PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh Meigy Nugroho

1002343

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

ii

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

oleh Meigy Nugroho

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Meigy Nugroho 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

iii

oleh

MEIGY NUGROHO 1002343

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd. NIP. 195108081974121001

Pembimbing II

Dra. Entit Puspita, S.Pd., M.Si. NIP. 196704081994032002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 196101121987031003


(4)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN.. ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH... 7

C. TUJUAN PENELITIAN ... 8

D. MANFAAT PENELITIAN... 8

E. DEFINISI OPERASIONAL ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. STUDI LITERATUR ... 9

1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 9

2. Model Pembelajaran TTW(Think Talk Write) ... 11

3. Cooperative Learning ... 19

4. Pembelajaran Langsung ... 22

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24


(5)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN ... 26

B. POPULASI DAN SAMPEL ... 27

C. INSTRUMEN PENELITIAN ... 27

D. PROSEDUR PENELITIAN ... 28

E. PROSEDUR PENGOLAHAN DATA ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. HASIL PENELITIAN ... 40

1. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 40

2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 42

3. Analisis Data Kualitatif ... 50

B. PEMBAHASAN PENELITIAN ... 53

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 58

A. KESIMPULAN ... 58

B. SARAN ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(6)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Meigy Nugroho (2014), Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write

(TTW) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP.

Pada penelitian ini, dikaji penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dikaitkan dengan peningkatan kemampuan komunikasi. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung (2) Mengetahui bagaimana respon siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest-postest. Sampel pada penelitian ini adalah 33 siswa di kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dan 34 siswa di kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung, diambil secara acak dari semua kelas VII di SMP Negeri 45 Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis yang mengukur kemampuan komunikasi siswa dan angket respon siswa. Hasil penelitian yang diperoleh adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) lebih tinggi dibandingkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung. Siswa dalam kelas yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga memberikan respon positif terhadap pembelajaran ini.


(7)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Meigy Nugroho (2014), Application of Model-Type Cooperative Think Talk Write (TTW) in Learning Mathematics to Improve Mathematical Communication Ability of Junior High School Students.

In this study, examined the effect of the implementation of the teaching model of type Cooperative Think Talk Write (TTW) to increase the communication capability. The purpose of this study is (1) Determine whether the improvement in students' mathematical communication skills that have cooperative learning model Think Talk Write (TTW) is higher than students who received direct instruction (2) Knowing how the responses of students who received cooperative learning Think Talk Write (TTW). The method used is the method of quasi-experimental design with pretest-posttest control group. The sample in this study were 33 students in the class who get the learning with the application of Cooperative learning model type Think Talk Write (TTW) and 34 students in the class who get the learning with the application of direct instructional model, drawn at random from all class VII in SMP Negeri 45 Bandung . The research instrument used was a written test that measures students' communication skills and student questionnaire responses. The results obtained are upgrading students' mathematical communication in the classroom learning with the application getting Cooperative learning model type Think Talk Write (TTW) is higher than the increase in communication skills students gain mathematical learning with the application of direct instructional model. Students in the class are getting the type of application of learning models Cooperative Think Talk Write (TTW) also responded positively to learning.


(8)

1Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Kompleksnya masalah kehidupan yang terjadi pun menuntut lahirnya sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Disinilah salah satu peran pendidikan dimana pendidikan dapat dipandang sebagai sebuah wadah kegiatan yang mampu mencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi.

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pengembangan dan perbaikan kurikulum, penataan guru, pengadaan buku penunjang, dan pembenahan metode pembelajaran. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus.

