IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(1)

(SKRIPSI)

Oleh

ABDURRAHMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

THE IMPLEMENTATION OF SPORT DEVELOPMENT PROGRAM FOR ACHIEVEMENT IN LAMPUNG PROVINCIAL 2013

BY

ABDURRAHMAN

Department of youth and sports Province Lampung has responsibilities and an important role in development sports. Especially in supervising, facilitating and supporting the enhancement of achievements as an athlete in the province of Lampung. Therefore the Department of youth and sports make development program sports achievement in order bylaw Lampung Province number 16 year 2013 about in sport organizer with based of the law number 3 year 2005 regarding national sport system. There are several problems of management based on sport in lampung province as the limitation capability of local governments and public awareness against funding sports reflected from the construction of sports not yet adequately good in the county and city.

Achievement sports only in domination by branches a particular sport it. Hence, formed sentral sport in lampung provincial through central building and exercise student sports. The aim is to improve and develop sport so people to follow event the national games with get seeds superior. But in fact decline achievement championship on national sports week still decline from the previous years. Researchers aims to describe implementation program the coaching performance in lampung provincial. Theory used in program implementation is using model implementation george edward iii focusing on 4 indicators : communication, resources, the disposition and structure bureaucracy. Methods used in this research was a type descriptive by approach qualitative. Data done with interview deep, study documentation and observation

The results and the discussion on research reviewed with theories george edward iii with an indicator communication, resources, the disposition and structure bureaucracy. Where indicators resources at their facilities not run good looks still


(3)

by using theory george edward iii that in practice not fully going well. Seen in the results and discussion on an indicator of resources.


(4)

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

OLEH ABDURRAHMAN

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung mempunyai tanggung jawab dan peran penting dalam pembangunan olahraga. Khususnya dalam mengawasi, memfasilitasi serta sebagai penunjang dalam meningkatan prestasi atlit di Provinsi Lampung . Oleh karenanya Dinas Pemuda dan Olahraga membuat Program Pembinaan Olahraga Prestasi sesuai aturan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Keolahragaan dengan berlandaskan pada Undang-undang No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Ada beberapa permasalahan yang dihimpun mengenai pembinaan olahraga di Provinsi Lampung seperti keterbatasannya kemampuan pemerintah daerah dan kepedulian masyarakat terhadap pendanaan olahraga yang tercermin dari tingkat pembangunan sarana olahraga yang belum memadai baik di kabupaten maupun kota.

Prestasi olahraga hanya di dominasi oleh cabang-cabang olahraga tertentu saja. Maka, terbentuklah sentra keolahragaan di Provinsi Lampung melalui Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Tujuannya untuk meningkatkan dan mengembangkan keolahragaan agar masyarakat terwadahi untuk mengikuti ajang kejuaraan Nasional dengan mendapatkan bibit unggul. Namun pada kenyataannya Penurunan Prestasi pada kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) masih menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung. Teori yang digunakan dalam program Implementasi ini menggunakan model implementasi George Edward III dengan memfokuskan pada 4 indikator yaitu : Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi.


(5)

masih kurangnya perhatian sarana dan perasarana dalam penunjang peningkatan prestasi pada Program Pembinaan Olahraga Prestasi dan pada Indikator lainnya berjalan dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung ditinjau dengan menggunakan teori George Edward III bahwa dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya berjalan dengan baik . Terlihat pada hasil dan pembahasan mengenai indikator sumber daya. Kata kunci : Implementasi Program


(6)

Oleh

ABDURRAHMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(7)

(8)

(9)

(10)

Penulis bernama lengkap Abdurrahman, penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 27 Mei 1992, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Masdarto A.W dan Ibu Dra.Hj.Farida Hanum M.Ag. Penulis merasa sangat beruntung dan bersyukur karena dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang harmonis, kebahagiaan selalu tercurah untuk keluarga ini. Karena doa, dukungan dan semangat dari keluargalah penulis bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal inilah yang mendasari penulis untuk selalu berbakti dan mengutamakan keluarga.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Taruna Jaya yang diselesaikan pada tahun 1998, lalu lanjut ke Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 1 Kedaton Wayhalim Bandar Lampung lulus pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan di Madrasah Tsnawaiyah Negeri (MTsN) 2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2007, dan dilanjutkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Selanjutnya penulis diterima menjadi mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(11)

penulis dan teman-teman membentuk ekstrakurikuler Futsal untuk pertama kalinya dan menjabat sebagai Bendahara hingga mendapat sedikit prestasi dan semasa kuliah penulis pernah aktif sebagai pengurus HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) dan dipercaya menjadi Kepala Divisi Olahraga. Penulis juga pernah menjadi anggota PUSSBIK dengan mengikuti serangkaian kegiatannya dan menjadi bagian dengan berkontribusi di Lembaga Survei Indonesia (LSI). Penulis juga tercatat sebagai penerima Beasiswa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2013.

Pada bulan Januari-Februari 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Mesuji, tepatnya di Kecamatan Way Serdang, Desa Gedung Boga. Di sini penulis bisa mendapatkan pengalaman yang luar biasa karena bisa belajar secara langsung dan bisa menerapkan bidang ilmu penulis kepada masyarakat setempat.

Penulis adalah sosok sederhana dengan kesuksesan dunia akhirat sebagai prioritasnya. Tumbuh dan besar di lingkungan yang hangat dengan kasih sayang dan cinta dari keluarga, saudara, serta teman-teman, membuat penulis termotivasi untuk membahagiakan orang-orang disekeliling penulis. Melalui usaha dan kerja keras, tekad yang bulat dan doa, penulis akan berusaha membahagiakan dan memberikan yang terbaik kepada mereka semua. Aamiin


(12)

Lihatlah orang-orang yang dibawahmu dalam urusan harta dunia dan jangan sekali-kali melihat yang berada diatasmu, supaya kamu

tidak meremehkan karunia ALLAH yang diberikan kepadamu (Rasulullah SAW)

Aku tidak mengetahui kebenaran mutlak. Tapi aku meyadari kebodohanku itu. Dan disitulah terletak kehormatan dan pahalaku.

(Khalil Ghibran)

Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila ia menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya

sendiri. (Khalil Ghibran)

Aku akan memberantas korupsi sampai pada anak cucu di Indonesia berkata apa itu korupsi

(Abraham Samad)

kesederhanaan itu lebih dari Istimewa (Abdurrahman)


(13)

Segala Puji hanya bagi Allah SWT

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Surat Al Alaq 1-5)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Papiku tercinta Masdarto A.W

mamiku tercinta Dra.Hj.Farida Hanum.M.Ag Selalu menjadi sumber inspirasi didalam kehidupanku

Selalu mendoakan dan mendukung segala aktivitasku hingga sekarang Semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu aku gantikan

dengan apapun

Kakaku M.Iqbal Kautsar.S.Kom dan Ses Maya Puspita Sari S.P Adikku Nurfadilla

Kehadiran kalian menyempurnakan hidupku

Semoga kita bisa berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua

Segenap keluarga yang selalu mendukungku selama ini Terima kasih atas semua dukungannya


(14)

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Admnistrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Noverman Duadji, Drs.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak dukungan, arahan, bimbingan, saran, serta nasehat dengan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas kebaikan dan dorongan bapak selama mengarahkan pembuatan skripsi serta mau berbagi cerita pengalaman hidup yang pernah bapak jalani. 2. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos.,M.AP selaku dosen penguji utama yang

telah memberikan kritik dan saran serta arahannya kepada penulis dalam penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih banyak atas arahan dan dukungannya..


(15)

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proses akademik .

4. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

6. Segenap civitas akademika dan dosen pengajar atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, serta para karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

7. Segenap responden dalam penelitian ini pada pegawai yang berada di Lingkungan Dinas Pemuda dan Olahraga serta Pengurus pada Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) bersama Pelatih dan para Atlitnya. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta keramahan yang diberikan kepada penulis.

