ANALISIS NILAI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL ALTMAN PERIODE 2002-2013(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN BLACKBERRY)
ABSTRAK
ANALISIS NILAI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL ALTMAN PERIODE 2002-2013
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN BLACKBERRY)
Oleh Winda Pangestuti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan Blackberry memiliki nilai potensi kebangkrutan atau tidak berdasarkan studi kasus perusahaan Blackberry tahun 2002-2013. Nilai tersebut dinilai dan diukur berdasarkan nilai dari beberapa rasio yaitu, rasio likuiditas, rasio laverage, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Penelitian ini bersumber dari data laporan keuangan perusahaan Blackberry dari tahun 2002-2013. Penelitian dilakukan dengan metode dokumentasi atau arsip. Data diambil dari laporan keuangan Blackberry dan kemudian dihitung nilai Z-Score nya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model analisis potensi kebangkrutan Altman Z-Score, perusahaan Blackberry berada dalam keadaan sehat pada periode 2002 hingga 2011 kuartal kedua. Dengan nilai Z-Score tertinggi pada tahun 2008 kuartal pertama dengan nilai Z-Score sebesar 34,577803. Perusahaan Blackberry dalam keadaan tidak sehat pada tahun 2011 kuartal ketiga hingga 2013 kuartal ketiga dengan nilai ZScore terendah pada tahun 2013 kuartal ketiga sebesar -0,7239591.
(2)
ANALISIS NILAI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN
MODEL ALTMAN PERIODE 2002-2013
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN BLACKBERRY)
Oleh
Winda Pangestuti
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(3)
ANALISIS NILAI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN
MODEL ALTMAN PERIODE 2002-2013
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN BLACKBERRY)
(
Skripsi)
Oleh
Winda Pangestuti
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1
Grafik Saham Blackberry Tahun 1998-2013 ... 2 Gambar 1.2
Grafik Rasio Likuiditas Tahun 2002-2013 ... 4 Gambar 1.3
Model Kerangka Pemikiran ... 11 Gambar 3.1
Tahapan Penelitian ... 36 Gambar 4.1
Grafik Working Capital to Total Asset ... 43 Gambar 4.2
Grafik Retained Earning to Total Asset ... 46 Gambar 4.3
Grafik Earning Before Interest adn Tax to Total Asset ... 48 Gambar 4.4
Grafik Market Value Equity to Total Liability ... 51 Gambar 4.5
Grafik Sales to Total Sales ... 53 Gambar 4.6
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
LEMBAR JUDUL... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 6
1.2.1Perumusan Masalah ... 6
1.2.2 Batasan Masalah ... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
(9)
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4 Kerangka Pemikiran ... 9
1.5 Hipotesis ... 12
1.6 Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
2.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 14
2.1.1 Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 16
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 17
2.1.3 Manfaat Laporan Keuangan ... 19
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan ... 21
2.1.5 Analisis Kinerja Keuangan ... 22
2.2 Pengertian Kebangkrutan ... 23
2.2.1 Sumber-Sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan ... 26
2.2.2 Analisis Rasio Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan ... 27
2.2.3 Cara Mendeteksi Kebangkrutan ... 30
2.3 Penelitian Sebelumnya ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Jenis Data dan Pengumpulan Data ... 35
3.2.1 Jenis Data ... 35
3.2.2 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.3 Tahapan Penelitian ... 36
3.4 Teknik Analisis Data ... 38
(10)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1 Analisis Deskriptif Rasio-Rasio Altman Z-Score ... 40
4.1.1 Analisis Rasio Working Capital to Total Asset ... 42
4.1.2 Analisis Rasio Retained Earning to Total Asset ... 45
4.1.3 Analisis Rasio Earning Before Interest and Tax to Total Asset ... 48
4.1.4 Analisis Rasio Market Value Equity to Total Liability ... 50
4.1.5 Analisis Rasio Sales to Total Asset ... 53
4.2 Analisis Deskriptif Nilai Potensi Kebangkrutan Altman Z-Score ... 55
4.3 Pembahasan ... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Titik Cut-Off Altman ... 11 Tabel 4.1
Nilai Rasio-Rasio Kebangkrutan Altman Z-Score ... 41 Tabel 4.2
(12)
MOTO
“G
apailah langit karna jika melesetpun kau akan tetap
berada di antara bintang-
bintang”
“Uang tidak menciptakan manusia, tapi manusia lah
yang menciptakan uang”
(13)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dan terimakasih yang tak terhingga serta rasa syukur, terucapkan kepada Allah SWT, Sang Kuasa, Sang Maha Segalanya yang telah memberikan cinta yang tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung; terimakasih atas berjuta
kesempatan untuk menengok ke atas, melihat ke langit demi mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat berharga; terimakasih
atas segala pejamaan dan ketertundukan dalam doa yang telah membuat diriku bangga dan bahagia hadir sebgai makhluk-Mu di dunia ini.,
kupersembahkan karya ini kepada :
Ayahku Tugiman dan Ibuku Eni Hartati, yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dan doa untuk sebuah keberhasilanku;,
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 06 September 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Alm. Bapak Tugiman dan Ibu Eni Hartati.
Pendidikan Taman Kanak-kanak Yayasan Kesejahteraan Anak (TKYKA) Banda Aceh diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 22 Banda Aceh tahun 1996-1999 dilanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 101819 Medan tahun 1999-2000, diselesaikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 9 Bandar Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Bandarlampung pada tahun 2008.
Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMJ) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang menjabat sebagai wakil bendahara periode 2009-2010. Pada tahun 2011 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Mesuji.
(15)
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Analisis Nilai Potensi Kebangkrutan Dengan Model Altman Periode 2002-2013 (Studi Kasus Pada Perusahaan Blackberry)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manejemen;
3. Bapak Hi. M. Syatibi Ch, S.E., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Prakarsa Panji Negara, S.E., M.E., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
(16)
5. Bapak Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.B.A. selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu
6. Bapak Mahathir Muhammad, S.E., M.M., selaku Pembimbing Akademik; 7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung;
8. Kedua Orangtua, Ayah dan Ibu terimakasih atas curahan doa-doa yang diberikan, motivasi, semangat, serta ridho yang diberikan.
