PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

(1)

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Oleh Dwi Septiani NIM. 1104529

ABSTRAK

Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang dilakukan pada salah satu sekolah dasar yang berada di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung dengan banyaknya siswa 28 orang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematis pada siswa sekolah dasar yang disebabkan oleh pembelajaraan konvensional yang berpusat pada guru. Secara umum, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan penerapan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan pemecahan masalah matematika berkaitan dengan pecahan sederhana. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peneltian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis Mc. Taggart dalam tiga siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan catatan lapangan. Bentuk analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran induktif dapat meningkatkan aktivitas siswa saat pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pada siklus I presentase pencapaian KKM 35,7%. Pada siklus II mengalami peningkatan dengan presentase pencapaian KKM 60,7%. Pada siklus III mengalami peningkatan dengan presentase pencapaian KKM 85,7%. Sehingga penerapan model pembelajaran induktif dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan oleh guru dalam usaha meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


(2)

THE APPLICATION OF INDUCTIVE TEACHING MODEL TO INCREASE STUDENT’S MATHEMATICAL COMMUNICATION ABILITY

By Dwi Septiani NIM. 1104529

ABSTRACT

This research is about the application of inductive teaching model to increase student’s mathematical communication ability which is done in of elementary school in Sukajadi, Bandung with the total student of the research are 28 students, 14 boys and 14 girls. This research based on student’s mathematical communication are low. This caused by the convensional teaching method which is teacher centered. Generally, the purpose of this research is to get the description of the application of inductive teaching model’s implementation to increase student’s mathematical communication ability in mathematic subject is related simple fraction. The research is using classroom action research Kemmis Mc. Taggart model in three cycles. Data collection techniques using testing, observation, and field note. Data analysis in this study is a descriptive analysis techniques which include data reduction, data display, and conclusion.the application of inductive teaching model can increase student’s activity in studying process and student’s mathematical communication. In fisrt cycle, the percentage of KKM achievement are 35,7%. In second cycle, the percentage of KKM achievement got increase are 60,7%. The third cycle, the percentage of KKM achievement got most increase are 85,7%. With the result, the application of inductive teaching model can be one of more alternatives teaching model to increase student’s mathematical communication.


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sendiri merupakan salah satu jenis bahasa. Bahkan menurut Jujun S. Suriasumantri (2007, hlm.190) matematika merupakan bahasa yang berupa/melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang akan mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai oleh setiap siswa dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika. Dengan komunikasi, siswa dapat berbagi gagasan dan mengklasifikasikan pemahaman. Komunikasi diperlukan untuk memahami ide-ide matematika secara benar. Kemampuan komunikasi yang lemah akan berakibat pada lemahnya kemampuan matematika yang lain. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik akan bisa membuat representasi yang beragam, hal ini akan lebih memudahkan dalam menemukan alternatif-alternatif penyelesaian yang berakibat pada meningkatnya kemampuan menyelesaikan permasalahan matematika.

Namun demikian, permasalahan yang ditemukan selama pengamatan, masih banyak siswa yang belum dapat mengkomunikasikan permasalahan matematis dengan baik. Pembelajaran klasikal yang biasa diterapkan, belum mampu mendorong peningkatan kemampuan komunikasi siswa. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan komunikasi matematisnya. Dilihat dari data awal ketika melakukan tes kemampuan awal kemampuan komunikasi matematis, hanya 21,4% siswa yang mampu melampaui KKM atau sekitar 6 orang siswa dari total keseluruhan 28 orang siswa. Setelah dianalisis, hal ini terjadi karena guru cenderung otoriter


(4)

dalam kegiatan pembelajaran. Guru adalah penentu aktivitas siswa di kelas yang peneliti amati. Seyogyanya, siswa difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan memberikan bimbingan agar dapat mengkomunikasikan tiap ide-ide ke dalam bentuk gambar, menjelaskan penjelasan dari jawaban dan bahkan melakukan perhitungan dengan tidak terpaku pada satu cara. Dalam pembelajaran matematika, seorang siswa yang sudah mempunyai kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikannya, agar pemahamannya tersebut bisa dimengerti oleh orang lain. Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain, seorang siswa bisa meningkatkan pemahaman matematisnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Huggins (1999) bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa bisa melakukannya dengan mengemukakan ide-ide matematisnya kepada orang lain.

