KAJIAN ENERGI PROSES PENGOLAHAN INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT SKALA MENENGAH

(1)

KAJIAN ENERGI PROSES PENGOLAHAN INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT SKALA MENENGAH

Oleh Dede Pramana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

RAKYAT SKALA MENENGAH Oleh

Dede Pramana

Produksi singkong yang sangat tinggi telah mendorong cukup banyak berdirinya

industri tapioka yang tersebar di seluruh daerah di Provinsi Lampung dengan

skala produksi yang beragam salah satunya adalah industri tapioka rakyat. Industri

tapioka rakyat umumnya masih menggunakan peralatan produksi yang masih

sederhana menyebabkan pemakaian energi yang tidak terkontrol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi yang dibutuhkan persatuan

produk pada proses produksi tepung tapioka di industri tapioka rakyat dan

membandingkan penggunaan energi yang dibutuhkan persatuan produk pada

proses produksi tepung tapioka di industri tapioka rakyat. Metode penelitian yang

digunakan adalah dengan metode survei di lapangan. Pengambilan data dilakukan

dengan pengambilan data primer yaitu data yang berasal dari pengamatan,

pencatatan dan pengukuran langsung di lapangan, dan pengambilan data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari catatan di pabrik tapioka rakyat Kabupaten

Pesawaran dan Kabupaten Lampung Timur untuk melengkapi data primer untuk


(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah kebutuhan energi pada proses

produksi tapioka di PD. Semangat Jaya adalah sebesar 0,03419 MJ/Kg bahan

baku, dengan perincian 0,02019 MJ/Kg atau 58,88% berasal dari energi listrik dan

energi tenaga manusia sebesar 0,01406 MJ/Kg atau sebesar 41,12% dari seluruh

kebutuhan energi pada proses produksi tapioka sedangkan pada proses produksi

tapioka di PD. Rukun Sentausa membutuhkan energi sebesar 0,03119 MJ/Kg

bahan baku dengan perincian 0,01964 MJ/Kg atau 62,97% berasal dari energi

listrik dan energi tenaga manusia sebesar 0,0115 MJ/Kg atau sebesar 37,03% dari

seluruh kebutuhan energi pada proses produksi tapioka.

Apabila dilakukan analisis biaya produksi per kg bahan baku, maka diperoleh

biaya produksi di PD. Semangat Jaya sebesar Rp 1.007,16, sedangkan biaya

produksi di PD. Rukun Sentausa sebesar Rp 1.019,78. Berdasarkan data tersebut

biaya produksi per kilogram bahan baku diatas terdapat selisih biaya antara PD.

Semangat Jaya dan PD. Rukun Sentausa yaitu sebesar Rp 12,62 lebih besar di PD.

Rukun Sentausa.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Kerangka Pemikiran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tapioka... 5

B. Kebutuhan Energi... 9

C. Analisis Energi ... 11

III. BAHAN DAN METODE ... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan ... 14

C. Metode Penelitian ... 14

D. Pelaksanaan Penelitian ... 15

E. Pengamatan ... 16

1. Proses Pengolahan Bahan Baku Menjadi Tepung Tapioka ... 16

2. Penggunaan Energi... 16

3. Analisis Data ... 16

a. Energi Manusia... 17

b. Energi Listrik... 17


(8)

B. Proses Pengolahan Tapioka... 20

C. Konsumsi Energi pada Proses Produksi Tapioka... 25

1. Energi Listrik... 25

a. PD. Semangat Jaya... 25

b. PD. Rukun Sentausa... 26

2. Energi Manusia ... 28

a. PD. Semangat Jaya... 28

b. PD. Rukun Sentausa ... 30

D. Perbandingan Konsumsi Energi ... 33

E. Analisis Biaya... 34

1. PD. Semangat Jaya... 35

2. PD. Rukun Sentausa... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(9)

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil ubikayu atau singkong

terbesar di Indonesia. Luas areal penanaman singkong di Provinsi Lampung pada

tahun 2011 adalah sekitar 361.538 Ha dengan jumlah produksi sebesar 9,017 juta

ton/tahun (BPS, 2012). Produksi singkong yang sangat tinggi ini telah

mendorong cukup banyak berdirinya industri tapioka yang tersebar di seluruh

daerah di Provinsi Lampung dengan skala produksi yang beragam salah satunya

adalah industri tapioka rakyat.

Ubikayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Pemasaran yang memerlukan

waktu lama, ubi kayu harus diolah dulu menjadi bentuk lain untuk pemasaran

yang lebih lama agar lebih awet seperti gaplek, tapioka (tepung ubi kayu), tapai,

peuyeum, keripik singkong dan lain-lain. Tapioka yang dibuat dari ubikayu

mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan baku berbagai industri,

dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi

zat gizi tapioka lebih baik (BPPT, 2006).

Pengolahan singkong menjadi tapioka memiliki peluang pasar cukup potensial

dari segi bisnis agroindustri, baik untuk pasar domestik, maupun pasar ekspor.


(10)

Indonesia dan Republik Demokrasi Congo memasok 60% kebutuhan ubikayu

dunia. Tapioka Indonesia telah menjangkau berbagai negara di Asia dan Eropa

dengan ekspor tapioka terbesar ke Korea (54%) dan Cina (30%) dari total ekspor.

Luasnya negara tujuan ekspor di beberapa negara Asia dan Eropa menunjukkan

bahwa ekspor komoditi ini sangat potensial (BPS, 2008).