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, juga diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat dan efisien. Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa:

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Menurut Soemanto (2010) metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar maka metode yang


(9)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau mengingat, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah waktu pembelajaran matematika sekolah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah waktu pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang bersifat universal, artinya setiap cabang ilmu pengetahuan lain membutuhkan matematika. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu bagi ilmu lain, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa. Berpedoman matematika sebagai sebuah bahasa Suriasumantri (2009) menyatakan bahwa:

Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Salah satu hambatan dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila menghadapi soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar matematika siswa sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

BSNP (2006) menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan agar siswa:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;


(10)

3

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

Sejalan dengan tujuan mata pelajaran matematika, kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan. Maksud dari kemampuan komunikasi matematis adalah kemanpuan dimana siswa mampu mengomunikasikan ide matematik kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan atau diagram sehingga orang lain memahaminya. Adapun indikatornya meliputi: menyatakan situasi gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, idea, model matematik; menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan ataupun tulisan; mendengarkan, berdiskusi presentasi, menulis matematika; membaca representasi matematik, dan mengungkapkan kembali suatu uraian matematik dengan bahasa sendiri (Suherman, 2008:4).

Untuk mengomunikasikan ide matematik ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek merepresentasi, merekonstruksi, dan kerjasama. Dalam pembelajaran matematika siswa perlu mendengarkan dengan cermat, aktif, dan menuliskan kembali pernyataan atau komentar penting yang diungkapkan oleh teman ataupun guru.

Rendahnya kemampuan matematis siswa di mungkinkan karena sebagian besar siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu mengemukakan pendapatnya. Tidak jarang siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian dari mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap sebagai momok oleh mereka.

Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi didukung juga situasi yang kurang membawa siswa untuk tertarik pada matematika.

Berdasarkan hal tersebut, komunikasi antar siswa perlu dikembangkan. Siswa perlu dilatih untuk merepresentasi suatu masalah beserta pemecahannya.


(11)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunikasi yang terjadi berupa interaksi antar siswa ataupun dengan gurunya. Interaksi tersebut bisa diamati pada pembahasan soal, siswa dapat berkomunikasi dengan guru atau dengan teman yang lain bagaimana cara pemecahan soal yang dihadapi.

Membangun komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika juga diusulkan NCTM (Andriani, 2008) yang menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa untuk:

1. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi. 2. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas

kepada teman-temannya, guru, dan orang lain.

3. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain.

4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Betapa pentingnya komunikasi matematis itu, akan tetapi hingga saat ini tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini didukung berdasarkan hasil penelitian oleh Munggaran (Sunata, 2009:2) yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum berani mengkomunikasikan ide/gagasannya, baik secara lisan ataupun tulisan. Begitupun hasil penelitian Sunata (2009:3), mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa pada saat menyelesaikan soal uraian tentang balok. Di dalam soal tersebut sengaja tidak digambarkan sebuah bangun balok, dengan harapan agar siswa mampu mengungkapkan gagasannya baik dalam bentuk tulisan dan gambar dari soal cerita tersebut. Namun hanya empat siswa di kelas tersebut yang mampu menggambarkan sebuah bangun balok sebelum melangkah perhitungan untuk menyelesaikan soal tersebut. Bukan hanya itu saja, ketika siswa diminta menyebutkan beberapa benda yang serupa dengan balok di dalam kehidupan sehari-hari masih sulit.


(12)

5

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide serta dapat mempublikasikan ide. Ketika para siswa ditantang pikiran dan kemampuan berfikir mereka tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara lisan atau dalam bentuk tulisan, mereka sedang belajar menjelaskan dan menyakinkan. Mendengarkan penjelasan siswa yang lain, memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman mereka.

Diskusi merupakan suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa bertukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan permahaman, atau membuat keputusan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan komunikasi diantara siswa adalah melalui model pembelajaran TTW (Think Talk Write).

Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat mendorong siswa untuk selalu aktif berpartisipasi, komunikatif, siswa dilatih untuk berpikir kritis, siap mengemukakan pendapatnya sendiri secara obyektif, menghargai pendapat orang lain, dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran.

Selain kemampuan yang berkaitan dengan komunikasi, juga perlu diperhatikan respon yang diberikan oleh siswa terhadap suatu pembelajaran, diantaranya adalah respon positif dan respon negatif. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor, salah satunya adalah mengenai respon siswa pada proses pembelajaran.

