UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI KELAS IX SMP NEGERI 13 MEDAN T.A 2016/2017.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE DI KELAS IX SMPN 13 T.A 2016/2017

Oleh:

Richard Arnis Panjaitan NIM. 4123111066

Program Studi Pendidikan matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PE NGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2017


(2)

ii

RIWAYAT HIDUP

Richard Arnis Panjaitan adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir di Bekasi, tanggal 19 Oktober 1993. Ayah bernama B.Panjaitan dan Ibu bernama T.hutajulu. Pada tahun 1999 penulis masuk SD Parulian II Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 13 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan sekolah di SMA Khatolik Tri Sakti dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TPS DI KELAS IX SMP NEGERI 13 MEDAN T.A 2016/2017

RICHARD ARNIS PANJAITAN (NIM: 4123111066) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas IX SMP negeri 13 Medan T.A 2016/2017, (2) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas IX SMP negeri 13 Medan T.A 2016/2017, (3) untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas IX di SMP negeri 13 Medan T.A 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-I SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017 yang berjumlah 32 orang. Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017.

Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematis I diperoleh 17 siswa (53,12%) dari 32 siswa telah memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya ≥70). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematis II diperoleh 28 siswa (87,5%) dari 32 siswa yang telah memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya ≥70). Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi.

Pada pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematis siswa untuk setiap aspek yang diteliti, persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika minimal kategori sedang (nilainya≥ 70) pada aspek menggambar sebesar 51,18%, pada aspek representasi sebesar 40,63%, pada aspek menulis/menjelaskan sebesar 40,15%. Dan pada siklus II terjadi peningkatan seperti berikut : persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya≥ 70) pada aspek menggambar sebesar 87,50%, pada aspek representasi sebesar 84,25%, pada aspek menulis/menjelaskan sebesar 84,38%.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan komunikasi matematis siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017.

Kata kunci: Komunikasi matematis, model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS, pembelajaran matematika.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala kasih dan kuasa-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share di Kelas IX SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs.W.L.Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun mulai dari penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.KMS.Amin Fauzi, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, dan Ibu Dr.Faiz Ahyaningsih,M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.Zul Amry,M.Si,Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekertaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Iriana Sianipar selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Medan dan Ibu Ramlah Rangkuti,S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMP Putri Cahaya khususnya kelas IX-I, guru, staf/pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 13 Medan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.


(5)

v

Teristimewa diucapkan terima kasih kepada Bapak B.Panjaitan dan Ibu T.Hutajulu selaku Orang Tua, Kakak Evi Marshinta beserta Lae Sirait, adek Roby dan satu yang tersayang bele tulang Miando yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan secara moril maupun materil kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Hendrikson, Amri, Chenly, Novi, Iin, albinur Chabelero dan juga Mariani yang selalu setia menemani penulis selama keribetan menyusun skripsi. Terima kasih rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2012, kelas tergokil, dwiyan, panji ,chiangkim, hakim tan, yuli dan teman-teman yang lain yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini. Untuk yang tidak dapat disebutkan jangan pada marah ya. Dan yang tak ketinggalan satu wanita yang tak dapat kusebutkan namanya terima kasih buat segalanya yang kamu beri padaku maav selalu mengecewakanmu aku berjanji akan kembali mewujudkan cita-cita bersama. Terima kasih buat segalanya semoga gelar S.Pd ini akan berguna di kehidupanku.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini baik dari segi isi dan tata bahasanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca dalam usaha meningkatkan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, Januari 2017 Penulis,

Richard A.Panjaitan NIM : 4123111066


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran 11

2.1.2. Pembelajaran Matematika 13

2.1.3. Komunikasi Matematis 14

2.1.3.1. Pengertian Komunikasi 14 2.1.3.2. .Kemampuan Komunikasi Matematis 15 2.1.3.3. Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis 20


(7)

vii

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 23 2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink-Pair-Share 25

2.1.5.1.Karekteristik Think-Pair-Share 26 2.1.5.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran 27

Think-Pair-Share (TPS)

2.1.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 29 Think-Pair-Share(TPS)