Proses produksi tapioka merupakan suatu tahapan proses yang cukup panjang dan

banyak memakan energi dimulai dari pengupasan ubikayu hingga menjadi

tapioka. pihak industri sangat bergantung pada ketersediaan energi untuk

kelancaran proses produksi tersebut. Energi yang terbatas mendorong perlu

diadakannya kegiatan efisiensi energi (Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi, 2005).

Keterbatasan persediaan sumber energi membutuhkan antisipasi yang tepat dan

cermat agar tercapai penggunaan energi yang efektif dan efisien. Perhitungan

terhadap pemakaian dan pengadaan energi dalam proses produksi perlu dilakukan,

karena penggunaan energi akan berbanding lurus dengan biaya produksi.

Penggunaan energi secara efektif dan efisien akan mampu menekan besarnya

biaya produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pola

penggunaan energi pada proses produksi yaitu analisis energi (Wibowo, 2008).

Analisis energi dapat membantu memberikan gambaran mengenai penggunaan

energi, distribusi energi, biaya energi dan konversi energi yang akhirnya dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sumber pemborosan energi, guna mendapatkan

langkah penghematan dan perbaikan-perbaikan yang layak untuk dilaksanakan


(11)

3

Kegiatan analisis energi meliputi analisis energi awal dan analisis energi rinci

(Setiawaty, 2002). Analisis energi akan membantu perusahaan untuk mengetahui

secara rinci energi dan efisiensi penggunaaan alat dan mesin pada setiap tahapan

produksi. Hasil analisis juga dapat digunakan untuk melihat peluang

penghematan energi yang dapat dilakukan dan sebagai dasar dalam perencanaan

pengembangan sistem produksi oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian

Sugiran (2008), analisis energi terbukti dapat mengetahui pemborosan energi,

sehingga memudahkan untuk dilakukannya efisiensi energi.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk menghitung energi yang dibutuhkan bahan baku pada proses produksi

tepung tapioka di industri tapioka rakyat.

2. Membandingkan penggunaan energi yang dibutuhkan bahan baku pada proses

produksi tepung tapioka di industri tapioka rakyat.

C. Kerangka Pemikiran

Energi merupakan kebutuhan yang vital dalam setiap aspek kehidupan.

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan energi juga meningkat.

Permintaan energi di Indonesia rata-rata pertahun naik sebesar 7% sedangkan

pasokan energi primer diperkirakan hanya meningkat sebesar 2% . Keterbatasan

persediaan sumber energi membutuhkan antisipasi yang tepat dan cermat agar

tercapai penggunaan energi yang efektif dan efisien. Proses perhitungan terhadap


(12)

penggunaan energi akan berbanding lurus dengan biaya produksi. Penggunaan

energi secara efektif dan efisien akan mampu menekan besarnya biaya produksi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan energi

pada proses produksi yaitu analisis energi.

Industri tapioka rakyat merupakan salah satu jenis indusri sektor pertanian yang

memberikan andil cukup besar terhadap perkembangan ekonomi masyarakat

terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Industri tapioka rakyat merupakan

agroindustri dengan pola usaha mandiri yang dikelola oleh individu atau

kelompok masyarakat yang pada awalnya didirikan atas inisiasi pemerintah dalam

program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk kelancaran proses produksi

tersebut, pihak industri sangat bergantung pada ketersediaan energi. Salah satu

penyebab semakin berkurangnya industri tapioka rakyat adalah mahalnya biaya

produksi.

Industri tapioka rakyat ditinjau dari aspek teknologi tergolong industri yang

lemah, hal ini dapat dilihat dari proses produksi masih menggunakan teknologi

sederhana, mesin yang digunakan adalah mesin dengan kapasitas kecil dan

peralatan yang digunakan masih berupa peralatan sederhana serta proses produksi

umumnya dilakukan secara manual. Kajian energi perlu dilakukan pada industri

tapioka rakyat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada proses produksi


(13)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tapioka

Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam

berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih baik bila dibandingkan

dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, tapioka juga dapat

digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih (Tri dan Agusto, 1990).

Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat diperlukan oleh

berbagai industri antara lain industri kembang gula, penggalengan buah-buahan,

pengolahan es krim, minuman dan industri peragian. Tapioka juga banyak

digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam

industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim,

pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain (Tri dan Agusto, 1990).

Standar mutu tepung tapioka di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional

Indonesia SNI 01-3729-1995. Klasifikasi dan standar mutu tepung tapioka


(14)

Tabel 1. Klasifikasi dan standar mutu tepung tapioka

KLASIFIKASI KETERANGAN

A. Keadaan

1. Bau Normal

2. Warna Normal

3. Rasa Normal

B. Benda Asing Tidak boleh ada C. Serangga (bentuk stadia dan potongannya) Tidak boleh ada D. Jenis pati lain Tidak boleh ada

E. Air (%) Maksimum 13

F. Abu(%) Maksimum 0,5

G. Serat kasar(%) Maksimum 0,1 H. Derajat asam (MI NaOH 1N/100 gram) Maksimum 4 I. SO2 (Mg/Kg) Maksimum 30

J. Bahan tambahan makanan (bahan pemutih) Sesuai SNI 01-0222-1995 K. Kehalusan,lolos ayakan 100 mesh (%) Minimum 95

L. Cemaran logam

1. Timbal (Pb) Mg/Kg Maksimum 1,0 2. Tembaga (Cu) Mg/Kg Maksimum 10,0 3. Seng (Zn) Mg/Kg Maksimum 40,0 4. Raksa (Hg) Mg/Kg Maksimum 0,05 M. Cemaran Arsen (As) Mg/Kg Maksimum 0,5 N. Cemaran mikroba

