Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
Anggi Oktaviarini Komara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Desain yang digunakan adalah pretest posttest control group design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari delapan kelas, kemudian diambil dua
kelas sebagai sampel melalui teknik pirposive random sampling. Data penelitian
diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.


Kata kunci : komunikasi matematis, think pair share, konvensional

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan
pada tanggal 28 Oktober 1991. Penulis merupakan anak Tunggal dari pasangan
Bapak Rusmanto, S.H. dan Ibu Ermawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Bhayangkara
Bandar Lampung pada tahun 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama
di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006, dan pendidikan menengah
atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2009. Penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2010 dengan mengambil Program
Studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2013 di desa Buay Nyerupa, Kecamatan Sukau, dan menjalani
Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMA Ar-Rahman Sukau, Kabupaten

Lampung Barat.

Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih
sayangku kepada:
Bapak (Rusmanto, S.H) dan Ibuku tercinta (Ermawati), yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, dan doa. Sehingga anak mu ini
yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk
hamba-Nya.
Serta seluruh sahabat dan keluarga besar yang terus memberikan
dukungan dan doanya padaku.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.
Almamater Universitas Lampung tercinta

Moto

Jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar.
(Q.S Al-Baqarah :153)

Selalu Berusaha dan berdoa, Semua bisa karena terbiasa.

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.
2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak (Rusmanto, S.H) dan Ibu (Ermawati) tercinta, atas perhatian dan kasih
sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu
mendoakan yang terbaik.
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya

ii

untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
kritik, saran dan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukkan dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Ibu Dra. Hj. Sri Purwaningsih. selaku Kepala SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.
10. Bapak Untung Junaedi, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
11. Siswa/siswi kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

iii

12. Sahabat-sahabat kesayanganku, Vitrin Desta Heldiya, Mirza Vio Melati, Irda
Purnama Sari, Rossy Yurianti yang selamai ini selalu menghibur dan
memberikan keceriaan serta kegembiraan.

13. Sahabat yang sangat kusayangi, Anniya Mutiara Tsani, Engla Octavia Aidi,
Khairuntika, Ardiyanti, Desy Pratiwi Herdiyen, Elfira Puspita Wardani, dan
Rika Ridayanti yang selama ini memberiku semangat dan doa serta selalu
menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan dan kebersamaan kita
selalu menjadi kenangan yang indah sampai kapanpun.
14. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2010 Kelas B Pendidikan
Matematika: Mella, Woro, Novi, Resti, Liza, Zuma, Iisy, Gesca, Clara,
Agustin, Selvi, Imam, Sovian, Perdan, Nando, Cahya, Syafril, Silo, Nurul,
Heru atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah
diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A, kakak-kakakku angkatan
2009, 2008, dan 2007 serta adik-adikku angkatan 2011, 2012, dan 2013 terima
kasih atas kebersamaannya.
16. Teman-teman KKN di Desa Buay Nyerupa dan PPL di SMA Ar-Rahman
Sukau, Andre Edo Larichie (Papah), Betari Solehati (Mamah), Gusti Yanti
(Jambrong), Arif Irman Setio Wibowo (Dono), Eva Ristiani (Mboke), Tri
Okta Ayu Evita (Minul), Puspa Dewi (Lampir), Logi Bella Mari(Oge), Sonya
ervin thiara(Minan) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.
17. Pak Liyanto, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuannya selama ini.
18. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iv

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung,

Oktober 2014

Penulis

Anggi Okataviari Komara

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

x

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................

8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................