2.2. Materi Pelajaran Bangun ruang sisi lengkung 30

2.3. Penelitian yang Relevan 36

2.4. Kerangka Konseptual 37

2.5. Hipotesis Tindakan 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.2.1. Lokasi Penelitian 39

3.2.2. Waktu Penelitian 39

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1. Subjek Penelitian 39

3.3.2 Objek Penelitian 40

3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian

3.6.1. Siklus I 41

3.6.2. Siklus II 44

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 44 3.5.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa 46 3.5.3. Lembar Observasi Kemampuan Guru 46

3.6. Teknik Analisis Data 47

3.6.1 Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi matematis 47

3.6.2 Analisis Hasil Observasi 48


(8)

viii

BAB IV

4.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 50

4.1.1. Permasalahan I 50

4.1.2. Perencanaan Tindakan I 54

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 55

4.1.4 Observasi I 59

4.1. 4.1 Hasil Observasi Guru I 59 4.1. 4.2 Hasil Observasi Siswa I 61 4.1.5. Analisis Data Hasil Siklus I 62

4.1.5.1. Reduksi Data 62

4.1.5.2. Paparan Data 70

4.1.5.2.1 Analisis Tes Kemampuan Komunikasi 70 Matematis 1

4.1.5.2.2 Analisis Hasil Observasi Pengelolan 74 Pembelajaran

4.1.5.2.3 Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa 77

4.1.6. Refleksi I 79

4.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 81

4.2.1. Permasalahan II 81

4.2.2. Perencanaan Tindakan II 83

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 84

4.2.4. Observasi II 86

4.2.4.1. Hasil Observasi Guru II 86 4.2.4.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa II 89 4.2.5. Analisis Data Hasil Siklus II 90 4.2.5.1. Hasil Tes Komunikasi Matematis II 94

4.2.6. Refleksi II 98

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 100


(9)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 106

5.2. Saran 107


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa 4

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas 40 Gambar 4.1 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis I 78 Gambar 4.2 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis II 98 Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-rata Tes Kemampuan Komunikasi 102

Matematis Kelas IX -1

Gambar 4.4 Grafik Presentase Ketuntasan Belajar Siswa 103 Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis 104


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Komunikasi 19 Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran 24

Pembelajaran Kooperatif

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Komunikasi Matematis 43 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi 43

Matematis Tulisan

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis 46 Tabel 4.1 Kesalahan-kesalahan siswa dalam Menjawab Soal 51 Tabel 4.2 Kesalahan-kesalahan siswa dalam menjawab Tes 63

Komunikasi Matematis I

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I 72 Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 74 Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Merepresentasi Tes I 76 Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Menggambar Tes I 77 Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Tes I 77 Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis I 78

Tabel 4.9 Refleksi Siklus I 81

Tabel 4.10 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II 92 Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 94 Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Merepresentasi Tes II 96 Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Menggambar Tes II 96 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Tes II 97 Tabel 4.15 Tingkat Kemapuan Komunikasi Matematis II 98


(12)

109

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,Rineka Cipta,Jakarta.

Bansui, A., (2009), Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Tarigan,E.F., (2013), Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan, (2010),Laporan Pisa, http://litbang.kemendikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa(diakses 25 februari 2016)

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2011),58 Model Pembelajaran Inovatif,Media Persada, Medan.

Kunandar, (2011), Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Rajagrafindo Persada,Medan.

Muchlis, Ahmad, (2013), http://www.bincangedukasi.com/sekali-lagi-gawat-darurat-pendidikan/,(Diakses pada tanggal 06 maret 2016).

Rezelina, A., (2014), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(13)

110

Sardiman, (2012), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Saragih, S., (2007),Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik.Disertasi,UPI,Bandung.

Siregar, E.H., (2011),Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia, Bogor.

Soedjadi, R., (2006), Kiat Pendidikan Matamatika Di Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Sudrajat, (2009), http://mellyirzal.blogspot.com ( Diakses 20 Februari 2014 )

Sumarmo, U., (2010), Berpikir Kreatif Dan Disposisi Matematika: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik.Bandung : FMIPA UPI, ( http://math.sps.upi.edu ) ( Diakses 20 Februari 2014 ) Tesi, C., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar., Skripsi, Unimed, Medan.