9. Kedua saudara, Mas Tedy dan Adik Tio terimakasih selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.
10.Teman-teman, Panji Pratama Satria terimakasih atas support yang diberikan, para sahabat semasa kuliah Dara, Rina, Putri, Vera, Veni, teman seperjuangan Losevely , team support Krishna, Kartika, Susi. Terimakasih atas kebersamaan kalian.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhanan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 24 Oktober 2014
Penulis
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM). Perusahaan ini secara resmi mengganti namanya di bursa saham pada 4 Februari 2013. BlackBerry mempunyai kode "BB" di Toronto Stock Exchange, dan "BBRY" di NASDAQ. Pergantian nama diumumkan bertepatan dengan peluncuran platform mobile terbarunya, BlackBerry 10 dengan sistem operasi yang juga dijalankan dalam perangkat terbarunya BlackBerry Z10 dan BlackBerry Q10.
Blackberry merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam produk telekomunikasi untuk pasar komunikasi selular di seluruh dunia. Di Asia Tenggara marketshare Blackberry sangat potensial, ditunjukkan dengan tingginya permintaan di kawasan ini. Namun, berbeda dengan keadaan di Amerika Serikat yang justru mulai meninggalkan produk Blackberry. Amerika Serikat merupakan trend setter bagi pasar seluruh dunia sehingga dengan
menurunnya pangsa pasar pada negara ini berpengaruh besar pada perusahaan ini. Sebagai gambaran di Amerika Serikat, menurut laporan lembaga riset Canalys (2009) BlackBerry sempat menguasai 53 persen pangsa pasar smartphone. Tetapi, pada 2011 menyusut hingga tersisa hanya 13 persen. Hal ini membuat Blackberry memasuki masa-masa buruk pada 2011.
(18)
2
Masa-masa sulit dalam penurunan pangsa pasar ternyata berimbas pada para investor yang mulai takut untuk berivestasi pada perusahaan ini. Hal ini ditunjukkan dengan terus menurunnya harga saham Blackberry dan mencapai titik terendahnya pada tahun 2013. Berikut gmbar yang menunjukkan harga saham Blackberry dalam periode 1998-2013 :
Gambar 1.1
Saham Blackberry Tahun 1998-2013
(www.yahooo.finance.com)
Peningkatan harga saham senantiasa menjadi perhatian utama setiap investor jika dibandingkan dengan pembayaran deviden yang dilakukan oleh emiten, karena tingkat return yang diperoleh dari perubahan harga saham mampu memberikan hasil yang sangat tinggi dan dapat berlangsung setiap saat (menit dan jam) atau pada beberapa hari kedepan. Meskipun secara nyata memungkinkan pula investor dapat mengalami resiko kerugian (capital loss) pada saat melakukan transaksi di pasar modal.
(19)
3
Berkaitan dengan naik turunnya harga saham di masa yang akan datang, maka investor cenderung melakukan analisis pergerakan harga saham. Naik turunnya harga saham berhubungan langsung dengan peningkatan dan penurunan nilai
perusahaan. Sehingga emiten senantiasa berupaya untuk meningkatkan harga saham dari waktu ke waktu, karena semakin tinggi harga saham emiten maka nilai
perusahaan akan semakin tinggi. Jika nilai perusahaan semakin tinggi, maka kekayaan investor atau pemegang saham akan semakin meningkat.
Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kesulitan yang dialami oleh perusahaan. Salah satu sinyal untuk mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan adalah sinyal dari dalam perusahaan yang berupa indikator kesulitan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005)
Pada dasarnya terdapat sejumlah alat ukur yang dapat digunakan oleh analis dan investor untuk menilai kesehatan perusahaan seperti analisis rasio, analisis struktur modal, penilaian modal kerja dan analisis potensi kebangkrutan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prediksi Financial Distress yang sudah dikembangkan sebelumnya, yaitu model untuk menilai
kebangkrutan yang dikemukakan oleh Altman, Edward I (September 1968). Pendekatan Altman merupakan gabungan dari beberapa rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, nilai pasar dan aktivitas digabung dalam melakukan penilaian kemudian dikalikan dengan nilai dari koefisien Altman. Rasio likuiditas terdiri dari Working Capital to Total Asset, rasio profitabilitas terdiri dari Retained Earning to Total Assets dan Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, rasio
(20)
4
nilai pasar terdiri dari Book Value of Common Stock and Preferred Stock to Book Value of Total Liabilities dan rasio aktivitas terdiri dari Sales to Total Assets.
Sebagai gambaran mengenai rasio-rasio yang terkait pada analisis potensi kebangkrutan, berikut disajikan grafik Altman Z-Score tahun 2002-2013 :
Gambar 1.2
Grafik Rasio Likuiditas Blackberry Tahun 2002-2013
Menurut Higgins (1998), kesulitan keuangan menunjukkan adanya masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat dipecahkan tanpa melalui penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan. Dari grafik diatas terlihat bahwa rasio likuiditas perusahaan terus mengalami penurunan bahkan berada pada titik terendah pada tahun 2011.
Berbeda dengan rasio profitabilitas perusahaan yaitu sangat flukuatif.
Sedangkan pada rasio aktivitas perusahaan mengalami sedikit peningkatan pada tiap 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 20 02 Q 4 20 02 Q 2 20 03 Q 4 20 03 Q 2 20 04 Q 4 20 04 Q 2 20 05 Q 4 20 05 Q 2 20 06 Q 4 20 06 Q 2 20 07 Q 4 20 07 Q 2 20 08 Q4 20 08 Q 2 20 09 Q 4 20 09 Q 2 20 10 Q 4 20 10 Q 2 20 11 Q 4 20 11 Q 2 20 12 -Q4 20 12 Q 2 20 13 Q 4 20 13 Q 2
Rasio Likuiditas
(21)
5
kuartalnya namun kembali turun pada tahun 2011. Padahal seharusnya apabila perusahaan dinyatakan baik atau dalam kondisi sehat nilai rasio-rasionya mengalami peningkatan. Maka apabila kondisinya demikian maka kondisi perusahaan masih dalam kondisi tidak stabil dan bisa saja berpotensi bangkrut.
Secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam manajemen perusahaan itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal perusahaan bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro (Darsono dan Ashari, 2005).
Fakta lain juga terlihat pada kebijakan perusahaan untuk mengurangi beban perusahaan pada bulan Juli 2011 Blackberry dengan membebastugaskan
karyawannya sekitar 2.000 dan mengurangi 5000 karyawannya lagi di tahun 2012. Hal demikian dilakukan untuk mengurangi beban operasional. Dengan berbagai isu buruk yang beredar termasuk demo karyawan besar-besaran, para analis meramalkan perusahaan Kanada ini tak lama lagi bangkrut.