8. Kedua Orang Tuaku Masadarto A.W (Papi) dan Dra.Hj.Farida Hanum, M.Ag (Mami) tersayang, semoga ini menjadi awal yang indah sekaligus batu loncatan bagi penulis untuk dapat membahagiakan Papah dan Mamah dikemudian hari. Semoga dengan keimanan untuk terus berikhtiar, kerja keras untuk terus berupaya, tawakkal untuk berserah diri kepada Allah S.W.T, serta doa dan dukungan dari papi dan mami yang menjadikan penulis mendapatkan kesuksesan dalam rencana hidupnya demi memberikan manfaat yang terbaik bagi negara, agama, dan keluarga. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.


(16)

penulis. Semoga kelak dengan kesuksesan kita dapat membahagiakan kedua orang tua kita. Dan semoga dengan tujuan yang luhur kita mendapatkan kemudahan dan keberkahan dari Allah S.W.T dalam meraih kesuksesan.

Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

10. Keluarga Besar ADUSELON (Angkatan ke Dua Belas Sekelompok Mahasiswa Publik Administration) : (Gusti, Lussy, Satria, Awal Perkuliahan yang sangat mengesankan hehe), (uyung, Datas, Julian Nay, Kiyay Rofi, Tugas Kelompok kita yang tidak bisa dipisahkan haha), Thio (Sahabat yang baik dalam susah maupun senang), Desmon (Luar biasa pintarnya terimakasih atas bantuannya selama ini ), Abil (Stay Woles), Woro (Kreatif dalam bicara kecuali lagi makan+tidur), Hadi (Asyikk geboyy), Topik (Kuliah pik kita ini satu satu satu), Erisa yang baik dan ramah hatinya, Yulia yang sudah menjadi pengusaha besar, Ali AL yang sekarang nge DJ, Licha Chintya R, Bunga Mayang, Indah, Intan, Cita Annisa, Pandu, Ardi pelari, Aden (Ketum yang hebat), Bek (Terimaksih atas lowongan pekerjaannya) , Ridho (tanggal lahir yang sama), Hepsa (Seniman sejati), Loy (keren), Bogel (pacaran suret udah lagi piknik) , Tian (Peng), Ali Samsu (gitaris), Rahmani, Rana seminar, Rahma ndut, Cahya, Putli, ce’nurul, Tasya, Hani tante, Marita, Tami yang baik, Nu’rul, Karina, Nona, Nuzul, Shela, Corie Maharani, Mery, Astria, Rizka, Dita, Sari, Enggi, Fadri, Ade, Aris, Jodi, Yogis, Anjas, Daus (Harus berani us Mental), Gery, Indah, Maya, Eeng, Bungjan, Oyen,


(17)

kisah hidup yang tidak bakal terlupakan seumur hidup dalam suka dan duka kebersamaan kita menjalani didalam dan diluar perkuliahan. Semoga Silatuhrahmi kita tetap terjaga dan kelak kita semua sukses di dunia dan akhirat. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

11. Senior HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) dan Alumni IKAGARA (Ikatan Alumni Mahasiswa Administrasi Negara), Khusus buat Abang dan Mbak 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1999. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan berorganisasi.

12. Adik-adik HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara), Khusus buat ANTIMAPIA (Angkatan Tiga Belas Mahasiswa Public Administration) Aji, Wahyu, Rosyid, Rio, Widi, Menceng, Vike, Farah, Upil dkk. AMPERA (Angkatan Empat Belas Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) seperti Rezki, Rifki, Aris, Ikhwan, Denis, Nadiril, Berry, Umi, Dian, Stefani dkk. ALAS MENARA (Angkatan Lima Belas Mahasiswa Imu Administrasi Negara) seperti Adi, Dhimas, Sidiq, Zulham, Hafiz, Pindo, dkk. Terima kasih telah berkesan mewarnai dan melanjutkan roda kepengurusan HIMAGARA.

13. Saudara dan Saudari KKN Tematik 2013 (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Gedung Boga Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji, Khusus buat Mbah tempat tinggal disana, Sanggam (Ilmu Hukum Administrasi Negara) , Ronal (Tekhnik Mesin) , Andi (Ilmu Hukum Tata Negara), Damay


(18)

berdampingan dalam satu rumah yang mengesankan selama 40 hari.

14. Sahabat SMA: Yusuf, Muhajir, Adit, Iqbal, Agha, Adi, Topik bule, Tomi, Panji, Filial, Hessa, Imam, Anna, Andika, Septi, Retno, Afrian, Adeyoga, Sahal, Ableh dkk. Terima kasih atas kesan dan pengalaman bersama semasa sekolah dan persahabatan yang terus terjalin sampai sekarang. Semoga kita kelak menjadi manusia yang berguna bagi nusa-bangsa dan terutama

keluarga. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

15. Teman-Teman LSI. Terima kasih banyak atas pengalaman yang telah didapat sebagai Surveyor Ibu Nanda Utarida selaku Kordinator LSI Provinsi Lampung, Bang Prass, Bang David, Bang Budi, Bang Ridwan, Bang Asep, Bang Hendri, Edi, Dudung Dicky, Beg, Ridho dan kawan-kawan lain sangat senang bisa bergabung dan bekerjasama dengan kalian terutama saat di Bengkulu dan Quick Count Pilkada di OKU sangat mendapat pengalaman yang Luar Biasa.

16. Beserta seluruh pihak yang terkait dan telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa dituliskan satu per satu.

Bandar lampung, 16 Oktober 2014 Penulis,


(19)

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………1

B. RumusanMasalah………...8

C. Tujuan Penelitian………8

D. Manfaat Penelitian………..8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik………..………10

1. Pengertian Kebijakan Publik ..….…….………... 10

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik..………..12

B. Implementasi Kebijakan Publik ……..……….14

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik……...….…………...14

2. Model-model Implementasi kebijakan Publik………...17

3. Model Implementasi George C. Edward III…..………... 20

C. Pembinaan Olahraga Prestasi………..………..23

D. Faktor Pendukung Prestasi ... 26

E. Tentang Atlit... 29

F. PembangunanOlahraga………..30

G. Kerangka Pikir... 32

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian………36

B. Fokus Penelitian………..37

C. Lokasi Penelitian………39

D. Jenis dan Sumber Data ...………39

1. JenisData………..39

2. SumberData……….40


(20)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung ... 48

B. Kebijakan Penyelenggaran Keolahragaan ... 49

C. Struktur Organisasi dan Tata Kerja... 54

D. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar... 64

E. Tekhnis Pengolaan PPLP ... 65

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung ... 68

1. Komunikasi... 76

a. Transmisi ... 78

b. Kejelasan ... 79

c. Konsistensi ... 81

2. Sumber Daya ... 83

a. Sumber Daya Manusia ... 83

b. Informasi... 85

c. Wewenang ... 86

d. Fasilitas... 90

3. Disposisi ... 95

4. Struktur Birokrasi ... 97

a. Standar Operating Procedure (SOP ... 97

b. Fragmentasi...100

B. Pembahasan Pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung...103

1. Komunikasi ...103

a. Transmisi ...103

b. Kejelasan ...105

c. Konsistensi ...106

2. Sumber Daya...107

a. Sumber Daya Manusia (staff).. ...107

b. Informasi ...108

c. Wewenang...109

d. Fasilitas ...109

3. Disposisi... 111

4. Struktur Birokrasi...112

a. Standar Operating Procedure (SOP) ...112


(21)