8

E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ............................... 10
1. Kemampuan Komunikasi Matematis.................................................. 10
2. Pembelajaran Matematika dan Model Pebelajaran Kooperati
Tipe TPS ............................................................................................ 12
B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 15
C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 17
D. Hipotesis Penelitian................................................................................. 17
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi dan Sampel ................................................................................ 19

vi


B.Desain Penelitian ..................................................................................... 19
C. Data Penelitian ....................................................................................... 20
D. Istrumen Penelitian ................................................................................ 20
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 28
E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 37
B. Pembahasan ............................................................................................ 47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 53
B. Saran ...................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55
LAMPIRAN............................................................................................... 57

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ......................... 14
Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Desain ..................................... 20

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ............. 21
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas .......................................................................... 23
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 24
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 25
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 26
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gain ......................................................................... 31
Tabel 3.8 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis.... 32
Tabel 3.9 Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis.. 33
Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.......... 37
Tabel 4.2 Hasil Uji Mann Whitney U Skor Awal Komunikasi Matematis ...... 38
Tabel 4.3 Data Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Sebelum Pembelajaran........................................................... 39
Tabel 4.4 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 40
Tabel 4.5 Data Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Setelah Pembelajaran............................................................ 41
Tabel 4.6 Data Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ....... 42
Tabel 4.7 Hasil Uji MannWhitney U Indeks Gain Komunikasi Matematis ..... 43
Tabel 4.8 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa kelas
Eksperimen Pertemuan Ke 2 ........................................................... 45

viii

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa kelas
Eksperimen Pertemuan Ke 7 ............................................................ 46

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ............................................................... 57
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBM ..................... 63
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ...... 80
Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 100
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes ........................................................... 132
Lampiran B.2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ................................ 134
Lampiran B.3 Pedoman Pemberian Skor dan Kunci Jawaban Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis........................................ 135
Lampiran B.4 Lembar Penilaian Diri dan Lembar Pengamatan ................... 140
Lampiran C.1 Perhitungan Validitas Tes Hasil Uji Coba ................................ 146
Lampiran C.2 Perhitungan reliabilitas Tes Hasil Uji Coba ............................. 147
Lampiran C.3 Perhitungan Daya Pembeda ...................................................... 148
Lampiran C.4 Perhitungan Tingkat Kesukaran ............................................... 149
Lampiran C.5 Data Perhitungan Indeks Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ......................................... 150
Lampiran C.6 Data Perhitungan Indeks Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas Kontrol................................................ 151
Lampiran C.7 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen.................................................... 152

x

Lampiran C.8 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Kontrol ......................................................... 153
Lampiran C.9 Uji Non Parametrik Skor Awal Kemampuan Komunikasi
Matematis antara Kelas Eksperimendan Kontrol..................... 154

Lampiran C.10 Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen.................................................... 155
Lampiran C.11 Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Kontrol ........................................................ 156
Lampiran C.12 Uji Non Parametrik Indeks Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis antara Kelas Eksperimendan Kontrol...................... 157
Lampiran C.13 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal Komunikasi
Matematis Siswa ...................................................................... 159
Lampiran C.14 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir Komunikasi
Matematis Siswa ....................................................................... 162
Lampiran C.15 Rekapitulasi Pembelajaran Berkarakter .................................... 165

xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Bangsa yang besar tentulah memiliki pendidikan yang berkualitas karena majumundurnya suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari aspek pendidikan. Kualitas
pendidikan berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan
adanya pendidikan yang berkualitas, manusia dapat meningkatkan kualitas
sumber daya yang dimilikinya. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas
guna menciptakan SDM yang berkualitas tentulah dibutuhkan proses pembelajaran yang bermutu tinggi.

Proses pembelajaran di sekolah terjadi pada berbagai bidang studi, salah satunya
adalah mata pelajaran matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar

2
yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan
daya pikir manusia. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1 disebutkan
bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa di
sekolah adalah mata pelajaran matematika.

Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (BSNP, 2006) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk memahami konsep
matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu aspek yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi
matematis.

Komunikasi matematis dalam kegiatan pembelajaran matematika sangat
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk dapat berpikir kemudian
mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan
lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram kepada semua siswa sehingga apa
yang sedang dipelajari bermakna baginya. Menurut NCTM (dalam Fachrurazi,
2011:78) menyatakan kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus
perhatian dalam pembelajaran matematika karena melalui komunikasi siswa dapat
mengeksplorasi ide-ide matematika.

Mengingatkan pentingnya kemampuan

komunikasi matematis tersebut seharusnya seorang guru dapat membangun

3
kemampuan

komunikasi

matematis

siswanya

agar

tujuan

pembelajaran

matematika bisa tercapai dengan baik.

