akan berkoordinasi antara lain (1) menciptakan sumber-sumber tambahan, yaitu memberikan fasilitas kepada individu-individu atau unit-unit dalam memenuhi kebutuhannya dan (2) menciptakan unit-unit bebas, ialah memberikan kebebasan kepada individu atau unit-unit untuk berkreasi sehingga tidak perlu lagi berkoordinasi.

Wursanto (2003:254) mengatakan bahwa koordinasi dapat dijalankan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Dengan memanfaatkan saluran/media komunikasi, misalnya:

1) Media elektronik, misalnya interpon, telepon, telek, undangan, faksimil, dan lain sebagainya, apabila jaraknya saling berjauhan.

2) Media cetak/tertulis, misalnya surat edara, memo atau nota dalam, buku pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, buku pedoman peraturan. 3) Media tatap muka, yaitu degan mengadakan pertemuan-pertemuan, baik

pertemuan formal maupun pertemuan informal. Pertemuan formal misalnya dengan mengadakan rapat kerja, rapat pimpinan, rapat dinas, rapat koordinasi, konferensi. Sedang rapat informal, misalnya pertemuan pada waktu istirahat atau makan bersama, sedang naik


(55)

kendaraan bersama baik pada waktu mau berangkat maupun pada waktu pulang, silahturahmi, dsb.

b. Dengan mengangkat koordinator.

c. Membuat symbol, tanda-tanda, atau kode-kode tertentu, misalnya dengan menggunakan bel atau sirine, gong, kentongan, sinar, ucapan dengan jawaban tertentu.

d. Dengan aba-aba tertentu. e. Dengan menyanyi bersama.

Sedangkan menurut Sutarto (2002:152-158), caranya antara lain: a. Mengadakan pertemuan informal antara para pejabat.

b. Mengadakan pertemuan formal antara para pejabat yang biasanya dinamakan rapat.

c. Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan. d. Membuat penyebaran kartu kepada para pejabat yang diperlukan. e. Mengangkat koordinator.

f. Membuat buku pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, dan buku pedoman kumpulan peraturan.

g. Berhubungan melalui alat perhubungan. h. Membuat tanda-tanda.

i. Membuat simbol. j. Membuat kode. k. Menyanyi bersama.


(56)

Sehingga agar koordinasi dapat berjalan efektif, perlu diperhatikan pula mekanisme dan tekniknya karena komunikasi merupakan kunci koordinasi yang efektif.

6. Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut arahnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam (Soekarno dalam Wursanto, 2003:251-252), yaitu:

a. Koordinasi vertikal, adalah tindakan atau kegiatan penyatuan/pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan unit-unit/satuan-satuan kerja yang langsung ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya. b. Koordinasi horizontal, dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Koordinasi interdisciplinary, adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan/menyatukan tindakan untuk mewujudkan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain, baik secara internal maupun secara eksternal pada unit-unit yang mempunyai tugas yang sama. 2) Koordinasi interrelated, adalah koordinasi antar badan,

instansi/lembaga yang fungsinya satu sama lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara internal maupun eksternal.

Pada penelitian ini, jika dilihat dari arahnya, koordinasi yang dijalankan antar instansi ini termasuk daam koordinasi interrelated karena instansi tersebut memiliki fungsi yang sama dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

Ndraha (2011:295-296) menyebutkan bentuk koordinasi jika dilihat dari sudut pandang manajemen, yaitu:


(57)

a. Koordinasi waktu. Koordinasi waktu atau sinkronisasi merupakan proses untuk menentukan, mana kegiatan yang dapat berjalan serentak dan mana yang harus berurutan; jika berurutan, bagaimana urutannya. Koordinasi ini dilakukan terhadap kegiatan antar unit kerja yang berhubungan dependen, kausal, dan sebangsanya.

b. Koordinasi ruang. Koordinasi ruang dapat disebut juga koordinasi wilayah. Koordinasi ini ditempuh jika suatu kegiatan melalui berbagai kerja daerah. c. Koordinasi interinstitusional, yaitu koordinasi antar berbagai unit kerja yang

berkepentingan atas suatu projek serba guna atau produk bersama tertentu. d. Koordinasi fungsional, yaitu koordinasi yang dilakukan oleh unit kerja yang

satu terhadap unit kerja yang lain yang kegiatannya secara objektif berhubungan fungsional.