Beberapa bahasan diatas juga sesuai dengan kriteria utama penilaian
kebangkrutan yang dimuat oleh Wall Street pada akhir Juli 2012 dimana Blackberry merupakan salah satu dari lima perusahaan yang diramalkan akan bangkrut, yaitu :
Penjualan merosot drastis dan jumlah kerugian menanjak tajam.
Pemberitahuan dari perusahaan induk bahwa merek itu akan segera berhenti beroperasi.
Beban operasional meningkat tajam hingga tak memungkinkan untuk dicover melalui harga jual lebih tinggi.
(22)
6
Perusahaan yang masuk tahap kebangkrutan.
Perusahaan yang kehilangan sebagian besar pelanggannya.
Operasi dengan penguasaan pangsa pasar yang menurun tajam.
Dapat dilihat bahwa Blackberry mengalami beberapa dari kriteria kebangkrutan tersebut.
(www.medianesia.com)
Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai potensi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman pada perusahaan Blackberry dan hubungannya dengan harga saham dengan berjudul : ANALISIS NILAI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL ALTMAN
PERIODE 2002-2013 (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN BLACKBERRY)
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang, dapat diketahui bahwa Blackberry selaku perusahaan multinasional yang memproduksi dan menjual berbagai macam produk telekomunikasi sedang dalam tren yang negatif, dapat diketahui dari penjualan dan profitnya yang menurun dilihat secara global. Jika perusahaan tidak melakukan perbaikan maka tren tersebut akan semakin negatif dan menuju ke kondisi kebangkrutan dan para investor kurang tertarik pada saham Blackberry. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah perusahaan Blackberry memiliki potensi kebangkrutan berdasarkan laporan keuangan periode 2002-2013?
(23)
7
1.2.2 Batasan Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu batasan pengambilan data yaitu dari laporan keuangan dan harga saham dalam kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 2002-2013. Sumber data sekunder dari perusahaan Blackberry didapat dari :
1. www.Blackberry.com
2.www.ychart.com
3. www.yahoo-finance.com
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mempunyai tujuan yaitu :
Untuk mengetahui apakah perusahaan Blackberry memiliki nilai potensi kebangkrutan atau tidak berdasarkan studi kasus perusahaan Blackberry tahun 2002-2013.
Diharapkan hasil formulasi tersebut dapat dipergunakan oleh stakeholder sebagai peringatan untuk melakukan tindakan-tindakan mencegah perusahaan benar-benar bangkrut dan memberikan informasi bagi para investor yang hendak menanamkan sahamnya. Metode analisis diskriminan ini juga dapat dikembangkan untuk perusahaan-perusahaan dalam industri.
(24)
8
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Internal Perusahaan
Memberikan gambaran secara umum mengenai hasil potensi kebangkrutan dengan menggunakan Multiple Discriminant Analysist (MDA) Altman model, sehingga dapat menjadikan masukan bagi manajemen agar dapat terus
meningkatkan kinerjanya. 2. Eksternal Perusahaan
Pihak kreditur dapat menggunakan informasi potensi kebangkrutan untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada. Pihak investor dapat menggunakan informasi potensi kebangkrutan untuk mengambil keputusan tentang saham dan obligasi yang akan dibeli atau sudah dimiliki. Pihak akuntan berkepentingan terhadap kelangsungan informasi suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan terutama dalam
mengimplemantasikan teori-teori serta literatur-literatur yang diperoleh semasa kuliah dengan realita yang ada di lapangan.
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
a. Untuk mengetahui keadaan internal dari laporan keuangan perusahaan dan harga saham yang nantinya dapat dijadikan sebagai informasi bagi para investor dan kreditur yang ingin berinvestasi pada perusahaan Blackberry. b. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang meneliti mengenai nilai potensi
(25)
9
1.4 Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui perusahaan memiliki potensi kebangkrutan atau tidak, diperlukan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang berisi neraca dan laporan laba rugi memuat pos-pos keuangan yang digunakan untuk menghitung nilai Z-Score. Setelah didapatkan hasil dari penelitian ini, maka diharapkan dapat
memberikan gambaran kinerja keuangan dan posisi perusahaan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prediksi Financial Distress yang sudah dikembangkan sebelumnya, yaitu model untuk menilai kebangkrutan yang dikemukakan oleh Altman, Edward I. (September 1968). "Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate
Bankruptcy". Journal of Finance: 189–209. Pendekatan Altman merupakan gabungan dari beberapa rasio keuangan yaitu rasio likuiditas,
profitabilitas, nilai pasar dan aktivitas. digabung dalam melakukan penilaian kemudian dikalikan dengan nilai dari koefisien Altman. Rasio likuiditas terdiri dari Working Capital to Total Asset, rasio profitabilitas terdiri dari Retained Earning to Total Assets dan Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, rasio nilai pasar terdiri dari Book Value of Common Stock and Preferred Stock to Book Value of Total Liabilities dan rasio aktivitas terdiri dari Sales to Total Assets.
Model Altman
Z i = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.99 X5
Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z diatas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk
(26)
10
perusahaan yang go-pulic maupun yang tidak go-public. Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor Z daerah rawan dengan model yang baru bisa dilihat pada table berikut ini.
Tabel 1.1
Titik Cut-Off yang dilaporkan Altman
Sumber : Hanafi dan Halim (2007 : 275)
Persamaan Altman Z-score akan menghasilkan nilai dalam skala yang telah ditentukan sebagai berikut :
- Z > 2.99 –“Safe Zones” dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
- 1.81 < Z < 2.99 -“Grey Zones” berada di daerah grey area (daerah abu-abu) sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.
-Z < 1.81 -“Distress Zones” dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
(27)
11
Gambar 1.3
Model Kerangka Pemikiran
Nilai potensi kebangkrutan yang dilakukan dengan Altman model akan
mencerminkan seperti apa kondisi keuangan dari perusahaan. Secara teoritis kondisi perusahaan didalam laporan keuangan akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka akan sangat
berpengaruh terhadap kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila kondisi keuangan perusahaan menurun juga akan berpengaruh terhadap penurunan harga saham perusahaan.