Purba (2013:1), mengungkapkan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, adanya respon positif dari siswa sangat memegang peranan penting untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang memiliki respon belajar positif cenderung untuk lebih aktif, kreatif, dan berani mengambil setiap kesempatan, misalnya dalam bertanya, memberikan ide – ide dan menerangkan kepada teman-temannya apabila ada hal-hal yang kurang dipahami oleh teman-temannya. Hal ini


(13)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan implikasi dari cara guru dalam mengelola pembelajaran, artinya dalam melaksanakan proses belajar mengajar peranan guru sangat dituntut agar siswa memberikan respon positif dalam belajar kerena dengan adanya respon positif tersebut setidaknya dapat memahamkan siswa bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang menyenangkan.

Dengan mengkaji tujuan pembelajaran matematika, tentunya logis jika matematika menjadi mata pelajaran wajib ditingkat dasar dan menengah di seluruh satuan pendidikan yang ada. Dengan proses pembelajaran matematika dan pencapaian yang baik didalamnya, maka tentunya kualitas sumber daya insani bangsa Indonesia akan terangkat.

Kenyataan di lapangan bahwa tujuan-tujuan tersebut sampai saat ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data TIMSS (Trends Internasional Mathematics and Science Study) 2011, pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Dari rata-rata skor internasional 500, para siswa Indonesia hanya memperoleh skor rata-rata 386. Skor siswa Indonesia tersebut tertinggal dengan siswa sesama Negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand yang masing-masing mendapatkan skor rata-rata 661, 440, dan 427. Hasil survey TIMSS tidak jauh berbeda dengan hasil survey dari lembaga lain seperti PISA (Programme Internasional for Student Assesment). Berdasarkan hasil survey PISA, siswa Indonesia menempati rangking 61 dari 65 negara yang berpartisipasi dengan skor rata-rata 371 yang jauh dari skor rata-rata internasional yaitu 496. Kemampuan matematika siswa Indonesia sejajar dengan siswa dari Kolumbia, Albania, Tunisia, Qatar, Peru, dan Panama. Dari hasil survey kedua lembaga tersebut, memberikan gambaran adanya masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia.

Rendahnya hasil belajar matematika diduga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat, misalnya proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sementara siswa lebih cenderung pasif. Akibatnya siswa kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya. Selain itu, guru-guru


(14)

7

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sering dihantui oleh kehawatiran tidak dapat menyampaikan topik-topik yang harus diajarkan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Pembelajaran dilakukan melalui proses penyampaian informasi atau transfer of knowledge bukan mengajak siswa untuk mengolah informasi. Akibatnya hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran seperti itu adalah berupa akumulasi dari pengetahuan yang satu sama lain terisolasi. Bahkan untuk pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA), kemampuan komunikasi matematika siswa kurang dikembangkan. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih berorientasi pada penyiapan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) dan tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Hal senada disampaikan oleh Djohar (2003), pembelajaran yang secara umum berlangsung selama ini, masih berperan sebagai panggung pentas penyampaian informasi (delivery system). Guru berdiri di depan siswa untuk menyampaikan pengetahuan, sementara siswa menerimanya tanpa harus mengetahui prosesnya. Siswa dituntut menerima ilmu, bukan memahami budaya ilmu, sehingga kehilangan orientasi hidupnya karena mereka tidak dituntun membaca fenomena sekelilingnya.

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write

(TTW) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write

(TTW) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung (Direct Instrution)?

2. Bagaimana respon siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ?


(15)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung (Direct Instruction).

2. Mengetahui bagaimana respon siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat khusus bagi peneliti yaitu: Merupakan wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang diperoleh di bangku perkuliahan serta upaya untuk mengembangkan ilmu matematika.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematik kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan atau diagram sehingga orang lain memahaminya.

2. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaksnya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

3. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri).


(16)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, sebab dalam penelitian ini diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Menurut Ruseffendi (2005:35) “Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang diberikan terhadap variabel bebas akan dilihat hasilnya terhadap variabel terikat”.

Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran dengan menggunakan model Think, Talk, Write (TTW), sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok pretes-postes (pretest-posttest control group design). Dasar pertimbangan dalam memilih disain ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe

Think Talk Write (TTW) dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pembelajaran langsung. Adapun disain penelitiannya sebagai berikut:

A O X O

A O O

di mana:

A : Pengambilan sampel secara acak O : Test awal (Pretest)


(17)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O : Test akhir (Postest)

X : Perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan model Think Talk

Write (TTW)

(Ruseffendi, 2004:5) B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 45 Bandung. Alasan pemilihan SMP tersebut, dilihat dari segi kemandirian dan kecakapan siswa SMP itu sendiri. Kecakapan yang dimaksud adalah dalam menyampaikan informasi kepada temannya ataupun gurunya. Sedangkan dalam hal kemandirian siswa SMP belum dapat sepenuhnya belajar mandiri dan masih membutuhkan bimbingan dari gurunya di kelas. Dari populasi tersebut dan berdasarkan desain penelitian yang akan digunakan serta berdasarkan pada kemampuan rata-rata siswa yang hampir sama di setiap kelasnya, maka dipilih secara random dua kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Salah satu kelas dari sampel yang diambil tersebut akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas yang satu lagi sebagai kelas kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, digunakan tiga macam instrumen, yaitu tes (tes awal dan tes akhir), angket (sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan untuk dilihat kemampuan disposisi matematisnya, dan observasi (perekaman proses pembelajaran). Adapun rancangan instrumen penelitiannya sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen

No Target Sumber

Data Teknik/Cara

Instrumen yang Digunakan 1. Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Siswa Tertulis Tes

2.

Respon siswa terhadap Model Think Talk Write

(TTW)


(18)

28

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penjelasannya sebagai berikut: 1. Tes

Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes ini berupa tes kemajuan/perolehan belajar. Menurut Suherman dan Kusumah (1990:87), selain meninjau hasil belajar setelah kegiatan dilakukan, pada tes perolehan belajar ditinjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:

1) pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan; 2) postes yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan.

Tipe tes yang akan diberikan berupa tes subyektif (bentuk uraian), dengan alasan dengan tes bentuk uraian dapat dilihat proses berfikir siswa. Dalam menjawab tes, siswa dituntut untuk memahami konsep materi yang akan diteskan serta mampu menyusun jawaban secara rinci dan benar sehingga dengan tes ini dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan komunikasi dan penguasaan konsep terkait materi tersebut.

2. Angket

Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan (pertemuan terakhir). Angket bertujuan untuk mengetahui respon dan kesan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model Think Talk Write (TTW), serta mengetahui sejauh mana indikator-indikator komunikasi matematis siswa dipenuhi.

3. Observasi kelas

Observasi kelas dilakukan setiap pembelajaran dilakukan. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan pedoman model pembelajaran yang digunakan atau belum.

D. Prosedur Penelitian


(19)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut. a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan

pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan. b. Pengurusan izin tempat untuk penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian.

d. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba instrumen ini diberikan terhadap subyek lain di luar subyek penellitian, tetapi mempunyai kemampuan yang setara dengan sampel dalam penelitian yang akan dilakukan.

e. Analisis kualitas/kriteria instrumen, yang terdiri dari:

Validitas

Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid (absah atau sahih) jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi dalam melaksanakan fungsinya (Suherman, 1990: 135). Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Untuk mengetahui validitas empirik suatu soal, dihitung dengan koefisien validitas ( ) dengan

mengunakan rumus:

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : banyak subjek (testi)

Y :rata-rata nilai harian X : skor yang diperoleh dari tes


(20)

30

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Guilford (Suherman, 1990: 146-147), interpretasi nilai dapat

dikategorikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Interpretasi Korelasi Nilai

Nilai Keterangan

Korelasi sangat tinggi

Korelasi tinggi

Korelasi sedang

Korelasi rendah

Korelasi sangat rendah

Untuk menentukan tingkat validitas alat evaluasi dapat digunakan kriteria di atas. Dalam hal ini nilai diartikan sebagai koefisien validitas,

sehingga kriterianya dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Interpretasi Validitas Nilai

Nilai Keterangan

Validitas sangat tinggi (sangat tinggi)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah


(21)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas

Suherman (1990: 167) mengatakan bahwa suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe subjektif atau uraian, karena itu untuk mencari koefisien reliabilitas ( ) digunakan rumus alpa yang

dirumuskan sebagai berikut:

