Kelas11 produksi hasil nabati 1386

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.

Pembelajaran kelas X dan XI jenjang Pendidikan Menengah Kejuruhan yang disajikan dalam buku ini juga tunduk pada ketentuan tersebut. Buku siswa ini diberisi materi pembelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasai secara kongkrit dan abstrak, dan sikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serp siswa dengan ketersediaan kegiatan buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN FRANCIS ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR ... vii

GLOSARIUM ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi ... 1

B. Prasyarat ... 1

C. Petunjuk Penggunaan ... 1

D. Tujuan Akhir... 2

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 3

F. Cek Kemampuan Awal ... 5

II. PEMBELAJARAN ... 6

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN BUAH-BUAHAN (50 JP) ... 6

A. Deskripsi ... 6

B. Kegiatan Belajar ... 6

1. Tujuan Pembelajaran ... 6

2. Uraian Materi ... 6

3. Tugas ...119

4. Refleksi ...120

C. PENILAIAN ...121


(4)

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 : MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN SAYURAN

(20 JP) ...130

A. Deskripsi ...130

B. Kegiatan Belajar ...130

1. Tujuan Pembelajaran ...130

2. Uraian Materi ...130

3. Tugas ...187

4. Refleksi ...187

C. PENILAIAN ...189

1. Sikap ...189

2. Pengetahuan ...190

3. Keterampilan ...190

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN UMBI-UMBIAN (30 JP) ...195

A. Deskripsi ...195

B. Kegiatan Belajar ...195

1. Tujuan Pembelajaran ...195

2. Uraian Materi ...195

3. Tugas ...233

4. Refleksi ...234

C. PENILAIAN ...235

1. Sikap ...235

2. Pengetahuan ...236

3. Keterampilan ...236

III. PENUTUP ...240


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sale pisang ... 11

Gambar 2. Manisan buah ... 17

Gambar 3. Alur proses pembuatan manisan buah ... 26

Gambar 4. Sari buah ... 32

Gambar 5. Sirup buah ... 46

Gambar 6. Jelly nanas ... 56

Gambar 7. Skema hubungan pektin, asam pektat, dan protopektin ... 57

Gambar 8. Jam/selai buah ... 58

Gambar 9. Diagram alir pengolahan jelly ... 62

Gambar 10. Diagram alir pengolahan jam/selai ... 65

Gambar 11. Dodol buah ... 77

Gambar 12. Keripik pisang dengan deep frying ... 87

Gambar 13. Keripik buah dengan vaccum frying. ... 91

Gambar 14. Hubungan antara inner zone dengan outer zone ... 92

Gambar 15. Mesin vaccum frying ... 97

Gambar 16. Contoh pengemasan manisan buah di tingkat penjual. ...110

Gambar 17. Contoh pengemasan jam/selai buah dan sirup buah. ...111

Gambar 18. Saus tomat ...134

Gambar 19. Saus cabe ...146

Gambar 20. Keripik sayuran metode deep frying ...153

Gambar 21. Keripik sayuran dengan vaccum frying ...162

Gambar 22. Contoh produk pickels ...169

Gambar 23. Contoh kemasan saus cabe ...178

Gambar 24. Contoh kemasan keripik jamur ...180


(6)

Gambar 28. Keripik ubi jalar. ...200

Gambar 29. Tape ubi kayu/singkong. ...220

Gambar 30. Contoh kemasan produk keripik kentang dan keripik ubi jalar. ...226


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Syarat Mutu Sirup SNI 3544:2013 ... 45

Tabel 2. Syarat mutu Dodol menurut SNI 01-2986-1992 ... 77

Tabel 3. Nilai Gizi Santan Kelapa ... 80

Tabel 4. Komposisi kimia dan nilai gizi mangga per 100 gram ... 93

Tabel 5. Komposisi kimia daging buah salak per 100 gram ... 94

Tabel 6. Komposisi kimia dalam 100 g daging buah sawo ... 95

Tabel 7. SNI 01-4269-1996 tentang Keripik Nangka ... 96

Tabel 8. Komposisi Tomat per 100 gram Bahan : ...136

Tabel 9. Komposisi Kimia Beras Putih per 100 gram. ...154

Tabel 10. Komposisi Kimia Tepung Tapioka ...155


(8)

(9)

GLOSARIUM

Aw (Water Activity) : jumlah air yang bterdapat dalam bahan atau

larutan yang diperlukan oleh mikroba untuk kehidupannya.

Bahan pengawet : bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap pangan.

Blansing (Blanching) : perlakuan panas yang ditujukan untuk menginaktifkan enzim dalam buah maupun sayuran segar. Blansing dimaksudkan agar reaksi-reaksi yang tidak dikehendaki, misalnya pencoklatan enzimatis, dapat dicegah. Blansing dapat dilakukan dengan air panas ataupun uap panas.

Browning (pencoklatan) : proses perubahan warna bahan menjadi coklat

baik secara enzimatis maupun non enzimatis.

Deep Frying : proses penggorengan dengan minyak banyak.

Fermentasi : suatu reaksi metabolism yang meliputi sederet reaksi oksidasi-reduksi, yang donor dan aseptor elektronnya adalah senyawa-senyawa organik, umumnya menghasilkan energy. Fermentasi dilakukan oleh bakteri, fungi dan yeast tertentu, baik fakultatif maupun obligat. Contoh fermentasi alcohol merupakan proses yang penting pada tipe


(10)

Gelatinisasi : peristiwa terbentuknya gel dari pati karena perlakuan dengan air panas. Gel memiliki selaput yang tidak dapat berubah pada permukaan produk sehingga mengurangi kehilangan nutrisi yang larut dalam air bila produk dimasak atau direndam dengan air.

Karamelisasi : proses pembentukan warna coklat hasil degradasi termal gula sakarosa atau glukosa yang berasa pahit (karamel).

Mikoba/mikroorganisme : istilah umum untuk organism uniselular yang tidak tampak oleh mata (bakteri, jamur, yeast, protozoa, virus), tanpa membedakan pathogen dan nonpatogen.

Osmosis : proses perpindaha air melalui dinding sel dari konsentrasi larutan rendah ke konsentrasi tinggi melalui dinding semipermiabel.

Pasteurisasi : proses panas yang digunakan untuk

memperpanjang umur simpan produk pangan dengan cara mengurangi jumlah mikroorganisme dalam produk tanpa mempengaruhi sifat-sifat fisiko-kimiawi dan organoleptiknya.

pectin : asam pektinat yang larut dalam air dari aneka

metal ester dengan derajat netralisasi yang berbeda-beda, yang mampu membentuk gel dengan gula dan asam dalam kondisi yang cocok.


(11)

pH : derajat keasaman yang dinilai 1-14, dimana semakin rendah pH, keasamannya semakin tinggi, dan semakin tinggi pH, keasamannya semakin rendah. pH netral adalah 7.

Plasmolisis : peristiwa keluarnya air dari sel mikroba, hal ini

dikarenakan dinding sel mikroba bersifat permeabel, dan karena terjadinya perbedaan tekanan antara cairan dalam sel mikroba dengan larutan gula dalam sirup, sehingga cairan sel dalam mikroba akan ditarik keluar oleh larutan gula dan sebaliknya gula akan menggantikan tempat cairan sel mikroba yang mengakibatkan air yang dibutuhkan untuk tumbuhnya mikroba tidak tersedia (sel mikroba menjadi kering)

Sortasi : proses pemilahan buah antara yang baik dengan yang busuk/rusak/cacat.

Vaccum Frying : proses penggorengan dengan vakum, dimana

produk yang dihasilkan akan renyah, tetapi aroma dan kenampakannya tetap baik.


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Mata pelajaran Produksi Hasil Nabati 1 merupakan kumpulan bahan kajian dan pembelajaran tentang proses pengolahan, pengemasan, perencanaan usaha, serta pemasaran untuk buah-buahan, sayur-sayuran, dan umbi-umbian.

B. Prasyarat

Sebelum mempelajari buku ini sebelumnya siswa mengetahui tentang :

1. Dasar Proses Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan.

Siswa mempunyai kemampuan untuk :

1. Menerapkan dasar pengolahan hasil pertanian.

C. Petunjuk Penggunaan

Modul ini merupakan buku untuk mencapai kompetensi dasar menyangkut kegiatan produksi hasil nabati 1.

Petunjuk bagi Peserta Didik

1. Baca dan pelajari isi buku dengan baik dan berurutan, tahap demi tahap. 2. Catat hal-hal yang belum dipahami dan diskusikan dengan guru.

3. Kerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam buku ini. Sediakan buku khusus untuk mencatat hasil–hasilnya.

4. Identifikasi semua bahan dan perlengkapan yang akan digunakan. Jika ada yang tidak tersedia di tempat belajar, cari informasi tentang tempat dan cara


(13)

5. Kerjakan lembar kerja sesuai yang ditugaskan oleh guru. Catat setiap hasil kerja yang diperoleh dan laporkan kepada guru.

6. Guru akan bertindak sebagai fasilitator, motivator dan organisator dalam kegiatan pembelajaran ini.

Peran Guru :

1. Membantu peserta didik dalam memahami konsep dan praktik serta menjawab pertanyaan peserta didik mengenai proses belajar siswa.

2. Membimbing peserta didik melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

3. Membantu peserta didik untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

4. Menentukan kegiatan praktik mana yang akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan fasilitas dan bahan yang ada.

5. Kegiatan praktik dapat diulang sesuai kebutuhan pencapaian kompetensi peserta didik.

6. Mengorganisasikan kerja kelompok jika diperlukan.

7. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya. 8. Melaksanakan penilaian.

9. Menjelaskan kepada peserta didik tentang sikap, pengetahuan dan keterampilan dari suatu kompetensi, yang belum memenuhi tingkat kelulusan dan perlu untuk remedial.

10.Mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.

D. Tujuan Akhir


(14)

dimanfaatkan manusia sebagai kebutuhan pokok untuk tumbuh dan berkembang.

2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.

4. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

5. Mengembangkan pengalaman menggunakan metode ilmiah untuk merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

6. Menguasai konsep dan dan mampu menerapkan prinsip pengolahan pangan, pengemasan, perencanaan usaha dan pemasaran serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pengolahan hasil pertanian.