1. Angka lempengan total koloni/gram Maksimum 106 2. E. Coli APM/gram Maksimum 10 3. Kapang koloni Maksimum 104 Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2011

Teknologi yang digunakan dalam agroindustri pengolahan tepung tapioka

dikelompokkan menjadi tiga macam :

1. Pengolahan tapioka secara tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang

masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung pada

musim

2. Pengolahan tapioka semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang

menggunakan mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan

3. Pengolahan tapioka mesin otomatis yaitu industri pengolahan tapioka yang

menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka


(15)

7

karena proses produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih

pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas.

Proses pengolahan tepung tapioka melalui beberapa tahap yaitu:

1. Pengupasan

Umbi dikupas, kemudian dicuci sampai bersih.

2. Pemarutan

Umbi diparut halus menjadi bubur umbi. Jika umbi yang ditangani cukup

banyak, umbi digiling dengan mesin penggiling. Setelah itu, bubur ditambah

air (1 bagian bubur ditambah dengan 2 bagian air), diaduk-aduk agar pati lebih

banyak yang terlepas dari sel umbi. Jika bubur cukup banyak, pengadukan

dilakukan dengan alat pengaduk mekanis.

3. Penyaringan suspensi pati

Bubur umbi disaring dengan kain saring sehingga pati lolos dari saringan

sebagai suspensi pati, dan serat tertinggal pada kain saring. Suspensi pati ini

ditampung pada wadah pengendapan.

4. Pengeringan

Suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam wadah pengendap selama 12 jam.

Pati akan mengendap sebagai pasta. Cairan diatas endapan dibuang, dan pasta

dijemur di atas tampah ,terpal atau dikeringkan dengan alat pengering sampai

kadar air di bawah 14%. Produk yang telah kering akan terasa halus bila

diremas-remas. Hasil pengeringan ini disebut dengan tepung kasar.

5. Penggilingan

Tepung kasar selanjutnya ditumbuk atau digiling sampai halus


(16)

6. Pengemasan

Tapioka dapat dikemas di dalam karung plastik atau kotak kaleng dalam

keadaan tertutup rapat.

Secara umum proses pengolahan tapioka tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses pengolahan tepung tapioka Sumber : Usman (2010)


(17)

9

B. Kebutuhan Energi

Energi merupakan salah satu input dalam proses produksi pertanian. Semua

masukan yang mendukung proses produksi dapat dikonversikan ke dalam bentuk

energi. Energi yang digunakan pada proses produksi industri tapioka rakyat

mencakup energi listrik dan energi tenaga manusia.

1. Energi Listrik

Listrik memegang peranan yang vital dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa

listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah

tangga maupun industri. Energi Listrik adalah energi akhir yang dibutuhkan bagi

peralatan listrik untuk menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan,

mendinginkan ataupun untuk menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik

untuk menghasilkan bentuk energi yang lain. Energi yang dihasilkan dapat

berasal dari berbagai sumber misalnya, air, minyak, batu bara, angin, panas bumi,

nuklir, matahari dan lainnya.

2. Energi Manusia

Energi manusia sangat berperan dalam seluruh proses produksi tapioka. Energi

manusia yang digunakan pada industri tapioka rakyat yaitu pada kegiatan

penurunan bahan baku, pncucian, pemarutan, penirisan, pengeringan/penjemuran,

pengayakan dan pengemasan.

Kapasitas seseorang untuk melakukan kerja produktif adalah berbeda-beda

tergantung pada; (a) sifat pekerjaan yang meliputi umur, kekuatan dan tingkat


(18)

lamanya bekerja, semakin lama semakin tidak efisien, (e) kondisi lingkungan,

seperti kelembaban dan lainnya. Wanders (1978) dalam Pramono (2009),

menyatakan bahwa pengeluaran tenaga manusia berkisar antara 0,40,7 kW

(setara dengan 1,442,52 MJ/jam) secara normal. Dengan memperhitungkan

waktu istirahat selama 8 jam kerja, maka kebutuhan tenaga manusia sekitar 0,32

0,35 kW (setara dengan 1,151,20 MJ/jam).

Orang berumur 50 tahun memiliki kapasitas energi 80% dari umur 25 tahun

sedangkan orang berumur 60 tahun hanya memiliki kapasitas energi sebesar 60%

dari umur 25 tahun. Kebutuhan energi tenaga manusia untuk melakukan aktifitas

pada beberapa kondisi beban kerja disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan energi tenaga manusia untuk melakukan aktifitas pada beberapa kondisi beban kerja

Pembagianaktifitas Kerja ringan (MJ) Kerja sedang (MJ) Kerja berat (MJ) Kerja sangat berat (MJ) Wanita (BB 55 Kg)

Istirahat (8 jam) 1,8 1,8 1,8 1,8 Kerja (8 jam) 3,3 4,2 5,9 7,5 Rata-rata /Kg BB 0,15 0,17 0,20 0,23

Pria (BB 55 Kg)

Istirahat (8 jam) 2,1 2,1 2,1 2,1 Kerja (8 jam) 5,8 5,8 8,0 10,0 Rata-rata /Kg BB 0,17 0,19 0,23 0,26 Sumber : FAO dan WHO, 1974 dalam Setiawaty, 2002


(19)

11

C. Analisis Energi

1. Pengertian dan Tujuan

Analisis energi dapat diartikan sebagai suatu perhitungan aliran energi dalam

sebuah proses produksi, biasanya agar proses tersebut menjadi ekonomis. Adapun

tujuannya adalah untuk menghitung nilai energi yang digunakan dalam setiap

tahap di dalam suatu sistem secara keseluruhan (Setiawaty, 2002).