BLACKBERRY
LAPORAN KEUANGAN
GRAY ZONE 1.81 < Z < 2.99
DISTRESS ZONE
Z ≤ 1.81
ALTMAN Z-SCORE
ZI = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.99 X5
SAFE ZONE
(28)
12
1.5 Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis nilai potensi kebangkrutan perusahaan Blackberry berdasarkan data laporan keuangan Blackberry periode 2002-2013. Penelitian ini meneliti perusahaan Blackberry melalui data laporan keuangan Blackberry secara global . Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, berdasarkan perumusan hipotesis yaitu :
H1 = Diduga perusahaan Blackberry sedang dalam kondisi sehat.
H2 = Diduga perusahaan Blackberry sedang dalam kondisi tidak sehat.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian, maka dibuat rencana penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara detail dan dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari perusahaan.
BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang jenis penelitian, hipotesis, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan metode analisis data.
(29)
13
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab ini berisikan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian dari pengujian hipotesis yang diajukan. BAB V Kesimpulan Dan Saran
Bab ini akan memberikan hasil dari penelitian yaitu berupa kesimpulan dari keseluruhan bahasan dalam penelitian ini. Juga memberikan saran yang dapat diajukan serta dilaksanakan untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA
(30)
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis diatasnya tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada dibalik angka tersebut. (Birgham dan Houston, 2010).
Menurut Subramanyam (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan produk proses laporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan. Pemahaman mengenai lingkungan pelaporan keuangan perlu disertai pemahaman tujuan dan konsep yang mendasari informasi akuntnsi yang disajikan dalam laporan keuangan. Pengetahuan ini akan membantu dalam melihat posisi keuangan yang sesungguhnya dan kinerja perusahaan dengan lebih baik.
Di sisi lain, Irham Fahmi (2011) mengatakan laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu
perusahaan.
Menurut Harahap (2010) dalam bukunya Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu informasi untuk membuat keputusan ekonomi adalah:
(31)
15
1) Investor, bagi investor potensial akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
2) Pemegang Saham, ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
3) Manajer, ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. 4) Karyawan, menggunakan informasi dalam laporan keuangan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberi gaji, upah, pensiun dan balas jasa lainnya.
5) Kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.
6) Analisis Pasar modal, ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan.
7) Instansi Pajak, menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi dan juga untuk dasar penindakan.
8) Langganan / Lembaga Konsumen, untuk melindungi diri dari kemungkinan praktik yang merugikan.
9) Lembaga Swadaya Masyarakat, untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
10) Pemerintah, ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
11) Akademis, laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis / penelitian yang dilakukan.
(32)
16
2.1.1 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Dalam bukunya yang berjudul Understanding Financial Statement (2004), Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston mengatakan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen terdiri dari empat laporan keuangan utama yang menggambarkan sumber-sumber kekayaan (assets), kewajiban perusahaan (liabilities), profitabilitas, dan transaksi-transaksi yang menyebabkan arus kas perusahaan. Empat laporan utama tersebut adalah:
1) Neraca, menunjukkan posisi keuangan, liabilitas dan kekayaan pemegang saham suatu perusahaan pada saat tertentu.
2) Laporan perhitungan laba-rugi, menyajikan hasil usaha perusahaan, beban dan laba rugi bersih untuk periode akuntansi tertentu.
3) Laporan ekuitas pemegang saham, merekonsiliasi saldo awal dan akhir laba ditahan dalam neraca. Beberapa perusahaan menyajikan laporan laba ditahan digabung dengan laporan laba-rugi yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir laba ditahan. Perusahaan banyak yang memilih bentuk terakhir, yang
menyajikan laporan ekuitas pemegang saham dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan.
4) Laporan arus kas, memberikan informasi arus kas masuk dan kas keluar dari kegiatan operasi, investasi, pendanan dalam periode yang dicakup.
Dari keempat macam laporan tersebut dapat diringkas lagi menjadi dua macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi. Hal ini karena laporan ekuitas pemegang saham dan laporan arus kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan laba-rugi.
(33)
17
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009 adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Lebih jauh Nasir dan Titik (2000) mengatakan bahwa laporan keuangan ditunjukkan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada pemilik perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya serta merupakan laporan akuntansi utama yang mengomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat analisa ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan datang.
Bab 4 dari APB Statement No.4 mengklasifikasikan tujuan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, tujuan kualitatif serta menempatkan mereka dibawah suatu kumpulan pembatasan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diringkas sebagai berikut : 1. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.
2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat :
i. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya ii. Menunjukkan pendanaan dan investasinya
iii. Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen-komitmennya iv. Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya
(34)
18
b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat :
i. Menyajikan ekspektasi pengembalian deviden kepada investor
ii. Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan pekerjaan bagi karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha. iii. Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian pada
manajemen
iv. Menyajikan profitabilitas jangka panjang.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan.
d. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan
Tujuan-tujuan yang dinyatakan oleh APB Statement no.4 memberikan dasar pemikiran bagi bentuk dan isi dari laporan keuangan.
Lebih dalam Sofyan Syafri Harahap (2010) mengatakan bahwa hasil analisa laporan keuangan akan bisa membuka tabir :
- Kesalahan proses akuntansi seperti : kesalahan pencatatan, kesalahan pembukuan, kesalahan jumlah, kesalahan perkiraan, kesalahan posting, kesalahan jurnal. - Kesalahan lain yang disengaja. Misalnya tidak mencatat, pencatatan harga yang
(35)
19
Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3 Manfaat Laporan Keuangan
Pada akhir periode biasanya kuartal atau tahunan, laporan keuangan disiapkan untuk melaporkan aktivitas pendanaan dan investasi pada saat tersebut, dan untuk meringkas aktivitas operasi selama periode sebelumnya. (Subramanyam dan John, 2010).
Dalam bukunya Analisis Kinerja Keuangan, Irham Fahmi (2011) mengatakan bahwa berdasarkan konsep keuangan maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Standar akuntansi keuangan memberikan pengertian tentang laporan keuangan yaitu, Ikatan Akuntansi Indonesia menjelaskan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan laba laporan perubahan posisi keuangan (misalnya, laporan arus kas,
(36)
20
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Harahap (2010), pihak eksternal atau pemakai laporan keuangan itu meliputi :
a. Pihak perusahaan
Pihak ini sangat berkepentingan untuk mengetahui laporan keuangan, karena laporan tersebut dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin
perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan untuk menilai kemungkinan hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang, sehingga bisa untuk menaksir bagian keuntungan yang akan diterima pemilik.
b. Manajer / Pemimpin Perusahaan
Laporan keuangan digunakan untuk menyusun kebijaksanaan yang lebih tepat, memperbaiki sistem yang telah dijalankan dan untuk menyusun sistem
pengawasan yang lebih bagus. c. Investor
Penanam modal yang beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.
d. Karyawan, karyawan dan kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
e. Pemberi pinjaman (kreditur), pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
(37)
21
f. Pemasok dan kreditur usaha lainnya, tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
g. Pelanggan, berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan.
h. Pemerintah, pemerintah dan lembaga yang berada di bawah wewenangnya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktifitas perusahaan.
i. Instansi pajak, perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak sehingga perusahaan juga dikenakan pemotongan, perhitungan dan pembayaran.
j. Analisis pasar modal, Analisis pasar modal selalu melakukan analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal.
k. Masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktifitasnya.