B. Saran ...116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Hasil Perolehan Medali Lampung pada kejuaraan PON ... 7 Tabel 3.1 Nama Informan ... 41 Tabel 3.2 Dokumen ... 42 Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Kejuaraan Cabang Olahraga Panahan ... 69 Tabel 5.2 Prestasi yang pernah diraih Cabang Olahraga Panahan ... 69 Tabel 5.3 Nama Atlit Cabang Olahraga Panahan ... 70 Tabel 5.4 Jadwal Kegiatan Kejuaraan Cabang Olahraga Angkat Besi ... 71 Tabel 5.5 Prestasi yang pernah diraih Cabang Olahraga Angkat Besi ... 71 Tabel 5.6 Nama Atlit Cabang Olahraga Angkat Besi ... 71 Tabel 5.7 Jadwal Kegiatan Kejuaraan Cabang Olahraga Atletik ... 72 Tabel 5.8 Prestasi yang pernah diraih Cabang Olahraga Atletik... 72 Tabel 5.9 Nama Atlit Cabang Olahraga Atletik ... 73 Tabel 5.10 Jadwal Kegiatan Kejuaraan Cabang Olahraga Gulat ... 73 Tabel 5.11 Prestasi yang pernah diraih Cabang Olahraga Gulat ... 74 Tabel 5.12 Nama Atlit Cabang Olahraga Gulat ... 74 Tabel 5.13 Jadwal Kegiatan Kejuaraan Cabang Olahraga Senam ... 75 Tabel 5.14 Prestasi yang pernah diraih Cabang Olahraga Senam ... 75 Tabel 5.15 Nama Atlit Cabang Olahraga Senam ... 76 Tabel 5.16 Daftar Dana Pengeluaran Anggaran Pembinaan ... 93 Tabel 5.17 Daftar Nama dan Tugas Pelatih... 96 Tabel 5.18 Data Pengurus PPLP beserta tugas dan Tanggung jawab ... 101


(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambar Kerangka Pikir ... 35 3.1 Gambar Asrama Putri ... 42 3.2 Gambar Asrama Putra ... 42 3.3 Gambar Latihan Atlit... 42 3.6 Gambar Fasilitas Angkat Besi ... 43 3.7 Gambar Fasilitas Kamar Tidur PPLP ... 43 4.1 Gambar Sub bagan Keolahragaan ... 49 4.2 Gambar mekanisme pengelolaan PPLP... 65 5.1 Gambar Asrama PPLP ... 94


(24)

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan akan setiap kegiatan olahraga. Hal ini dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat selain itu berguna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehat jasmani dan rohani yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Terkait dengan sistem keolahragaan nasional bahwa kondisi sekarang bisa dikatakan jauh dari yang diharapkan. Tujuan yang diinginkan masih jauh dari yang dinginkan karena belum berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya prestasi internasional yang berhasil diraih oleh para atlet Indonesia. Mulai dari tingkat pencapaian perolehan medali maupun tingkat partisipasi Indonesia dalam event-event olahraga Internasional yang menunjukkan


(25)

penurunan. Terlihat dari perhelatan Sea Games tahun 2013 yang hanya menduduki peringkat 4, padahal sebelumnya Indonesia menjadi juara umum dengan mencetak 182 emas yang mengungguli semua lawannya pada perhelatan

Sea Games 2011 yang lalu dan pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah.

(Sumber : http.//kkpo.bappenas.go.id, hasil mendali Sea games, di akses pada tanggal 5 Januari 2014).

Penurunan prestasi dan keikutsertaan Atlet dalam setiap perhelatan Internasional yang dialami Indonesia salah satunya di sebabkan karena kurang perhatian dari pemerintah dari segi pembinaan. Sehingga menyebabkan minimnya atlet-atlet berprestasi yang dapat mewakili perlombaan di kancah Internasional dengan berbagai cabang olahraga yang diikuti. Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang olahraga, pemerintah secara khusus mencanangkan program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.Pemerintah juga membentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga (Kantor Menpora) dan pada tingkat Daerah juga terbentuk Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan pembangunan olahraga. Tertuang dalam Undang-Undang No 3 Tentang Sistem keolahragaan nasional yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di daerah. Upaya pemerintah ini sangat penting dalam memajukan kegiatan dibidang olahraga, selain merupakan sarana peningkatan prestasi baik untuk lokal, regional, nasional maupun internasional.


(26)

Persoalan utama dalam sistem pembinaan olahraga disebabkan karena kurang seriusnya pembinaan olahraga itu sendiri. Pola pengembangan olahraga nasional masih bersifat dahulu, hanya sebagai rutinitas yang berorientasi pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang miskin inovasi. Untuk memajukan olahraga, maka kita harus perlu menyadari benar tentang fungsi dan tujuan olahraga. Tujuan olahraga bukan sekedar meraih piala atau medali akan tetapi tujuan olahraga adalah membangun karakter dan mentalitas bangsa. Pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional pada pasal 1 ayat 2 yang menjelaskan keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan keolahragaan nasional.

Strategi untuk menciptakan organisasi keolahragaan yang menyangkut kelembagaan untuk mengatur sistem olahraga yang ada pada setiap daerah yaitu Dinas Pemuda dan Olahraga harus memuat peran serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dalam manajemen olahraga dalam konsepnya yaitu kegiatan olahraga, termasuk juga pendidikan jasmani yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan manajemen yang lebih baik ( Bagus Wiguna Ida Rusli, 2011 : 3 ) .

Menyangkut Sistem keolahragaan nasional ini berdampak pada setiap daerah khususnya pada Provinsi Lampung dengan subsistem keolahragaan yang


(27)

seharusnya saling terkait secara terencana, terpadu dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan . Subsistem yang dimaksud yaitu pelaku olahraga, organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan prasarana olahraga, peran serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan. Termasuk pada ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak.

Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada di Indonesia, Pemerintah Provinsi Lampung sendiri mempunyai tanggungjawab yang sama untuk melaksanakan kegiatan Olahraga dalam konteks pengembangan di setiap daerahnya. Keolahragaan Provinsi Lampung merupakan daerah dengan potensi keolahragaan yang cukup menjanjikan dengan sumber daya manusia dan kesanggupan wilayahnya dalam mengelola keolahragaan khususnya untuk menjadi Provinsi Lampung yang lebih baik. Agar mewujudkan itu, Pemerintah Provinsi Lampung mempunyai Dinas pemuda olahraga yang berstruktur keorganisasian agar lebih sistematis dalam menjalankan tugasnya yang diatur pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Terkait hal ini Dinas Provinsi mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tepatnya pada pasal 8 yang menyatakan bahwa Dinas Pemuda dan olahraga mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Provinsi di bidang kepemudaan dan keolahragaan. Selain itu pembangunan keolahragaan di Lampung diarahkan untuk menumbuhkan dan


(28)

meningkatkan budaya olahraga dan prestasi olahraga melalui penataan sistem pembinaan dan pengembangan serta pengawasan keolahragaan secara terpadu dan berkelanjutan yang diatur pada Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan harkat dan martabat daerah dan bangsa.

Namun, untuk saat ini Pemerintah Provinsi Lampung masih berupaya untuk mengefektifkan dan mengefisiensi sistem keolahragaan sehingga kemudian keberdayaan masyarakat terutama di bidang keolahragaan dapat terbatas pada minat dan bakat sehingga dapat terwadahi. Akses terhadap sumber daya dalam peningkatan produktivitas masyarakatnya disamping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal diatas yang sedang diupayakan. Upaya memajukan Sumber Daya Manusia pada Provinsi Lampung khususnya pada bidang olahraga masih banyak menagalami kendala salah satunya pada peningkatan prestasi yang dialami atlit pada saat ini. Ada beberapa permasalahan yang dihimpun mengenai pembinaan olahraga di Provinsi Lampung seperti keterbatasannya kemampuan pemerintah daerah dan kepedulian masyarakat terhadap pendanaan olahraga yang tercermin dari tingkat pembangunan sarana olahraga yang belum memadai baik di kabupaten maupun kota. Sehingga prestasi olahraga hanya di dominasi oleh cabang-cabang olahraga tertentu. Dari situ, maka terbentuklah program revitalisasi sentra-sentra keolahragaan di Provinsi Lampung melalui Pusat-pusat pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Agar pembinaan dan pengembangan atlit-atlit yang berprestasi ini terwadahi untuk mengikuti kejuaraan Nasional. Untuk prestasi olahraga Provinsi Lampung pada tahap pembinaan olahraga tingkat pelajar pada