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prestasi Pustaka, Jakarta.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan iptek yang semakin pesat di abad 21 ini tidak lepas dari peranan pendidikan. Pendidikan yang merupakan wal yang wajib diterima setiap individu. Pendidikan yang membuat setiap individu dimana dalam artian SDM (Sumber Daya Manusia) menjadi lebih memilki daya saing tinggi. Pendidikan membuat setiap Individu tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, kreatif, dan inovatif dalam menyikapi setiap masalah yang bisa kiranya menjadi jawaban di kehidupan kelak.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali dijumpai masalah yang tidak hanya membutuhkan sekedar jawaban tetapi lebih dari itu yaitu penerapan. Dalam dunia pendikan ada sebuah bidang studi yang dapat menjawab setiap permasalahan agar setiap individu tersebut dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, kreatif, dan inovatif. Bidang studi tersebut adalah matematika. Matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Ini berarti bahwa matematika sangat diperlukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu memecahkan permasalahan.

Untuk itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa karena matematika akan menuntun seseorang untuk berpikir logis, kritis, dan teliti yang bermanfaat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan matematika ada beberapa kompetensi yang harus dikembangkan, yaitu kompetensi penalaran, pemahaman, pemecahan masalah, dan komunikasi matematika.

Mengenai pentingnya Matematika, Cockroft (dalam Abdurrahman 2009:253) memngemukan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana


(15)

2

komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia khususnya matematika masih rendah. Jika ditinjau dari hasilTrends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 menempatkan Indonesia pada posisi rendah.

Sebagaimana Ahmad Muchlis (dalam

http://www.bincangedukasi.com/2012/12/04sekali-lagi-gawat-darurat-pendidikan/ )mengemukakan bahwa peringkat Indonesia bahkan berada di bawah Palestina. Dengan demikian, sekitar separuh peserta Indonesia tidak mencapai standar terendah TIMSS 2011, yaitu sekitar 46% untuk sains dan sekitar 57% untuk matematika. Hal ini sangat memprihatinkan sekali apalagi untuk TIMSS 2011, persentase siswa Indonesia yang mencapai tingkat rendah, sedang, tinggi dan lanjut dalam bidang matematika berturut-turut adalah 43%, 15%, 2% dan 0%.

Dari keikutsertaan Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assesment) (http://litbang.kemendikbud.go.id/), Indonesia juga berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Pada keikutsertaan pertama kali tahun 2000 Indonesia memperoleh nilai rata-rata 371 dan berada pada peringkat ke-39 dari 41 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 382 dan berada di peringkat 39, dan tahun 2006 memperoleh nilai rata-rata 393 dan berada di peringkat ke-48. Nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA adalah 500 hal ini artinya posisi Indonesia dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata yang telah ditetapkan.

Salah satu kemampuan yang perlu ditingkatkan di kalangan siswa adalah kemampuan komunikasi matematis. Hal ini senada dengan standar pendidikan matematika yang ditetapkan oleh National Council of Teacher of Mathematic (NCTM, 2000:7) mengenai kemampuan standar yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yakni meliputi: (1) komunikasi matematis (mathematical communication); (2) penalaran matematis (mathematical


(16)

3

reasoning); (3) pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving); (4) koneksi matematis (mathematical connection); dan representasi matematis (mathematical represenation).

Hal yang sama diungkapkan oleh Greenes dan Schulman (dalam Ansari, 2009:10) yang menyatakan bahwa komunikasi matematis dapat terjadi ketika siswa (1) menyatakan ide matematika melalui ucapan,tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda, (2) memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau bentuk visual, (3) mengkonstruksi, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.

Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain, seorang siswa bisa meningkatkan pemahaman matematisnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Huggins (1999) bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa bisa melakukannya dengan mengemukakan ide-ide matematisnya kepada orang lain. Siswa yang punya kemampuan komunikasi matematis yang baik akan bisa membuat representasi yang beragam, hal ini akan lebih memudahkan dalam menemukan alternatif-alternatif penyelesaian yang berakibat pada meningkatnya kemampuan menyelesaikan permasalahan matematika.