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Meyakini bahwa lingkungan alam sebagai anugerah Tuhan perlu dimanfaatkan pada pembelajaran produksi hasil nabati sebagai amanat untuk kemaslahatan umat manusia.


(15)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, responsif dan pro-aktif sebagai hasil dari pembelajaran

mengolah produk olahan dengan bahan hasil nabati, mengemas produk olahan hasil nabati, membuat analisis usaha produk olahan hasil nabati, dan memasarkan produk olahan hasil nabati.

2.2 Menghayati dan mengamalkan pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan

laboratorium/ bangsal

pengolahan praktik sebagai hasil dari pembelajaran prinsip dasar pengolahan hasil nabati dan pembelajaran pengemasan produk olahan hasil nabati. 3. Memahami, menerapkan dan

menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah

3.1. Menerapkan prinsip dasar pengolahan hasil buah-buahan. 3.2. Menerapkan prinsip dasar

pengolahan hasil sayuran. 3.3. Menerapkan prinsip dasar

pengolahan hasil umbi-umbian.

4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu

melaksanakan tugas spesifik

4.1 Melaksanakan produksi olahan buah-buahan.

4.2 Melaksanakan produksi olahan sayuran.

4.3 Melaksanakan produksi olahan umbi-umbian.


(16)

F. Cek Kemampuan Awal

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan jawaban YA/TIDAK disebelah nomor urut pada tabel dibawah ini.

No Kemampuan Ya Tidak

1 Apakah Anda dapat menjelaskan prinsip pengolahan buah-buahan?

2 Apakah Anda dapat melakukan pengemasan hasil olahan buah-buahan?

3 Apakah Anda dapat membuat perencanaan usaha produksi buah-buahan?

4 Apakah Anda dapat melakukan pemasaran hasil produksi buah-buahan?

5 Apakah Anda dapat menjelaskan prinsip pengolahan sayur-sayuran?

6 Apakah Anda dapat melakukan pengemasan hasil olahan sayur-sayuran?

7 Apakah Anda dapat membuat perencanaan usaha produksi sayur-sayuran?

8 Apakah Anda dapat melakukan pemasaran hasil produksi sayur-sayuran?

9 Apakah Anda dapat menjelaskan prinsip pengolahan umbi-umbian?

10 Apakah Anda dapat melakukan pengemasan hasil olahan umbi-umbian?

11 Apakah Anda dapat membuat perencanaan usaha produksi umbi-umbian?

12 Apakah Anda dapat melakukan pemasaran hasil produksi umbi-umbian?

Jawablah pertanyaan-pertanyaan diatas terlebih dahulu, sebelum anda mempelajari buku teks ini. Apabila semua jawaban anda Ya , berarti anda tidak perlu lagi mempelajari buku teks ini dan langsung dapat mengerjakan lembar refleksi dan tes formatif. Apabila ada jawaban anda yang Tidak , maka anda harus kembali mempelajari buku teks ini secara berurutan tahap demi tahap


(17)

II. PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN BUAH-BUAHAN (50 JP)

A. Deskripsi

Pengolahan buah-buahan merupakan kegiatan produksi dengan bahan dasar buah-buahan yang dapat menghasilkan berbagai jenis produk olahan seperti sale pisang, manisan buah, sari buah, sirup buah, dodol buah, keripik buah, dan lain-lain. Pengolahan ini dimulai dari kriteria bahan yang digunakan, proses pengolahan, pengemasan dengan pelabelannya, perencanaan biaya, dan pemasaran. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh peserta didik harus dapat dijual.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat mengolah buah-buahan menjadi berbagai produk olahan sesuai potensi komoditas daerah dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan untuk masing-masing olahan buah.

2. Uraian Materi

Buah-buahan merupakan bahan hasil pertanian yang banyak dikonsumsi masyarakat luas. Selain rasanya yang segar, buah juga kaya kandungan gizi. Akan tetapi, buah pada umumnya memiliki daya simpan yang singkat. Setelah


(18)

Indonesia. Banyak buah-buahan yang hanya akan kita peroleh pada musim tertentu, tidak sepanjang tahun, demikian juga pada saat tertentu terjadi panen raya dimana buah-buahan melimpah sehingga banyak yang terbuang. Pengolahan merupakan solusi untuk menangani masalah tersebut. Berbagai produk olahan buah dapat dibuat dengan kriteria buah tertentu untuk produk olahan buah yang akan dibuat.

Kegiatan produksi melalui beberapa tahapan, di antaranya proses pengolahan, pengemasan, perencanaan usaha, dan pemasaran. Keempat tahapan ini akan dipelajari dalam buku ini.

Amati produk olahan buah-buahan di bawah ini, produk apa saja yang Anda kenal!

Gambar 1. Gambar 2.


(19)

Gambar 5. Gambar 6.

Lembar Pengamatan:

Gambar Nama Produk Bahan Yang Dipakai

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5


(20)

Buah adalah bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji), (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Buah mengandung air, karbohidrat, vitamin, dan mineral, di samping kandungan protein dan lemak yang terdapat pada beberapa jenis buah, artinya tidak semua buah mengandung lemak, dan protein. Buah-buahan merupakan produk yang mudah rusak, baik secara mekanis maupun fisiologis. Kerusakan mekanis dapat terjadi akibat gesekan, penumpukan ataupun kesalahan pemanenan, sehingga terjadi memar dan luka pada buah. Sedangkan kerusakan fisiologis terjadi penurunan secara fisiologis pada buah yang akhirnya terjadi pelunakan tekstur buah dan keriput.

Pengolahan buah-buahan merupakan upaya untuk mengolah dan mengawetkan, yaitu dengan mengubah buah-buahan menjadi produk-produk olahan yang mempunyai kenampakan, rasa, warna, dan aroma yang khas. Produk olahan buah banyak jenisnya, setiap jenis produk olahan buah memerlukan bahan dasar buah yang berbeda tingkat kematangannya.

a. Jenis Olahan Buah-Buahan 1) Sale Buah

Sale buah, seperti sale pisang merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dari pisang yang diawetkan dengan cara pengeringan, baik Berdasarkan hasil pengamatan yang telah Anda lakukan, buatlah minimal 2 pertanyaan tentang :

1) Kriteria buah yang digunakan pada proses pengolahan produk-produk tersebut!

2) Proses pembuatan produk-produk tersebut!


(21)

secara alami maupun buatan dalam almari pengering. Sale pisang memiliki tekstur yang padat dengan rasa manis, warna kecoklatan dan memiliki aroma yang spesifik.

Menurut Munadjim (1983), tidak semua jenis pisang dapat dibuat menjadi sale, jenis pisang yang baik untuk sale adalah jenis pisang memiliki rasa manis dan aromanya yang tajam, seperti pisang ambon, pisang raja dan lain-lain.

Menurut Sri Nuryani dan Soedjono (1993), pisang untuk sale sebaiknya dari pisang yang mengandung kadar karbohidrat relatif tinggi dan pisang benar-benar masak atau pisang yang sudah siap dipanen kemudian diperam untuk beberapa saat. Menurut Suyanti Satuhu (1992), buah pisang yang kurang masak dan kurang tua apabila diolah menjadi sale maka sale yang dihasilkan akan berwarna putih (kurang menarik), dan rasanya pun kurang enak.

Buah pisang yang masih hijau dan sudah cukup tua, dagingnya mengandung 21-25% zat tepung. Bila buah tersebut diperam atau dibiarkan masak di pohon, maka zat tepung tersebut akan diubah menjadi beberapa jenis gula, yaitu dekstrosa, levulosa dan sukrosa, di mana ketiga jenis gula tersebut mudah dicerna di dalam tubuh manusia (RismunAndar, 1989).

Dengan demikian maka untuk mendapatkan sale dengan kualitas yang baik, hendaknya berasal dari buah yang tua atau dengan tingkat kemasakan tertentu, biasanya ditAndai dengan warna kulit kuning kehijauan atau kuning, kadang-kadang ditAndai dengan bercak-bercak sawo matang, aroma buah tajam, konsistensi sedang dan kulit mudah dilepas.


(22)

pisang meliputi pengupasan pisang, pengerokan buah, kemudian dikeringkan menggunakan tampah yang telah dialasi merang di bawah sinar matahari dan dilakukan pengepresan sampai diperoleh ketebalan tertentu (Made Astawan dan Mita Astawan, 1991). Secara modern sale dikeringkan dengan alat pengering yang dapat diatur suhu dan lama pengeringannya. Untuk mengawetkan sale pisang dapat digunakan bahan kimia seperti natrium bisulfit dan belerang. Setelah buah dikerok, maka pisang diatur di atas rak pengering, kemudian diasap dengan menggunakan belerang sebanyak 1-2 gr/kg bahan selama 1 jam, setelah itu dipipihkan dan dikeringkan sampai diperoleh kadar air 20-30%, pembuatan sale dengan cara ini sale pisang akan memiliki daya tahan 1-2 bulan (Suyanti Satuhu, 1992).

Pada pembuatan sale pisang, akan terjadi perubahan warna pisang dari kekuningan menjadi kecoklatan. Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan seperti pisang, peach, pear, salak, pala dan apel. Buah yang memar juga dapat mengalami proses pencoklatan.

www.muhammadsubchi.wordpress.com Gambar 1. Sale pisang

Sale pisang dapat langsung bisa dimakan atau diberi lapisan tepung selanjutnya digoreng.


(23)

LEMBAR KERJA 1

Acara : Pembuatan Sale Pisang Tujuan :

Setelah menyelesaikan kegiatan ini peserta didik mampu membuat sale pisang yang memiliki warna kecoklatan, rasa manis, aroma khas dan tidak berjamur.

Alat : Bahan :

1. Timbangan 2. Label 3. Pisau 4. Irik bambu 5. Nyiru

6. Rak pengering 7. Alat pengering 8. Plastic sealer

1. Pisang ambon tua dan masak 2. Pisang raja tua dan masak 3. Kantong plastik

4. Na-metabisulfit

Lakukan praktik sesuai perintah guru Anda, dengan lembar kerja yang sudah tersedia secara berkelompok !

Bagi semua peserta didik menjadi 6 kelompok !