e. Koordinasi struktural, yaitu koordinasi antar unit kerja yang berada di bawah struktur tertentu, tanpa melalui superordinasi. Koordinasi seperti ini murni kehendak berkoordinasi unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lain secara sukarela.

f. Koordinasi perencanaan, oleh James G. march dan Herbert A. simon (1958) disebut coordination by plan, guna mengantisipasi terjadinya gejala kehancuran keberhasilan unit kerja yang satu oleh keberhasilan unit kerja yang lain. Koordinasi ini berlangsung antar unit kerja yang berhubungan interpenden dan independen.

g. Koordinasi masukan-balik, oleh March dan Simon disebut coordination by feedback, yaitu koordinasi hasil kontrol terhadap sistem kegiatan unit kerja, agar dapat dilakukanadjustmrnt, improvement,koreksi, dsb.


(58)

7. Karakteristik Koordinasi yang Efektif

Usman (2013: 497) mengatakan hal yang mempengaruhi koordinasi yang efektif antara lain:

a. Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait. b. koordinator sangat proaktif danstakeholderskooperatif.

c. Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosektoral). d. Tidak terjadi tumpang tindih tugas.

e. Komitmen semua pihak tinggi.

f. Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi.

g. Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi. h. Pelaksanaan tepat waktu.

i. Semua masalah terpecahkan.

j. Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholders.

8. Masalah- Masalah dalam Koordinasi

Kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi akan terlihat dari gejala-gejala berikut (Sutarto, 2002:146).

a. Petugas atau satuan-satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang kerja atau wewenang yang masing-masing menganggap termasuk dalam lingkungan tugasnya. Dalam hal ini sering lalu terjadi kekembaran dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu, dan material.


(59)

b. Petugas-petugas atau satuan-satuan organisasi saling melemparkan sesuatu tanggung jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa sesuatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. Pengingkaran tanggung jawab biasanya mengakibatkan adanya kekosongan tindakan yang semestinya dijalankan.

c. Pencapaian tujuan organisasi tidak berjalan secara lancar karena suasana organisasi terasa serba kacau, para petugas nampak serta ragu dan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan, ternyata serba salah saling berbenturan atau bahkan hasil pekerjaan yang satu sering-sering dihapuskan oleh pekerjaan yang lain tanpa disadari.

Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan permasalahan koordinasi dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya masalah-masalah, yang apabila tidak dipecahkan akan mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan seperti tidak efisien, tumpang tindih, kekaburan, pemborosan, dan sejenisnya.

9. Indikator Koordinasi

Dengan memandang koordinasi melalui proses manajemen menurut Ndraha (2011:289), koordinasi dapat diukur melalui indikator :

a. Informasi, komunikasi, dan teknologi informasi.

b. Kesadaran pentingnya koordinasi; berkoordinasi; koordinasibuilt-indi dalam setiapjobatautask.


(60)

c. Kompetensi partisipan, kalender pemerintahan. Peserta forum koordinasi harus pejabat yang berkompeten mengambil keputusan. Untuk menjamin kehadiran pejabat yang demikian, harus ditetapkan kalender pemerintahan (koordinasi) yang ditaati sepenuhnya dari atas ke bawah.

d. Kesepakatan dan komitmen. Kesepakatan dan komitmen harus digandakan (diprogramkan) oleh setiap pihak secara institusional (formal).

e. Penetapan kesepakatan oleh setiap pihak yang berkoordinasi.

f. Insentif koordinasi, yaitu sanksi pihak yang ingkar atau tidak menaati kesepakatan bersama. Sanksi itu datang dari pihak atasan yang terkait.

g. Feedbacksebagai masukan-balik kedalam proses koordinasi selanjutnya.

Ketujuh indikator tersebut yang akan digunakan untuk melihat seperti apa koordinasi yang berjalan selama ini antara Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar Lampung dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Kota Bandar Lampung. Koordinasi antara keempat instansi pemerintah tersebut dapat dikatakan efektif apabila memenuhi tujuh indikator koordinasi yang diantaranya adalah adanya komunikasi. Komunikasi adalah pendekatan utama dalam koordinasi, karena dalam pengaturan ruang dan waktu yang memperlancar pencapaian tujuan organisasi adalah hubungan antar individu ataupun instansi.