(29)

POPNAS X Tahun 2009 di Yogyakarta, Provinsi Lampung sanggup menempati peringkat ke tujuh Nasional dengan perolehan total 18 medali meliputi : 7 medali emas , 6 medali perak dan 5 medali perunggu. Tetapi jika dilihat prestasi atlit dari hasil perolehan mendali tersebut, hasil yang diperoleh belum mampu mewakili dari semua cabang olahraga yang diikuti melainkan hanya beberapa cabang olahraga tertentu saja. Seperti Angkat besi, Panahan, Atletik, Gulat dan Senam . (Sumber : Rentsra 2010-2014 Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung). Pemerintah Provinsi Lampung berupaya untuk meningkakan dan mengembangkan olahraga prestasi ini sesuai dengan Perda Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Keolahragaan Provinsi Lampung yang menyatakan bahwa Tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi Olahraga dalam pembinaan dan pengembangan agar pelatih yang berkompeten ditempatkan pada satuan pendidikan, pusat pembinaan dan pelatihan olahraga untuk meningkatkan prestasi pada atlit. Namun pada kenyataannya Penurunan Prestasi pada kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) masih menurun dari tahun-tahun sebelumnya terlihat dari tabel berikut :


(30)

Tabel.1.1 Hasil Perolehan Medali Kontingen Lampung Selama mengikuti PON

No PON Tahun Tempat Perolehan Medali Ranking Emas Perak Perunggu

1. I 1948 Surakarta - - - *)

2. II 1951 Jakarta - - - *)

3. III 1953 Medan - - - *)

4. IV 1957 Makassar - - - *)

5. V 1961 Bandung - - - *)

6. VI 1965 Jakarta - - - *)

7. VII 1969 Surabaya - - - *)

8. VII 1973 Jakarta 3 1 3 X

9. IX 1977 Jakarta 3 - 1 XIII

10. X 1981 Jakarta 6 1 3 XV

11. XI 1985 Jakarta 16 19 18 VIII

12. XII 1989 Jakarta 24 19 22 V

13. XIII 1983 Jakarta 18 10 21 V

14. XIV 1996 Jakarta 20 20 24 V

15. XV 2000 Surabaya 20 22 26 V

16 XVI 2004 Palembang 22 21 21 VII

17. XVII 2008 Kalimantan Timur

18 12 19 VIII

18. XVIII 2012 Riau 15 9 10 X

Data diambil dari Dinas Pemuda dan Olahraga tahun 2014

Dari data diatas ranking Provinsi Lampung pada 5 ajang terakhir di kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) mengalami penurunan prestasi. Terjadi masalah mengenai penurunan prestasi ini padahal ditahun-tahun sebelumnya Provinsi Lampung selalu masuk pada 5 besar terlihat pada tabel diatas. Masalah yang terjadi bisa diakibatkan kurang optimalnya pada pembinaan olahraga yang terjadi di Provinsi Lampung.

Uraian permasalahan diatas jika dihubungkan dengan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung, maka dapat terlihat bahwa permasalahan-permasalahan dalam pembinaan olahraga prestasi ini merupakan masalah yang


(31)

erat kaitannya dengan proses pelaksanaannya. Oleh karenanya penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dengan mengangkat judul penelitian dengan Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung secara Faktual/Konkrit.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Dilihat dari konteks pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara mengenai Implementasi Kebijakan Publik dalam hal ini Kebijakan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung .


(32)

2. Dilihat dari sudut pandang praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dan Pusat Pendidikan Latihan Pelajar dalam melaksanakan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung.


(33)

A. Tinjauan tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

Secara umum, istilah kebijakan dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor ( misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah ) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu (Winarno, 2012 : 19). Tetapi terkadang istilah kebijakan seringkali diartikan sebagai tujuan program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan/rancangan-rancangan besar. Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone ( Winarno, 2012 : 20 ) ia mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Konsep yang ditawarkan Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Batasan lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Konsep ini bisa mencakup tindakan-tindakan, seperti pengangkatan pegawai baru atau pemberian lisensi. Suatu tindakan yang sebenarnya berada di luar domain kebijakan publik. ( Winarno, 2012 : 20 ).


(34)

Selain itu Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Nugroho (2011:93), mendefinisikannya sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and practices). Sedangkan menurut David Easton dalam Nugroho (2011:93), mendefinisikannya sebagai akibat aktivitas pemerintah (the impact of government activity). Selain itu menurut pandangan lain Carl I. Friedrick dalam Nugroho (2011:93), mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Thomas R dalam Nugroho (2011 :93) mendefinisikannya sebagai segala sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa kebijakan publik adalah tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah publik untuk kepentingan masyarakat pada umumnya.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik menaruh minat mengkaji kebijakan publik membagi


(35)

proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap . Tahap-tahap kebijakan tersebut meliputi lima tahap dalam (Winarno ,2012 :35 ) yaitu :

a. Tahap Penyusunan Agenda.

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini, suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan.

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah.

c. Tahap Adopsi Kebijakan.

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.


(36)

d. Tahap Implementasi Kebijakan.

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini, berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap Penilaian Kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Paparan tentang tahap-tahap kebijakan di atas telah menjelaskan bahwa kebijakan merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan semuanya merupakan bagian integral yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Tahap penyusunan agenda merupakan tahap awal dimana dalam tahap tersebut dilakukan identifikasi persoalan (masalah) publik yang layak untuk dibahas dalam tahap


(37)

berikutnya, yaitu tahap formulasi kebijakan. Setelah diformulasikan, pada tahap tahap adopsi kebijakan akan dipilih alternatif terbaik yang akan dijadikan solusi bagi pemecahan masalah publik.

Selanjutnya, kebijakan yang telah diputuskan dan disahkan akan diimplementasikan untuk meraih tujuan awal yang telah ditentukan. Pada tahap akhir, evaluasi (penilaian) kebijakan akan menilai ketepatan, manfaat, dan efektivitas hasil kebijakan yang telah dicapai melalui implementasi dan kemudian dibandingkan dengan tujuan kebijakan yang telah ditentukan.

B. Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan publik paling tidak mengandung tiga komponen dasar, yaitu: (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) sasaran yang spesifik, dan (3) cara mencapai sasaran tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi, yang biasanya diterjemahkan ke dalam program-program aksi dan proyek. Secara singkat implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang.Tujuan kebijakan pada hakekatnya adalah melakukan intervensi. Oleh karenanya implementasi kebijakan sebenarnya adalah tindakan(action)intervensi itu sendiri (Erwan dan Dyah, 2012 : 64).

Definisi implementasi mengalami perubahan seiring dengan perkembangan studi implementasi itu sendiri. Berikut beberapa konsep Implementasi menurut para ahli dalam (Winarno, 2012 : 147) Lester dan stewart mengungkapkan implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap


(38)

dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan tekhnik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program .

Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit )atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Impelementasi mencakup tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksud untuk membuat program berjalan.

Sementara itu grindle juga memberikan pandangan tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage)yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya “a policy delivery system”dimana srana-sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, kebijakan publik pernyatan secara luas tentang tujuan, sasaran, dan sarana diterjemahkan ke dalam program-program tindakan yang dimaksudkan untuk mecapai tujuan-tujuan kebijakan yang sama. Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau


(39)

kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Nugroho (2012 : 674) menjelaskan bahwa kejelasan makna dari implementasi kebijakan adalah suatu cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Agustino (2008:139), mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses .

Sehingga dapat dijelaskan sebelumnya bahwa pada pengertian kebijakan publik pada dasarnya merupakan suatu proses yang kompleks berangkat dari tahap pendefinisian masalah hingga evaluasi dampak kebijakan. Dengan demikian, implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap saja dari sekian tahap kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa implementasi kebijakan hanya merupakan


(40)

salah satu variabel penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan dalam memecahkan persoalan-persoalan publik. (Winarno, 2012 : 151)

2. Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Terdapat banyak model implementasi kebijakan yang disajikan oleh beberapa ahli. Penggunaan model implementasi kebijakan untuk keperluan analisis dalam suatu penelitian akan tergantung kompleksitas permasalahan-permasalahan kebijakan yang akan dikaji serta tujuan dan analisis itu sendiri. Semakin kompleks masalah kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, semakin diperlukan teori atau model relatif operasional, dimana nantinya model yang dipilih akan mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang menjadi fokus analisis.

Berbagai macam model-model Implementasi seperti contohnya dalam Nugroho (2011:627), antara lain :

a. Model Van Meter dan Van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel: aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi, karakteristik agen pelaksana/implementor, kondisi ekonomi-sosial-politik, dan kecenderungan (disposition) pelaksana/implementor. b. Model Mazmanian dan Sabatier

Model ini disebut model kerangka analisis implementasi (a framework for implementation analysis). Model ini mengklasifikasikan proses implementasi


(41)

kebijakan ke dalam tiga variabel. Variabel tersebut adalah variabel independen, variabel intervening, dan variabel dependen.

c. Model Hogwood dan Gunn

Model ini mendasarkan pada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan kaidah-kaidah pokok. Kelemahannya, konsep ini secara tidak tegas menunjukkan nama yang bersifat politis, strategis, dan teknis atau operasional.

d. Model Goggin

Model ini bertujuan mengembangkan model implementasi kebijakan yang

“lebih ilmiah” dengen mengedapankan pendekatan “metode penelitian”

dengan adanya variabel independen, intervening, dan dependen, dan

meletakkan faktor “komunikasi” sebagai penggerak dalam implementasi

kebijakan. e. Model Grindle

Model ini ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat

implementabilitydari kebijakan tersebut. f. Model Elmore, dkk

Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakan atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya ditataran rendah.


(42)

g. Model George C. Edward III

Model ini menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian dari implementasi). Dikatakannya, without effective implementation the decision of policymakers will not be carried out successfully (tanpa implementasi yang efektif, pembuat kebijakan tidak akan berjalan lancar). Edward menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementas kebijakan menjadi efektif, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, atau kecenderungan, yang terakhir struktur birokrasi.

h. Model Nakamura dan Smallwood

Model ini menganggap praktikalisasi menjadi magnet sangat besar terhadap para praktisi kebijakan, yang justru mendekatkan antara ilmuwan kebijakan dan praktisi kebijakan. Kedekatan ini menjadikan pengetahuan implementasi kebijakan semakin mampu mengkontribusikan nilai bagi kehidupan bersama. Konsekuensinya adalah pengetahuan implementasi kebijakan tidak lagi menjadi monopoli para professor kebijakan publik, namun juga para praktisnya dibirokrasi dan lembaga administrasi publik lainnya.

i. Model Jaringan

Model ini memahami bahwa proses implementasi kebijakan adalah sebuah

complex of interaction processes diantara sejumlah aktor besar yang berada dalam suatu jaringan (network) aktor-aktor yang independen, Interaksi diantara para aktor dalam jaringa tersebutlah yang akan menentukan bagaimana implementasi harus dilaksanakan, permasalahan-permasalahan


(43)

yang harus dikedepankan, dan diskresi-diskresi yang diharapkan menjadi bagian penting didalamnya.

Dari beberapa model Implementasi Kebijakan Publik, peneliti menganggap model implementasi George C. Edward III sangat cocok digunakan sebagai fokus penelitian. Alasan peneliti menggunakan model ini karena sesuai dengan keadaan atau kondisi yang ada di dalam implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung ini pada saat kebijakan di implementasikan. Selanjutnya dengan menggunakan indikator Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur birokrasi dapat diketahui mengapa implementasi kebijakan ini belum berjalan baik sepanjang pelaksanaan kebijakan ini. Sebagai suatu pembanding antar model implementasi kebijakan publik dan untuk memperkuat alasan peneliti menggunakan model Implementasi George C. Edward III.

3. Model Imlpementasi George C. Edward III

Menurut Edward, pada Agustino ( 2008 : 149 ) studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi public administration (administrasi publik) dan public policy (kebijakan publik). Menurut Edward ada 4 (empat) faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Komunikasi

Menurut George Edward C Edward III Dalam Agustino (2008:150), Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakaan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan


(44)

.Sehingga Edward menyebutkan terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur faktor komunikasi. Indikator tersebut antara lain :

1. Transmisi

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian, hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah jalan.

2. Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan ( street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Konsistensi

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

b. Sumber daya (Resources)

Hal ini berkenaan dengan ketersediaan sumber daya manusia menjalankan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan


(45)

secara efektif. Sumber daya yang penting menurut Edward dalam Agustino (2008:151) meliputi : staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanalan tugas-tugas mereka, informasi, wewenang, dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usulan-usulan di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.

Sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, staf merupakan sumber daya utama dalam implementasi kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi, salah satunya disebabkan oleh staf atau pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.

c. Disposisi (Disposition)

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor yang penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.

Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diingini oleh pembuat kebijakan. Demikian pula sebaliknya, apabila tingkah laku-tingkah laku atau perspektif-perspektif para pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit.


(46)

d. Struktur birokrasi

Menurut Edward dalam Agustino (2008:153), dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerka struktur birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan standar operating procedures (SOPs) dan pelaksanaan fragmentasi. SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/administrator/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (standar minimum yang dibutuhkan). Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

C. Pembinaan Olahraga Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1996 dalam (Kuncoro, 2011 : 7) dijelaskan bahwa pembinaan adalah usaha,tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan pengertian Olahraga menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjelaskan bahwa olahraga merupakan segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Untuk mencapai prestasi atlet secara maksimal diperlukan pembinaan yang terprogram, terarah dan berkesinambungan serta didukung dengan penunjang yang memadai. Untuk mancapai prestasi optimal atlet juga diperlukan latihan intensif dan berkesinambungan kadang-kadang menimbulkan rasa bosan (baredom). Hal ini dapat menjadi penyebab penurunan prestasi, oleh karena itu diperlukan pencegahan yaitu dengan merencanakan dan melakukan latihan-latihan


(47)

yang bervariasi. Berlatih secara intensif belum cukup untuk menjamin tercapainya peningkatan prestasi hal ini karena peningkatan prestasi tercapai bila selain intensif, latihan dilakukan dengan bermutu dan berkualitas menurut Tohar dalam (Kuncoro, 2011 : 7). Para ahli olahraga seluruh dunia sependapat perlunya tahap-tahap pembinaan untuk menghasilkan prestasi olahraga yang tinggi, yaitu melalui tahap pemassalan, pembibitan, Pembinaan prestasi dan puncak prestasi prestasi menurut Djoko Pekik Irianto dalam (Kuncoro, 2011 : 7)

1. Pemasalan

Agar diperoleh bibit olahragawan yang baik perlu disiapkan sejak awal yakni dengan program emasalan yang dilakukan dengan cara menggerakan anak-anak usia dini untuk melakukan aktivitas olahraga secara menyeluruh atau jenis olahraga apapun.