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang mana analisa yang digunakan terdiri dari analisa likuiditas, analisa solvabilitas, analisa rentabilitas dan analisa aktivitas (laverage) (Said, 2002).
Penganalisa laporan keuangan dalam menganalisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan perbandingan, yaitu :
(38)
22
1) Analisa Time Series, yaitu membandingakn rasio sekarang dengan rasio-rasio yang lampau atau membandingkan antara rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan cara perbandingan tersebut dapat diketahui perubahan-perubahan rasio dari tahun ke tahun. Pembanding rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio keuangan masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan akan mengalami kemajuan atau kemunduran. Sehingga adanya rasio manajemen dapat melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang nantinya dapat dibuat sebagai dasar untuk membuat rencana-rencana kedepan.
2) Analisa Cross Section, yaitu membandingkan rasio-rasio dari perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan lain yang berada pada industri sama dalam waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada dalam aspek tertentu yaitu apakah berada diatas rata-rata industri, berada dibawah atau pada rata-rata industri. Jadi dengan adanya pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa baik atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
2.1.5 Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen (Helfert, 1996). Berdasarkan definisi tersebut bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil dari keputusan individual yang dibuat oleh manajemen secara terus-menerus untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Keputusan individual yang dibuat sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika keputusan yang telah dibuat itu tepat maka kinerja perusahaan tersebut baik dan
(39)
23
sebaliknya jika keputusan yang telah dibuat kurang tepat maka kinerja perusahaan tersebut kurang baik.
Salah satu aspek kinerja yang penting adalah aspek keuangan. Simana kinerja tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Z-Score. Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas perusahaan. Dengan ketiga laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan (Syamsudin, 2000).
2.2 Pengertian Kebangkrutan
Meskipun kesulitan usaha dan kebangkrutan mudah diucapkan, tetapi definisi yang lebih pasti mengenai istilah-istilah tersebut sulit dirumuskan. Menurut Hanafi (2011) pengertian kebangkrutan sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran dan pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan stok perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Jika perusahaan memiliki utang Rp 1 miliar, sedangkan total asetnya hanya Rp 500 juta, maka perusahaan tersebut sudah bisa dinyatakan bangkrut. Dengan menggunakan pendekatan aliran perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut
pandang stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Menurut UU Kepailitan No.4 Tahun 1998, debitur yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, akan dinyatakn pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
(40)
24
Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman, dan alasan kegagalan atau
ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan dimaksud (Yani dan Widjaja dalam Kurniawan 2012).
Kesulitan keuangan jangka pendek bisa berkembang menjadi kesulitan solvable, dan perusahaan bisa dilikuidasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan jika diteruskan manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa
melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi, antara lain jika current liabilities lebih besar dari current asset yang berarti bahwa perusahaan tidak mampu menutup utang jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki dan retained earning menurun yang berarti bawa efisiensi usaha manajemen perusahaan kurang begitu baik. Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.
(41)
25
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Undang-Undang No.4 tahun 1998 dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sedangkan menurut Supardi dalam Kurniawan yaitu : 1) Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.
2) Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distressed menurut Supardi dalam Kurniawan (2012) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan
mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan
(42)
26
sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya nonekonomi.
Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
a) Insolvensi teknis
Perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan.
Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.
b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
2.2.1 Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2011) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :
1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.
(43)
27
4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
Sedangkan menurut Beaver dalam Nasir dan Titik (2000) rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan adalah :
a) Cash flow to total debt (arus kas terhadap total hutang)
b) Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total aktiva)
c) Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap kewajiban lancar) d) Total debt to tatal assets (total utang terhadap total assets)
e) Working capital to total assets (modal kerja terhadap total assets)
2.3 Analisis Rasio Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Adnan dan Kuniarsih, 2000), yaitu :
a. Kegagalan ekonomi
Biasanya diartikan bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
b. Kegagalan teknis
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu :
Insolvensi teknis, perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi teknis juga terjadi bila
(44)
28
arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pada tanggal tertentu.
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Likuiditas merupakan suatu proses yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan. Likuidasi atau pembubaran perusahaan senantiasa
berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidak selalu berarti perusahaan bangkrut. Likuiditas mempunyai tiga arti (Adnan dan Kuniarsih, 2000: 138), yaitu :
a. Realisasi tunai yaitu penjualan kepemilikan dalam bentuk saham, obligasi atau komoditas, baik untuk memperoleh laba maupun untuk mengantisipasi atau menghindari kerugian-kerugian karena harga lebih rendah.
b. Pengakhiran usaha dengan cara pengkonversian aset-asetnya menjadi uang tunai dan pendistribusian hasil pengkonversian tersebut.
c. Suatu cara penyembuhan yang tersedia bagi kreditur yang tidak bisa membayar kewajiban-kewajibannya (insolvent). Likuidasi bertujuan dasar realisasi aset-aset dan likuidasi kewajiban-kewajiban ketimbang kesinambungan usaha, sebagaimana yang biasa terjadi dalam reorganisasi.
Rasio keuangan yang sering digunakan dalam berbagai analisis keunagan dalah : rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas. J Fred Weston dalam buku Sugiono (2009), rasio-rasio keunagan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
(45)
29
b. Rasio Laverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman.
c. Rasio Aktivitas, bertujuan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
d. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
e. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan bkedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
f. Rasio Penilaian, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio resiko dan rasio imbalan hasil.
g. Rasio Pasar, rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini (Hanafi, 2004). Ada beberapa rasio yang bisa dihitung dalam rasio pasar ini, yaitu :
1) PER (Price Earning Ratio)
PER melihat harga pasar saham relatif terhadap earning-nya. Perusahaan yang diharapkan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tinggi (yang berarti
mempunyai prospek yang baik), biasanya mempunyai PER yang tinggi. 2) Devidend Yield
Devidend Yield merupakan dari sebagian total return yang akan dieperoleh investor. Bagian dari return yang lain adalah capital gain, yang diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli.