=

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi

n = Banyaknya butir soal

Jumlah varians skor setiap soal

Varians skor total

Menurut Guilford (Suherman, 1990: 177) koefisien reliabilitas diiterpretasikan seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas ( ) Kriteria

r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 Relibilitas rendah

0,40 Relibilitas sedang

0,70 Reliabilitas tinggi


(22)

32

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji Daya Pembeda

Galton (Suherman, 1990: 200) berasumsi bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang tak pandai. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

DP =

Keterangan:

DP = Daya pembeda

JBA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

JBB = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

JSA = Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria yang digunakan untuk daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) Kriteria

DP 0,00 Sangat jelek

0,00 Jelek

0,20 Cukup

0,40 Baik

0,70 Sangat baik


(23)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks Kesukaran.

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (Suherman,1990:212). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Untuk mencari indeks kesukaran (IK) digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

JBA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

JBB = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

JSA = Jumlah siswa kelompok atas

Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran, banyak digunakan kriteria seperti yang terlihat pada Tabel 3.6 (Suherman,1990:213).

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran (IK) Kriteria soal

IK = 0,00 Sual terlalu sukar

0,00 Soal sukar

0,30 Soal sedang

0,70 Soal mudah


(24)

34

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Revisi instrumen tes jika terdapat kekurangan.

g. Pemilihan sampel penelitian. Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Di kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran langsung yang biasa dilakukan di sekolah. Sedangkan di kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write.

c. Memberikan postes pada kedua kelas tersebut. d. Malakukan observasi kelas pada setiap pembelajaran.

e. Memberikan jurnal harian pada setiap akhir pertemuan dan angket pada pertemuan terakhir kepada siswa untuk mengetahui kesan dan respon siswa di kelas eksperimen terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan pengkajian dan analisis terhadap temuan-temuan penelitian serta melihat pengaruh terhadap peningkatan komunikasi matematis siswa yang ingin diukur. Selanjutnya, dibuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyusun laporan penelitian.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan sesuai dengan bagan berikut:


(25)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyusunan Instrumen (Tes, Observasi, Merancang model

bahan ajar

Pemilihan Sampel Perencanaan Materi

Ajar Penyusunan

Proposal Proses Perizinan

Merancang Pembelajaran Pengkajian

Masalah Studi Literatur

Studi Pendahuluan

Pretes

Pembelajaran dengan menggunakan Model Think Talk Write (TTW)

(kelas eksperimen) Observasi

Pembelajaran dengan Direct Instruction

(kelas kontrol)

Postes

Angket (kelas eksperimen)

Analisis Data dan Evaluasi

Kesimpulan

Penyusunan Laporan Gambar 3.1


(26)

36

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan seleksi data yang kemudian diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh, dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji rata-rata. Uji rata-rata akan digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan komunikasi matematis yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung yang biasa dilakukan di sekolah.

Pengolahan data dilakukan terhadap skor pretes dan indeks gain. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal (Smaks) dengan skor pretes. Hal ini dimaksud untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasi perolehan gain seorang siswa. Gain yang dinormalisasi diperoleh dengan cara menghitung selisih antara skor postes (Spos) dengan skor pretes (Spre) dibagi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor pretes. Peningkatan yang terjadi, sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g-faktor (N-Gain) dengan rumus:

pre maks

pre pos

S

S

S

S

g

Keterangan:

g : gain ternormalisasi Spre : skor pretes

Spos : skor postes Smaks : skor maksimal


(27)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Gain

g Keterangan

7 , 0

g tinggi

7 , 0 3

,

0  g sedang

3 , 0

g Rendah

Hal yang dilakukan untuk menguji data kuantitatif, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%.

Bila data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistik yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Bila tidak berdistribusi normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians, tapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik non-parametrik.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test.

Jika kedua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t. Jika sampel yang diambil mempunyai varians yang tidak homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t'.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang signifikan antara pemahaman kelompok eksperimen dan kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t (independent sample test). Jika data


(28)

38

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t' (independent sample test). Sedangkan data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji non-parametrik ( Mann-Whitney).

