Kelompok 1
v1 q2
v4 q3
v3 q3
v1 q3
v4 q2
v7 q2
v5 q3
v2 q2
v6 q3
v3 q2
v2 q3
v6 q2
v5 q2
v7 q3
Kelompok 2
v5 q2
v6 q3
v1 q2
v6 q2
v3 q2
v5 q3
v2 q3
v2 q2
v6 q3
v4 q3
v1 q3
v3 q2
v3 q3
v4 q2
Kelompok 3 v4
q3 v7
q2 v5
q2 v6
q3 v4
q2 v1
q3 v3
q2 v2
q2 v5
q3 v6
q2 v1
q3 v3
q3 v2
q3 v1
q2
Gambar 1. Tata letak percobaan Keterangan:
q2 = QTL jumlah anakan
q3 = QTL jumlah bulir
v1 = varietas Ciherang
v2 = varietas Ciliwung
v3 = sumber genetik lokal Mutiara
v4 = sumber genetik lokal Kesit
v5 = sumber genetik lokal Tewe
v6 = sumber genetik lokal Gendut
v7 = sumber genetik lokal PB-bogor
3.3 Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, maka penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Kelompok Teracak
Sempurna RKTS dengan 3 ulangan. Setiap ulangan terdapat duplo sehingga setiap ulangan memiliki dua satuan percobaan. Rancangan perlakuan yang
diterapkan adalah faktorial 2x7 dengan faktor pertama adalah karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir dan faktor kedua adalah sumber
genetik. Homogenitas data diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, selanjutnya dilakukan
pemisahan nilai tengah perlakuan dengan perbandingan kelas pada taraf nyata 1 dan 5.
1.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Benih
Benih diperoleh dari pemulia Dr. Saiful Hikam, M.Sc. yang merupakan hasil dari
penelitian sebelumnya. Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang telah dipanen pada bulan April tahun 2012 sehingga telah mengalami masa
simpan selama kurang lebih satu tahun. Benih yang telah diperoleh kemudian akan dilakukan pengacakan menggunakan alat pembagi tepat. Sebelum
dikecambahkan, benih telah diuji daya kecambahnya untuk mengetahui kemampuan kecambah yang masih dimiliki benih tersebut. Benih telah dihitung
menggunakan penghitung benih untuk melihat kecukupan jumlah benih sebagai bahan percobaan.
1.4.2 Penyiapan Media Perkecambahan
Media perkecambahan untuk viabilitas benih 5 lembar kertas merang setiap satuan
percobaan yang telah dilapisi dengan plastik. Kertas merang sebelumnya telah dibasahi dengan air, lembar pertama digunakan sebagai media alas dan dua
lainnya digunakan sebagai penutup. 1.4.3
Pengecambahan Benih Pengecambahan dimulai dengan menyiapkan kertas merang dan plastik dengan
ukuran yang sama. Setiap kertas merang diletakan satu varietas benih padi yang
berjumlah 50 benih. Setiap varietas maupun sumber genetik lokal memiliki 3 ulangan dan setiap ulangan memiliki duplo. Benih disusun berbaris dengan pola 5
x 10. Setelah benih diletakan, kertas merang kemudian digulung dan dimasukan ke dalam germinator. Untuk memudahkan pengamatan maka diberi label untuk
setiap perlakuan. 1.4.4
Uji Daya Hantar Listrik Uji daya hantar listrik dilakukan dengan menimbang benih padi sebanyak 10 g
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberikan 100 ml air bebas ion. setelah dilakukan perendaman maka dilakukan pengamatan dengan menggunakan
alat conductivity meter. 3.5 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih,
kecepatan kecambah benih, keserempakan kecambah benih, indeks vigor, panjang radikula, panjang tajuk dan daya hantar listrik.
3.5.1 Daya kecambah benih
Pengamatan dilakukan dengan mengamati pertumbuhan plumula dan radikula
pada benih. Plumula dan radikula dapat tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan waktu pengamatan berdasarkan acuan ISTA International
Seed Testing Asosiation pengamatan daya kecambah pada benih padi dilakukan pada 5 HST dan 7 HST.
Benih dianggap normal apabila: a.
Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan tanaman
yang memiliki akar seminal tidak boleh kurang dari dua. b.
Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun yang bewarna hijau dan tumbuh baik, di dalam akan muncul koleoptil atau pertumbuhan
epikotil yang sempurna dari kuncu yang normal. c.
Memiliki satu kotiledon untuk berkecambah. d.
Kecambah yang busuk akibat infeksi oleh kecambah lain , akan dianggap normal , kalau jelas pada bagian-bagian penting dari kecambah tersebut semua
masih ada. Benih dianggap abnormal apabila:
a. Tidak tumbuhnya kotiledon pada benih, embrio benih pecah, dan memiliki
akar primer yang tidak proporsional. b.
Ukuran antara bagian-bagian perkecambahan benih tidak proporsional. Benih dianggap telah mati apabila dalam jangka waktu tertentu benih tersebut
tidak berkecambah. Dari pengamatan tersebut maka dapat ditentukan benih normal, benih abnormal maupun benih yang mati. Setelah itu maka dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut: DB = Jumlah benih kecambah normal
x 100 Jumlah benih yang dikecambahkan
3.5.2 Bobot Kering Kecambah Normal
Bobot kering kecambah normal dilakukan dengan mengeringkan kecambah
terlebih dahulu yang berasal dari hasil pengujian daya kecambah pada hari