Pada kenyataannya tujuan pembelajaran matematika di Indonesia belum tercapai
dengan baik.

Hal ini tercermin dari hasil survey internasional The Trend

International Mathematics and Science Study

(TIMSS) pada tahun 2011,

Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya
diuji dengan standar rata-rata pencapaian prestasi yang digunakan TIMSS yaitu
500, skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Lebih
mengecewakan lagi prestasi dari Programme for International Student Assesment
(PISA). Berdasarkan survey dari PISA 2013 didapatkan bahwa Indonesia berada
pada urutan 64 dari 65 negara peserta (OECD, 2013). Hasil TIMSS dan PISA
yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Wardhani
dkk (2011: 1) salah satu faktor penyebabnya adalah siswa Indonesia pada
umumnya tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik
seperti pada soal-soal pada TIMMS dan PISA yang substansinya konsteksual,
menuntut penalaran, kreativitas dan argumentasi dalam penyelesainnya. Hal ini
dapat terjadi karena mayoritas guru SMP di Indonesia masih mendominasi
aktivitas pembelajaran di kelas sehingga menyebabkan kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah.

Sejalan dengan hasil TIMSS dan PISA, berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika SMP Al-Kautsar Bandar Lampung diperoleh bahwa sebagian besar
siswa hanya mampu mengerjakan soal rutin atau soal yang sudah biasa diberikan
guru.

Ketika dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan berfikir

4
matematis dan mengubah soal ke dalam bentuk model matematika mereka
kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini ditunjukkan juga dari hasil tes pendahuluan
untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis di kelas VIII SMP AlKautsar Bandar Lampung dengan contoh soal sebagai berikut :
Tiga hari lagi neneknya Ariel akan berulang tahun, Ariel akan membantu
membeli keperluan acara ulang tahun neneknya. Selain membeli berbagai
macam kue, Ariel akan membeli buah-buahan diantaranya jeruk dan apel.
Ketika sampai di toko, ternyata persediaan di toko tersebut hanya tinggal 12
buah apel dan 10 buah jeruk. Karena barang yang dibawa sudah terlalu
banyak maka Ariel memutuskan untuk membeli 7 apel dan 9 jeruk dan
setelah tiba di rumah, ternyata ibuAriel telah membeli 32 buah apel dan 28
buah jeruk. Ternyata setelah diperiksa, terdapat 4 apel dan 6 jeruk yang
busuk. (a) Tuliskan dalam bentuk aljabar dari soal di atas. (b) Berapa jumlah
apel dan jeruk yang dimiliki Ariel sekarang?
Contoh jawaban- jawaban dari siswa adalah sebagai berikut :
Siswa 1 :
Ariel

= 7 apel dan 9 jeruk,

Ibu Ariel

= 32 apel dan 28 jeruk

Buah yang busuk = 4 apel dan 6 jeruk
Siswa 2 :
Ariel

= 7A dan 9J,

Ibu Ariel

= 32A dan 28J

Buah yang busuk = 4A dan 6J
Siswa 3 :
x = apel ; y = jeruk
Ariel

= 7x + 9y,

Ibu Ariel

= 32x + 28y

Buah yang busuk = 4x+ 6y
Nilai hasil tes siswa masih jauh lebih rendah dari pencapaian nilai KKM yaitu 70.
Selain itu, pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas yang sedang

5
melaksanakan pembelajaran

terlihat

siswa hanya berani

menyampaikan

jawabannya kepada teman sebelahnya. Siswa belum berani mengungkapkan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. Berdasarkan hasil wawancara dan
data hasil ujian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan
komunikasi matematis siswa masih rendah.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa adalah
cara mengajar guru yang kurang tepat. Hal ini dapat dilihat dengan pembelajaran
yang umumnya diterapkan oleh guru. Mayoritas pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini bersifat monoton dan aktivitas belajar masih didominasi oleh guru.
Semua infomasi diberikan oleh guru, sehingga menyebabkan komunikasi hanya
terjadi satu arah saja dan mengabaikan sifat sosial dari belajar matematika itu sendiri. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri.
Hal tesebut mengakibatkan potensi-potensi yang di miliki siswa tidak dapat
terlihat secara maksimal.