Namun faktanya, kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tes kemampuan awal yang peneliti lakukan pada 16 Februari 2016 di kelas IX-1 SMP N 13 Medan pada Tahun Pembelajaran 2015/2016 dengan banyaknya 32 siswa. Dari 32 siswa hanya terdapat 4 orang yang kemampuan komunikasinya baik karena mampu menjelaskan, menggambar, serta merepresentasikan soal tersebut dengan jelas sedangkan 28 orang masih rendah karena tidak mampu menjelaskan, menggambarkan, serta merepresentasikan soal tersebut. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal.

Dalam hal komunikasi masih terdapat siswa yang kurang dalam memahami wacana matematika, baik membaca bahasa dan simbol serta mengkomunikasikan ide matematika atau sebaliknya membuat model situasi


(17)

4

menggunakan metode lisan, tertulis, maupun grafik dan aljabar . Hal ini menyebabkan kemampuan dalam merumuskan , agar persoalan yang diberikan terpecahkan sulit untuk diperoleh. Contohnya untuk soal :

1. Sebuah persegi panjang ABCD dengan diagonal AC dan BD serta panjang AB dan BC berturut-turut berukuran 12 cm dan 6cm.

a. Gambarlah persegi panjang ABCD tersebut!

b. Hitunglah keliling persegi panjang ABCD tersebut!

c. Jika Budi memperoleh keliling persegi panjang ABCD tersebut 72cm. Bagaimana menurut pendapatmu? Jelaskan!

Banyak siswa yang menyelesaikan seperti pada Gambar 1.2, dimana siswa tidak dapat memahami apa yang diketahui pada soal serta sulit untuk mengkomunikasikan ide matematis yang ada serta bingung memberikan penjelasan/argumentasinya. Bahkan ada yang hanya menstransformasikan ide matematika kedalam bentuk gambar saja salah.

O9


(18)

5

Rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat oleh Saragih (2007:11) yang mengatakan bahwa ,“dalam kegiatan pembelajaran matematika banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk memberikan penjelasan dan alasan atas jawaban yang dibuat”. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Salah satu dari kendala itu adalah kurangnya minat siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, khususnya bidang studi matematika. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak selamanya efektif dan efesien seperti strategi pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa, bukan berarti bahwa strategi pembelajaran yang telah diberlakukan oleh guru terhadap siswa salah, namun kadangkala ada saatnya pada satu sub materi tertentu diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan hubungan komunikasi antara siswa.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Rusman (2012:58) mengemukakan :

Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Proses belajar-mengajar yang selama ini digunakan guru belum mampu membantu siswa untuk memahami konsep-konsep matematika, terlibat aktif dalam pembelajaran, memotivasi untuk menemukan ide-ide siswa dan kurangnya keterbukaan antar siswa dengan guru. Selain itu permasalahan yang diberikan kepada siswa cenderung memberikan jawaban yang sama sehingga siswa akan merasa kesulitan jika diminta mengerjakan soal yang menuntut penalaran tinggi. Pembelajaran seperti ini tentunya kurang melatih kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa.

Pembelajaran matematika saat ini, diharapkan menjadi pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Siswa dituntut untuk aktif membangun


(19)

6

pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai fasilitator. Namun pada kenyataannya sampai saat ini masih ada guru yang mengunakan paradigma lama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centerd), bukan pada siswa (student centered). Masih ada guru yang beranggapan bahwa belajar matematika merupakan transfer ilmu secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Berbagai cara dan usaha telah dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika di kelas. Akan tetapi tetap saja masih ada kesulitan belajara yang dihadapi siswa. Kesulitan ini timbul akibat materi yangsulit,metode mengajar guru yang kurang tepat.

Pembelajaran matematika di kelas diharapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, proses pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara siswa dengan siswa,siswa dengan guru. Pemilihan model pembalajaran yang tepat akan membantu proses pembelajaran matematika lebih efektif dan efisien.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar bersama berbagi ide,bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama. Hal ini dinyatakan oleh Sanjaya (2008:204) mengatakan bahwa, ”Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.

Selain itu menurut Ansari (2009:60) pembelajaran kooperatif juga mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara Verbal dan membandingkannya dengan ide lainnya,serta suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil belajar dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara sesama siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Ansari (2009:62) menyatakan bahwa, “sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat


(20)

7

mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan prose interaksi antaa siswa adalah model pembelajaran diskusi kelas dengan strategi “Think-Pair-Share”.