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk membantu meningkatkan kemampuan matematis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran induktif.

Berpikir induktif sebenarnya merupakan bawaan sejak lahir dan keberadaannya sudah absah. Ia hadir sebagai suatu kerja revolusioner, mengingat sekolah-sekolah saat ini telah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang tidak absah dan acap merongrong kapasitas bawaan sejak lahir. (Hilda Taba pada sekelompok orang dalam Memorial Lincoln).

Model pembelajaran induktif diawali dengan contoh-contoh nyata dengan tujuan agar siswa dapat mengidentifikasi, membedakan kemudian mengintepretasi, menggeneralisasi dan akhirnya mengambil kesimpulan. Dengan demikian, siswa menggunakan hasil dari pemerolehan informasi sendiri lalu dengan mudah mengkomunikasikannya. Model pembelajaran induktif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung.


(5)

(6)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran induktif pada pokok bahasan bilangan pecahan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan.

2. Memperoleh gambaran peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran Matematika yang menerapkan model pembelajaran induktif pada pokok bahasan bilangan pecahan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan teori baru

tentang Model Pembelajaran Induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran secara menyeluruh khususnya yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

Manfaat Praksis. Hasil penelitian ini dasarnya memiliki dua produk, yaitu: (1)


(7)

5

matematis siswa; dan (2) data deskriptif tentang peningkatan kemampuan komunikasi siswa pada sekolah yang menjadi tempat penelitian. Diharapkan kedua hal ini dapat bermanfaat pada beberapa konteks kepentingan berikut.

1. Bagi siswa, hasil penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat untuk meminimalisir kesulitan belajar siswa khususnya kemampuan mengkomunikasikan materi matematika, sehingga kemampuan komunikasi matematis menjadi meningkat.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai cara membelajarkan materi bilangan pecahan dengan menerapkan model pembelajaran induktif agar kualitas serta kinerja guru dalam mengajar dapat meningkat.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan gambaran mengenai penerapan model pembelajaran induktif untuk penelitian selanjutnya yang dapat digunakan sebagai referensi.

4. Bagi LPTK, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan dan memperluas bidang ilmu pengetahuan.


(8)

(9)

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran. Menurut Dave Ebbutt (dalam Hopkins yang diterjemahkan oleh Achmad Fawarid 2011, hlm. 88) bahwa penelitian tindakan ‘Merupakan studi sistematis yang dilaksanakan oleh sekelompok pasrtisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan dengan tindakan-tindakan praktis mereka sendiri dan refleksi mereka terhadpa pengaruh dari tindakan itu sendiri’

Adapun alasannya kenapa peneliti mengambil metode ini karena peneliti mendapatkan masalah di kelas tempat peneliti mengajar. Masalah yang terjadi adalah kurang terasahnya komunikasi matematis siwa pada mata pelajaran matematika materi bangun datar. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang telah diuraikan para ahli bahwa tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan praktik pendidikan ke arah yang lebih baik.

Pada penelitian ini peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini dianggap lebih mudah dalam prosedur tahapannya. Berikut adalah desain PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart:

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi I Perencanaan


(10)

Gambar 3.1. Adaptasi Model Kemmis Mc. Taggart (dalam Arikunto, 2012, hlm. 16) Setelah menemukan suatu masalah, proses penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan disiapkan dengan rincian sebagai berikut:

- Mengadakan kesepakatan dengan siswa, teman sejawat, kepala sekolah tentang rencana yang akan dilakukan.

- Membuat rencana pembelajaran dengan penekanan pada penggunaan Model Pembelajaran Induktif.

- Membuat pedoman penilaian lembar observasi kinerja guru dan aktifitas kreatifitas siswa untuk menilai proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Induktif.

b) Tahap Pelaksanaan (Action)

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Kesimpulan Refleksi II

Pelaksanaan Observasi


(11)

15

- Membuat kesepakatan dengan siswa dan membuat aturan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk menciptakan landasan yang kuat dalam pembelajaran.

- Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. - Melaksanakan proses pembelajaran dan penelitian. c) Tahap Pengamatan (Observation)

Tahap pengamatan dilakukan dengan cara pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengamatan dilakukan menyeluruh terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas selama pelaksanaan.

d) Tahap Refleksi (Reflection)

Tahap refleksi merupakan kegiatan perenungan terhadap semua hasil kegiatan yang merupakan sumber untuk pelaksanaan tindakan berikutnya, dengan melakukan refleksi dapat diketahui hasil yang dicapai dan tindakan sebagai tolak ukur kegiatan kedepan. Konsekuensinya tujuan yang sudah tercapai dengan optimal akan dipertahankan dan indikator yang kurang akan diperbaiki. Refleksi juga diharapkan akan menumbuhkan kesadaran guru untuk selalu menyadari kekurangan atau kelemahan guru sehingga dengan kesadaran ini akan menimbulkan semangat melakukan perbaikan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah dasar yang beralamat di Jalan Sirnamanah nomor 4, Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Lingkungan sekolah berada di tengah-tengah perkotaan yang sibuk. Sementara itu, bangunan sekolah juga merupakan gabungan dari dua sekolah yang dikepalai satu kepala sekolah. Hal ini mendasari suasana pembelajaran di kelas kurang terfokus. Waktu pembelajaran yang dipaksa bergiliran menyebabkan focus pembelajaran terganggu. Hal yang paling terasa adalah ketika sekolah mendapat plug siang. Konsentrasi siswa berkurang, pun guru. Hal ini menyebabkan pembelajaran di kelas tidak atraktif, tidak aktif dan dirasa kurang menyenangkan. Pembelajaran didominasi oleh guru. Pun aktivitas siswa dalam pembelajaran ditentukan oleh guru. Siswa tidak difasilitasi untuk


(12)

mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Kelengkapan sarana pembelajaran seperti buku pegangan siswa dianggap kurang mendukung untuk pembelajaran.


(13)

17

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III tahun ajaran 2014/2015. Kelas ini merupakan kelas ideal, jumlah siswa 28. Siswa laki-laki berjumlah 14 orang dan jumlah siswa perempuan 14. Kebanyakan siswa adalah warga sekitar. Siswa di sekolah ini rata-rata adalah siswa dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Orang tua siswa sebagian pegawai swasta. Hampir keseluruhan siswa mengalami masalah yang sama yaitu dalam hal komunikasi matematis.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 dan diperkirakan selesai pada bulan Mei 2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah:

a. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran digunakan selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari satu RPP yang memuat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, sumber, alat/media pembelajaran, evaluasi, dan langkah-langkah pembelajaran.

2) Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kerja Kelompok (LKK) memuat masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Penyajian teori dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK) ini diawali dengan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep matematika sesuai dengan standar kompetensi yang


(14)

ingin dicapai. Lembar Kerja Kelompok digunakan pedoman atau prosedur agar siswa aktif dalam kelompok untuk melakukan eksplorasi terbimbing.

b. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

1) Tes adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh data dalam penelitian, menurut Nana Sudjana (2009, hlm. 35) menyatakan bahwa, “tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”. Tes dilakukan peneliti untuk mendapatkan data hasil belajar siswa dengan menggunakan butur-butir soal atau instrumen soal yang mengukur komunikasi matematis melalui hasil belajar siswa secara kognitif sesuai dengan mata pelajaran atau materi yang diteliti. Tes diberikan setiap akhir siklus. Pemilihan materi tes mengacu pada indikator yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa deskripsi kegiatan pembelajaran meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan interaksi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan Model Pembelajaran Induktif. Observasi ini dilakukan oleh observer, dan hasilnya akan dijadikan dasar dari refleksi dan tindakan yang dilakukan selanjutnya.

3) Dokumentasi untuk ditampilkan di lampiran yang dijadikan sebagai bukti data telah diambil dalam pembelajaran

4) Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatn selama kegiatan pelaksanaan pembelajaran berlangsung, untuk mencatat tentang apa yang terjadi, apa yang didengar, dan apa yang dirasakan. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru menimbulkan berbagai respon siswa, atau kealahan yang dibuat siswa karena guru membuat kekeliruan.