Bandingkan hasil praktik kelompok Anda dengan kelompok lainnya. Buat kesimpulan dari praktik yang dilakukan, kemudian presentasikan di muka kelas !


(24)

Langkah kerja (Kelompok 1) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian dibagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Masing-masing bagian direndam dalam larutan Na-metabisulfit 0,2 % selama 30 menit.

6. Atur buah pisang yang sudah direndam di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

7. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

8. Tekan perlahan-lahan pisang yang sudah dijemur dengan roll kayu atau menggunakan dua talenan. Usahakan tidak sampai hancur.

9. Kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam. 10.Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale pisang)

yang didapatkan, kemudian dikemas dalam kantong plastik.

Langkah kerja (Kelompok 2) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang. Timbang buah pisang yang sudah dikupas.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian bagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Masing-masing bagian direndam dalam larutan Na-metabisulfit 0,2 % selama 30 menit.


(25)

7. Atur buah pisang yang sudah direndam di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

8. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

9. Baliklah posisi pisang, kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam.

10. Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale pisang) yang didapatkan, kemudian dikemas dalam kantong plastik.

Langkah kerja (Kelompok 3) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang. Timbang buah pisang yang sudah dikupas.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian bagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Masing-masing bagian direndam dalam larutan Na-metabisulfit 0,2 % selama 30 menit.

6. Selanjutnya pisang diiris menjadi 4 bagian memanjang.

7. Atur buah pisang yang sudah direndam di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

8. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

9. Tekan perlahan-lahan pisang yang sudah dijemur dengan roll kayu atau menggunakan dua talenan. Usahakan tidak sampai hancur.

10. Baliklah posisi pisang, kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam.

11. Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale pisang) yang didapatkan, kemudian dikemas dalam kantong plastik.


(26)

Langkah kerja (kelompok 4) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian bagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Atur buah pisang di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

6. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

7. Tekan perlahan-lahan pisang yang sudah dijemur dengan roll kayu atau menggunakan dua talenan. Usahakan tidak sampai hancur.

8. Kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam. 9. Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale

pisang) yang didapatkan, kemudian dikemas dalam kantong plastik.

Langkah kerja (kelompok 5) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang. Timbang buah pisang yang sudah dikupas.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian bagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Selanjutnya pisang diiris tipis-tipis (menyerupai kipas).

6. Atur buah pisang di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

7. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

8. Baliklah posisi pisang, kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam.


(27)

9. Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale pisang) yang didapatkan, kemudian dikemas dalam kantong plastik. Langkah kerja (kelompok 6) :

1. Timbang berat pisang yang akan digunakan.

2. Kupas pisang tersebut dengan menggunakan pisau stainless steel, bagian ujung buah dibuang. Timbang buah pisang yang sudah dikupas.

3. Timbang buah pisang yang sudah dikupas. Kemudian bagi menjadi 2 bagian. 4. Satu bagian dikerok tipis seluruh permukaan buah pisang dengan pisau, dan satu

bagian lainnya tidak dikerok.

5. Selanjutnya pisang diiris menjadi 4 bagian memanjang.

6. Atur buah pisang di atas nyiru atau rak pengering. Usahakan untuk tidak saling menempel satu sama lain.

7. Keringkan selama 24 jam, dengan menggunakan alat pengering.

8. Tekan perlahan-lahan pisang yang sudah dijemur dengan roll kayu atau menggunakan dua talenan. Usahakan tidak sampai hancur.

9. Baliklah posisi pisang, kemudian lanjutkan pengeringan dengan alat pengering selama 24 – 48 jam.

10. Timbanglah masing-masing perlakuan dari hasil pengeringan pisang (sale pisang) yang didapatkan.


(28)

2) Manisan Buah

Manisan buah adalah buah yang direndam dalam larutan gula pekat sehingga diperoleh buah yang manis dengan tekstur yang renyah dan awet. Ada dua jenis manisan buah, yaitu manisan buah basah dan manisan buah kering. Buah yang digunakan adalah buah yang masih muda atau mengkal, berdaging tebal, tidak rusak atau busuk, dan masih segar.

Proses pembuatan manisan buah relatif mudah. Pertama-tama buah dibersihkan dengan cara dicuci atau dikupas bila perlu, diiris sesuai keperluan, selanjutnya direndam dengan larutan gula pekat sampai diperoleh manisan sesuai dengan yang dikehendaki. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan saat proses dilakukan, jangan sampai terkontaminasi dengan bahan lain sehingga manisan akan menjadi bergelembung, berbusa bahkan menjadi asam.

www.wirausahaimpian.com

Gambar 2. Manisan buah a) Karakteristik Bahan Dasar (Buah)

Berbagai macam buah-buahan dapat dibuat manisan, seperti buah pala, ceremai, belimbing, pepaya, salak, mangga, kedondong, dan sebagainya.


(29)

Di pasaran ada empat macam manisan yang diperdagangkan, yaitu :

 Manisan dalam bentuk basah dengan larutan gula encer, misalnya manisan buah salak, mangga, kedondong, lobi-lobi, kelengkeng, rambutan, jambu biji dan pepaya mengkal.

 Manisan buah dalam bentuk basah dengan larutan gula pekat (kental), misalnya manisan pala, ceremai, dan belimbing.

 Manisan buah dalam bentuk kering bertabur gula pasir, misalnya manisan asam jawa, mangga, dan buah pala.

 Manisan buah dalam bentuk kering dan asin, misalnya manisan mangga, jambu biji, pepaya, dan belimbing.

Karakteristik buah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan manisan buah adalah :

Tingkat ketuaan buah

Mutu buah-buahan sangat dipengaruhi oleh tingkat ketuaan pada saat buah dipanen, selain itu daya simpan dan kandungan kimia atau zat gizi ikut terpengaruh. Mutu yang baik akan diperoleh apabila pemanenan pada tingkat ketuaan yang tepat. Tingkat ketuaan buah dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu buah muda, buah tua dan buah yang masak dipohon.

Buah yang akan diolah menjadi manisan dapat ditentukan oleh tingkat kerenyahan (tekstur daging buah), di mana tingkat kerenyahan buah sangat menentukan mutu manisan buah, oleh karena itu buah-buahan yang akan diolah menjadi manisan diusahakan yang masih mengkal, dalam artian buah belum matang (masak) karena buah yang belum matang (masak optimal) kandungan patinya masih tinggi serta kandungan gulanya rendah.


(30)

kurang bagus tetapi daging buahnya tebal dan masih dapat dimanfaatkan.

Sebagai contoh untuk buah pepaya, jika akan diolah menjadi manisan biasanya digunakan buah pepaya yang sudah masak namun belum matang (mengkal), sehingga teksturnya masih keras tetapi daging buahnya sudah berwarna merah. Hal ini disebabkan bila buah telah masak akan mengakibatkan kualitas manisan buah kurang disenangi karena tekstur buah menjadi lembek, warna buah kelihatan tidak segar (kusam/coklat), kesulitan dalam proses pengeringan, dan jika diolah menjadi manisan basah larutan gula menjadi keruh.

Warna Buah

Buah bila mendapat perlakuan secara fisik akan mengakibatkan adanya perubahan warna, misalnya buah-buahan jika dikupas warna daging buah akan berubah menjadi coklat. Perubahan ini terjadi karena adanya reaksi browning (pencoklatan) yang disebabkan adanya reaksi pencoklatan enzimatis, dan secara umum warna coklat pada manisan buah sangat tidak disukai. Reaksi pencoklatan enzimatis tersebut sering terjadi pada buah-buahan seperti salak, pisang, pala, apel dan buah lainnya yang banyak mengandung senyawa fenolik.

Beberapa senyawa fenolik yang terdapat dalam buah di antaranya asam klorogenat, leukoantosianin dan lain-lain. Sedangkan enzim yang terdapat dalam buah dan dapat menyebabkan pencoklatan di antaranya enzim fenol oksidase, polifenoloksidase, fenolase atau polifenolase.


(31)

Untuk mencegah terjadinya reaksi browning (pencoklatan) pada buah dapat dilakukan dengan cara :

a. Blanching, yaitu dilakukan pemanasan dengan cara direbus atau dikukus pada suhu 80°C selama 3-5 menit, dengan tujuan untuk menonaktifkan enzim yang dapat menyebabkan perubahan warna coklat. Sehingga dengan dilakukan blanching atau pemanasan pendahuluan warna produk olahan menjadi bagus. b. Perendaman buah dalam larutan garam 1%, sehingga buah

tidak kontak langsung dengan udara.

c. Sulfitasi yaitu penambahan sulfit dalam bentuk garam, seperti

natriumsulfit, natriumbisulfit, kaliumsulfit atau

natriummetabisulfit. Proses sulfitasi berfungsi untuk

mempertahankan warna asli buah yang akan diolah menjadi manisan dan dapat berfungsi juga sebagai pengawet.

b) Proses Pembuatan Manisan Buah

Manisan buah adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari buah yang diawetkan terutama dengan menggunakan gula sebagai bahan pendukungnya. Selain bahan utama yaitu buah yang digunakan untuk membuat manisan, juga alat-alat yang digunakan merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan. Karena bahan yang digunakan bersifat asam, maka wadah yang digunakan harus dari bahan plastik atau wadah yang tahan karat (stainless steel).

Tahapan proses awal (perlakuan pendahuluan) pembuatan manisan pada prinsipnya sama untuk semua jenis aneka manisan, namun bentuk akhir yang diharapkan serta penambahan bahan yang berbeda membuat cara pengerjaannya sedikit lain.


(32)

Perlakuan Pendahuluan

Perlakuan pendahuluan pada proses pembuatan manisan buah perlu dilakukan sebelum buah-buahan diproses selanjutnya, yaitu dilakukan :

Sortasi, yaitu buah dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan, misalnya buah mangga dipilih yang masih mengkal atau masih muda (ranum), buah tidak busuk dan memiliki daging yang tebal.

 Pengupasan kulit buah dan penghilangan bagian-bagian yang tidak digunakan (biji).

 Pencucian, bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan mengurangi getah. Pencucian sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir.

