C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir memberikan gambaran mengenai inti dari alur pikiran dari penelitian yang untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi
keseluruhan dari penelitian ini. Agar menjadi lebih jelas maka peneliti menyajikan kerangka berfikir dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Bagan 1. Kerangka Berfikir Penelitian Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang didalamnya memiliki
berbagai macam tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, salah satunya adalah tradisi slametan. Slametan secara umum merupakan usaha awal dari
proses manusia untuk mencari keselamatan slamet, ketentraman, menciptakan keadaan sejahtera, aman, dan bebas dari gangguan makhluk nyata maupun halus,
Keluarga Keturunan Demang Aryareja
Slametan Pernikahan Keluarga Keturunan
Demang Aryareja
Ati Kebo Se’unduhan
Makna Simbolik Fungsi
Masyarakat Desa Grantung
yang kemudian diikuti oleh mayoritas orang Jawa untuk menuju tahap yang paling akhir yaitu kesatuan kepada Tuhan. Slametan dapat juga diartikan sebagai
hal yang perlu dilakukan untuk bersedekah dan dapat digunakan sebagai simbol penolak bala bagi keluarga yang mengadakan slametan. Penyelenggaraan
slametan dilakukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan siklus hidup dan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan sehari-hari seperti
kelahiran, khitanan, pernikahan, kematian, panen, menempati rumah baru, membuka usaha, membeli kendaraan, dan masih banyak lagi.
Di dalam masyarakat Desa Grantung terdapat keluarga keturunan salah satu demang di Grantung yang memerintah pada saat kerajaan Mataram Islam
yaitu Demang Aryareja atau yang biasa masyarakat lokal sebut sebagai Eyang Manten, meskipun sekarang ini ada beberapa keturunan dari Demang Aryareja
yang bertempat tinggal diluar Desa Grantung, namun mayoritas dari keturunan Demang Aryareja masih bertempat tinggal di Desa Grantung. Keluarga
keturunan Demang Aryareja ini memiliki sebuah tradisi slametan pernikahan, slametan tersebut wajib dilakukan oleh setiap keluarga keturunan Demang
Aryareja tak terkecuali yang berada diluar Desa Grantung. Dalam slametan pernikahan tersebut terdapat adanya ati kebo
se’unduhan. Ati kebo se’unduhan ini merupakan hal yang wajib ada dalam slametan ini karena merupakan bagian terpenting atau dapat disebut sebagai inti
dari slametan ini. Guna menjelaskan Fungsi dari adanya slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja serta makna simbolik dari ati kebo
se’unduhan yang terdapat dalam slametan ini maka perlu dlakukan penelitian
tentang fungsi dari slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja serta dan makna simbolik dari
ati kebo se’unduhan dalam slametan tersebut.
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Metode penelitian yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif untuk mencoba mengungkap dan
menafsirkan fungsi dari slametan pernikahan keluarga Keturunan Demang Aryareja dan makna simbolik dari ati kebo seunduhan yang terdapat pada
slametan pernikahan keluarga Keturunan Demang Aryareja. Data yang dibutuhkan adalah data deskriptif mengenai kajian-kajian yang berkaitan dengan
slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja di Desa Grantung dan mengenai fungsi serta makna simbolik
ati kebo se’unduhan yang terdapat dalam slametan pernikahan keluarga keturunan Demang Aryareja.
Dalam proses pengambilan data dituntut adanya penjelasan berupa analisis yang mendalam pada saat slametan dilaksanakan, serta sebelum dan
sesudah slametan, sehingga menghasilkan data deskriptif analisis yang merupakan penggambaran fenomena atau keadaan dari permasalahan penelitian.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi di lapangan dan bukan hanya berupa sajian data.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada asal-usul dari adanya slametan pernikahan Keluarga Keturunan Demang Aryareja. Penulis ingin mengetahui