(15)

19

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas III di salah satu SD di Kecamatan Sukajadi pada materi bangun datar dengan menggunakan model siklus belajar. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto 2011, hlm. 97) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal.

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian.

a) Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

1) Permintaan izin dari Kepala Sekolah Dasar Negeri 2) Observasi dan Wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi SD secara keseluruhan, terutama siswa kelas III yang akan dijadikan subjek penelitian.

3) Identifikasi Permasalahan Kegiatan dimulai dari:

a) Melakukan kajian terhadap Kurikulum KTSP, buku sumber kelas III, pembelajaran matematika dan model-model pembelajaran matematika. b) Menentukan model atau pendekatan yang relevan dengan karakteristik

siswa, bahan ajar, dan proses belajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran matematika.

c) Menentukan Rencana Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Induktif

d) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan ada setiap tahap penelitian.

b) Tahap Tindakan


(16)

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan pembelajaran peneliti melakukan wawancara dengan guru, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan apa yang sudah dibuat pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar mengajar.

3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran berlangsung, adapun hal yang perlu dilihat atau diamati pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: penampilan mengajar, keaktifan siswa, kondisi kelas dan siswa, situasi pada saat pembelajaran, pemanfaatan media yang telah dibuat.

4) Refleksi (Reflecting)

Pada tahap refleksi ini membahas mengenai penampilan mengajar maupun situasi siswa dan kelas, semua hal yang telah ditemukan pada saat pelaksanaan semuanya dibahas pada tahap refleksi ini agar kekurangan atau kelemahan yang ada dapat diperbaiki dan dilaksanakan lagi untuk siklus berikutnya.

G. Rencana Pengolahan dan Analisis Data a. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berasal dari tes siklus untuk hasil belajar siswa berupa tes kemampuan komunikasi matematis. Dari data-data kuantitatif ini dilakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut.

1) Pengolahan data hasil tes evaluasi kemampuan komunikasi matematis Menurut Arikunto (Juliyani, 2013:14) ‘skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa’. Skor tiap tes yang diberikan berbeda-beda disesuaikan dengan banyaknya soal tes dan bobot soal tes. Pedoman penskoran


(17)

21

kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada lampiran. Menurut Sukardi (dalam Gumilar, 2010: 38) untuk menghitung nilai siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = � � � � � �ℎ � �

2) Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Nana Sudjana (2012, hlm. 109).

=

∑ �∑ X

Keterangan :

R = nilai rata-rata siswa ∑ X = jumlah seluruh nilai siswa ∑ N = jumlah siswa

3) Pengolahan Persentase Ketuntasan Belajar

Menurut Depdiknas (dalam Gumilar, 2013: 38) bahwa ‘kelas dikatakan sudah tuntas secara klasikal jika sudah mencapai 85% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai Kriteria Ketuntasn Minimal (KKM)’. Dengan berpedoman pada hal tersebut, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran perlu diadakannya perhitungan presentase jumlah siswa yang tuntas atau sudah memenuhi KKM pada mata pelajaran matematika yaitu 63. Pengolahan data ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :

P = ∑ P


(18)

Keterangan :

P = persentase siswa yang lulus ΣP = jumlah siswa yang lulus ΣN = jumlah seluruh siswa

b. Analisis Data Kualitatif

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Huberman. Miles and Huberman (Sugiyono, 1984 hlm. 337) mengemukakan bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

Adapun penjabaran dari langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut.

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data Display (Penyajian Data)

Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (1984, hlm. 341) bahwa ‘yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalan penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.’ Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Miles and Huberman dalam Sugiyono (1984, hlm. 341) juga menyarankan ‘dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.


(19)

23

3) Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitataif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian.