Pengecilan ukuran

Buah-buahan setelah dikupas dipotong-potong sesuai dengan keinginan, hal ini bertujuan untuk mempercepat penyerapan gula ke dalam buah. Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemotong (slicer) atau dengan pisau tahan karat dari stainless steel. Daging buah dipotong-potong dengan bentuk dan ukuran sesuai selera, bila buah berukuran terlalu kecil, maka buah dibiarkan utuh.

Perendaman

Perendaman buah dilakukan dalam larutan CaCl2 atau CaCO3 (kapur). Fungsi perendaman dalam larutan kalsium adalah untuk memperkokoh jaringan buah, agar teksturnya menjadi keras. Selama proses perendaman berlangsung, ion Ca akan bereaksi dengan pektin sehingga membentuk Ca-pektat. Dengan terbentuknya


(33)

Ca-Penggunaan CaCl2 atau CaCO3 untuk perendaman secara berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan, sehingga pemakaiannya harus hati-hati sesuai dengan aturan kemudian harus dicuci dengan air bersih.

Selain perendaman dengan kapur atau CaCl2, juga dilakukan perendaman dalam larutan garam 10% yang bertujuan untuk membuang getah dan mengurangi rasa asam pada buah. Setelah dilakukan perendaman dalam larutan garam minimal 5 jam harus dilakukan pencucian beberapa kali dengan air panas (kecuali untuk kedondong tidak dicuci dengan air panas, tetapi dengan air dingin) untuk menghilangkan sisa kapur dan rasa asin dari garam yang berlebih dan selanjutnya dibilas dengan air dingin atau air es untuk mengembalikan kondisi tekstur buah dalam keadaan segar (tidak layu atau lembek).

Penggulaan

Gula mempunyai sifat mudah terhidrolisis, mudah larut dalam air, pada kondisi jenuh mudah mengkristal dan pada suhu tinggi dapat terjadi karamelisasi. Dalam proses pengolahan, gula memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai zat pemanis, zat pengawet dan zat pemantap flavor suatu produk olahan.

Penggulaan pada proses pembuatan manisan buah adalah proses penambahan sejumlah gula dalam bentuk larutan, yang dimaksudkan untuk memberikan rasa manis pada potongan buah dan memiliki aroma yang enak. Selain itu penggulaan pada buah dalam manisan yang disertai dengan penambahan asam sitrat atau


(34)

 Gula sebagai pemberi rasa manis

Buah yang masih mengkal atau mentah dapat dikatakan mempunyai rasa asam. Oleh karena itu, dengan penambahan gula, maka rasa buah akan menjadi manis. Selama direndam di dalam larutan gula, gula akan menetrasi (menyerap) ke dalam jaringan sel buah, sehingga akan terbentuk rasa manis yang spesifik pada manisan buah.

Proses penggulaan pada buah dalam pembuatan manisan buah berair, jumlah gula yang digunakan dalam pembuatan manisan buah yang siap dikonsumsi adalah dengan konsentrasi 10% sampai 12% (100 gram sampai 120 gram gula ditambahkan air hingga diperoleh volume larutan gula sejumlah 1 liter). Larutan gula tersebut dididihkan pada suhu 100°C selama 15 menit, dengan api yang tidak terlalu besar untuk menghindari kegosongan yang dapat menyebabkan larutan gula berwarna coklat atau terjadi karamelisasi, sehingga rasa dan kenampakan produknya kurang menarik.

Selanjutnya larutan gula didinginkan dan setelah dingin baru buahnya dimasukkan, biasanya di tempatkan dalam toples atau baskom plastik selama 1 malam. Kemudian buah ditiriskan dan air gulanya dipekatkan dengan cara dipanaskan kembali dan setelah dingin buahnya dimasukkan kembali dan terus dilakukan demikian selama ± 7 hari, dan apabila akan disimpan tempatnya harus tertutup rapat. Untuk lebih enak dan segar, manisan buah sebelum dikonsumsi disimpan terlebih dahulu dalam lemari es (refrigerator).


(35)

 Gula sebagai zat pengawet

Gula dapat berfungsi sebagai pengawet, bila konsentrasinya lebih besar dari 55%. Dalam pembuatan manisan buah dalam bentuk basah tidak berair, maka penambahan gula sebagai pengawet adalah dengan konsentrasi 55% - 60%, di mana gula dengan konsentrasi yang cukup tinggi dapat menghambat aktivitas mikroba. Gula dapat meningkatkan tekanan osmosis pada larutan, maka akan menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel-sel mikroba yang ada pada bahan. Akibat terjadinya plasmolisis, air pada sel mikroba keluar dan sel mikroba menjadi kering yang selanjutnya akan mati.

Selain itu gula dengan konsentrasi 50% - 60% dapat menurunkan Aw (Water Activity) bahan, di mana aktivitas mikroba menjadi terhambat.

Penambahan Zat Aroma/Pemantap Flavour

Zat penambah aroma atau pemantap flavour, yaitu zat yang sengaja ditambahkan ke dalam manisan buah, dimaksudkan untuk menambah atau memantapkan aroma, sehingga mempunyai aroma yang spesifik dan lebih enak bila dimakan. Zat penambah aroma yang biasa digunakan adalah essence, contohnya essence vanili, coco pAndan, strawberry dan lain-lain dengan berbagai rasa. Penambahan essence pada pembuatan manisan buah dilakukan pada saat menjelang akhir perebusan larutan gula dan jumlah essence yang ditambahkan sangat dipengaruhi oleh jumlah manisan buah yang diolah. Jika manisan akan lebih awet dapat ditambahkan benzoat maksimum 0,1%.


(36)

c) Alur Proses Pembuatan Manisan Buah Secara Umum Buah

Sortasi

Pencucian

Pengupasan

Pengecilan ukuran/Perajangan

Perendaman

Dalam larutan kapur/CaCl2 1%

Perendaman

Dalam larutan garam 10%

Pencucian dan penirisan

Perendaman Dalam larutan gula

Penirisan

Perebusan larutan gula

Perendaman dalam larutan gula (diulang selama 7 hari)


(37)

(38)

LEMBAR KERJA 2 Acara : Pembuatan manisan buah basah berair

Tujuan :

Peserta didik mampu membuat manisan buah basah berair, dengan kriteria : kenampakan manisan buah segar, aroma spesifik khas buah, tekstur keras, rasa manis dan warna cerah (tidak terjadi pencoklatan).

Alat :

1. Baskom plastik 2. Pisau

3. Panci 4. Kompor 5. Sendok kayu 6. Tissu

7. Stoples

Bahan :

1. Mangga/kedondong 2. Gula pasir

3. Kapur sirih 4. Garam 5. CaCl2

6. Kain saring

Lakukan praktik sesuai perintah guru Anda, dengan lembar kerja yang sudah tersedia secara berkelompok !

Bagi semua peserta didik menjadi 6 kelompok !

Buat kesimpulan dari praktik yang dilakukan, kemudian presentasikan di muka kelas !


(39)

Langkah Kerja :

1. Pilihlah buah yang masih segar dan pisahkan dari yang busuk atau cacat

2. Timbanglah buah tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan cuci dengan menggunakan air bersih.

3. Kupaslah kulit bagian luarnya dan pisahkan dari bagian tidak digunakan (biji). 4. Lakukan pengecilan ukuran dengan cara dirajang atau dipotong

sesuai dengan keinginan.

5. Buatlah larutan kapur 10% (diambil yang beningnya) atau CaCl2 0,1% dan rendamlah potongan buah dalam larutan tersebut selama 1 jam, kemudian dicuci dengan air bersih.

6. Buatlah larutan garam 10% (b/v), kemudian buah direndam dalam larutan garam tersebut selama 12-48 jam.

7. Lakukan pencucian buah dengan air panas sampai rasa asinnya hilang, (untuk buah kedondong dicuci dengan air dingin) kemudian diseduh atau dicuci kembali dengan air dingin atau air es lalu tiriskan.

8. Siapkan larutan gula 50%, kemudian rendam buah tersebut dalam larutan gula selama 1 malam, semakin lama perendaman dalam larutan gula semakin enak rasa manisannya.

9. Apabila telah meresap rasa gulanya kemudian kemaslah dengan kantong plastik dan simpan di dalam lemari pendingin (refrigerator).

Catatan:


(40)

LEMBAR KERJA 3

Judul : Pembuatan manisan basah tanpa air

Tujuan :

Peserta didik mampu membuat manisan buah pala/ceremai/belimbing atau yang lainnya) dengan kriteria : kenampakan buah segar, warna menarik (cerah), aroma khas buah, tekstur kenyal.

Alat :

1. Baskom plastik 2. Talenan

3. Pisau 4. Panci 5. Stoples 6. Sendok kayu

Bahan :

1. Pala/belimbing/ceremai 2. Gula pasir

3. Garam 4. Kapur sirih

Langkah kerja :

1. Buah dipilih yang masih mentah atau mengkal, kemudian dicuci dengan air bersih. 2. Buah dikupas kulitnya dan dipisahkan bijinya, kemudian dipotong-potong atau

dirajang sesuai dengan keinginan (untuk buah pala).

3. Potongan buah direndam dalam larutan garam (lama perendaman dan kadar garam yang digunakan tergantung jenis buahnya), untuk buah pala direndam selama 6 jam. Kemudian buah dicuci dan ditiriskan.

4. Buatlah larutan kapur 10% (diambil yang beningnya) atau CaCl2 0,1%, kemudian buah direndam dalam larutan tersebut selama 1-2 jam.

5. Buah dibilas dengan air panas dan ditiriskan.

6. Buatlah larutan gula dengan perbandingan gula 400 gram dimasak dengan air 1 liter, disaring kemudian didinginkan.


(41)

7. Buah direndam dalam larutan gula selama 1 malam, kemudian ditiriskan dan larutan gulanya dipekatkan dengan cara dipanaskan menggunakan api kecil agar tidak gosong atau tidak terjadi karamelisasi.

8. Setelah larutan gula dingin, buah direndam kembali dalam larutan gula, demikian seterusnya sampai 5-7 hari.

Catatan:


(42)

3) Sari Buah

Sari buah merupakan sari atau filtrat buah melalui proses penghancuran buah dan penyaringan. Sari buah segar yang ada di pasaran ada yang ditambahkan gula dan ada pula yang asli (tidak ditambah gula) Saat ini banyak sekali produk sari buah dari berbagai jenis rasa buah (dari essence buah) maupun sari buah dari buah asli yang beredar di pasaran.