Secara sederhana prosedur pengolahan data kuantitatif disajikan pada gambar berikut:

Gambar 3.2

Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif 2. Data Kualitatif

a. Angket

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pemilihan data yang representatif dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Data disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi setiap alternatif jawaban serta untuk mempermudah dalam membaca data. Data yang diperoleh, kemudian dipersentasekan sebelum dilakukan penafsiran dengan menggunakan rumus:

% 100  

n f P

Data skor pretes dan indeks gain

Uji Normalitas

Uji Homogenitas Uji Perbedaan Dua Rata-rata/

uji non-parametrik (Mann-Whitney)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata uji t Uji Perbedaan Dua Rata-rata uji t'


(29)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

P : persentase jawaban

f : frekuensi jawaban

n : banyak responden

Tabel 3.8 Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Selanjutnya dilakukan penafsiran dengan menggunakan kriteria persentase angket yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.9

Interpretasi Persentase Angket

Besar Persentase Tafsiran

tidak ada sebagian kecil hampir setengahnya

setengahnya sebagian besar pada umumnya

seluruhnya

b. Observasi kelas

Data yang terkumpul ditulis dan dikumpulkan dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif.


(30)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think Talk Write) lebih tinggi dibandingkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung (direct instruction).

2. Hampir seluruh siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini saran yang dapat menjadi masukan yaitu :

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat menjadi alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa SMP, dengan memperhatikan kesiapan belajar siswa, manajemen waktu, tingkat kesulitan materi ajar, dan ketegasan dari guru terhadap aturan yang disepakati.


(31)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Al Jupri, Yulianti, K., Rukmana, K., Saputra, C. (2007). Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Realistik untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII H SMP 22 Bandung. Bandung: Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan)

Andriani, M. (2008). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia: http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html. [29 April 2013]

Andriani, M. (2008). Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write. [Online]. Tersedia: http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/ strategi-pembelajran-think-talk-write April 2013]

Bansu. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Strategi Think Talk Write. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Erlina, E. (2007). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum dengan

Gaya Belajar VAK terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Skripsi.

Jurusan Pendidian Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Kuswari, U. (2003). Model Pembelajaran Menulis dengan Tehnik Think Talk Write (TTW).

Maheswari, S.G. (2008). Penerapan Strategi Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, Va: NCTM.

Purba, D. (2013). Upaya Peningkatan Respon pada Pembelajaran Sains melalui Model ARIAS pada Siswa Kelas IV SD Negeri No. 101767 Tembung Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Negeri Medan: Tidak diterbitkan. Rahayu, D.A. (2009). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Think Talk Write


(32)

60

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matematika Di Kelas VII SMP I Cianjur .Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: PT. Tarsito.

Soemanto, W. (2010). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar. [Online]. Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/07/21/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar/ [29 April 2013]

Solikhah, M. (2009).Penerapan Model Pembelajaran Inovatif TTW (Think, Talk, Write) dengan Menyatakan Hand Out Terhadap Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap

SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.Skripsi

Jururusan Pendidikan Biologi FKIP UMS: Tidak diterbitkan.

Sudrajat, A. (2008). Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model

Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ [29 April 2013]

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-Out Perkuliahan. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Suherman, E., & Sukjaya, Y. K. (1990). Petunjuk Praktis untuk Menggunakan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MAN Malang. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukmadinata, N.S. (2008). Empat Pilar Belajar. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/empat-pilar-belajar/. [29 April 2013]

Sunata. (2009). Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Treffinger Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidian Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Suriasumantri, J.S. (2009). Mengapa Matematika dapat Masuk dalam Ranah

Kajian Bahasa?.[Online]. Tersedia:

http://mellyirzal.blogspot.com/2009/01/mengapa-matematika-dapat-masuk-dalam.html. [28 April 2013]


(1)

37

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Kriteria Tingkat Gain

g Keterangan

7 , 0

g tinggi

7 , 0 3

,

0  g sedang

3 , 0

g Rendah

Hal yang dilakukan untuk menguji data kuantitatif, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%.