(20)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang dideskripsikan dalam Bab IV, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan Model Pembelajaran Induktif pada materi pemecahan masalah matematika berkaitan dengan pecahan sederhana di kelas IIIA SDN yang berada di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Pelaksanaan tindakan siklus I, II dan III dalam kegiatan pembalajarannya disesuaikan dengan tahapan pembelajaran pada model pembelajaran induktif yakni, pada strategi pertama yaitu pembentukan konsep terdiri dari 1) Mengidentifikasi dan menyebutkan data satu persatu. Data yang relevan dimasukkan ke dalam topik masalah, 2) Mengelompokan data ke dalam kategori yang sejenis, dan 3) Mengembangkan label-label dalam setiap kategori. Kemudian strategi yang kedua yaitu interpretasi data dengan tahapan 1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang saling berhubungan, 2) Menjelaskan dimensi-dimensi yang saling berhubungan, dan 3) Membuat inferensi atau kesimpulan dan strategi yang ketiga yaitu aplikasi prinsip dengan tahapan 1) Memprediksi akibat, menjelaskan fenomena yang tidak lumrah dan melakukan hipotesis, 2) Menjelaskan dan atau mendukung hipotesis, dan 3) Menguji perkiraan. Semua tahapan tersebut pada model pembelajaran induktif sudah terlaksana dengan baik. Dalam tiga kali pembelajaran, siswa sudah dapat mengikuti dengan baik. Menggunakan setting diskusi kelas, pelaksanaan pembelajaran dengan model induktif menjadi lebih aktif dan siswa pun responsif. Siswa menjadi aktif mengemukakan jawaban di depan kelas dan mengemukakan pendapat tanpa adanya paksaan dari guru.

2. Perkembangan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran matematika di kelas IIIA SDN yang berada di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dirancang sebagai


(21)

82

tes evaluasi kemampuan matematis. Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 52,83 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 35,7%. Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 68,53 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 60,7%. Kemudian nilai rata-rata pada siklus III sebesar 82,05 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 85,7%. Dari ketiga siklus tersebut menunjukan nilai rata-rata dan presentase pencapaian KKM lebih besar dibandingkan dengan sebelum menerapkan Model Pembelajaran Induktif yaitu nilai rata-rata sebesar 45,7 dan presentase pencapaian KKM sebesar 21,4%.

B. Rekomendasi

Penelitian ini terbukti memberikan hasil yang positif dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika baik itu proses pembelajaran maupun hasil yang diperoleh siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang mungkin akan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait untuk SDN yang berada di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi.

1. Bagi Guru

a. Penerapan Model Pembelajaran Induktif dalam pembelajaran matematika tidak hanya terbatas pada satu pokok bahasan saja akan tetapi Penerapan Model Pembelajaran Induktif ini dapat diterapkan pada pokok bahasan yang lainnya yang ada pada pembelajaran matematika. Karena dengan menerapkan Model Pembelajaran Induktif, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Namun, setelah dilakukan penelitian bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Cai, Lane, and Jakabscin itu kurang membentuk konsep matematika. Maka, guru hendaknya mengaplikasikan dengan cara dan media lain dalam tahap pembentukan konsep.

b. Hendaknya guru mengkaji teori yang ada dalam Model Pembelajaran Induktif serta memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Induktif


(22)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hendaknya mengkaji lebih dalam dan menguasi teori-teori yang berkaitan dengan Model Pembelajaran Induktif agar pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Induktif lebih efektif.

b. Dalam menerapkan Model Pembelajaran Induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa hendaknya peneliti selanjutnya memperbaiki atau menyempurnakan tahapan yang ada pada model pembelajaran induktif agar kemampuan pembentukan konsep siswa lebih optimal.


(23)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Company. Cai, J., Lane, S., dan Jakabcsin, M.S. (1996).Assessing Students'

Mathematical Communication. Official Journal of the Science and

Mathematics. 96 (5). 238-246.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Portal Jurnal UPI: Edisi Khusus No. 1, Agustus

2011. Bandung, hlm. 81-82.

Gumilar, K. (2013). Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R)Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Skripsi FIP UPI. Tidak

Diterbitkan.

Herdiana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hopkins, D. (2011). Bantuan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-1. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, Miftahul. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, B. dkk. (2000), Models of Teaching. Cetakan ke-2. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pusataka Sinar Harapan.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Sudjana, N. (2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


(24)

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk

Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Supriadi, A. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Mengengah Pertama Melalui Pendekatan Inkuiri Pembimbing. Thesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.


(1)

23

3) Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitataif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian.