2. Pembibitan

Pembibitan adalah upaya yang diterapkan untuk menjaring atlet berbakat dalam olahraga prestasi yang diteliti secara terarah dan intensif melalui orang tua, guru, dan pelatih pada suatu cabang olahraga. Tujuan pembibitan adalah untuk menyediakan calon atlet berbakat dalam berbagai cabang olahraga prestasi, sehingga dapat dilanjutkan dengan pembinaan yang lebih intensif, dengan sistemyang inofatif dan mampu memanfaatkan hasil riset ilmiah serta perangkat teknologi modern. Menurut Djoko Pekik Irianto dalam (Kuncoro, 2011 : 8) beberapa indikator yang perlu diperhatikan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi dan menyeleksi bibit atlet berbakat secara obyektif antara lain :


(48)

a. Kesehatan (pemerikasaan medic, khususnya sistem kardiorespiorasi dansisitem otot saraf)

b. Antropometri (tinggi dan berat badan, ukuran bagian tubuh, lemak tubuh dll)

c. Kemampuan fisik (speed power, koordinasi, Vo2 max) d. Kemampuan psikologis (sikap, motivasi, daya toleransi) e. Keturunan

f. Lama latihan yang telah diikuti sebelumnya dan adakah peluang untuk berkembang

g. Maturasi

3. Pembinaan prestasi

Setelah adanya suatu pemassalan dan pembibitan, untuk mencapai suatu prestasi yang baik maka dilanjutkan dengan pembinaan. Pembinaan diarahkan melalui latihan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi memerlukan waktu yang cukup lama 8-10 tahun dengan proses latihan yang benar, untuk itu latihan hendaknya dilakukan sejak usia dini dengan tahapan latihan yang benar. Tahapan latihan disesuaikan dengan tingkat usia anak, meskipun latihan perlu dilakukan sejak usia dini bukan berarti sejak usia dini itu pula anak sudah dikelompokan ke suatu cabang olahraga. Adapun tahapan latihan meliputi :

a. Tahap multilateral

Tahap perkembangan multilateral (menyeluruh) disebut juga tahap multiskill yang diberikan pada anak usia 6-15 tahun yang bertujuan mengembangkan gerak dasar. Apabia tahap ini dilakukan dengan baik maka akan memberikan


(49)

keuntungan antara lain : atlet memiliki gerak yang bermanfaat untuk mengembangkan ketrampilan dan penguasaan tektik tinggi dengan gerakan-gerakan yang variatif.

b. Tahap spesialisasi

Secara umum tahap ini dilaksanakan pada usia 15-19 tahun, materi lathan disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga, meliputi : biomotor, klasifikasi skill baik open skill maupun close skill atau kombinasi. Tahap spesialisasi berbanding terbalik dengan tahap multilateral, artinya semakin bertambah usia atlet semakin mengarah ke spesialisasi atau dengan perkataan lain semakin muda usia atlet proporsi latihan untuk multilateral semakin besar.

c. Puncak prestasi

Setelah melalui pembinaan pada tahap miltilateral dan tahap spesialisasi, diharapkan akan meraih prestasi pada usia emas (Golden Age) Untuk mendapatkan atlet-atlet yang berbakat untuk ditingkatkan prestasinya ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Bila tidak dilaksanakan salah satu komponen, akan mendapatkan hasil yang tidak diharapkan/maksimal.

D. Faktor Pendukung Prestasi

Usaha mencapai prestasi merupakan usaha yang multikomplek yang melibatkan banyak faktor baik internal maupun eksternal, kualitas latihan merupakan penopang utama tercapainya prestasi olahraga, sedangkan kualitas latihan itu sendiri ditopang oleh faktor internal yakni kemampuan atlet (bakat danmotivasi) serta faktor eksternal. Menurut Djoko Pekik Irianto dalam (Kuncoro, 2011 : 11)


(50)

1.Faktor internal (Atlet)

Faktor internal merupakan pedukung utama tercapainya prestasi atlet, sebab faktor ini memberikan dorongan yang lebih stabil dan kuat yang muncul dari dalam diri atlet itu sendiri, yang meliputi:

a. Bakat : yakni potensi seseorang yang dibawa selak lahir.

b. Motivasi : yakni dorongan meraih prestasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan penguat yang berpengaruh terhadap kualitas latihan yang selanjutnya akan mempengaruhi prestasi. Faktor tersebut meliputi :

a. Pelatih

Kemampuan baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan cabang olahraga maupun cara melitih yang efektif mutlak untuk dikuasai setiap pelatih. Pelatih merupakan model yang menjadi contoh dan panutan bagi anak didiknya terutama atlet-atlet yunior atau pemula, sehingga segala sesuatu yang dilakukan selalu menjadi sorotan atlet dan masyarakat pada umunya. Oleh sebab itu seorang pelatih dituntut untuk dapat bersikap dan perilaku yang baik sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat menurut Rubianto Hadi dalam (Kuncoro, 2011 : 12)

Keberhasilan pembinaan atlet akan sangat ditentukan hasil interaksi antara pelatih dan atlet yang dibina, sehubungan itu seorang pelatih harus memahami sifat-sifat kepribadian atletnya, disamping itu tiap pelatih juga harus memahami sifat-sifat pribadinya sendiri, agar dapat menyesuaikan pada waktu berinteraksi dengan atlet

yang memiliki sifat “ intravert “, sifat tertutup dan pemalu.Memerlukan perlakuan yang berbeda daripada atlet yang memiliki sifat “ ekstravert “, sifat terbuka dan


(51)

senang bergaul dengan orang lain. Pelatih harus memahami cara-cara ynag tepat untuk menimbulkan motivasi atlet, sehingga akhirnya dengan kemauan sendiri atlet berusaha mencapai target yang telah ditetapkan, untuk mencapai prestasi lebih tinggi, memenangkan pertandingan ataumemecahkan rekor sendiri. Menurut Sudibyo setyobroto dalam (Kuncoro, 2011 : 12)

b. Organisasi

Dari tingkat pembinaan yang umum (pemasalan) sampai yang paling khusus (pembiaan prestasi) perlu dirancang pembinaan yang sesuai dengan pola piramida pembinaan olahraga yang dianut dan disepakati sebagai metode yang paling efektif untuk peningkatan prestasi olahraga indonesia secara menyeluruh. Keberadaan organisasi sebenarnya setua sejarah peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasi tujuan bersama. Menurut Hamdan Mansoer Dalam (Kuncoro, 2011 : 13) Organisasi yaitu suatu kesatuan yangmempunyai struktur kerja yang sistematis. Setiap organisasi baik pemerintah maupun organisasi swasta tentu berdasarkan rencana-rencana yang ada.Kegiatan olahraga termasuk juga pendidikan jasmani yang mengandung misi untuk mencapian tujuan pendidikan, memerlukan manajemen yang baik. Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan kekurangan yang kronis, lemahnya dukungan, kecilnya dana yang disediakan dankesulitan lain untuk menumbuhkan programnya. Maka kemampuan menejerial sangat dibutuhkan yang intinya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen menurut Rusli dalam (Wiguna ,2000:8-9)


(52)

E. Tentang Atlit

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dalam Satriah ( 2012 : 25 ) atlit adalah para pelaku dalam kegiatan olahraga. Atlit sering dieja atlet dari Bahasa Yunani athlos yang berarti kontes adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah pelaku olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan meliputi :

1. Olahragawan amatir yakni melaksanakan olahraga yang menjadi kegemaran dan keahliannya. Olahragawan amatir mempunyai hak sebagai berikut : a) meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga. b) mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang

olahraga yang diminati.

c) mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi.

d) memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan keolahragaan daerah, nasional, dan internasional.

e) beralih status menjadi olahragawan profesional.

2. Olahragawan profesional yakni melaksanakan kegiatan olahraga sebagai profesi sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional setelah memenuhi persyaratan:

a) pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik.


(53)

c) memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan.

d) memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari olahragawan amatir menjadi olahragawan profesional yang diketahui oleh induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan.

F. Pembangunan Olahraga

Menurut Setiadi ( 2010 : 34 ) dalam melaksanakan pembangunan olahraga sesuai dengan arahan GBHN 1993, ada serangkaian kebijaksanaan sesuai dengan program pokok yang meliputi :

1. Pembinaan Olahraga Prestasi

Pembinaan olahraga prestasi diarahkan untuk mendukung upaya pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya agar dapat meningkatkan citra bangsa dan kebanggan nasional. Upaya pencapaian prestasi olahraga ditingkatkan melalui pembibitan dan pembinaan olahraga sejak dini, antara lain melalui pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dan melalui pengembangan sekolah khusus keolahragaan. Upaya tersebut di tunjang oleh pengembangan kurikulum yang diperkaya oleh materi penanaman nilai budaya, untuk meningkatkan sportivitas, displin, motivasi meraih prestasi dan sikap pantang menyerah.