(46)
30
3) Rasio Pembayaran Deviden
Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai
deviden kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan di investaikan kembali ke perusahaan.
2.3.1 Cara Mendeteksi Kebangkrutan
`Berbagai cara untuk mendeteksi dan meramalkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan (Harnanto dalam Maya, 2010) adalah :
1. Analisis Univariate (variabel keuangan tunggal)
Pendekatan berdasarkan variabel tunggal (univariate) untuk meramalkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan, dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:
a) Bahwa distribusi dari variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak yang mengalami kesulitan keuangan.
b) Perbedaan variabel dapat dikapitalisasi / dikuantifikasikan untuk maksud-maksud membuat ramalan tersebut. Salah satu kelemahan dalam pendekatan univariate ini adalah menggunakan rasio keuangan yang berbeda akan menghasilkan perkiraan yang berbeda pula dalam suatu perusahaan. 2. Analisis Multivariate (Variabel Keuangan Ganda)
Model Diskriminan Analisis (MDA) adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengklasifikasikan pengamatam ke dalam sebuah kelompok dari beberapa prioritas pengelompokan MDA yang digunakan terutama menggolongkan dalam membuat prediksi ke masalah-masalah dalam variabel dependent muncul dalam bentuk kualitatif.
(47)
31 Hanafi dan Halim (2005) “Model kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983-1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda dan Perancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua negara, ataukah mempunyai kekhususan. Tabel berikut ini menyajikan rasio-rasio keunagan komparatif untuk beberapa negara studi. Nilai Zi juga disajikan.Nilai tersebut dicari dengan persamaan diskriminan sebagai berikut ini :
Zi = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.99 X5
Dimana :
X1 = Working Capital / Total Assets. X2 = Retained Earnings / Total Assets.
X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets. X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities. X5 = Sales/ Total Assets.
Dalam laporannya Altman mengelompokkan perusahaan menjadi dua kategori, yaitu pailit dan tidak pailit. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang pailit sebesar -0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak pailit sebesar 4,8863. Sebagai patokan untuk mengkalsifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi nilai perusahaan dengan nilai skor Z yang lebih besar dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang tidak pailit.
(48)
32
2.4 Penelitian Sebelumnya
Beaver (1966) seperti yang dikutip oleh (Adnan dan Kuniarsih, 2000) yang menggunakan 29 rasio keuangan pada lima tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Dalam studinya, Beaver membuat enam kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis, yaitu manghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Rasio keuangan tersebut terdiri dari Cash Flow to Total Debt, Net Income to Total Asset, Current Plus Long-term Liabilities to Total Asset, Current Ratio, Working capital to Total Asset, dan Non-credit Interval. Dari enam kelompok rasio tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran kas terhadap kewajiban total merupakan prediktor yang paling baik untuk menentukan tingkat kebangkrutan perusahaan. Sampel yang diambil terdiri dari 79 perusahaan yang bangkrut. Dari kedua kelompok perusahaan tersebut, lima rasio prediktor menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang gagal dengan perusahaan yang berhasil.
Rifqi (2009) dalam penelitiannya melakukan penelitian pada 39 perusahaan yang terdaftar di BEI pada perusahaan yang memenuhi kriteria pada tahun 2004-2005. Peneliti menggunakan 4 macam model analisis yaitu model Altman, Ohlson, Zmijewski dan Springate. Peneliti menguji keakuratan ke 4 model tersebut. Hasil yang di dapatkan dalam penelitiannya yaitu bahwa dari ke empat model yang digunakan, model Springate merupakan model yang paling akurat diantaranya dengan tingkat akurasi model sebesar 70,51%.
Dalam penelitian Rifqi (2009) menyatakan bahwa beberapa orang lain juga telah menguji model ini dan menemukan tingkat akurasi yang berbeda-beda.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda-beda nilai asetnya :
(49)
33
Botheras (1979) seperti dikutip dari www.bankruptcyaction.com menguji model ini atas 50 perusahaan yang nilai asetnya rata-rata US$ 2,5 juta dan menemukan tingkat akurasi 88%
Sands (1980) seperti dikutip dari www.bankruptcyaction.com menguji model ini pada 24 perusahaan rata-rata asetnya US$ 63,4 juta dan menemukan tingkat akurasi 83,3%.
Adnan dan Kuniarsih (2000) melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Altman untuk menganalisis tingkat kesehatan perusahaan yang digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan. Sampel yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perbankan dan
nonperbankan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa analisis pada perusahaan perbankan dan nonperbankan menunjukkan kondisi kinerja yang tidak sehat. Demikian pula pada hasil analisis potensi kebangkrutan yang menunjukkan Z-score yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa antara rasio-rasio dalam tingkat kesehatan dengan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menentukan kondisi keuangan perusahaan dan untuk lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya. Dengan demikian formula yang ditemukan oleh Altman bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal untuk memprediksi potensi kebangkrutan sebuah perusahaan.
Penelitian terdahulu yang ditulis oleh Nugraheni (2005) dalam Tarigan pada perusahaan perbankan dari tahun 1999-2003 mencoba untuk memberikan bukti empiris mengenai rasio-rasio keuangan dalam perusahaan perbankan yang terdapat di BEI. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan secara positif baik secara parsial maupun simultan antara rasio pendekatan Altman dengan harga saham.
(50)
34
Penilaian terhadap harga saham perusahaan akan menggunakan harga penutupan (closing price) yang merupakan harga pasar sebenarnya.
Penelitian yang dilakukan Fakhrurozie (2007) dalam Tarigan menggunakan pendekatan Altman pada perusahaan perbankan periode 2001-2003 menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara hasil analisa kebangkrutan dengan harga saham perusahaan.
Handojo dalam Tarigan (2010) dalam tesisnya yang berjudul analisis pengaruh rasio-rasio keuangan Altman terhadap harga saham menyatakan bahwa rasio-rasio Altman secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Rasio WC/TA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan rasio RE/TA dan rasio EBIT/TA masing-masing berpengaruh secara positif dan signifikan.
(51)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode diskriptif, yaitu penelitian dengan menganalisis data-data yang diperoleh langsung pada laporan keuangan dan harga saham perusahaan Blackberry, yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang terjadi. Penelitian menggunakan model Altman.