Kenyataan di atas menjadi tugas besar bagi seorang guru matematika untuk terus
melakukan perbaikan agar terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Salah satu perbaikan yang harus dilakukan oleh guru adalah dalam
pemilihan model pembelajaran. Guru sebaiknya merancang strategi pembelajaran
secara berkelompok, sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan sesama
temannya untuk membangun pengetahuan dari aktivitas belajar kelompok.
Belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang disebut
pembelajaran kooperatif.

6
Eggen dan Kauchack (dalam Trianto, 2009: 58) mengemukakan pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif dirancang sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
melatih siswa dalam sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Jadi dalam

pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa ataupun
sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan
bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan komunikasi matematis
secara baik.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe. Salah satu tipe kooperatif
yang memenuhi indikator komunikasi matematis siswa adalah Think Pair Share
(TPS). Kondisi siswa SMP yang masih dalam masa remaja membuat mereka
menyukai hal baru dan lebih terbuka dengan teman sebaya dalam memecahkan
permasalahan yang mereka hadapi (Gunarsa, 1989).

Pembelajaran akan lebih

efektif karena siswa berkerja dalam jumlah kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 2 orang. Hal ini menyebabkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS cocok
diterapkan pada siswa SMP.

Model pembelajaan kooperatif tipe TPS adalah memperkenalkan ide “waktu
berfikir atau waktu tunggu” dan berkerja dalam jumlah kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 2 orang. Hal ini banyak menjadi faktor kuat dalam meningkatkan
respon komunikasi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terjadi tiga

7
tahap kegiatan yaitu think, pair, dan share. Pertama siswa diberikan kesempatan
berfikir dalam memecahkan suatu masalah kemudian secara berpasangan saling
berkerja sama mendiskusikan masalah yang diberikan selanjutnya setelah
mendapatkan kesepakatan berdua tentang hasil dari pemecahan masalah yang
didapat, setelah itu salah satu kelompok diskusi mempersentasikan di depan kelas
dan kelompok lain harus menanggapi sampai terjadi satu kesepakatan yang benar.
Dengan demikian, model pembelajaran TPS dapat membantu siswa dalam
meningkatakan kemampuan komunikasi matematisnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan eksperimen
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa?”
Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan peneliti sebagai
berikut:
“Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional?”.

8
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Secara Teoritis
Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pijakan untuk mengembangkan
penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
2. Secara Praktis diharapkan dapat berguna:
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalamaan secara langsung dalam
menerapkan

pembelajaran

matematika

melalui

penerapan

model

pembelajaran kooperatif tipe TPS.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu
alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis pada siswa, dengan melihat langsung penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
c. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan
dapat meningkatkan peran aktif dalam proses pembelajaran.

9
E. Ruang Lingkup

Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu
dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembacara.
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari satu
pasang siswa. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi dan tiga tahap kegiatan yaitu berpikir (think), berpasangan ( pair), dan
membagi (share).
2. Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep
dan proses matematika yang mereka pelajari. Kemampuan komunikasi matematis
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komunikasi tertulis. Hal ini dilihat
melalui kemampuan siswa dalam:
a.

Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar.

b.

Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara tulisan.

c.

Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.

3. Meningkatkan
Meningkatkan dalam hal ini merupakan usaha yang menimbulkan daya dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa pada materi kubus dan balok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Matematis
Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima dengan
maksud mengubah tingkah lakunya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Sumarmo
dalam Yonandi (2011: 133) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan
ketrampilan menyampaikan ide atau gagasan dalam bahasa sehari-hari atau dalam
bahasa matematika.

Selanjutnya, Mahmudi (2009:3) mengemukakan bahwa komunikasi adalah
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lain-lain dalam menyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa komunikasi adalah usaha
penyampaian pesan, gagasan, atau informasi dari komunikan kepada komunikator
dan sebaliknya.