Pemantauan bakat dan pemilihan bibit olahragawan yang berprestasi ditingkatkan, antara lain melalui berbagai pertandingan yang berjenjang dilakukan mulai di tingkat desa sampai tingkat nasional, termasuk pertandingan antar sekolah, perguruan tinggi ataupun masyarakat luas. Pembinaan olahraga prestasi dikembangkan sesuai dengan kemajuan IPTEK di bidang olahraga


(54)

seperti penggunaan peralatan olahraga dan metode pembinaan dan pelatihan yang mutakhir.

2. Pemantauan Bakat dan pembibitan

Kegiatan ini bertujuan memperoleh calon atlet yang berprestasi yang dilakukan melalui pembinaan olahraga usia dini bagi anak umur 7-14 tahun melalui perkumpulan olahraga. Pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga disekolah ataupun diluar sekolah melalui pertandingan cabang olahraga tertentu untuk mencari bibit olahrgawan yang berbakat, baik di perkumpulan maupun disekolah.

3. Peningkatan Prestasi Olahraga

Kegiatan ini bertujuan mendukung dan peningkatan prestasi olahraga yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan dan pendayahgunaan sumber daya yang mendukung. Kegiatan ini dilakukan, antara lain berupa pembinaan dan peningkatan prestasi bagi atlet pelajar dan mahasiswa berbakat pada pusat pendidikan dan pelatihan olahraga. Pertandingan olahraga, baik di tingkat daerah, nasional, regional, maupun International, pembinaan olahraga prestasi bagi pelajar dan mahasiswa, pembinaan dan peningkatan prestasi bagi atlet daerah atupun nasional.

Peningkatan mutu pengetahuan ,kemampuan dan keterampilan tenaga keolahragaan seperti wasit, manager, dan jurnails olahraga melalui berbagai penataranpendidikan dan pelatihan. Peningkatan gizi olahrgawan antara lain dengan memberikan pengetahuan gizi dan menetapkan standar persyaratan gizi bagi penyelenggaraan makanan olahragawan di pusat pelatihan dan asrama olahragawan, pemberian insentif yang wajar kepada atlet dan tenaga


(55)

keolahragaan yang berprestasi tinggi dan pembinaan melalui KONI antara lain untuk pemantapan pembinaan administrasi, pembinaan hubungan kerja sama international dan pusat ilmu olahraga.

4. Pembinaan Olahraga yang Berkembang di Masyarakat

Kegiatan ini bertujuan mengkaji, melestarikan dan mengembangkan jenis olahrga yang berkembang di masyarakat seperti olahraga tradisioanl dan olahraga pecinta alam dan alam terbuka. Bentuk kegiatannya adalah pembinaan dan pengembangan serta pelestarian olahraga tradisional pembinaan dan pengembangan olahraga pecinta alam dan alam terbuka dan peningkatan prestasi dalam kejuaraan tingkat nasional dan international.

G. Kerangka Pikir

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 menggambarkan bahwa keolahragaan daerah ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pengembangan dan pembinaan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan (rekrutmen), serta peningkatan dan pengembangan bakat prestasi. Penahapan tersebut diarahkan untuk pemasalahan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada tingkat daerah atau sebiasa mungkin dapat mencapai level nasional atau bahkan internasional. Semua penahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan dan organisasi olahraga dalam masyarakat. Sesuai dengan penahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga dapat saling bersinergi.


(56)

Agar mewujudkan itu, Pemerintah Provinsi Lampung mempunyai Dinas pemuda olahraga yang berstruktur keorganisasian agar lebih sistematis dalam menjalankan tugasnya yang diatur pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Terkait hal ini Dinas Provinsi mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Tepatnya pada pasal 8 yang menyatakan bahwa Dinas Pemuda dan olahraga mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Provinsi di bidang kepemudaan dan keolahragaan. Selain itu pembangunan keolahragaan di Lampung diarahkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya olahraga dan prestasi olahraga melalui penataan sistem pembinaan dan pengembangan serta pengawasan keolahragaan secara terpadu dan berkelanjutan yang diatur pada Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan harkat dan martabat daerah dan bangsa.

Dalam hal pemberdayaan masyarakat itu sendiri, pemerintah daerah kemudian mempunyai peran dalam memaksimalkan proses peningkatan kualitas olah raga yang diharapkan nantinya mampu mengarahkan potensi keolahragaan Provinsi Lampung dalam tahap perkembangan yang signifikan pada Pusat Pendidikan Latihan Pelajar di Provinsi Lampung. Pemberdayan masyarakat bidang olahraga, ditangani oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Bidang Keolahragaan) yang kemudian mempunyai fungsi untuk membina dan menyiapkan sumber daya


(57)

pendukung bagi tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat tersebut melalui tahapan-tahapan pembinaan melalui metode pelatihan dan mendayagunakan organisasi-organisasi masyarakat sebagai pendukung keberhasilan program tersebut dengan revitalisasi peran masyarakat sebagai faktor utama keberhasilan peningkatan olahraga mulai dari keluarga, sekolah sampai ke lembaga keolahragaan. Selanjutnya melihat bahwa upaya pembinaan tidak hanya dapat bermodalkan sebuah semangat melainkan diperlukan adanya upaya untuk melakukan langkah dan strategi pembiayaan yang memungkinkan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai. Perlu adanya pengalokasian dana yang masuk akal dari pemerintah daerah bagi program-prolam pelatihan daerah terpadu bagi bibit-bibit potensial serta mengupayakan pewadahan bagi penelusuran potensi keolahragaan daerah.

Dari temuan dilapangan selama kurun waktu ini pelaksanaan pembinaan lebih banyak merujuk dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung dengan pembangunan beberapa lapangan untuk bidang olahraga tertentu. Namun pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013 belum maksimal untuk meningkatkan prestasi .

Dari deskripsi diatas, maka untuk mempermudahkan arah penelitian dan penulisan skripsi nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran dari skema kerangka konsep dalam kaitannya dengan Program Pembinaan Olahraga Provinsi Lampung.


(58)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Sumber :Diolah oleh peneliti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Analisis Implementasi menggunakan Model Implementasi George C. Edward III. Indikator-indikatornya adalah : Komunikasi, Sumber daya, Disposisi/Sikap, Struktur birokrasi.

Peraturan Daerah Provinsi lampung Nomor 13 Tahun 2009 pasal 8 tentang tugas dan fungsi Dinas Pemuda dan olahraga dalam

Pembinaan,pengendalian,pengawasan dan koordinasi keolahragaan. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan

Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi Di Provinsi Lampung

Tercapainya peningkatan Prestasi dan berkembangnya pembangunan Olahraga di Provinsi Lampung yang lebih baik lagi.


(59)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel ataiu hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.Menurut Kirk dan Miller dalam moeleong (2010:4), penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahnya. Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwasanya


(60)

penelitian ini menggunakan penelitian dengan tipe deskriptif kualitatif untuk menggambarkan proses penyelenggaraan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013

B. Fokus Penelitian

Pada masalah penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Adapun maksud dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi; kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria)suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 2010:93-94). Oleh karena itu, peneliti memberikan pembatasan penelitian melalui fokus penelitian. Penelitian ini difokuskan kepada : menggambarkan dan menganalisa implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung dengan model implementasi George C. Edward III. Indikator-indikator model tersebut adalah

1. Komunikasi

a. Transmisi, Penyampaian informasi tentang proses pelaksanaan Pembinaan Olahraga Prestasi kepada Atlit sebagai sasaran Program Pembinaan Olahraga prestasi di Provinsi Lampung .

b. Kejelasan, Kejelasan penyampaian informasi tentang proses pembinaan olahraga prestasi meliputi kegiatan rutin latihan yang dijalankan dalam pembinaan.