Think-Pair-Share (TPS) adalah pola diskusi kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam berpikir dan merespon serta saling membantu. Sedangkan menurut Arends (dalam Ansari, 2009:62):

Strategi pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Think- Pair-Share (TPS) adalah pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam menemukan dan lebih mudah untuk memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematika mereka akan lebih terpacu dalam strategi pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan strategi pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Think-Pair-Share (TPS) dapat mengembangkan pemikiran siswa dmsan menyatukan aspek-aspek kognitif dan aspek-aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Selama ini model koopertaif tipe TPS sudah banyak diuju coba pada beberapa materi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Teodora (2011) dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada. Hal ini juga diperkuat hasil penelitian Yanti (2014) yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share lebih baik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.


(21)

8

Berangkat dari beberapa teori yang sudah dijelaskan di atas dan beberapa hasil penelitian yang relevan maka Model Pembelajaran tipe Think-Pair-Share adalah strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dan mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep yang telah diberikan oleh para guru bidang studinya, serta mampu memacu keinginan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Oleh karena itu diharapkan bahwa strategi pembelajaran ini akan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.

Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Sharedi Kelas IX SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami.

2. Guru masih mendominasi aktivitas pembelajaran.

3. Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa khususnya siswa SMP masih relatif rendah.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX-1 di SMP Negeri 13 Medan dapat ditingkatkan melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif tipeThink-Pair-Share.


(22)

9

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas IX-1 SMP N 13 Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah Model Pembelajaran Koopertatif Think- Pair-Share diterapkan di kelas IX-1 SMP N 13 Medan?

3. Bagaimana aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas IX-1 SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan batasan-batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IX-1 SMP Negeri 13 Medan dengan menerapkan strategi pembelajaranThink Pair Share(TPS).

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharakan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari materi matematika.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.


(23)

10

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, karena sesuai dengan profesi yang akan ditekuni sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam tindakan penelitian ini, berikut didefenisikan istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah strategi pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam menemukan dan lebih mudah untuk memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematika mereka akan lebih terpacu dalam strategi pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan strategi pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya, dikarenakan rasa canggung mereka seperti terhadap guru akan lebih sedikit saat berdiskusi dengan teman.

2. Kemampuan komunikasi metematis tertulis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan matematik secara tertulis. Adapun indikator komunikasi matematis tertulis adalah representasi, menggambar, dan juga menjelaskan. Representasi dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan simbol-simbol atau bahasa matematik secara tertulis ke bentuk model matematika. Menggambar ditikberatkan pada kemampuan siswa melukiskan dan membaca gambar, grafik dan tabel. Menulis/menjelaskan dititiberatkan pada kemampuan siswa memberikan argumentasi terhadap permasalahan matematika dan menarik kesimpulan serta memberikan alasan secara tertulis.


(1)

Rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat oleh Saragih (2007:11) yang mengatakan bahwa ,“dalam kegiatan pembelajaran matematika banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk memberikan penjelasan dan alasan atas jawaban yang dibuat”. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Salah satu dari kendala itu adalah kurangnya minat siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, khususnya bidang studi matematika. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak selamanya efektif dan efesien seperti strategi pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa, bukan berarti bahwa strategi pembelajaran yang telah diberlakukan oleh guru terhadap siswa salah, namun kadangkala ada saatnya pada satu sub materi tertentu diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan hubungan komunikasi antara siswa.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Rusman (2012:58) mengemukakan :

Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Proses belajar-mengajar yang selama ini digunakan guru belum mampu membantu siswa untuk memahami konsep-konsep matematika, terlibat aktif dalam pembelajaran, memotivasi untuk menemukan ide-ide siswa dan kurangnya keterbukaan antar siswa dengan guru. Selain itu permasalahan yang diberikan kepada siswa cenderung memberikan jawaban yang sama sehingga siswa akan merasa kesulitan jika diminta mengerjakan soal yang menuntut penalaran tinggi. Pembelajaran seperti ini tentunya kurang melatih kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa.