Matematika merupakan ilmu yang syarat akan simbol, istilah, dan gambar yang
menuntut kemampuan komunikasi yang baik dalam penyampaiannya. Oleh karena

11
itu, siswa harus memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini menyebabkan kemampuan komunikasi matematis menjadi sesuatu yang penting untuk digali oleh seorang guru
dalam pembelajaran matematika.

Baroody ( dalam Husna, 2013:85) mengemukakan bahwa ada dua alasan untuk
fokus pada komunikasi matematis yaitu, (1) Matematika merupakan bahasa yang
esensial bagi matematika itu sendiri; (2) belajar dan mengajar matematika
merupakan aktifitas sosial yang memerlukan keterampilan komunikasi sehingga
mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Selanjutnya, Darhim (dalam

Amalia, 2013:11) mengemukakan bahwa manfaat dari sebuah komunikasi dalam
pembelajaran matematika dapat mendorong siswa belajar konsep baru dalam
matematika, karena dalam belajar matematika siswa dapat mengunakan alat atau
benda, menggambar, memberikan penjelasan atau pertimbangan, menggunakan
diagram, menulis, dan menggunakan symbol matematika.
Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis menurut
Latifah (2011: 21) adalah: (1) Menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika; (2) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematik; (3) Memberikan penjelasan ide, konsep, atau
situasi matematika dengan bahasa sendiri dalam bentuk tulisan matematika.

Selanjutnya, Cai, Lane, dan Jacobsin (dalam Fachrurazi 2011:81) menyatakan
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terbagi ke dalam tiga kelompok,
yaitu: (1) Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar
dan diagram ke dalam ide-ide matematika. Atau sebaliknya, dari ide-ide

12
matematika

ke

dalam

bentuk

gambar

atau

diagram;

(2)

Ekspresi

matematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika
dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(3) Menulis/written texts, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,
tulisan, grafik, dan aljabar, menjelaskan, dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis
tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen, dan generalisasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasangagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang
mereka pelajari. Kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan
menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan
menulis (written texts) dengan indikator kemampuan komunikasi tertulis yang
dikembangkan sebagai berikut: (a) Menggambarkan situasi masalah dan
menyatakan solusi masalah menggunakan gambar; (b)Menjelaskan ide, situasi,
dan relasi matematik secara tulisan; (c) Menggunakan bahasa matematika dan
simbol secara tepat.

2. Pembelajaran Matematika dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Dinyatakan oleh Vygotzky (dalam Trianto, 2009: 17) bahwa perkembangan
intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran juga
dipengaruhi oleh faktor sosial. Latifah (2011:8) mengemukakan pembelajaran

13
memiliki arti proses yang saling timbal balik antara grur dan siswa, artinya guru
dan siswa sama-sama belajar dan merupakan subjek dalam proses belajar.

Menurut BSNP (2006:140) tujuan pembelajaran matematika adalah (1)
Memahami konsep matematika secara akurat; (2) Menggunakan penalaran pada
pola dan sifat; (3) Menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel atau digram; (5) Memanfaatkan kegunaan
matematika dalam kehidupan.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
merupakan aktivitas guru dalam memberikan pengajaran terhadap siswa untuk
membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan
sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Dalam

mencapai tujuan pembelajaran berkaitan erat dengan pemilihan model yang
digunakan, salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Menurut Slavin (dalam Latifah, 2011:23) pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu, berargumen, dan memiliki peranan yang sama dalam
mengambil suatu keputusan. Hal ini menyebabkan secara tidak langsung siswa
dilatih bekerja sama dalam hal positif dan rasa bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik.
Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural lebih menekankan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS pertama kali dikenalkan oleh

14
Frank Lyman (dalam Trianto, 2009:81) mengemukakan TPS merupaka suatu cara
yang efektif untuk variansi suasana pola diskusi dengan asumsi bahwa diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan proses pembelajaran secara
keseluruhan dan prosedur yang digunakan dapat memberikan siswa lebih banyak
waktu untuk berfikir, merespon dan saling membantu.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga langkah utama sebagai
ciri khas yaitu think, pair, dan share.