(61)

c. Konsistensi, Konsistensi dalam melaksanakan program pembinaan , yaitu tentang pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi berdasarkan standar operasional prosedur yang berlaku.

2. Sumber Daya (Resources)

a. Staff Apakah cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung

b. Informasi Apakah memadai atau relevan untuk keperluan implementasi. Informasi meliputi kegiatan dan Latihan rutin pada Atlit Olahraga Prestasi

c. Wewenang Apakah kewenangan yang dimiliki implementor tepat untuk melaksanakan kebijakan program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung

d. Fasilitas Apakah fasilitas yang dimiliki dalam melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam melaksanakan program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung.

3. Disposisi (Disposition)

Sikap Para Pelaksana dalam menjalankan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung


(62)

4. Struktur birokrasi

a. Standar Operation Procedure (SOP) Penggunaan Prosedur Pengoperasian Standar (SOP) dalam menjalankan kebijakan program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung

b. Fragmentasi Koordinasi antar penanggung jawab dan pelaksana program Pembinaan Olahraga Prestasi Lampung yaitu melalui Penanggung jawab Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dan pelaksana kebijakan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP)

C. Lokasi Penelitian

Penetapan penelitian ditentukan secara purposiveatau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2012 : 216) Purposive

adalah lokasi penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan diambil berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di dalam lingkup wilayah Provinsi Lampung pada Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai penanggung jawab Keolahragaan di Provinsi Lampung dan Pada Pusat Pendidikan dan Latiahan Pelajar (PPLP) sebagai pelaksana Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Data merupakan bentuk tanggapan, pendapat, kenyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan


(63)

sehubungan dengan masalah penelitian. Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu berupa kata-kata, tindakan informan yang berkaitan dengan fokus penelitian, yang merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara peneliti dengan informan. Data primer ini diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi mengenai Implementasi Program Pembinaan Olahraga Pretsai di Provinsi Lampung

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti terdahulu. Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan


(64)

sebagai acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan masalah dan fokus penelitian (Moleong, 2010 : 157).

a. Informan

Sumber data ini merupakan orang-orang yang terlibat langsung dalam permasalahan Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013.Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Nama Informan

No. Nama Informan dan Jabatan Tanggal Wawancara 1. Drs.Sunarso (Kepala Bidang

Olahraga di Dinas Pemuda dan Olahraga serta

Pernanggung jawab PPLP Provinsi Lampung)

12 Mei 2014

2. Rosyidi S.E (Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengembangan Olahraga Prestasi di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung )

13 Mei 2014

3. Ir.Hendramin (Kepala Seksi Sarana dan Prasarana

Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung)

16 Mei 2014

4. Mardiningsih, S.Sos ( Kepala Bagian Umum dan

Kepegawaian Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung )

20 Mei 2014

5. Drs. Sumardi ( Kepala Tata usahaan PPLP )

4 Juni 2014 6. Yulianto, S.Pd ( Pelatih

Panahan PPLP ) dan Edy Santoso ( Pelatih Angkat besi PPLP )

9 Juni dan 11 Juni 2014

7. Andree Firmansyah dan Ahmad Irfan Fitriyadi ( Atlit Panahan PPLP )

Vicky (Atlit Angkat Besi )

9 Juni dan 11 Juni 2014


(65)

b. Dokumen-Dokumen

Dokumen-dokumen yang digunakan merupakan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, yang diperoleh dari berbagai sumber meliputi: Undang-undang, Peraturan Daerah, catatan-catatan, arsip-arsip, foto dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung

Tabel 3.2 Dokumentasi

No. Dokumen

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

2. Peraturan Daerah Provinsi lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah provinsi lampung

3. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2013

4 Tupoksi Dinas Pemuda Dan Olahraga dan Uraian Tugas Tanggung jawab Pengurus Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Lampung

5 Daftar Presatasi, Jumlah Atlit dan Pelatih PPLP

Sumber : diolah peneliti, 2014

3.1 Gambar Asrama Putri PPLP 3.2 Gambar Asrama Putra PPLP 3.3 Gambar Latihan Atlit


(66)

3.4 Gambar Fasilitas Latihan Angkat Besi 3.5 Gambar Fasilitas Kamar tidur PPLP

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk untuk mengumpulkan data primer dari informan terkait penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan wawancara ini, alat yang digunakan adalah alat perekam dan dilengkapi dengan catatan-catatan kecil peneliti.

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dapat dijadikan informasi berupa surat-surat, peraturan daerah, instruksi Presiden, dan lain sebagainya. Data-data yang dapat dijadikan informasi dalam penelitian ini yaitu data-data yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2103

3. Observasi (Pengamatan)

Dalam teknik ini, data-data yang ingin didapatkan yaitu berupa keadaan lokasi penelitian, kegiatan manusia terkait penelitian, serta situasi sosial yang ada di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini yang akan peneliti amati adalah


(67)

Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013. Selain itu hal lainnya yang ingin peneliti ketahui adalah mengenai sumber daya manusia, struktur oganisasi, lingkungan pekerjaan, serta sarana dan prasarana yang menjadi indikator penyebab kurang maksimalnya program ini dilaksanakan.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012:335) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:337), bahwa aktivitas dalam analisis data pada penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencarinya bila diperlukan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan bedasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.


(68)

b. Penyajian Data

Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Pada penelitian ini, secara teknis data-data akan disajikan dalam bentuk teks naratif, gambar dan tabel. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informasi serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data.

c. Penarikan Kesimpulan

Peneliti menarik kesimpulan atas penelitian setelah dilakukan verifikasi secara terus-menerus, sejak awal memasuki lapangan dan selama proses penelitian berlangsung. Peneliti berusaha untuk menganalisa dan mencari pola tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif.

G. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:366), uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Derajat Kepercayaan

Dalam penelitian ini, kriteria keabsahan data yang digunakan adalah kriteria derajat kepercayaan (credibility), penerapan derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat


(69)

kepercayaan (credibility) hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Adapun untuk memeriksa derajat kepercayaan (credibility) ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu. Triangulasi dianggap sebagi cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dalam penelitian ini triangulasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memeriksa temuan di lapangan dengan membandingkannya berbagai sumber, metode, dan teori yang berhubungan dengan pembahasan.

2. Uji Keteralihan

Nilai transfer dalam hal ini berkenaan dengan pertanyaan hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data-data harus diuraikan secara rinci, jelas, dan sistematis agar dapat dipahami pembaca. Sehingga pembaca memperoleh gambaran mengenai pengaplikasian hasil penelitian ini. Upaya untuk memenuhi hal tersebut, peneliti melakukannya melalui tabulasi data (terlampir) serta disajikan oleh peneliti dalam hasil dan pembahasan

3. Uji Kebergantungan

Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam penelitian ini, uji kebergantungan


(70)

dilakukan dengan cara peneliti melakukan diskusi dengan dosen pembimbing atas data-data yang ditemukan di lapangan selama proses penelitian berlangsung.

4. Uji Kepastian

Uji kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas. Untuk menjamin kepastian bahwa penelitian ini objektif, peneliti akan berdiskusi dengan pembimbing dan informan terhadap kebenaran data, dan melakukan penarikan kesimpulan dari data yang didapat.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Wawancara dengan Kabid Olahraga Drs.Edy Sunarso Wawancara dengan Kasubag Umum dan kepegawaianMardiningsih,S.Sos

Wawancara Kasi Pembinaan dan Pengembangan Wawancara Kepala Tata Usaha Olahraga Prestasi Rosyidi S.E Sumardi, S.Pd.

Wawancara dengan Pelatih Panahan Bapak Yulianto Wawancara Atlit PPLP Cabang Olahraga Panahan