Menurut Malcolm Slesser (1982) dalam Saputra (2007), analisis energi adalah

suatu perhitungan aliran energi dalam sebuah proses produksi. Tujuan dari

analisis energi biasanya agar proses produksi tersebut menjadi ekonomis.

Analisis energi merupakan suatu perhitungan pada sistem yang mengkonsumsi

energi yang bertujuan untuk mengetahui neraca penggunaan energi, efisiensi

peralatan konversi energi, konsumsi energi spesifik dan sumber pemborosan

energi.

2. Tahapan Analisis Energi

Langkah-langkah dalam analisis energi secara umum adalah analisis energi awal

dan analisis energi rinci.

a. Analisis energi awal

Pemeriksaan pendahuluan adalah pegumpulan data awal dan analisa pendahuluan,

yang terdiri atas:

1). Pengelompokan sumber data

2). Mengidentifikasi data-data yang diperlukan


(20)

b. Analisis energi rinci

Pemeriksaan energi secara umum yang menyeluruh adalah melakukan penjagaan

terhadap peralatan yang dipakai suatu pabrik dan melakukan analisis, baik

terhadap alat yang telah ditetapkan dan digunakan secara kontinyu maupun alat

yang bersifat tidak tetap. Tahapan pada pemeriksaan energi secara rinci meliputi:

evaluasi pengolahan energi harian.

1). Pemeriksaan energi pendahuluan

2). Pemilihan bagian yang akan dianalisis energi

3). Pemeriksaan dan pencatatan data lapangan

4). Evaluasi data yang telah dikumpulkan

Menurut Setiawaty (2002), energi yang berasal dari tenaga manusia dan hewan

tersebut disebut energi biologis, sedangkan energi yang berasal dari bahan bakar

fosil yang digunakan secara langsung pada proses produksi disebut energi

langsung. Dalam hal energi langsung ini pemakaian energi listrik tidak termasuk

di dalamnya.

Tiga metode analisis yang digunakan untuk melaksanakan analisis energi menurut

Chapman (1974) dalam Saputra (1997), yaitu analisis statistik, analisis

input-output, dan analisis proses.

1) Analisis statistik

Analisis ini menentukan energi yang tersimpan persatuan keluaran dengan

menggunakan statistik, baik untuk memperoleh informasi sejumlah industri


(21)

13

2) Analisis input-output

Analisis secara langsung atau tidak langsung terhadap aliran bahan yang masuk

ke dalam sistem untuk menghasilkan bahan keluaran tertentu dimana aliran

bahan ini dapat dinyatakan sebagai energi utama dalam menghasilkan keluaran

tersebut.

3) Analisis proses

Suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang harus diikuti untuk

memperoleh produk akhir. Setiap tahapan proses atau kerja dianalisis untuk

menentukan masukannya. Setiap masukan yang ada menunjukan kebutuhan


(22)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pabrik industri tapioka rakyat, di Kecamatan

Tegineneng, Kabupaten Pesawaran dan di Kecamatan Sukadana, Kabupaten

Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan

September 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada kegiatan observasi di lapangan meliputi seperangkat

komputer, kamera, alat hitung (calculator) dan seperangkat alat tulis. Sedangkan

bahan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang diperoleh dari industri tapioka rakyat di PD. Semangat Jaya dan

PD. Rukun Sentausa.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei di lapangan. Pengambilan data

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pengambilan data primer, yaitu data yang berasal dari pengamatan,


(23)

15

diagram alir proses, jumlah tenaga manusia, jumlah bahan bakar, jam kerja

alat dan jam kerja manusia pada tiap tahapan proses produksi.

2. Pengambilan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan di pabrik

tapioka rakyat Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung Timur, untuk

melengkapi data primer untuk kebutuhan perhitungan. Data sekunder

meliputi jumlah singkong yang diproduksi, spesifikasi alat-alat yang

digunakan, jam kerja alat, kapasitas mesin-mesin produksi dan jumlah tapioka

yang dihasilkan.

Pengumpulan data yang akan dilakukan di industri tapioka rakyat meliputi

berbagai tahapan proses pengolahan yaitu mulai dari pengupasan, pemarutan,

pencucian, pemerasan, pengendapan, penirisan, pengeringan, penggilingan,

pengayakan, dan pengemasan. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk

tabel dan diagram kemudian dianalisis secara deskriptif.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini analisis dilakukan pada prosedur proses pengolahan tepung

tapioka yang dilakukan di industri tapioka rakyat yang meliputi pengupasan,

pemarutan, pencucian, pemerasan, pengendapan, penirisan, pengeringan,

penggilingan/penumbukan, pengayakan, dan pengemasan. Masukan energi yang


(24)

E. Pengamatan

1. Proses Pengolahan Bahan Baku Menjadi Tepung Tapioka

Proses produksi tepung tapioka yang akan diamati dan diukur dalam penelitian ini

adalah pengolahan bahan baku menjadi tepung tapioka yang terdiri dari 5 proses

yang dapat diamati dan diukur yang meliputi pengupasan, pemarutan, pencucian,

pemerasan, pengendapan, penirisan, pengeringan, penggilingan/penumbukan,

pengayakan dan pengemasan. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah jam kerja,

jumlah bahan baku, jumlah produksi tapioka, konsumsi energi tenaga manusia dan

konsumsi energi listrik.