Menurut (Trianto, 2009:81) adapun

langkah-langkah pembelajaran dalam model kooperatif tipe TPS dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-share
Langkah-langkah

Kegiatan Pembelajaran

Tahap 1
Think

Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui
kegiatan demontrasi dan pertanyaan. Kemudian,
meminta siswa untuk berpikir secara mandiri untuk
masalah yang diberikan

Tahap2
Pair

Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya.
Kemudian, siswa berdiskusi dengan pasangannya
mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan

Tahap 3
Share

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk
berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas
dengan dipandu oleh guru

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari satu pasang siswa. Diawali dengan

15
menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dan tiga tahap
kegiatan yaitu berpikir (think), berpasangan ( pair), dan membagi (share).

B. Kerangka Pikir

Komunikasi matematis dalam kegiatan pembelajaran matematika sangat
dibutuhkan,

karena

siswa

dituntut

untuk

dapat

berpikir

kemudian

mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan
lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram kepada siswa lain sehingga mereka
memahami satu sama lain. Namun, pada kenyataannya kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika di
Indonesia selama ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya sendiri. Mayoritas pembelajaran yang biasa
diterapkan selama ini bersifat monoton dan aktivitas belajar masih didominasi
oleh guru. Menyadari akan peran penting kemampuan komunikasi matematis
maka sudah selayaknya permasalahan tersebut harus diberikan perhatian khusus
oleh guru.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa adalah melakukan inovasi model pembelajaran.
Dimana lebih membuat siswa mampu berpikir kemudian mengomunikasikan
berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik,
peta, ataupun diagram kepada sesama temannya untuk membangun pengetahuan
dari aktivitas belajar kelompok aktif. Salah satu alternatifnya adalah model
pembelajaran TPS.

16
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan berpikir dan bekerja
sama. Dalam pembelajaran ini, guru menyampaikan isi materi secara garis besar
diawal proses pembelajaran. Kemudian guru akan melontarkan permasalahan
yang harus dipikirkan (think) oleh setiap siswa. pada tahap ini siswa membangun
pemahamannya secara mandiri, menggunakan pemahaman yang telah ia miliki
sebelumnya. Dengan adanya tahap ini maka siswa akan lebih siap dalam
berdiskusi karena telah memiliki bahan untuk didiskusikan bersama pasangannya.
Pada tahap pair, siswa mendiskusikan hasil pemikirannya di tahap think. Pada
tahap ini, siswa lebih aktif dan efektif dalam menyampaikan pendapatnya karena
anggota kelompok hanya terdiri dari 2 orang tidak ada siswa yang hanya berperan
sebagai penonton diskusi.

Tahap pair, membantu siswa untuk menggali

kemampuan komunikasi matematisnya.

Secara bersama-sama, setiap pasang

siswa yang telah bergabung dapat mengemukakan jawaban mereka yang
berdasarkan pemikiran bersama untuk memberikan solusi yang tepat terhadap
masalah yang diberikan. Tahapan terakhir adalah share, siswa saling berbagi ide
dari hasil diskusi kelompoknya. Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif tipe
TPS ini dapat membuat siswa melihat kesamaan konsep yang diungkapkan
dengan cara yang berbeda.

Dengan mengikuti ketiga tahap model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
kemampuan komunikasi matematis akan lebih tinggi dari kemampuan komunikasi
matematis yang mengikuti model pembelajaran konvensional karena seluruh
siswa yang terdapat di kelas dituntut untuk berpikir kemudian mengomunikasikan
berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik,

17
peta, ataupun diagram kepada siswa lain sehingga mereka memahami satu sama
lain. Keterampilan intelektual, sikap, dan keterampilan sosial siswa dapat
berkembang. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Alkautsar Bandar Lampung.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Al – Kautsar Bandarlampung
tahun pelajaran 2013-2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa
selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang
sangat kecil dan dapat diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa

18
2.

