181
c. Perencanaan Usaha
Produk olahan sayuran yang dibuat selain untuk dikonsumsi sendiri, dapat juga dijual untuk mendapatkan uang tambahan, atau sebagai usaha yang
akan ditekuni. Untuk itu, perlu dibuat perencanaan usaha pengolahan sayur-sayuran. Untuk menyusun perencanaan usaha, perlu diketahui
semua komponen biaya yang diperlukan dalam produksi tersebut. 1
Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setiap proses produksi
berlangsung. Biaya ini biasanya tidak berubah walaupun proses produksi dilakukan dalam waktu yang lama. Biaya tetap di antaranya
investasi alat atau sewa alat, sewa ruang, biaya tenaga kerja per hari, air, listrik, dan gas.
2 Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi. Biaya ini sangat tergantung dari banyaknya produk yang akan dibuat
dan fluktuasi harga bahan di pasar. Biaya tidak tetap merupakan harga bahan baik bahan baku maupun bahan pendukung.
3 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap ditambah biaya tidak tetap.
4 Harga Jual
Harga jual adalah harga yang ditetapkan untuk satuan kemasan yang diproduksi. Harga jual ini sudah memperhitungkan keuntungan yang
ingin diperoleh. 5
Analisis Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan dengan
total biaya keseluruhan. Analisis digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
182
Rumus analisis keuntungan: Keuntungan K = total penjualan P
– total biaya produksi PR Bila P PR, maka usaha menguntungkan.
Bila P = PR, maka usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Bila P PR, maka usaha merugi.
6 Analisis BC Ratio
BC merupakan perbandingan antara penerimaan atau pendapatan dan pengeluaran atau total biaya keseluruhan. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui imbangan penerimaan dan biaya dari usaha yang dilakukan sehingga bisa diketahui tingkat efisiensi dari usaha yang
dilakukan. Rumus analisis BC ratio:
BC ratio = total penjualan : total biaya produksi Bila BC ratio 1 maka usaha menguntungkan.
Bila BC ratio = 1 maka usaha tidak menguntungankan dan tidak rugi. Bila BC ratio 1 maka usaha merugi.
7 Analisis Titik Impas Break Even Point
Analisis titik impas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pada volume atau harga berapa suatu usaha tidak
mengalami keuntungan atau kerugian. Rumus untuk menghitung BEP:
BEP harga produksi = Total biaya : volume produksi Contoh analisis usaha pembuatan pickel, dengan asumsi sebagai berikut:
Dikerjakan oleh dua orang tenaga kerja.
Estimasi penjualan per hari sebanyak 40 bungkus masing-masing
seberat 500 gram
Pendistribusian barang dengan menitip jualkan di toko dan pusat oleh- oleh.
183
Memulai usaha pembuatan pickel diasumsikan memerlukan modal
awal sekitar 1,4 juta rupiah. Modal ini digunakan untuk membeli kebutuhan produksi selama satu minggu 6 hari kerja.
Biaya produksi selama satu bulan
Biaya tidak tetap:
Cabe 10 kg x Rp. 7.500kg x 26 hari Rp. 1.950.000
Bawang 5 kg x Rp 8.000kg x 26 hari
Rp. 1.040.000
Gula pasir 10 kg x Rp. 10.000kg x 26 hari Rp. 2.600.000
Garam 1 bungkus x Rp. 2.500bks x 26 hari
Rp. 65.000
Cuka 1 kg x Rp. 2.500kg x 26 hari Rp. 65.000
Natrium benzoat 0,01 kg x Rp. 100.000kg x 26 hari Rp. 26.000
Wadah plastik dan label
Rp. 1000bks x 40 bks x 26 hr Rp. 1.040.000
Total biaya tidak tetap Rp. 6.786.000
Biaya tetap:
Sewa alat Rp. 1.000hari x 26 hari Rp. 26.000
Sewa ruang Rp. 1.000hari x 26 hari
Rp. 26.000
Biaya tenaga kerja Rp. 50.000org x 2 org x 26 hari Rp. 2.600.000
Biaya bahan bakar Rp. 12.000hari x 26 hari Rp. 312.000
Biaya listrik Rp. 2.500hari x 26 hari
Rp. 65.000
Biaya air Rp. 1.000hari x 26 hari Rp. 26.000
Total biaya tetap Rp. 3.055.000
Biaya produksi = biaya tidak tetap + biaya tetap = Rp. 9.841.000 Harga pokok per bungkus = total biaya produksi: jumlah produksi
= Rp. 9.841.000 : 40 x 26 = Rp. 9.462,50
184
Harga jual = harga pokok + keuntungan x harga pokok = Rp. 9.462,50 + 50 x Rp. 9.462,50
= Rp. 9.462,50 + Rp. 4.731,25 = Rp. 14.193,75 dibulatkan menjadi Rp. 14.200
Pendapatan per bulan = jumlah produksi per bulan x harga jual = 1040 x Rp. 14.200 = Rp. 14.768.000
Keuntungan per bulan = pendapatan kotor – total biaya produksi
= Rp. 14.768.000 – Rp. 9.841.000 = Rp. 4.927.000
BC ratio = total penjualan : total biaya produksi = 14.768.000 : 9.841.000 = 1,5
Hal ini berarti dari setiap penambahan biaya Rp. 1,00 akan diperoleh keuntungan Rp. 1,50
BEP harga produksi = Total produksi : volume produksi
= Rp. 9.841.000 : 1040 = Rp. 9.462,50
Hal ini berarti titik impas produksi terjadi bila harga pickel dijual dengan harga Rp. 9.462,50 per bungkus.
d. Pemasaran