2. Penggunaan Energi

Penggunaan energi yang akan diukur pada penelitian ini adalah:

a. Energi manusia

Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi,

jumlah jam kerja, nilai kalor biologis manusia, dan jumlah bahan baku.

b. Energi listrik

Data yang digunakan meliputi jenis alat, lama penggunaan alat, faktor daya

listrik, kapasitas produksi alat, dan jumlah bahan baku.

3. Analisis Data

Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan, dilakukan pada setiap

tahap produksi yang telah ditentukan, dimana setiap input energi yang digunakan

pada tiap tahap pada proses produksi tapioka dikonversikan dalam satuan yang

sama yaitu Mega Joule (MJ). Dalam penelitian ini digunakan perhitungan


(25)

17

data/nilai pada persamaan yang telah ditentukan dengan memperhatikan

batasan-batasan masalah dan semua satuan dikonversikan pada satuan MJ/Kg singkong.

Perhitungan terhadap input energi dilakukan pada setiap tahap yang ditentukan,

dimana energi dihitung secara teoritis menurut Saputra (1997) adalah:

a. Energi manusia

Persamaan untuk menghitung jumlah energi tenaga manusia yang dikonsumsi

dalam kegiatan pengolahan tapioka adalah :

Keterangan:

Etm : Konsumsi energi tenaga manusia total pada produksi tepung tapioka

(MJ/Kg)

JOK : Jumlah Orang yang bekerja (Orang/hari) T : Lama orang bekerja (Jam/orang)

NEo : Nilai unit tenaga manusia 0,523 MJ/jam (Lehmann, 1962 dalam

Utomo, 2008)

Q : Jumlah bahan baku (Kg/hari)

b. Energi listrik

Besarnya energi listrik yang dikonsumsi untuk memproduksi tiap Kg bahan baku

menjadi tapioka didekati dengan persamaan:

Keterangan:

EL : Konsumsi energi listrik pada produksi tapioka (MJ/Kg)

D : Daya listrik terpakai (Kwh/bulan) Nk : Nilai konversi dari Daya ke Energi Q : Jumlah produksi bahan baku (Kg/bulan)

Etm= (JOK * T * NEo)/Q


(26)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada proses pengolahan tapioka

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah kebutuhan energi pada proses produksi tapioka di PD. Semangat Jaya

adalah sebesar 0,03419 MJ/Kg bahan baku, dengan perincian 0,02019 MJ/Kg

atau 58,88% berasal dari energi listrik dan energi tenaga manusia sebesar

0,01406 MJ/Kg atau sebesar 41,12% dari seluruh kebutuhan energi pada

proses produksi tapioka sedangkan pada proses produksi tapioka di PD. Rukun

Sentausa membutuhkan energi sebesar 0,03119 MJ/Kg dengan perincian

0,01964 MJ/Kg bahan baku atau 62,97% berasal dari energi listrik dan energi

tenaga manusia sebesar 0,0115 MJ/Kg atau sebesar 37,03% dari seluruh

kebutuhan energi pada proses produksi tapioka.

2. Apabila dilakukan analisis biaya produksi per kg bahan baku, maka diperoleh

biaya produksi di PD. Semangat Jaya sebesar Rp 1.007,16, sedangkan biaya

produksi di PD. Rukun Sentausa sebesar Rp 1.019,78. Berdasarkan data

tersebut biaya produksi per kilogram bahan baku diatas terdapat selisih biaya

antara PD. Semangat Jaya dan PD. Rukun Sentausa yaitu sebesar Rp 12,62


(27)

37

B. Saran

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperkecil biaya produksi

tapiok adalah mengganti proses pengeringan secara konvensional atau sinar

matahari dengan mesin pengeringan, karena biaya proses pengeringan dengan

cara konvensional membutuhkan pekerja yang banyak sehingga biaya yang

dikeluarkan pada tahapan proses ini lebih besar dibandingkan dengan


(28)

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id. Jakarta. Diakses pada tanggal 4 April 2012.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Ekspor-Impor. Vol. II. http://www.bps.go.id. Jakarta. Diakses pada tanggal 30 November 2013.

Badan Pusat Statistik. 2012. Indonesia Dalam Angka. http://www.bps.go.id. Jakarta. Diakses pada tanggal 6 April 2012.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar Mutu Tepung Tapioka SNI 01-3729-2011. http://www.bsn.or.id. Diakses 30 November 2013.

BPPT. 2006. BPPT Bekerja sama dengan UNEP. http://www.bppt.go.id. Diakses pada tanggal 2 April 2012.

Cervinca, V. 1980. Fuel and Energy Efficiency dalam Handbooks of Energy Utilization in Agricultural. Pimentel, D. CRC. Press, Inc. Boca Raton, Florida, USA. http://www.energyeheeua.go.id. Diakses pada tanggal April 2012.