Hipotesis Khusus
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar
Bandar Lampung yang berada di kelas reguler yaitu yang bukan merupakan kelas
unggulan (kelas VIII A dan VIII H) yang terdistribusi dalam enam kelas yaitu
kelas VIII B – VIII G. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
random sampling. Sampel yang diambil pada penelitian ini berdasarkan
pertimbangan peneliti dan guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP AlKautsar Bandar Lampung yang diajar dengan guru yang sama. Selanjutnya
penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan dengan pengundian. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan sampel. Terpilihlah
kelas VIII G sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran
konvensional dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kuasi eksperimen. Desain yang digunakan adalah
pretest-posttest control design yang dipilih berdasarkan pedoman dari Ruseffendi
(1994: 47). Desain penelitian ini dapat digambarkan seperti Tabel 3.1.

20

Tabel 3.1 Pretest – Posttest Control Design
Kelompok

Pretest

E
K
Keterangan :

O
O

Perlakuan
TPS
Konvensional

Posttest
O
O

E

= Kelas eksperimen

K

= Kelas kontrol

O

= Pretest-Posttest pada kelas ekperimen dan kelas kontrol sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah siswa mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes komunikasi
matematis. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk uraian yang
terdiri atas lima soal. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan kubus dan
balok.

Tes komunikasi matematis ini menuntut siswa memberikan jawaban berupa
menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan

21
menuliskannya (written texts). Pedoman pemberian skor jawaban siswa disusun
berdasarkan tiga kemampuan di atas, seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. yang
diadapatasi dari (Puspaningtyas, 2012).

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor

0
1

2

3

4

Skor
Maksi
mal

Ekspresi
Menulis
Matematika
(Written Texts)
(Mathematical
Expression)
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak
memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki
arti.
Hanya sedikit dari
Hanya sedikit
Hanya sedikit dari
pendekatan
dari penjelasan
gambar, tabel, atau
matematika
yang yang benar
diagram yang benar
benar
Membuat
Membuat pendekatan Penjelasan secara
gambar,diagram, atau
matematika dengan
matematis masuk
tabel namun
benar, namun salah akal namun
kurang lengkap dan benar dalam mendapatkan
hanya sebagian
solusi
yang lengkap dan
benar
Membuat
Membuat pendekatan Penjelasan secara
gambar, diagram, atau
matematika dengan
matematis tidak
tabel secara
benar, kemudian
tersusun secara
lengkap dan benar
melakukan
logis atau
perhitungan atau
terdapat sedikit
mendapatkan solusi
kesalahan bahasa
secara lengkap dan
benar
Penjelasan secara
matematis masuk
akal dan jelas
serta tersusun
secara sistematis
Menggambar (Drawing)

3

3

4

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes tersebut dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada guru mitra. Selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa

22
kelas IX A SMP Al – Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014
yang pernah mempelajari materi kubus dan balok dengan guru yang juga
mengajar matematika di kelas VIII E dan VIII G SMP Al – Kautsar Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013-2014.

Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan
bantuan software Microsoft Excel untuk mengetahui validitas butir soal,
reliabilitas tes, indeks daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal.

a. Uji Validitas Butir Soal

Validitas berasal dari kata validity yang mempunya arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukur atau tes menjalankan fungsi ukurnya.
Validitas dalam penelitian ini diukur menggunakan korelasi product moment
dengan angka kasar, yaitu:

=

(
(

(

)(

) )(

)
(

) )

Keterangan:
= Koefisien validitas butir soal
= Banyaknya peserta tes
= Skor setiap butir soal
= Skor total butir soal
Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan kriteria pengujian sebagai berikut
maka nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan
dengan

=

(dk=n-2)

= 0,05

(Sundayana,

2014:59).

Hasil

23
perhitungan diperoleh validitas pada setiap butir soal, data hasil uji coba dapat
dilihat pada Lampiran C.1.
b. Reliabilitas Tes

Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian,
Menurut sundayana (2014:69) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:

(1

r11 =

)

Keterangan:
r 11

= Koefisien reliabilitas alat evaluasi
= Banyaknya butir soal
= Jumlah varians skor tiap soal
= Varians skor total

Menurut Guilford (dalam sundayana, 2014:70) koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3Kriteria Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11)

Kriteria

r11< 0,20
0,20 ≤ r11 < 0,40
0,40 ≤ r11 < 0,60
0,60 ≤ r11 < 0,80
0,80 ≤ r11 ≤ 1,00

sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
sangat tinggi

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas soal yang telah diujicobakan
disajikan pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan reliabilitas soal selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.2.