(2)

81

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang dideskripsikan dalam Bab IV, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan Model Pembelajaran Induktif pada materi pemecahan masalah matematika berkaitan dengan pecahan sederhana di kelas IIIA SDN yang berada di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Pelaksanaan tindakan siklus I, II dan III dalam kegiatan pembalajarannya disesuaikan dengan tahapan pembelajaran pada model pembelajaran induktif yakni, pada strategi pertama yaitu pembentukan konsep terdiri dari 1) Mengidentifikasi dan menyebutkan data satu persatu. Data yang relevan dimasukkan ke dalam topik masalah, 2) Mengelompokan data ke dalam kategori yang sejenis, dan 3) Mengembangkan label-label dalam setiap kategori. Kemudian strategi yang kedua yaitu interpretasi data dengan tahapan 1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang saling berhubungan, 2) Menjelaskan dimensi-dimensi yang saling berhubungan, dan 3) Membuat inferensi atau kesimpulan dan strategi yang ketiga yaitu aplikasi prinsip dengan tahapan 1) Memprediksi akibat, menjelaskan fenomena yang tidak lumrah dan melakukan hipotesis, 2) Menjelaskan dan atau mendukung hipotesis, dan 3) Menguji perkiraan. Semua tahapan tersebut pada model pembelajaran induktif sudah terlaksana dengan baik. Dalam tiga kali pembelajaran, siswa sudah dapat mengikuti dengan baik. Menggunakan setting diskusi kelas, pelaksanaan pembelajaran dengan model induktif menjadi lebih aktif dan siswa pun responsif. Siswa menjadi aktif mengemukakan jawaban di depan kelas dan mengemukakan pendapat tanpa adanya paksaan dari guru.

2. Perkembangan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran matematika di kelas IIIA SDN yang berada di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dirancang sebagai


(3)

82

tes evaluasi kemampuan matematis. Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 52,83 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 35,7%. Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 68,53 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 60,7%. Kemudian nilai rata-rata pada siklus III sebesar 82,05 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 85,7%. Dari ketiga siklus tersebut menunjukan nilai rata-rata dan presentase pencapaian KKM lebih besar dibandingkan dengan sebelum menerapkan Model Pembelajaran Induktif yaitu nilai rata-rata sebesar 45,7 dan presentase pencapaian KKM sebesar 21,4%.

B. Rekomendasi

Penelitian ini terbukti memberikan hasil yang positif dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika baik itu proses pembelajaran maupun hasil yang diperoleh siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang mungkin akan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait untuk SDN yang berada di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi.

1. Bagi Guru

a. Penerapan Model Pembelajaran Induktif dalam pembelajaran matematika tidak hanya terbatas pada satu pokok bahasan saja akan tetapi Penerapan Model Pembelajaran Induktif ini dapat diterapkan pada pokok bahasan yang lainnya yang ada pada pembelajaran matematika. Karena dengan menerapkan Model Pembelajaran Induktif, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Namun, setelah dilakukan penelitian bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Cai, Lane, and Jakabscin itu kurang membentuk konsep matematika. Maka, guru hendaknya mengaplikasikan dengan cara dan media lain dalam tahap pembentukan konsep.

b. Hendaknya guru mengkaji teori yang ada dalam Model Pembelajaran Induktif serta memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Induktif


(4)

83

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hendaknya mengkaji lebih dalam dan menguasi teori-teori yang berkaitan dengan Model Pembelajaran Induktif agar pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Induktif lebih efektif.

b. Dalam menerapkan Model Pembelajaran Induktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa hendaknya peneliti selanjutnya memperbaiki atau menyempurnakan tahapan yang ada pada model pembelajaran induktif agar kemampuan pembentukan konsep siswa lebih optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Company. Cai, J., Lane, S., dan Jakabcsin, M.S. (1996).Assessing Students'

Mathematical Communication. Official Journal of the Science and Mathematics. 96 (5). 238-246.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Portal Jurnal UPI: Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. Bandung, hlm. 81-82.

Gumilar, K. (2013). Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Skripsi FIP UPI. Tidak Diterbitkan.

Herdiana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hopkins, D. (2011). Bantuan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-1. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, Miftahul. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, B. dkk. (2000), Models of Teaching. Cetakan ke-2. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pusataka Sinar Harapan.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Sudjana, N. (2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

85

Dwi Septiani, 2015

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Supriadi, A. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Mengengah Pertama Melalui Pendekatan Inkuiri Pembimbing. Thesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.