(61)

D. Kerangka Pikir

Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah penyediaan sistem transportasi yang efektif dan efisien. Namun, walaupun sekarang ini transportasi semakin maju, tidak menutup kemungkinan bahwa transportasi juga membawa hal negatif. Salah satu masalah yang dihadapi karena majunya transportasi adalah kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor yang merupakan akibat dari tidak sebandingnya pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat tinggi terhadap pembangunan jalan baru. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, seperti di Bandar Lampung yang sering terjadi kemacetan ketika jam-jam sibuk. Namun, dengan adanya pertumbuhan jumlah kendaraan, tidak hanya permasalahan kemacetan yang terjadi, masalah kecelakaan juga tak bisa dihindari karena makin banyak jumlah kendaraan yang ada maka kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas juga akan meningkat.

Upaya pencegahan diperlukan agar angka kecelakaan dan juga kemacetan lalu lintas di Bandar Lampung bisa berkurang. Dengan adanya masalah lalu lintas yang dihadapi, berdasarkan payung hukumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 40/12/HK/2011 tentang Pembentukan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bandar Lampung, untuk mewujudkan Bandar Lampung yang tertib dan aman serta berkurangnya


(62)

angka kecelakaan lalu lintas dan kemacetan tersebut, diperlukan koordinasi yang efektif dari para stakeholder. Adapun stakeholder yang terlibat adalah Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung, Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar Lampung, dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung .

Penulis memakai teori dari Ndraha bahwa ada tujuh indikator koordinasi yang baik. Di dalam sebuah koordinasi, diperlukan terciptanya komunikasi yang baik dari masing-masing pihak. Selain itu, setiap masing-masih pihak terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Indikator selanjutnya adalah dilihat dari partisipan yang melakukan koordinasi, bahwa memang pejabat yang berwenang diperlukan didalamnya agar dapat mengawasi jalannya koordinasi. Sebelum melakukan koordinasi, diperlukan adanya kesepakatan dan komitmen agar manusia yang berkoordinasi tidak melalaikan tugasnya dan bisa diberikan sanksi jika tidak menjalankan tugasnya. Dan yang terakhir, apabila koordinasi sudah berjalan maka perlu dilihat ada atau tidaknya feedback(umpan balik) dari objek maupun subjek koordinasi tersebut, oleh sebab itu diperlukan perencanaan selanjutnya jika masalah dalam koordinasi tidak terpecahkan


(63)

Bagan 2.3 Kerangka Pikir

Sumber: Diolah oleh peneliti

Instansi Pemerintah Polresta Bandar Lampung Dishub Kota Bandar Lampung

Badan Satpol PP Kota Bandar Lampung

Dinas PU Kota Bandar Lampung

Indikatorkoordinasi yang efektif (Ndraha, 2011) : 1. Informasi, komunikasi, dan teknologi

komunikasi

2. Kesadaran pentingnya koordinasi 3. Kompetensi partisipan

4. Kesepakatan dan komitmen 5. Penetapan kesepakatan 6. Insentif koordinasi 7. Feedback

Tingginya kemacetan lalu lintas yang terjadi di Bandar

Lampung

Tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Bandar

Lampung

Koordinasi berjalan efektif dan tercipta ketertiban dan

kenyamanan lalu lintas

Koordinasi

UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 40/12/HK/2011 tentang Pembentukan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bandar

Lampung


(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan Taylor dalam Moleong (2010:4) berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, di mana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-kata hasil wawancara, gambar, catatan di lapangan, foto, dokumen pribadi, ataupun memo. Dengan kata lain, metode deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah penelitian.

Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini dapat mengungkapkan peristiwa nyata yang terjadi di lapangan melalui proses wawancara, observasi, maupun dokumentasi sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh terkait pelaksanaan koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung dan juga hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan koordinasi.


(65)

B. Fokus Penelitian

Guna mempertajam dan membatasi penelitian, maka peneliti kualitatif menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kajian yang akan diteliti.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu

1) Koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung. Peneliti menggunakan teori milik Ndraha (2011:97), dengan memandang koordinasi melalui proses manajemen koordinasi yang dapat diukur melalui indikator:

a. Informasi, komunikasi, dan teknologi informasi.

b. Kesadaran pentingnya koordinasi; berkoordinasi; koordinasi built-in di dalam setiapjobatautask.

c. Kompetensi partisipan, kalender pemerintahan. d. Kesepakatan dan komitmen.

e. Penetapan kesepakatan oleh setiap pihak yang berkoordinasi. f. Insentif koordinasi.

g. Feedbacksebagai masukan-balik kedalam proses koordinasi selanjutnya.

2) Hambatan yang dihadapi pada koordinasi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung.