24
c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah. Karena banyak siswa
dalam penelitian ini lebih dari 30 siswa, maka menurut Sundayana (20014: 78)
diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan
27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).Sundayana
(2014:76) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus :
DP =

Keterangan :
DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu
SA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah).

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam Tabel 3.4. yang diadaptasi dari (Sundayana, 2014:77)

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai
Negatif  DP
0 . 00  DP  0 . 20
0 . 20  DP  0 . 40
0 . 40  DP  0 . 70

0 , 70  DP  1 , 00

Interpretasi
Sangat Buruk
Buruk
Sedang
Baik
Sangat Baik

25
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir item soal yang
telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan daya pembeda
butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.

d. Indeks Kesukaran

Sudijono (2013: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu
butir soal digunakan rumus berikut.

=
Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
B : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
JS : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran digambarkan seperti Tabel 3.5 yang diadaptasi dari (Arikunto,
2013:225)
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai
0.0 <
0.30
0.30 <
0.70
0.70 <
1.00

Interpretasi
Sukar
Sedang
Mudah

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang
disajikan pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di
Lampiran C.4. Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran soal tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil
tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.6.

26
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
No
Soal
1.a
1.b
2
3a
3b
4a
4b
4c

Reliabilitas

0,80
(Reliabilitas
sangat tinggi)

Daya Pembeda
0,59 (baik)
0,41 (baik)
0,59 (baik)
0,33 (sedang)
0.38 (sedang)
0,59 (baik)
0,38 (sedang)
0,33 (sedang)

Tingkat
Kesukaran
0,57 (sedang)
0,46 (sedang)
0,53 (sedang)
0,69 (sedang)
0,29 (sukar)
0,63 (sedang)
0,81(mudah)
0,87(mudah)

Kesimpulan
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai

Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,80 yang berarti
soal memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Daya pembeda untuk 4 butir soal
dikategorikan sangat baik dan 4 soal lainnya dikategorikan sedang.

Tingkat

kesukaran untuk nomor 3b, 4b,4c dikategorikan sukar dan mudah, dan untuk
nomor 1ab, 2, dan 3a termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang. Karena
semua soal sudah valid dan sudah memenuhi kriteria reliabilitas, daya pembeda
dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan maka soal tes kemampuan
komunikasi matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah angket dan lembar observasi. Angket berupa lembar penilaian diri yang
diisi siswa. Lembar penilaian diri siswa mencakup 9 poin perilaku berkarakter,
terdiri dari 5 poin perilaku berkarakter yang dicapai siswa serta 4 poin
keterampilan sosial siswa. Perilaku berkarakter yang dicapai siswa yaitu dapat
dipercaya, menghargai orang lain, tanggung jawab individu, tanggung jawab
sosial dan religius. Masing-masing poin terdiri dari beberapa pertanyaan. Pada

27
poin keterampilan sosial terdiri dari keterampilan bertanya, mengemukakan ide/
pendapat, menjadi pendengar yang baik dan kerjasama. Pada lembar penilaian diri
siswa ini pertanyaan berupa pilihan benar/salah yang kemudian diminta untuk menyimpulkan apakah karater tersebut telah ada pada dirinya atau tidak dan kemudian siswa diminta menyebutkan alasannya.

Lembar observasi berupa pengamatan karakter diri dan perilaku sosial siswa, poin
pengamatan karakter pada lembar ini juga sama dengan pada angket penilaian diri
siswa yaitu terdiri dari 5 poin karakter diri dan 4 poin keterampilan sosial, hanya
saja pilihan jawabannya ya/t

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN THINK PAIR SHARE (TPS).

0 4 44

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI KELAS IX SMP NEGERI 13 MEDAN T.A 2016/2017.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 0 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

6 21 57

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

0 2 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

4 31 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SERTA PENGEMBANGAN DISPOSISI SISWA SMP - repo unpas

1 0 22