Buah-buahan di Indonesia sangat beraneka-ragam jenisnya, secara umum hampir semua buah-buahan dapat diolah menjadi sari buah, terutama buah-buahan yang memiliki kandungan air tinggi dan memiliki aroma yang tajam rasa segar. Contoh buah-buahan yang sering dibuat dan dijual sebagai sari buah, yaitu jambu, jeruk, anggur, apel, nanas, mangga dan lain-lain.

Pengolahan buah-buahan menjadi sari buah dimaksudkan untuk memudahkan manusia mengkonsumsi buah sebagai minuman segar, meningkatkan nilai ekonomis buah bila terjadi panen yang melimpah, sebagai sumber vitamin.

Di Indonesia banyak kita jumpai beberapa jenis buah, untuk pembuatan sari buah maka yang digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis buah. Hampir setiap saat dapat dijumpai berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, bahkan ada juga buah yang tidak mengenal musim.

Sari buah sebagai salah satu produk hasil pengolahan buah-buahan dengan cara mengambil sari atau filtratnya, sari buah tersebut boleh ditambahkan gula dan air sebagai bahan pengisi atau tanpa penambahan gula. Kadar gula sari buah yang diinginkan berkisar antara 10 – 15 % , hal ini tergantung tingkat kesukaan konsumen, dengan pH (derajat keasaman) mencapai 3 – 4.


(43)

Prospek dari sari buah masih cukup memiliki peluang yang bagus mengingat kemudahan untuk mendapatkan bahan baku (terutama pada saat panen raya), untuk meningkatkan nilai ekonomis dan diversifikasi (penganekaragaman produk).

www.ragamkemasan.wordpress.com

Gambar 4. Sari buah

a) Karakteristik Bahan Dasar

Buah-buahan merupakan tanaman hortikultura yang penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Ada berbagai jenis buah-buahan seperti jambu, mangga, sirsak, belimbing, apel, strawberry dan lain-lain yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Waktu panen buah-buahan tersebut tidak bersamaan, artinya bahan baku untuk pembuatan sari buah dapat diperoleh setiap saat dengan jenis yang berbeda-beda.

Untuk pembuatan sari buah, bahan dasar yang digunakan adalah buah-buahan yang sudah masak, tapi jangan terlalu masak. Buah yang digunakan tidak perlu buah yang mempunyai bentuk yang beraturan, karena bauh natinya akan dihancurkan. Kriteria buah yang terpenting adalah buah tidak boleh dalam keadaan busuk dan


(44)

Secara umum buah-buahan merupakan sumber vitamin, terutama vitamin C atau asam askorbat dan sedikit vitamin A dan berbagai zat lainnya.

Dari semua jenis vitamin, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin C merupakan komponen yang mudah teroksidasi, dan proses tersebut dipercepat adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi vitamin C dapat dihambat dengan penggunaan suhu rendah dan dalam kondisi asam. Vitamin C tergolong vitamin yang mudah larut dalam air. Sehingga untuk mengolah produk-produk dengan bahan baku yang memiliki kandungan vitamin C tinggi, seperti sari buah tidak boleh menggunakan suhu tinggi, karena vitamin akan rusak. Kemudian produk yang dihasilkan sebaiknya disimpan dalam kondisi dingin.

b) Bahan Pendukung

Bahan pendukung yang diperlukan untuk membuat sari buah yaitu air, gula pasir dan kadang-kadang ditambahkan pula bahan pewarna.

 Air

Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan dan sampai saat ini belum ditemukan bahan penggantinya. Dalam proses pengolahan, air berfungsi sebagai pelarut dan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa suatu makanan.

Dalam pembuatan sari buah akan memerlukan air selama proses pengolahan, baik untuk pencucian maupun untuk melarutkan dan sebagai bahan pengisi sari buah (khususnya untuk sari buah yang diencerkan dan ditambahkan gula).


(45)

Kualitas air yang digunakan selama proses pengolahan memegang peranan yang penting karena dapat mempengaruhi kualitas produk sari buah yang dihasilkan. Untuk itu maka diperlukan persyaratan khusus terhadap air yang digunakan, persyaratan tersebut meliputi :

 Persyaratan fisik

Secara fisik air yang digunakan untuk keperluan pengolahan harus bersih, tidak berwarna dan tidak berbau. Air yang mengandung zat-zat terlarut sehingga memberikan warna tertentu (tidak jernih) tidak boleh digunakan dalam proses pengolahan, begitu pula terhadap air yang memberikan bau tertentu karena adanya zat yang terlarut juga tidak boleh digunakan dalam proses pengolahan.

 Persyaratan kimia

Disamping persyaratan fisik, air yang digunakan untuk proses pengolahan harus memenuhi persyaratan secara kimia. Secara umum air mengandung bahan-bahan kimia tertentu. Dalam jumlah tertentu bahan-bahan kimia tersebut memang tidak berpengaruh nyata terhadap kesehatan, namun bila melebihi ambang batas tertentu untuk bahan tertentu maka air tersebut tidak boleh digunakan untuk kepentingan pengolahan. Contoh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam air dan berbahaya bagi tubuh manusia, di antaranya air raksa (Hg), plumbum atau timah (Pb), tembaga atau cuprum (Cu), dan lain-lain.

 Persyaratan mikrobiologis

Air yang digunakan untuk pengolahan selain harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis. Mikrobiologis berasal dari kata mikro artinya


(46)

jasad renik, seperti bakteri, jamur dan yeast. Dalam kehidupan sehari-hari jasad renik tersebut juga dikenal dengan sebutan kuman.

Air yang akan digunakan harus bebas dari mikroba/ mikroorganisme penyebab keracunan, penyebab penyakit, karena air yang demikian bila digunakan selama proses pengolahan makanan akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.

Untuk menjamin bahwa air telah bebas dari mikroorganisme penyebab keracunan dan penyebab penyakit, biasanya terhadap produk yang dihasilkan dapat dilakukan pengujian secara mikrobiologis, meliputi uji bakteri coli (coliform), dan uji bakteri patogen.

 Gula

Gula yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah gula putih. Namun untuk sari buah asli atau yang ditambahkan gula dan tidak diencerkan maka tidak memerlukan gula selama proses pengolahannya. Gula berfungsi sebagai bahan untuk memberikan rasa manis pada sari buah. Konsentrasi gula yang terkandung dalam sari buah berkisar antara 12 – 14 %.

Penggunaan gula yang tinggi (konsentrasi antara 50 – 65 %) dapat berfungsi sebagai bahan pengawet pada bahan. Namun karena kadar gula sari buah hanya 12 – 14 %, maka gula disini tidak berfungsi sebagai pengawet atau hanya sebagai pemberi rasa manis.

 Pewarna

Untuk meningkatkan daya tarik dari warna sari buah, maka digunakan bahan pewarna. Sebenarnya penggunaan bahan pewarna ini tidak penting, karena sari buah asli sudah memiliki warna yang


(47)

cukup menarik. Warna yang dapat digunakan untuk sari buah yaitu warna yang sesuai dengan warna asli buahnya. Sedangkan zat warna yang boleh digunakan sebaiknya zat warna makanan dengan konsentrasi yang sesuai dengan yang tertera pada label zat pewarna.

c) Proses Pembuatan Sari buah

Sari buah merupakan hasil pengepresan atau pengambilan filtrat buah (sari buah), berbentuk cair, dengan aroma dan rasa spesifik dari buah-buahan yang digunakan. Pada dasarnya pengolahan sari buah adalah pencucian, filtrasi, pemanasan, penggulaan, dan pengemasan.

 Pemilihan bahan dasar

Pemilihan bahan dasar dimaksudkan untuk memisahkan bahan yang sudah rusak dengan bahan yang tidak rusak. Kualitas bahan baku akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan bahan dasar yang tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan untuk membuat sari buah, bila diolah maka sari buah yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang kurang baik.

Bahan dasar untuk membuat sari buah dipilih buah yang tidak busuk,, sedangkan ukuran besar atau kecil tidak masalah karena akan dihancurkan dan diambil filtratnya. Buah yang sudah busuk biasanya mengandung mikroba, dan memberikan aroma yang kurang segar dengan demikian sari buah yang dibuat dengan bahan dasar demikian akan menghasilkan sari buah berkualitas rendah.

 Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada bagian kulit buah. Kotoran-kotoran tersebut harus dihilangkan


(48)

Kotoran yang sering menempel pada kulit pala seperti tanah, debu, dan benda asing lainnya.

Air untuk pencucian sebaiknya menggunakan air bersih, karena penggunaan air yang kotor dapat menimbulkan kontaminasi/ tercemarnya produk yang dihasilkan.

 Filtrasi

Setelah dicuci, buah dipotong-potong, selanjutnya buah diperas dengan tangan atau menggunakan alat pemeras buah. Tujuan filtrasi untuk mendapatkan sari buah/filtrat yang bebas dari biji. Selama filtrasi, sari buah langsung disaring sehingga sari buah tidak tercampur dengan biji maupun butir-butir buah yang tidak terperas.

 Penggulaan

Gula merupakan karbohidrat, yang termasuk kelompok ini yaitu fruktosa, glukosa, laktosa dan sukrosa (sakarosa). Gula memiliki rasa manis, sehingga gula diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak dalam proses pembuatan sari buah. Disamping dapat memberikan rasa manis, gula juga mempunyai nilai gizi (sama dengan fungsi karbohidrat), penambah flavor, memperbaiki tekstur buah-buah yang dikalengkan serta berfungsi sebagai bahan pengawet.

Gula memiliki sifat fisis dan kimia, yaitu mudah mengalami hidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana, mudah larut dalam air, larutan jenuhnya mudah mengkristal, peka terhadap panas karena dapat menimbulkan karamelisasi.

Untuk sari buah yang tidak ditambahkan gula, biasanya bila membuat sari buah dari buah yang memang sudah manis, seperti jambu, mangga, jeruk, maka tidak perlu ditambahkan gula. Sari buah demikian memiliki kualitas, kandungan vitamin yang lebih baik dibandingkan dengan sari buah yang ditambah gula, karena semua


(49)

nutrisi yang terkandung masih alami, dan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi.