Masada, R. 2008. Kajian Energi Pada Proses Produksi Biji Kakao KeringDi PTP Nusantara Viii Perkebunan Batulawang Ciamis, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. http://www.esnips.com/web/GratisDariVincentGasperz. Diakses pada tanggal 2 April 2012.

Radiyati, T dan Agusto, W.M. Tepung tapioka (perbaikan). Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan LIPI, 1990 Hal. 10-13. http://www.bi.go.id.Diakses 30 November 2013.

Saputra, R. H. 1997 dalam Sugiran, G. 2007. Audit Energi Pada Proses ProduksiCrumb Rubberdi Kebun Bojongdatar PT Perkebunan Nusantara VII Pandeglang. Skripsi.

Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Setiawaty, N. 2002 dalam Sugiran, G. 2007. Audit Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sugiran, G. 2008. Audit Energi PengolahanCrumb Rubber di Pabrik Pengolahan Karet


(29)

45

Usman, M. 2011. Evaluasi Kinerja Bioreaktor Sistem Cigar (Covered in Ground Anaerobic Reactor) Di Industri Tapioka Rakyat. Universitas Lampung. Bandar

lampung.

Wibowo, S. A. 2008. Audit Energi Pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. cakham.files.wordpress.com. Diakses 24 Desember 2011.

Wanders, A. A. 1978 dalam Sugiran, G. 2007. Pengukuran Energi dalam buku Strategi Mekanisasi Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian IPB. Bogor.


(30)

Bulan agustus

Tanggal Bahan Baku (Kg) Hasil Produksi (Kg) Defect (Kg) Persentase Defect

1 Agustus 34.762 8.098 167 2,06

2 27.036 5.128 102 1,98

3 54.544 12.546 292 2,33

4 - - -

-5 29.020 7.206 158 2,19

6 47.733 11.456 248 2,16

7 51.151 11.708 262 2,24

8 26.221 5.270 119 2,26

9 32.291 6.904 215 3,12

10 27.007 5.549 165 2,98

11 22.375 5.034 51 1,01

12 49.675 10.538 444 4,21

13 - - -

-14 27.829 5.565 110 1,98

15 13.399 2.577 28 1,09

16 30.991 6.822 281 4,12

17 - - -

-18 23.256 4.959 128 2,59

19 41.766 8.490 168 1,98

20 30.208 6.753 223 3,30

21 44.526 9.763 188 1,92

22 54.618 11.868 507 4,28

23 33.734 7.182 124 1,72

24 33.399 7.259 85 1,18

25 28.788 5.983 104 1,73

26 28.480 6.460 119 1,84

27 32.794 7.906 112 1,42

28 44.738 10.727 230 2,14

29 38.717 8.693 90 1,03

30 39.905 9.220 219 2,37


(31)

DATA PRODUKSI PD. SEMANGAT JAYA

Kapasitas max 60 ton

Bulan september

Tanggal Bahan Baku

(Ton) Hasil Produksi (Ton) Defect (Kg) Persentase Defect

1 september 29.480 6.339 128 2,02

2 46.144 10.345 240 2,32

3 54.642 12.098 329 2,72

4 26.326 6.065 93 1,54

5 32.457 7.345 129 1,76

6 30.875 7.006 108 1,54

7 - - -

-8 53.669 12.684 273 2,15

9 20.142 5.126 142 2,76

10 43.217 10.153 317 3,12

11 53.224 12.643 269 2,13

12 23.516 5.276 165 3,12

13 48.157 10.652 259 2,43

14 - - -

-15 52.421 12.034 279 2,32

16 37.287 8.203 175 2,13

17 56.439 13.045 445 3,41

18 43.871 10.136 217 2,14

19 30.765 7.364 227 3,08

20 42.871 9.864 326 3,30

21 32.165 7.580 146 1,92

22 36.076 8.475 181 2,14

23 53.165 12.587 208 1,65

24 25.653 5.058 102 2,01

25 43.346 9.972 176 1,76

26 27.346 6.594 117 1,78

27 - - -

-28 52.850 12.326 281 2,28

29 47.238 10.329 147 1,42


(32)

Bulan agustus

Tanggal Bahan Baku (Kg) Hasil Produksi (Kg) Defect (Kg) Persentase Defect

1 Agustus 43.395 9.567 241 2,52

2 32.809 6.722 153 2,28

3 38.188 7.709 129 1,67

4 26.637 6.071 183 3,02

5 34.197 7.642 112 1,47

6 42.481 9.183 146 1,59

7 38.559 8.682 210 2,42

8 45.938 10.701 415 3,88

9 45.881 8.877 265 2,99

10 39.696 8.156 173 2,12

11 36.636 8.243 176 2,13

12 24.250 5.144 148 2,87

13 56.281 13.751 410 2,98

14 45.079 9.015 109 1,21

15 33.531 6.449 185 2,87

16 46.901 10.324 220 2,13

17 - -

-18 30.798 6.567 114 1,73

19 50.783 10.323 317 3,08

20 45.386 10.146 334 3,30

21 28.132 6.168 118 1,92

22 35.444 7.702 165 2,14

23 48.096 9.435 260 2,76

24 53.436 10.706 173 1,62

25 41.249 8.572 141 1,64

26 - - -

-27 59.521 13.156 351 2,67

28 26.986 5.638 133 2,35

29 42.926 10.395 315 3,03

30 31.876 8.014 182 2,27


(33)