3.2. Jenis Data dan Pengumpulan Data 3.2.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder karena data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya melainkan diperoleh dari dokumen atau arsip yang tersedia. Data sekunder tersebut adalah data laporan keuangan dan harga saham tahun 2002-2013 dari perusahan Blackberry. Adapun laporan keuangan yang dikumpulkan adalah laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Sedangkan harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham tahunan. Laporan keuangan berupa laoran laba rugi dan neraca perusahaan tersebut digunakan untuk menghitung rasio keuangan Z-score Altman yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini.
(52)
36
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi atau arsip. Metode dokumentasi adalah metode yang mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas melalui dokumen atau arsip yang tersedia. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen atau arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun data penelitian ini diperoleh melalui www.Blackberry.com, www.yahoofinance.com dan
www.ycharts.com
3.3 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
Sumber : Zikmund, Babin, Carr, Griffin (2010) Define Research
Objective
Selection Reasearch Technique
Problem Definition
Selection of Basic Research Method
Selection of Sample Design
Collection of Data
Editing and Coding Data
Data Processing and Analysis
Interpretation of Findings
(53)
37
Keterangan :
a. Define Research Objective
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Blackberry b. Selection research technique
Pemilihan tehnik penelitian yang digunakan untuk penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif.
c. Problem Definition
Perumusan masalah digunakan untuk mengetahui masalah apa yang diteliti dan menjawabnya dalam penelitian ini, yaitu apakah benar perusahaan Reasearch In Motion berpotensi mengalami kebangkrutan dan seberapa besar potensinya tahun 2002-2013.
d. Selection of Basic Method
Penentuan metode penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan history data research.
e. Selection of Sample Design
Menentukan teknik sampling dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan purposive sampling.
f. Collection of Data
Mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data sekunder.
g. Data Processing and Analysis
Mengolah data yang diperoleh dan melakukan analisis sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan.
(54)
38
h. Interpretation of Findings
Menelaah hasil dari pengolahan data untuk merumuskan kesimpulan dari penelitian ini.
i. Report
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengolah data yang telah kita peroleh di lapangan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang diteliti. Analisis deskriptif dilakukan dengan perhitungan-perhitungan model analisis
diskriminan Altman. Multiple Discriminant Analysis Altman menggunakan rasio Rasio likuiditas terdiri dari Working Capital to Total Asset, rasio profitabilitas terdiri dari Retained Earning to Total Assets dan Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, rasio nilai pasar terdiri dari Book Value of Common Stock and Preferred Stock to Book Value of Total Liabilities dan rasio aktivitas terdiri dari Sales to Total Assets.
3.5. Uji Hipotesis
Dengan berdasarkan rasio-rasio keuangan tersebut, Z-score model Altman dapat digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan bangkrut tinggi atau kemungkinan bangkrut rendah.
(55)
39
Metode Altman Z-score memiliki formulasi sebagai berikut : Zi = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.99 X5
Dimana :
X1 = Working Capital / Total Assets. X2 = Retained Earnings / Total Assets.
X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets. X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities. X5 = Sales/ Total Assets.
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z yang diperoleh, yaitu :
▪ Z > 2.99 –“Safe Zones”
Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
▪ 1.81 < Z < 2.99 -“Grey Zones”
berada di daerah grey area (daerah abu-abu) sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.
▪Z < 1.81 -“Distress Zones”
Dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
(56)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengolahan data maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model analisis potensi kebangkrutan Altman, perusahaan Blackberry berada dalam keadaan sehat pada periode 2002 hingga 2011 kuartal kedua. Dengan nilai Z-Score tertinggi pada tahun 2008 kuartal pertama dengan nilai Z-Score sebesar 34,577803.
2. Perusahaan Blackberry dalam keadaan tidak sehat pada tahun 2011 kuartal ketiga hingga 2013 kuartal ketiga dengan nilai Z-Score terendah pada tahun 2013 kuartal ketiga sebesar -0,7239591.
3. Perusahaan Blackberry nilai rata-rata Z-Score nya pada periode 2002-2013 yaitu sebesar 13,094283 perusahaan blackverry secara keseluruhan dalam kondisi sehat atau pada “Safe Area” namun cenderung menerun drastic pada dua tahun terakhir.
(57)
61
5.2. Saran
1. Perusahaan hendaknya melakukan suatu inovasi, pengembangan, maupun perbaikan organisasi serta manajemen pada lingkup internal, menuju ke arah yang lebih baik lagi sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Dan disarankan untuk menjaga likuiditasnya yang rata-rata mengalami penurunan dari tahun 2002-2013. Nilai rasio terendah pada tahun 2013 yaitu 0,22273. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan untuk memperbaiki kondisi dan kinerja perusahaan misalnya dengan cara menambah lebih banyak hutang jangka panjang, menjual beberapa harta tetap atau dengan mengelola harta lancar dengan lebih efisien.
2. Bagi investor yang bermaksud melakukan investasi sebaiknya
memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan Blackberry seperti rasio likuiditas, profitabilitas dan aktivitas. Karena dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan yang tergabung dalam metode Altman Z-Score memiliki nilai yang menurun drastis pada periode 2011-2013.
3. Bagi penelitian lain yang tertarik menguji potensi kebangkrutan Altman pada suatu perusahaan, sebaiknya melakukan tambahan variabel
fundamental lainnya agar hasil yang diperoleh dapat lebih baik guna pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan dalam aktivitas investasi.
(58)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Kuniarsih. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman. JAAI Volume 4 No. 2: 137-142.
Altman, Edward I. (September 1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and
the Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance: 189–209
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Darsono dan Ashari 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yoyakarta : ANDI.
Dilianti, Maya 2010. Analisis Kesehatan Keauangan Perum Pegadaian dengan Metode Z-Score. Universitas Dipenogoro.
Fahmi, Irham 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung : ALFABETA
Fahmi, Irham 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung : ALFABETA
Fraser, dan Aileen, 2001. Understanding Financial Statement : Sixth Edition (Prentice-Hall, inc) alih bahasa Drs. Sam Setya Utama. Ak, 2004. Memahami Laporan Keuangan, Edisi Keenam. Jakarta : PT.INDEX
Hanafi, Mamduh M. 2011. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-Yokyakarta.
Hartono, Jogiyanto 2010. Ikatan Akuntansi Indonesia 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Helfert, Erich A., (1996). Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk
Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan, Jakarta : Erlangga
(59)
Kurniawan, Dani 2012. Analisis Perbandingan Potensi Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman dan Metode Springate (Studi Pada Industri Telekomunikasi tahun 2009). Institut Manjemen Telkom.