 Pemanasan

Pada pembuatan sari buah proses pemanasan dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi. Suhu pemanasan yang digunakan antara 65 – 80 0C selama 5 10 menit. Proses ini dikenal pula

dengan nama pasteurisasi. Setelah diperoleh sari buah (filtrat), maka filtrat dipanaskan. Suhu pemanasan filtrat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya vitamin yang terdapat pada sari buah. Bila sari buah ditambah gula, maka setelah dilakukan penambahan gula, sari buah harus dipasteurisasi lagi.

Lakukan praktik sesuai perintah guru Anda, dengan lembar kerja yang sudah tersedia secara berkelompok !

Bagi semua peserta didik menjadi 6 kelompok !

Buat kesimpulan dari praktik yang dilakukan, kemudian presentasikan di muka kelas !


(50)

LEMBAR KERJA 4

Acara : Pembuatan Sari Buah Jambu (Tanpa Penambahan Gula)

Tujuan :

Peserta didk dapat membuat sari buah jambu, dengan kriteria : rasa khas jambu (segar), rasa manis, warna menarik, berbentuk cair.

Alat : Bahan :

1. Baskom 2. Pisau

3. Alat pemeras jambu 4. Saringan teh

5. Pisau anti karat (stainless steel) 6. Botol

7. Pemanas/kompor 8. Pengaduk

9. Gelas ukur

1. Jambu manis dan segar (usahakan yang memiliki biji merah)

Langkah Kerja :

1. Bersihkan botol dan tutup, kemudian rebus dalam air mendidih selama ± 30 menit. Selanjutnya keringkan botol dan tutup dalam posisi terbalik.

2. Timbanglah 1 kg jambu manis segar, tua dan tidak rusak atau tidak busuk. 3. Kemudian cucilah dengan air bersih.

4. Belah jambu manis dengan memotong jambu secara melintang menjadi dua bagian yang hampir sama besar.

5. Peras jambu dengan menggunakan alat pemeres jambu, tampung air perasan setelah disaring dengan penyaring teh.

6. Panaskan filtrat jambu sampai mencapai suhu ± 65 0C selama 10 menit.

7. Sari buah jambu yang masih panas langsung dimasukkan ke dalam botol steril dan segera ditutup.


(51)

(52)

LEMBAR KERJA 5

Acara : Pembuatan Sari Buah Jambu Biji (Dengan Penambahan Gula)

Tujuan :

Peserta didik dapat membuat sari buah jambu, dengan kriteria : rasa khas jambu (segar), rasa manis, kadar gula 12 – 15 %, warna menarik, berbentuk cair.

Alat : Bahan :

1. Baskom 2. Pisau

3. Alat pemeras jambu 4. Saringan teh

5. Pisau anti karat (stainless steel)

6. Botol

7. Pemanas/kompor 8. Pengaduk

9. Gelas ukur

1. Jambu tua dan segar (boleh yang memiliki rasa asam) 2. Gula pasir (putih)

Langkah Kerja :

1. Bersihkan botol dan tutup, kemudian rebus dalam air mendidih selama ± 30 menit. Selanjutnya keringkan botol dan tutup dalam posisi terbalik.

2. Timbanglah 1 kg jambu yang segar, tua dan tidak rusak atau tidak busuk. 3. Kemudian cucilah dengan air bersih.

4. Belah jambu dengan memotong jambu secara melintang menjadi dua bagian yang hampir sama besar.


(53)

5. Hancurkan jambu biji dengan blender, selama penghancuran tambahkan air sebanyak 5 – 7 kali berat jambu biji, kemudian peras jambu dengan menggunakan klain saring, tampung air perasan setelah disaring dengan penyaring teh.Ukurlah jumlah filtrat atau sari buah asli yang diperoleh dan catat.

6. Timbanglah gula sebanyak 10% dari filtrat. Misalkan diperoleh jumlah filtrat 1 liter, maka gula yang diperlukan ± 100 g.

7. Panaskan filtrat jambu sampai mencapai suhu ± 65 0C selama 5 menit,

kemudian masukkan gula yang sudah ditimbang, aduk hingga seluruh gula larut (kecilkan api kompor), pertahankan suhu larutan antara 65 - 70 0C

selama 5 menit.

8. Sari buah jambu yang masih panas langsung dimasukkan ke dalam botol steril dan segera ditutup.

Catatan:


(54)

LEMBAR PENGAMATAN

Dari kedua jenis langkah kerja proses pembuatan sari buah jambu (menggunakan pengenceran dan tanpa pengenceran), bandingkan hasilnya. Kemudian tulislah pada lembar pengamatan berikut ini :

No Sari buah asli (tanpa pengenceran) Sari buah dengan pengenceran

Aspek Hasil Aspek Hasil

1. Jumlah jambu biji (kg) Jumlah jambu biji (kg) 2. Jumlah sari buah (lt) Jumlah sari buah (lt)

3. Warna Warna

4. Rasa Rasa

5. Tingkat kesukaan Tingkat kesukaan 6. Tingkat kekentalan Tingkat kekentalan


(55)

4) Sirup Buah

Sirup buah merupakan minuman segar yang cukup digemari oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh rasa sirup buah yang manis dan sedikit asam serta merupakan minuman yang menyegarkan, apalagi jika diminum dengan penyajian yang disertai es batu pada waktu cuara panas, dapat sebagai penghilang dahaga. Sirup buah merupakan larutan inti untuk minuman dengan rasa buah asli, rasa manis, aroma buah yang harum, dan warnanya sesuai dengan warna asli buah serta larutannya kental. Oleh karena itu, penyajian sirup buah harus diencerkan terlebih dahulu dengan air.

Pembuatan sirup buah bertujuan untuk :

1. Penganekaragaman pangan. 2. Meningkatkan nilai ekonomi. 3. Memperpanjang masa simpan.

4. Mempertahankan dan memperbaiki mutu gizi buah.

Sirup buah termasuk salah satu barang konsumsi minuman, maka keamanan dan keawetannya harus terjamin, di mana sirup tidak beracun, tidak mengandung bakteri dan logam yang berbahaya, serta tidak mengandung jamur. Sebagai salah satu produk industri pangan, sirup buah memiliki stAndar mutu yang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian. Kriteria mutu sirup yang ditetapkan pemerintah dapat dilihat pada table 1.


(56)

Tabel 1. Syarat Mutu Sirup SNI 3544:2013

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan:

1.1. Bau Normal

1.2 Rasa Normal

2. Total gula (dihitung sebagai sukrosa) (b/b)

% Min 65

3. Cemaran logam:

3.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0

3.2. Kadnium (Cd) mg/kg Maks. 0,2

3.3. Timah (Sn) mg/kg Maks. 40

3.4. Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03

4. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5 5. Cemaran mikroba:

5.1. Angka lempeng total koloni/mL Maks. 5 x 102

5.2. Bakteri Coliform APM/mL Maks. 20 5.3. Escherichia coli APM/mL <3

5.4. Salmonella sp. - Negatif

5.5. Staphylococcus aureus - Negatif 5.6. Kapang dan Khamir koloni/mL Maks. 1 x 102

Sumber : SNI 3544:2013

Produk sirup buah yang prima memerlukan ketelitian sejak pengadaan bahan dasar, tahap pembuatannya sampai pada perindustriannya. Oleh karena itu, bahan baku buah yang digunakan harus berkualitas baik, masak, dan tidak rusak atau busuk. Disamping itu, pengolahannya harus tepat, baik perbandingan bahan-bahannya maupun langkah-langkah pembuatannya, serta hasilnya juga harus berpenampilan menarik. Proses pembuatan sirup buah meliputi pemilihan bahan dasar, pengupasan, pengecilan ukuran, penggilingan/penghancur, penyaringan, pengisian dan pembotolan, sterilisasi, pemasangan seal dan label.


(57)

www.replubika.co.id Gambar 5. Sirup buah a) Karakteristik Bahan

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat sirup adalah buah yang diambil bagian dagingnya, dan ditambahkan gula sebagai bahan pendukung. Sehingga dalam pembuatan sirup buah diperlukan bahan-bahan yang prima dan berkualitas baik, agar diperoleh produk sirup yang baik. Buah yang digunakan merupakan buah yang sudah masak, beraroma kuat, berdaging, dan tidak busuk.

b) Gula

Pada pembuatan sirup diperlukan gula pasir yang putih dan bersih, supaya sirup yang dihasilkan bening dan manis. Untuk produk sirup yang berkualitas baik (mutu 1) diperlukan larutan gula dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu 65% dan yang berkualitas mutu II 55%. Gula digunakan dalam pembuatan sirup berfungsi sebagai :

 Pemberi rasa manis

Buah yang digunakan ada yang memiliki rasa asam. Oleh karena itu sari buah yang akan diolah menjadi sirup perlu ditambahkan gula, sehingga sirup akan kental dan rasanya menjadi manis.


(58)

Dalam pembuatan sirup, gula dapat berfungsi sebagai pengawet, hal ini menyebabkan mikroba tidak dapat tumbuh. Dengan kadar gula yang tinggi, maka aktivitas mikroba dapat terhambat, sehingga gula dapat mengikatkan tekanan osmosis pada larutan yang akan menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel-sel mikroba yang ada pada bahan. Terjadinya peristiwa plasmolisis merupakan peristiwa keluarnya air dari sel mikroba, hal ini dikarenakan dinding sel mikroba bersifat permeabel, dan karena terjadinya perbedaan tekanan antara cairan dalam sel mikroba dengan larutan gula dalam sirup, sehingga cairan sel dalam mikroba akan ditarik keluar oleh larutan gula dan sebaliknya gula akan menggantikan tempat cairan sel mikroba yang mengakibatkan air yang dibutuhkan untuk tumbuhnya mikroba tidak tersedia (sel mikroba menjadi kering) atau Aw (Water activity) bahan akan menurun, dan selanjutnya aktivitas mikroba menjadi terhambat dan bahkan mikrobanya sampai mati.

c) Bahan Tambahan Makanan

Bahan tambahan makanan yang dimaksud dalam pembuatan sirup adalah bahan yang sengaja ditambahkan kedalam sirup dengan tujuan tertentu, agar produk sirup yang dihasilkan dapat menjadi lebih awet, yaitu untuk menghindari cepat tumbuhnya bakteri, ragi dan jamur, memperbaiki warna agar menarik, memperbaiki cita rasa, dan lain-lain. Bahan tambahan makanan yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat :

 dapat mempertahankan nilai gizi produk.

 tidak mengurangi zat-zat essensial di dalam produk.  dapat memperbaiki dan mempertahankan mutu produk.

 dapat menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan.