DATA PRODUKSI PD. RUKUN SENTAUSA

Kapasitas max 60 ton

Bulan september

Tanggal Bahan Baku (Kg) Hasil Produksi (Kg) Defect (Kg) Persentase Defect

1 september 40.256 10.014 216 2,16

2 36.728 9.969 197 1,98

3 28.346 7.103 175 2,47

4 29.729 7.196 118 1,64

5 34.693 8.286 188 2,27

6 38.469 9.874 174 1,76

7 33.975 8.296 201 2,42

8 36.468 9.103 158 1,74

9 35.863 8.869 235 2,65

210 47.153 11.974 214 1,79

11 29.067 7.295 148 2,03

12 42.479 10.058 154 1,53

13 49.759 12.142 274 2,26

14 38.184 9.258 181 1,96

15 41.649 10.193 320 3,14

16 51.764 12.703 288 2,27

17 -

-18 28.683 7.064 186 2,63

19 42.643 10.459 292 2,79

20 45.096 10.958 348 3,18

21 27.843 6.936 175 2,52

22 55.663 13.269 259 1,95

23 47.932 11.904 326 2,74

24 32.753 8.024 263 3,28

25 36.583 8.593 230 2,68

26 - -

-27 48.438 11.695 189 1,62

28 26.339 6.637 111 1,67

29 37.531 9.043 189 2,09


(34)

Bulan Juli

Tanggal Bahan Baku (Kg) Hasil Produksi (Kg) Defect (Kg) Persentase Defect

1 Juli 38.457 9.374 230 2,45

2 46.765 11.149 339 3,04

3 27.985 6.985 129 1,85

4 47.642 11.438 248 2,17

5 - - -

-6 28.648 7.125 131 1,84

7 39.542 9.382 240 2,56

8 25.876 5.208 55 1,06

9 56.439 13.286 381 2,87

10 39.074 9.249 214 2,32

11 27.604 6.760 114 1,69

12 43.971 10.116 260 2,58

13 36.708 8.875 193 2,18

14 - - -

-15 24.684 6.154 88 1,43

16 36.976 9.138 180 1,97

17 50.742 12.008 410 3,42

18 28.083 6.942 128 1,85

19 24.094 5.958 75 1,27

20 30.208 7.360 113 1,54

21 - - -

-22 43.543 10.503 342 3,26

23 24.106 6.008 64 1,07

24 26.548 6.575 84 1,28

25 41.459 9.842 234 2,38

26 32.358 8.064 133 1,65

27 42.219 10.128 239 2,36

28 37.387 8.952 174 1,95

29 39.548 9.694 201 2,08

30 29.780 7.163 99 1,39


(35)

DATA PRODUKSI PD. RUKUN SENTAUSA

Kapasitas max 60 ton

Bulan Juli

Tanggal Bahan Baku (Kg) Hasil Produksi (Kg) Defect (Kg) Persentase Defect

1 Juli 24.543 5.843 61 1,06

2 32.764 7.439 105 1,42

3 42.592 10.153 272 2,68

4 31.936 7.904 130 1,65

5 45.498 11.059 308 2,79

6 37.197 8.985 168 1,87

7 39.739 9.863 251 2,55

8 23.493 5.845 85 1,47

9 28.489 7.056 139 1,98

210 - -

-11 49.229 11.975 316 2,64

12 40.235 9.769 230 2,36

13 31.434 7.761 227 2,27

14 29.518 7.143 154 2,16

15 35.493 8.490 219 2,59

16 41.493 9.658 224 2,32

17 29.434 7.098 118 1,67

18 54.320 12.768 399 3,13

19 24.302 5.896 74 1,26

20 -

-21 48.432 11.852 328 2,77

22 36.654 9.182 223 2,43

23 35.650 8.246 180 2,19

24 20.658 5.195 75 1,45

25 44.650 10.664 301 2,83

26 37.368 8.958 210 2,34

27 25.689 6.264 95 1,53

28 41.874 9.773 232 2,38

29 37.864 8.868 201 2,27


(36)

(1)

DATA PRODUKSI PD. SEMANGAT JAYA

Kapasitas max 60 ton

Bulan september

Tanggal Bahan Baku

(Ton)

Hasil Produksi (Ton)

Defect (Kg)

Persentase Defect

1 september 29.480 6.339 128 2,02

2 46.144 10.345 240 2,32

3 54.642 12.098 329 2,72

4 26.326 6.065 93 1,54

5 32.457 7.345 129 1,76

6 30.875 7.006 108 1,54

7 - - -

-8 53.669 12.684 273 2,15

9 20.142 5.126 142 2,76

10 43.217 10.153 317 3,12

11 53.224 12.643 269 2,13

12 23.516 5.276 165 3,12

13 48.157 10.652 259 2,43

14 - - -

-15 52.421 12.034 279 2,32

16 37.287 8.203 175 2,13

17 56.439 13.045 445 3,41

18 43.871 10.136 217 2,14

19 30.765 7.364 227 3,08

20 42.871 9.864 326 3,30

21 32.165 7.580 146 1,92

22 36.076 8.475 181 2,14

23 53.165 12.587 208 1,65

24 25.653 5.058 102 2,01

25 43.346 9.972 176 1,76

26 27.346 6.594 117 1,78

27 - - -

-28 52.850 12.326 281 2,28

29 47.238 10.329 147 1,42


(2)