Nasir, Etti M. dan Titik Aryani. 2000. Model Analisis Camel untuk Memprediksi Financial Distress. JAAI Volume 4 No. 2: 115. .
Nugroho, Bhuono Agung, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rifqi, Muhammad. 2009. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson, Zmijewski dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia. Universitas Indonesia.
Said, Amril M. (2002). Analisa Pembuktian Laporan Keuangan atas Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Djambatan
Syafri, Sofyan Harahap. 2010. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Subramanyam dan John 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Tarigan, Yosafat M 2010. Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Universitas Sumatra Utara.
Zikmund, G. Wiliam, Babin J. Barry, Carr C. Jon, dan Griffin Mitch. (2010). Business Research Methode. Canada. CLIO
---www.medianesia.com ---www.blackberry.com ---www.ychart.com
(1)
h. Interpretation of Findings
Menelaah hasil dari pengolahan data untuk merumuskan kesimpulan dari penelitian ini.
i. Report
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengolah data yang telah kita peroleh di lapangan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang diteliti. Analisis deskriptif dilakukan dengan perhitungan-perhitungan model analisis
diskriminan Altman. Multiple Discriminant Analysis Altman menggunakan rasio Rasio likuiditas terdiri dari Working Capital to Total Asset, rasio profitabilitas terdiri dari Retained Earning to Total Assets dan Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, rasio nilai pasar terdiri dari Book Value of Common Stock and Preferred Stock to Book Value of Total Liabilities dan rasio aktivitas terdiri dari Sales to Total Assets.
3.5. Uji Hipotesis
Dengan berdasarkan rasio-rasio keuangan tersebut, Z-score model Altman dapat digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan bangkrut tinggi atau kemungkinan bangkrut rendah.
(2)
39
Metode Altman Z-score memiliki formulasi sebagai berikut : Zi = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.99 X5
Dimana :
X1 = Working Capital / Total Assets. X2 = Retained Earnings / Total Assets.
X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets. X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities. X5 = Sales/ Total Assets.
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z yang diperoleh, yaitu :
▪ Z > 2.99 –“Safe Zones”
Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
▪ 1.81 < Z < 2.99 -“Grey Zones”
berada di daerah grey area (daerah abu-abu) sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.
▪Z < 1.81 -“Distress Zones”
Dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengolahan data maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model analisis potensi kebangkrutan Altman, perusahaan Blackberry berada dalam keadaan sehat pada periode 2002 hingga 2011 kuartal kedua. Dengan nilai Z-Score tertinggi pada tahun 2008 kuartal pertama dengan nilai Z-Score sebesar 34,577803.
2. Perusahaan Blackberry dalam keadaan tidak sehat pada tahun 2011 kuartal ketiga hingga 2013 kuartal ketiga dengan nilai Z-Score terendah pada tahun 2013 kuartal ketiga sebesar -0,7239591.
3. Perusahaan Blackberry nilai rata-rata Z-Score nya pada periode 2002-2013 yaitu sebesar 13,094283 perusahaan blackverry secara keseluruhan dalam kondisi sehat atau pada “Safe Area” namun cenderung menerun drastic pada dua tahun terakhir.
(4)
61
5.2. Saran
1. Perusahaan hendaknya melakukan suatu inovasi, pengembangan, maupun perbaikan organisasi serta manajemen pada lingkup internal, menuju ke arah yang lebih baik lagi sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Dan disarankan untuk menjaga likuiditasnya yang rata-rata mengalami penurunan dari tahun 2002-2013. Nilai rasio terendah pada tahun 2013 yaitu 0,22273. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan untuk memperbaiki kondisi dan kinerja perusahaan misalnya dengan cara menambah lebih banyak hutang jangka panjang, menjual beberapa harta tetap atau dengan mengelola harta lancar dengan lebih efisien.
2. Bagi investor yang bermaksud melakukan investasi sebaiknya
memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan Blackberry seperti rasio likuiditas, profitabilitas dan aktivitas. Karena dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan yang tergabung dalam metode Altman Z-Score memiliki nilai yang menurun drastis pada periode 2011-2013.
3. Bagi penelitian lain yang tertarik menguji potensi kebangkrutan Altman pada suatu perusahaan, sebaiknya melakukan tambahan variabel
fundamental lainnya agar hasil yang diperoleh dapat lebih baik guna pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan dalam aktivitas investasi.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Kuniarsih. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman. JAAI Volume 4 No. 2: 137-142.
Altman, Edward I. (September 1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance: 189–209
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Darsono dan Ashari 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yoyakarta : ANDI.
Dilianti, Maya 2010. Analisis Kesehatan Keauangan Perum Pegadaian dengan Metode Z-Score. Universitas Dipenogoro.
Fahmi, Irham 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung : ALFABETA
Fahmi, Irham 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung : ALFABETA
Fraser, dan Aileen, 2001. Understanding Financial Statement : Sixth Edition (Prentice-Hall, inc) alih bahasa Drs. Sam Setya Utama. Ak, 2004. Memahami Laporan Keuangan, Edisi Keenam. Jakarta : PT.INDEX
Hanafi, Mamduh M. 2011. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-Yokyakarta.
Hartono, Jogiyanto 2010. Ikatan Akuntansi Indonesia 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Helfert, Erich A., (1996). Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk
Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan, Jakarta : Erlangga
(6)
Kurniawan, Dani 2012. Analisis Perbandingan Potensi Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman dan Metode Springate (Studi Pada Industri Telekomunikasi tahun 2009). Institut Manjemen Telkom.
Nasir, Etti M. dan Titik Aryani. 2000. Model Analisis Camel untuk Memprediksi Financial Distress. JAAI Volume 4 No. 2: 115. .
Nugroho, Bhuono Agung, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rifqi, Muhammad. 2009. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson, Zmijewski dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia. Universitas Indonesia.
Said, Amril M. (2002). Analisa Pembuktian Laporan Keuangan atas Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Djambatan
Syafri, Sofyan Harahap. 2010. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Subramanyam dan John 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Tarigan, Yosafat M 2010. Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Universitas Sumatra Utara.
Zikmund, G. Wiliam, Babin J. Barry, Carr C. Jon, dan Griffin Mitch. (2010). Business Research Methode. Canada. CLIO
---www.medianesia.com ---www.blackberry.com ---www.ychart.com