(59)

Bahan tambahan yang sering digunakan untuk produk sirup dalam penggunaannya harus sesuai dengan undang-undang pengunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan dan Pengawas Obat dan Minuman. Bahan tambahan makanan yang digunakan di antaranya :

Natrium benzoat, agar sirup menjadi lebih tahan lama (awet).  Gum arabik, CMC (Carboxymethhyl cellulose), karagenan, pectin,

gelatin dan lain-lain, yaitu sebagai zat pengental agar produk sirup menjadi lebih stabil, dan lebih pekat/kental.

 Asam sitrat, yaitu untuk menyesuaikan dan memantapkan pH (menambah rasa asam), mengurangi rasa manis, memperbaiki sifat koloidal dan produk yang mengandung pektin, dan dapat meningkatkan efektivitas benzoat sebagai bahan pengawet dalam produk sirup.

Essence, yaitu zat yang ditambahkan untuk memantapkan flavor atau aroma, misalnya essence nanas, vanilla dan lain-lain sesuai dengan produk olahan yang diinginkan.

d) Proses Pembuatan Sirup Buah

Untuk membuat sirup buah hendaknya diawali dengan persiapan alat dan bahan yang diperlukan. Peralatan yang digunakan adalah kompor, baskom, pisau, panci/wajan, blender, kain saring dan botol. Disamping itu bahan-bahan seperti buah-buahan dan gula pasir disiapkan sesuai dengan keperluan. Langkah selanjutnya untuk membuat sirup buah adalah meliputi tahapan proses sebagai berikut:


(60)

kriteria atau buah yang dipersyaratkan untuk diolah menjadi sirup, misalnya buah dipilih dan dipisahkan dari buah yang rusak, tidak rusak, matang, mentah, busuk dan lain-lain. Kualitas bahan dasar akan berpengaruh terhadap kualitas produk akhir, sehingga bila bahan dasar tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan maka sirup yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang kurang baik. Untuk bahan dasar sirup buah, hendaknya dipilih buah yang tidak busuk yaitu buah yang segar, matang optimal, bebas penyakit dan bebas dari kerusakan lain.

Pengupasan kulit

Pengupasan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan bagian buah yang tidak digunakan seperti kulit, mata nanas, sisa tangkai atau bagian lain yang tidak diperlukan, sehingga diperoleh daging buah yang bersih. Untuk buah yang tidak perlu dikupas, hanya dibuang bagian-bagian yang tidak diperlukan saja.

Pencucian

Daging buah dicuci menggunakan air bersih dengan tujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran dan getah yang masih melekat/ menempel atau tercampur diantara daging buah. Pencucian dapat dilakukan dengan air yang mengalir atau dengan cara disemprot menggunakan tekanan.

Pengecilan ukuran

Daging buah yang telah dikupas dibelah dan dipotong-potong dengan menggunakan pisau anti karat. Pengecilan ukuran bertujuan untuk memudahkan dalam penggilingan atau penghancuran. Pengecilan ukuran tersebut dapat dilakukan dengan cara memarut atau menggiling buah dengan menggunakan blender sampai diperoleh bubur buah, atau dapat juga menggunakan juice extractor dengan memperoleh sari buah tanpa dilakukan pelakukan


(61)

penyaringan. Pada saat penggilingan dapat ditambahkan air untuk membantu penghancuran, dan air juga dapat berfungsi untuk mengektrak sari buah dengan optimal.

Penyaringan atau ekstraksi

Penyaringan adalah pemisahan antara filtrat dan ampas. Penyaringan biasanya menggunakan kain saring atau saringan yang dapat menahan bahan-bahan yang tidak diperlukan terikat di dalam filtrat. Penyaringan dalam proses pembuatan sirup buah bertujuan untuk memperoleh sari buah yang terbebas dari serat atau ampas buah, karena yang dimanfaatkan dalam sirup buah adalah sari buahnya (filtrat). Serat buah jika terikutkan ke dalam sari buah dapat menyebabkan kualitas sirup yang dihasilkan kurang baik.

e) Penggulaan

Penggulaan adalah proses penambahakan sejumlah gula ke dalam sari buah (filtrat). Gula yang ditambahkan untuk pembuatan sirup harus yang bersih. Penggulaan atau penambahan gula pada pembuatan sirup buah bertujuan untuk memperoleh produk sirup yang memiliki rasa manis dan kenampakannya kental. Karena konsentrasi/kadar gula sirup buah cukup tinggi, yaitu berkisar 65% maka gula yang ditambahkan selain memberikan rasa manis juga dapat berfungsi sebagai pengawet. Pada saat penambahan gula, filtrat sambil dipanaskan, agar gulanya cepat larut dan dilakukan pengadukan untuk menghindari terjadinya kegosongan yang dapat memberikan rasa dan aroma yang menyimpang pada produk sirup buah. Pemanasan untuk sirup buah dilakukan pada suhu 70C selama 5-10 menit di atas api kecil, hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan vitamin C yang terkandung dalam buah, dan


(62)

Terbentuknya warna coklat pada sirup buah akan mengurangi kualitas penampakan dari sirup buah yang dihasilkan. Apabila akan ditambahkan bahan pengawet yaitu natrium benzoat atau asam

sitrat, maka penambahannya dilakukan sebelum pemanasan

berakhir.

Lakukan praktik sesuai perintah guru Anda, dengan lembar kerja yang sudah tersedia secara berkelompok !

Bagi semua peserta didik menjadi 6 kelompok !

Buat kesimpulan dari praktik yang dilakukan, kemudian presentasikan di muka kelas !


(63)

LEMBAR KERJA 6

Acar : Pembuatan Sirup Buah Tujuan :

Peserta didik dapat mengolah buah menjadi sirup, dengan kriteria : rasa manis, aroma khas buah segar (harum), cepat dan mudah larut dalam air dingin atau panas, cairan sirup kental dan tidak ada endapan (stabil), warna sesuai dengan warna buahnya.

Alat : Bahan :

1. Baskom 1. Buah nanas matang dan segar

2. Timbangan 2. Gula pasir

3. Kompor 3. Putih telur

4. Pisau

5. Panci/wajan 6. Blender/parut 7. Gelas ukur 8. Kain saring 9. Botol dan tutup 10. Talenan

Langkah Kerja : Perlakuan A :

- Saringlah larutan tersebut dengan menggunakan kain saring bersih. Kemudian siapkan botol yang sudah steril.

- Lakukan pengisian sirup ke dalam botol dalam keadaan panas dan langsung ditutup.


(64)

Perlakuan B :

- Ukur jumlah filtrat (sari buah nanas) yang dihasilkan dengan menggunakan gelas ukur dan catat hasilnya.

- Timbang gula sebanyak 65% dari filtrat. Misal jumlah filtrat yang dihasilkan 1 liter, maka gula yang diperlukan  650 gram.

- Panaskan filtrat tersebut pada suhu 70C selama 5-10 menit sambil diaduk dan tambahkan gula yang telah ditimbang.

- Saringlah larutan tersebut dengan menggunakan kain saring bersih. Kemudian siapkan botol yang sudah steril.

- Lakukan pengisian sirup ke dalam botol dalam keadaan panas dan langsung ditutup.

Perlakuan C :

- Ukur jumlah filtrat (sari buah nanas) yang dihasilkan dengan menggunakan gelas ukur dan catat hasilnya.

- Panaskan filtrat buah nanas tersebut pada suhu 90C selama 3-5 menit tanpa diaduk, kemudian dinginkan sambil diendapkan. Pengendapan ini bertujuan untuk memperoleh sari buah (filtrat) yang bening.

- Lakukan penyaringan dengan kain saring yang bersih. Kemudian siapkan putih telur dari 1 butir telur untuk 1 liter filtrat buah nanas.

- Kocoklah putih telur tersebut dan campurkan dengan 200 ml filtrat buah nanas sambil dikocok hingga merata. Kemudian dicampurkan dengan sari buah sisanya dan aduk hingga tercampur merata.

- Panaskan filtrat buah nanas yang dicampur putih telur tersebut pada suhu 70C selama 3-5 menit dan tambahkan gula sebanyak 65% dari filtrat, hingga terjadi gumpalan.

- Lakukan penyaringan kembali dengan kain saring yang bersih, agar butiran lembut yang diikat oleh putih telur terpisah dari sirup yang bening. Kemudian siapkan botol yang telah steril.


(65)

- Lakukan pengisian sirup yang bening ke dalam botol dalam keadaan panas dan langsung ditutup rapat.

- Lakukan pasteurisasi dengan cara : botol yang telah bersisi sirup direndam dalam air mendidih selama 30 menit.

- Kemudian botol diangkat dan diletakkan pada posisi terbalik selama 15 menit.

Catatan:

Buah dapat diganti dengan buah yang ada di daerah setempat dan sesuai musimnya.


(66)

5) Jam dan Jelly Buah

Buah-buahan adalah salah satu hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber bahan makanan/minuman, karena zat-zat/senyawa yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat begi kesehatan tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Secara empiris komposisi kimia yang terkandung di dalamnya terdiri dari air, karbohidrat, protein, lipida, vitamin, asam organik, pigmen, mineral, enzim, dan senyawa flavour. Karbohidrat yang terkandung dalam buah-buahan merupakan salah satu komponen yang banyak ragamnya, seperti pati, gula sederhana (glukosa), lignin, selulosa, lignoselulosa, dan pektin. Senyawa pektin mempunyai peranan penting dalam pengolahan buah tertentu, yaitu pada proses pengolahan jam/selai, jelly, marmalade, dan preserve.