Bila data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistik yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Bila tidak berdistribusi normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians, tapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik non-parametrik.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test.

Jika kedua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t. Jika sampel yang diambil mempunyai varians yang tidak homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t'.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang signifikan antara pemahaman kelompok eksperimen dan kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t (independent sample test). Jika data


(2)

38

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t' (independent sample test). Sedangkan data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji non-parametrik (Mann-Whitney).

Secara sederhana prosedur pengolahan data kuantitatif disajikan pada gambar berikut:

Gambar 3.2

Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif 2. Data Kualitatif

a. Angket

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pemilihan data yang representatif dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Data disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi setiap alternatif jawaban serta untuk mempermudah dalam membaca data. Data yang diperoleh, kemudian dipersentasekan sebelum dilakukan penafsiran dengan menggunakan rumus:

% 100

 

n f P

Data skor pretes dan indeks gain

Uji Normalitas

Uji Homogenitas Uji Perbedaan Dua Rata-rata/

uji non-parametrik (Mann-Whitney)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata uji t Uji Perbedaan Dua Rata-rata uji t'


(3)

39

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

P : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Tabel 3.8 Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Selanjutnya dilakukan penafsiran dengan menggunakan kriteria persentase angket yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.9

Interpretasi Persentase Angket Besar Persentase Tafsiran

tidak ada sebagian kecil hampir setengahnya

setengahnya sebagian besar pada umumnya

seluruhnya

b. Observasi kelas

Data yang terkumpul ditulis dan dikumpulkan dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif.


(4)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think Talk Write) lebih tinggi dibandingkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung (direct instruction).

2. Hampir seluruh siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini saran yang dapat menjadi masukan yaitu :

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat menjadi alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa SMP, dengan memperhatikan kesiapan belajar siswa, manajemen waktu, tingkat kesulitan materi ajar, dan ketegasan dari guru terhadap aturan yang disepakati.


(5)

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Al Jupri, Yulianti, K., Rukmana, K., Saputra, C. (2007). Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Realistik untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII H SMP 22 Bandung. Bandung: Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan)

Andriani, M. (2008). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia: http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html. [29 April 2013]

Andriani, M. (2008). Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write. [Online]. Tersedia: http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/ strategi-pembelajran-think-talk-write April 2013]

Bansu. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Strategi Think Talk Write. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Erlina, E. (2007). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum dengan Gaya Belajar VAK terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Skripsi. Jurusan Pendidian Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Kuswari, U. (2003). Model Pembelajaran Menulis dengan Tehnik Think Talk Write (TTW).

Maheswari, S.G. (2008). Penerapan Strategi Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, Va: NCTM.

Purba, D. (2013). Upaya Peningkatan Respon pada Pembelajaran Sains melalui Model ARIAS pada Siswa Kelas IV SD Negeri No. 101767 Tembung Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Negeri Medan: Tidak diterbitkan. Rahayu, D.A. (2009). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Think Talk Write


(6)

60

Meigy Nugroho, 2014

penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matematika Di Kelas VII SMP I Cianjur .Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: PT. Tarsito.

Soemanto, W. (2010). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar. [Online]. Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/07/21/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar/ [29 April 2013]

Solikhah, M. (2009).Penerapan Model Pembelajaran Inovatif TTW (Think, Talk, Write) dengan Menyatakan Hand Out Terhadap Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.Skripsi Jururusan Pendidikan Biologi FKIP UMS: Tidak diterbitkan.

Sudrajat, A. (2008). Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model

Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ [29 April 2013]

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-Out Perkuliahan. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Suherman, E., & Sukjaya, Y. K. (1990). Petunjuk Praktis untuk Menggunakan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MAN Malang. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukmadinata, N.S. (2008). Empat Pilar Belajar. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/empat-pilar-belajar/. [29 April 2013]

Sunata. (2009). Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Treffinger Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidian Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Suriasumantri, J.S. (2009). Mengapa Matematika dapat Masuk dalam Ranah

Kajian Bahasa?.[Online]. Tersedia:

http://mellyirzal.blogspot.com/2009/01/mengapa-matematika-dapat-masuk-dalam.html. [28 April 2013]