Pembelajaran matematika saat ini, diharapkan menjadi pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Siswa dituntut untuk aktif membangun


(2)

pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai fasilitator. Namun pada kenyataannya sampai saat ini masih ada guru yang mengunakan paradigma lama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centerd), bukan pada siswa (student centered). Masih ada guru yang beranggapan bahwa belajar matematika merupakan transfer ilmu secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Berbagai cara dan usaha telah dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika di kelas. Akan tetapi tetap saja masih ada kesulitan belajara yang dihadapi siswa. Kesulitan ini timbul akibat materi yangsulit,metode mengajar guru yang kurang tepat.

Pembelajaran matematika di kelas diharapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, proses pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara siswa dengan siswa,siswa dengan guru. Pemilihan model pembalajaran yang tepat akan membantu proses pembelajaran matematika lebih efektif dan efisien.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar bersama berbagi ide,bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama. Hal ini dinyatakan oleh Sanjaya (2008:204) mengatakan bahwa, ”Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.

Selain itu menurut Ansari (2009:60) pembelajaran kooperatif juga mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara Verbal dan membandingkannya dengan ide lainnya,serta suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil belajar dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara sesama siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Ansari (2009:62) menyatakan bahwa, “sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat


(3)

mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan prose interaksi antaa siswa adalah model pembelajaran diskusi kelas dengan strategi “Think-Pair-Share”.

Think-Pair-Share (TPS) adalah pola diskusi kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam berpikir dan merespon serta saling membantu. Sedangkan menurut Arends (dalam Ansari, 2009:62):

Strategi pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Think- Pair-Share (TPS) adalah pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam menemukan dan lebih mudah untuk memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematika mereka akan lebih terpacu dalam strategi pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan strategi pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Think-Pair-Share (TPS) dapat mengembangkan pemikiran siswa dmsan menyatukan aspek-aspek kognitif dan aspek-aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Selama ini model koopertaif tipe TPS sudah banyak diuju coba pada beberapa materi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Teodora (2011) dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada. Hal ini juga diperkuat hasil penelitian Yanti (2014) yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share lebih baik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.


(4)

Berangkat dari beberapa teori yang sudah dijelaskan di atas dan beberapa hasil penelitian yang relevan maka Model Pembelajaran tipe Think-Pair-Share adalah strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dan mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep yang telah diberikan oleh para guru bidang studinya, serta mampu memacu keinginan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Oleh karena itu diharapkan bahwa strategi pembelajaran ini akan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.

Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Sharedi Kelas IX SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami.

2. Guru masih mendominasi aktivitas pembelajaran.

3. Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa khususnya siswa SMP masih relatif rendah.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX-1 di SMP Negeri 13 Medan dapat ditingkatkan melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif tipeThink-Pair-Share.


(5)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas IX-1 SMP N 13 Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah Model Pembelajaran Koopertatif Think- Pair-Share diterapkan di kelas IX-1 SMP N 13 Medan?

3. Bagaimana aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas IX-1 SMP Negeri 13 Medan T.A 2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan batasan-batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IX-1 SMP Negeri 13 Medan dengan menerapkan strategi pembelajaranThink Pair Share(TPS).

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharakan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari materi matematika.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.


(6)

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, karena sesuai dengan profesi yang akan ditekuni sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam tindakan penelitian ini, berikut didefenisikan istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah strategi pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam menemukan dan lebih mudah untuk memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematika mereka akan lebih terpacu dalam strategi pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan strategi pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya, dikarenakan rasa canggung mereka seperti terhadap guru akan lebih sedikit saat berdiskusi dengan teman.

2. Kemampuan komunikasi metematis tertulis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan matematik secara tertulis. Adapun indikator komunikasi matematis tertulis adalah representasi, menggambar, dan juga menjelaskan. Representasi dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan simbol-simbol atau bahasa matematik secara tertulis ke bentuk model matematika. Menggambar ditikberatkan pada kemampuan siswa melukiskan dan membaca gambar, grafik dan tabel. Menulis/menjelaskan dititiberatkan pada kemampuan siswa memberikan argumentasi terhadap permasalahan matematika dan menarik kesimpulan serta memberikan alasan secara tertulis.