Substansi pektin yang bukan sepenuhnya karbohidrat dibentuk oleh rantai ikatan 1 – 4 D-asam galakturonat yang biasanya berupa ester dengan metil- alkohol. Protopektin tersusun dari rantai ikatan tersebut serta molekul ikatan-ikatan silang (crosslinked), dan protopektin adalah merupakan bahan dasar dari pektin dalam buah-buahan yang dihidrolisis oleh enzim protopektinase dengan indikator pada proses pemasakan buah.

Jam dan Jelly merupakan salah satu produk olahan pangan berbasis buah-buahan yang sudah dikenal dan diproduksi baik secara parsial ataupun masal relatif cukup lama.

Jam/selai adalah produk olahan buah yang dibuburkan dan dicampur dengan gula (sukrosa) yang dimasak hingga menjadi konsentrasi yang relatif kental seperti pasta. Jam/selai karena tekstur dan flavournya yang khas biasanya dikonsumsi sebagai teman konsumsi makanan lainnya, misalnya sebagai paduan konsumsi roti dan kue-kue.


(67)

Jelly adalah produk olahan buah berbentuk gel halus yang dibuat dari ekstraksi sari buah jernih dan dengan penambahan gula (sukrosa) serta penyesuaian keasaman pada saat pemasakan, sehingga terbentuk gelatinisasi setelah dingin. Jelly biasanya dikonsumsi langsung sebagai makanan/minuman dengan tekstur spesifik dan flavour yang menyegarkan serta dapat dikemas dengan berbagai jenis kemasan yang dibuat semenarik mungkin.

www.kerajinanhomeindustry.blogspot.com

Gambar 6. Jelly nanas

Substansi esensial yang terdapat pada jelly ada tiga komponen, yaitu pektin, gula, dan asam. Pektin merupakan turunan dari protopektin, di mana protopektin terdapat dalam buah yang masih mentah tetapi tua atau matang (mature) yang berperan sebagai substansi pengikat antar sel dalam buah-buahan dan bersifat tidak larut dalam air, sedangkan pektin terdapat dalam buah yang sudah masak (ripe). Ketika terjadi proses pematangan (ripening)/pemasakan protopektin dihidrolisis oleh enzim protopektinase menjadi pektin yang bersifat larut dalam air (water soluble), sehingga tekstur buah menjadi melunak, dan ketika terjadi proses pembusukan (senescen) sebagian besar pektin didekomposisi menjadi metil-alkohol dan asam pektat (pectic acid) dan


(1)

7.

c. Hasil penggorengan memiliki ciri-ciri : - warna kekuningan – kuning kecoklatan - rasa gurih

- tekstur renyah Melakukan pengemasan

c. Keripik Ubi Jalar

Buatlah keripik ubi jalar dengan menggunakan ubi jalar sebagai bahan dasar, minyak goreng sebagai penghantar panas, dan bumbu sesuai dengan formula yang ditetapkan.

No. Kriteria 90% Ya Tidak

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Membuat bumbu sesuai dengan formula yang ditetapkan.

Menentukan bahan dasar yang tepat, dengan ciri-ciri : tua optimal, dan memiliki kadar pati optimal.

Melakukan pengupasan ubi jalar sehingga tidak ada bagian kulit yang masih menempel pada buah.

Melakukan pengecilan ukuran, sehingga diperoleh bentuk yang relatif seragam.

Ketebalan hasil pengecilan ukuran 1,5 – 2 mm.

Memasukkan bahan (irisan ubi jalar) ke dalam minyak goreng panas.

UNTUK KERIPIK UBI JALAR ASIN

a. Penambahan bumbu untuk rasa asin, dilakukan selama penggorengan, yaitu pada saat keripik hampir masak. b. Hasil penggorengan yang sudah dingin tidak dicampur

dengan hasil penggorengan yangpanas. c. Hasil penggorengan memiliki ciri-ciri : - warna kekuningan – kuning kecoklatan. - rasa gurih

- tekstur renyah.

UNTUK KERIPIK UBI JALAR MANIS

a. Penambahan bumbu untuk rasa manis, dilakukan setelah keripik sudah masak (warna kekuningan dan kering atau kemrisik .

b. Pemberian bumbu manis dilakukan dengan cara melakukan pencampuran antara keripik ubi jalar dengan bumbu manis.

c. Melakukan penggorengan II sampai tidak ada pletikan minyak dalam penggorengan.


(2)

No. Kriteria 90% Ya Tidak

9.

d. Hasil penggorengan yang sudah dingin tidak dicampur dengan hasil penggorengan yang panas).

e. Hasil penggorengan memiliki ciri-ciri: - rasa manis

- tekstur renyah

- keripik tidak lengket satu dengan yang lainnya) - lapisan bumbu pada keripik rata, dan mengkilat. Melakukan pengemasan

d. Tape Singkong/Ubi Kayu

Buatlah tape ubi kayu/singkong bila disediakan 1 kg ubi kayu/singkong dan ragi tape serta peralatan yang diperlukan, dengan criteria yang telah ditetapkan.

No. Kriteria 90% Ya Tidak

1. Peralatan yang telah bersih dan kering disiapkan. 2.

Ubi kayu ditimbang 1 kg, dikupas, dicuci dengan air bersih hingga bersih, kemudian dipotong dengan ukuran sesuai selera.

3. Dilakukan pengukusan dengan menggunakan dandang sampai matang.

4.

Setelah dikukus, dilakukan pendinginan di atas tampah atau baskom selama kurang lebih 5-7 jam (sampai dingin).

5. Dilakukan inokulasi dengan cara menaburkan bubukan ragi sejumlah yang telah ditentukan sampai merata. 6.

Dimasukkan ke dalam keranjang bambu/besek yang telah dialasi daun pisang dan ditutup rapat, kemudian disimpan selama 2-4 hari pada suhu ruang.

7. Diamati rasa, aroma, tekstur dan kenampakkannya. 8. Dilakukan pengemasan.


(3)

III. PENUTUP

Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Produksi (asil Nabati ini merupakan salah satu bahan ajar berbentuk buku sebagai acuan atau referensi dalam pelaksanaan pembelajaran siswa SMK kelas XI semester 3 Paket Keahlian Pengolahan Hasil Pertanian.

Penyusunan Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Produksi (asil Nabati ini mengacu pada Kurikulum 2013 Paket Keahlian Pengolahan Hasil Pertanian baik pada konsep kurikulum, struktur kurikulum maupun silabus, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan penilaian otentik. Buku teks ini bersifat fleksibel yang dapat mengarahkan pembaca untuk dapat mengembangkan metode, strategi dan teknis pelaksanaan pembelajaran secara efektif, kreatif dan inovatif, sesuai dengan kebutuhan siswa dan kurikulum 2013 yang APIK (Afektif, Produktif, Inovatif, Kreatif). Diharapkan pula buku teks dan hasil pengembangan selanjutnya dapat mencapai tujuan program, selaras dengan target pengembangan buku teks dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran yang bermutu dan tepat sasaran.

Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Produksi (asil Nabati ini diharapkan dapat dapt digunakan dan diaplikasikan dalam pelaksanaan pembelajaran siswa SMK kelas XI semester 3 Paket Keahlian Pengolahan Hasil Pertanian, sehingga, sehingga siswa diharapkan akan memiliki kompetensi yang menjadi tuntutan kurikulum 2013. Akhirnya buku teks ini diharapkan akan semakin reliable dan applicable untuk kegiatan pembelajaran sejenis di masa yang akan datang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, SNI 01-2976-2006, Dodol. Anonim, 2013, SNI 3544:2013, Sirup.

Adang Suryana & Dian Nurdiani, 2004, Pembuatan Tape, PPPPTK Pertanian, Cianjur. Asep Dedi Sutrisno, 2010, Pembuatan Jam dan Jelly, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Cahyana YA., Danik Dania A., Salman,Lily; 2010, Pembuatan Keripik Jamur, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Dian Nurdiani, 2005, Pembuatan Sale Pisang, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Dian Nurdiani & Danik Dania A., 2009, Pembuatan Keripik Kentang, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Dian Nurdiani & Salman, Lily, 2010, Pembuatan Manisan Buah, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Endang Prabandarai, 2007, Pembuatan Aneka Keripik, PPPPTK Pertanian, Cianjur. Endang Prabandarai, 2011, Pembuatan Keripik Pisang, PPPPTK Pertanian, Cianjur. Gupta, Sudhir (compiler), 2003,, Food Processing and Agro Based Industries, Engineers

India Research Institute. New Delhi, India.

Indriafitri Gumelar, 2000, Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Ketan dan Jumlah Gula Kelapa Terhadap Karakteristik Dodol Durian (Durio zibethinus), Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung.

Sahirman, 2010, Keripik Buah, PPPPTK Pertanian, Cianjur. Sahirman, 2008, Pengemasan, PPPPTK Pertanian, Cianjur.

Salman, Lily; 2007, Pembuatan Dodol Nanas, PPPPTK Pertanian, Cianjur.


(5)

Sri Rini Dwiari, 2010, Pembuatan Sari Buah Jambu, PPPPTK Pertanian, Cianjur. Suyanti, 2010, Panduan Mengolah 20 Jenis Buah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Penulis Lab. Kimia-Biokimia Jurusan TPHP UGM, 2002, Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

www.bangil.olx.co.id

www.beamv.wordpress.com www.buayuk.wordpress.com www.eharvest.com.au

www.epetani.deptan.go.id www.jejakwisata.com www.kaskus.com

www.kerajinanhomeindustry.blogspot.com www.keripikubijalar.wordpress.com

http://marethasafitri.blogspot.com/2013/10/perkembangan-mikroba-pada-proses.html

www.muhammadsubchi.wordpress.com www.mesinvacuumfrying.com

www.okefood.com

www.ragamkemasan.wordpress.com www.rahasiasehat.com

www.replubika.co.id www.resepkuekering.org

www.resepmasakanindonesia.info www.resepmasakansedap.info


(6)

www.sodahead.com www.stro-berri.com www.sweetycare.com www.trixie-jam.com www.vaccumfrying.com

http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/Pikel%20mentimu n%20atau%20terong.pdf

www.wideliaikaputri.lecture.ub.ac.id www.wikipedia.org

www.wikipedia.org/wiki/Beras www.wirausahaimpian.com