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai koordinasi antara Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung, maka penulis memberikan simpulan bahwa:

a. Koordinasi yang dilakukan oleh keempat instansi pemerintah belum dijalankan dengan baik. Hal tersebut bisa dilihat dari tujuh indikator koordinasi, yaitu:

1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi

Pemberian informasi yang diberikan masing-masing instansi kepada instansi lain sudah jelas dan juga komunikasi yang dijalankan oleh antar instansi sudah berjalan dengan baik dan juga untuk penggunaan teknologi informasi sudah digunakan dengan baik.

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi

Kesadaran akan pentingnya koordinasi dalam koordinasi ini sudah cukup baik namun rapat untuk mengevaluasi koordinasi belum dijalankan dengan baik.


(2)

119

3) Kompetensi Partisipan

Kompetensi partisipan dalam melakukan koordinasi ini dari masing-masing instansi secara prosedural sudah baik namun secara teknis kurang baik

4) Kesepakatan dan Komitmen

Kesepakatan dan komitmen dalam berkoordinasi belum cukup baik. Kesepakatan dan komitmen tidak dituangkan dalam tulisan (seperti perjanjian, MoU).

5) Penetepan Kesepakatan

Penetapan kesepakatan tidak berjalan dengan baik karena tidak adanya kesepakatan tertulis yang dibuat oleh masing-masing instansi dalam hal koordinasi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

6) Insentif Koordinasi

Insentif yang diberikan dalam koordinasi ini belum berjalan dengan baik karena tidak adarewarddan sanksi yang diberikan sangat ringan.

7) Feedback

Feedbackyang dirasakan dalam koordinasi ini belum cukup baik.

b. Hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu:

a) Internal

1) Masalah anggaran. 2) Masalah kewenangan.


(3)

4) Rapat koordinasi yang sangat jarang dilakukan. 5) Tidak ada rencana kerja dalam Forum.

b) Eksternal

1) Kurangnya kesadaran masyarakat

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan terkait koordinasi antara Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

1) Kesadaran masing-masing pelaksana koordinasi harus ditingkatkan dengan cara memberikan reward dan punishment kepada pelaksana koordinasi agar tidak hanya menjalankan tugas dan fungsi masing-masing instansinya.

2) Membuat aturan tertulis, seperti MoU atau Surat Keputusan (SK) untuk mendukung koordinasi atau kerjasama yang baik antar instansi dalam pengaturan lalu lintas, agar para pelaksana koordinasi dapat menjalankan tugas dan fungsi dengan baik.

3) Perlunya penambahan jumlah personil dari Polisi Lalu Lintas yang ada saat ini mengingat kondisi jalanan yang semakin dipadati oleh kendaraan, sebaiknya pemerintah berperan aktif dalam membatasi permintaan masuknya kendaraan-kendaraan ke Kota Bandar Lampung.

4) Jadwal rapat koordinasi dibuat dengan teratur agar tidak membingungkan dan dapat dijalankan dengan lebih efektif atau sesuai dengan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 40/12/HK/2011 tentang Pembentukan


(4)

121

Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bandar Lampung yang menyatakan rapat diadakan minimal 3 bulan sekali.

5) Ketua Forum harus membuat suatu rencana kerja dan rencana anggaran sehingga tidak mengganggu program yang telah disusun oleh masing-masing instansi.

6) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat berupa sosialisasi agar masyarakat mengetahui tentang lalu lintas dan angkutan jalan.


(5)

Buku:

Adisasmita, Rahardjo.2011. Manajemen Transportasi Darat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Handayaningrat, Soewarno.1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta: Gunung Agung.

--.1989. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Hardjito, Dydiet. 1997. Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, Malayu.1986. Manajemen Dasar, Pegertian, dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Moleong, Lexy J.2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ndraha, Taliziduhu.2011.Kybernology. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutarto.2002. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syamsi, Ibnu.1994. Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

Terry, George R.1986.Asas-Asas Menejemen. Bandung: Penerbit Alumni. Torang, Syamsir. 2014.Organisasi & Manajemen.Bandung: Alfabeta.


(6)

Usman, Husaini.2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara.

Wursanto, Ignasius.2003.Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Dokumen:

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 03 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 40/12/HK/2011 tentang Pembentukan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bandar Lampung

Website:

Bukhori. 2015. Copot Kadis PU Kota Bandar Lampung. Diakses pada 31 Mei 2015 dalam http://www.harianpilar.com/2015/01/13/copot-kadis-pu-kota-bandarlampung/