Bulan agustus

Tanggal Bahan

Baku (Kg)

Hasil Produksi (Kg)

Defect (Kg)

Persentase Defect

1 Agustus 43.395 9.567 241 2,52

2 32.809 6.722 153 2,28

3 38.188 7.709 129 1,67

4 26.637 6.071 183 3,02

5 34.197 7.642 112 1,47

6 42.481 9.183 146 1,59

7 38.559 8.682 210 2,42

8 45.938 10.701 415 3,88

9 45.881 8.877 265 2,99

10 39.696 8.156 173 2,12

11 36.636 8.243 176 2,13

12 24.250 5.144 148 2,87

13 56.281 13.751 410 2,98

14 45.079 9.015 109 1,21

15 33.531 6.449 185 2,87

16 46.901 10.324 220 2,13

17 - -

-18 30.798 6.567 114 1,73

19 50.783 10.323 317 3,08

20 45.386 10.146 334 3,30

21 28.132 6.168 118 1,92

22 35.444 7.702 165 2,14

23 48.096 9.435 260 2,76

24 53.436 10.706 173 1,62

25 41.249 8.572 141 1,64

26 - - -

-27 59.521 13.156 351 2,67

28 26.986 5.638 133 2,35

29 42.926 10.395 315 3,03

30 31.876 8.014 182 2,27


(3)

DATA PRODUKSI PD. RUKUN SENTAUSA

Kapasitas max 60 ton

Bulan september

Tanggal

Bahan Baku

(Kg)

Hasil Produksi (Kg)

Defect (Kg)

Persentase Defect

1 september 40.256 10.014 216 2,16

2 36.728 9.969 197 1,98

3 28.346 7.103 175 2,47

4 29.729 7.196 118 1,64

5 34.693 8.286 188 2,27

6 38.469 9.874 174 1,76

7 33.975 8.296 201 2,42

8 36.468 9.103 158 1,74

9 35.863 8.869 235 2,65

210 47.153 11.974 214 1,79

11 29.067 7.295 148 2,03

12 42.479 10.058 154 1,53

13 49.759 12.142 274 2,26

14 38.184 9.258 181 1,96

15 41.649 10.193 320 3,14

16 51.764 12.703 288 2,27

17 -

-18 28.683 7.064 186 2,63

19 42.643 10.459 292 2,79

20 45.096 10.958 348 3,18

21 27.843 6.936 175 2,52

22 55.663 13.269 259 1,95

23 47.932 11.904 326 2,74

24 32.753 8.024 263 3,28

25 36.583 8.593 230 2,68

26 - -

-27 48.438 11.695 189 1,62

28 26.339 6.637 111 1,67

29 37.531 9.043 189 2,09


(4)

Bulan Juli

Tanggal

Bahan Baku

(Kg)

Hasil Produksi (Kg)

Defect (Kg)

Persentase Defect

1 Juli 38.457 9.374 230 2,45

2 46.765 11.149 339 3,04

3 27.985 6.985 129 1,85

4 47.642 11.438 248 2,17

5 - - -

-6 28.648 7.125 131 1,84

7 39.542 9.382 240 2,56

8 25.876 5.208 55 1,06

9 56.439 13.286 381 2,87

10 39.074 9.249 214 2,32

11 27.604 6.760 114 1,69

12 43.971 10.116 260 2,58

13 36.708 8.875 193 2,18

14 - - -

-15 24.684 6.154 88 1,43

16 36.976 9.138 180 1,97

17 50.742 12.008 410 3,42

18 28.083 6.942 128 1,85

19 24.094 5.958 75 1,27

20 30.208 7.360 113 1,54

21 - - -

-22 43.543 10.503 342 3,26

23 24.106 6.008 64 1,07

24 26.548 6.575 84 1,28

25 41.459 9.842 234 2,38

26 32.358 8.064 133 1,65

27 42.219 10.128 239 2,36

28 37.387 8.952 174 1,95

29 39.548 9.694 201 2,08

30 29.780 7.163 99 1,39


(5)

DATA PRODUKSI PD. RUKUN SENTAUSA

Kapasitas max 60 ton

Bulan Juli

Tanggal

Bahan Baku

(Kg)

Hasil Produksi (Kg)

Defect (Kg)

Persentase Defect

1 Juli 24.543 5.843 61 1,06

2 32.764 7.439 105 1,42

3 42.592 10.153 272 2,68

4 31.936 7.904 130 1,65

5 45.498 11.059 308 2,79

6 37.197 8.985 168 1,87

7 39.739 9.863 251 2,55

8 23.493 5.845 85 1,47

9 28.489 7.056 139 1,98

210 - -

-11 49.229 11.975 316 2,64

12 40.235 9.769 230 2,36

13 31.434 7.761 227 2,27

14 29.518 7.143 154 2,16

15 35.493 8.490 219 2,59

16 41.493 9.658 224 2,32

17 29.434 7.098 118 1,67

18 54.320 12.768 399 3,13

19 24.302 5.896 74 1,26

20 -

-21 48.432 11.852 328 2,77

22 36.654 9.182 223 2,43

23 35.650 8.246 180 2,19

24 20.658 5.195 75 1,45

25 44.650 10.664 301 2,83

26 37.368 8.958 210 2,34

27 25.689 6.264 95 1,53

28 41.874 9.773 232 2,38

29 37.864 8.868 201 2,27


(6)