EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF JUMLAH ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

(1)

Ade Yunike Larassati

ABSTRAK

EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF JUMLAH

ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

Oleh

ADE YUNIKE LARASSATI

Peningkatan produksi padi dapat dilakukan melalui salah satu program

intensifikasi yaitu penggunaan benih unggul. Dalam usaha mendapatkan benih unggul, diperlukan pemuliaan tanaman untuk memperoleh varietas-varietas unggul sehingga dihasilkan benih bermutu.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan respons viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir; (2) mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarvarietas nasional dengan sumber genetik lokal; (3) mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung dengan luar Lampung; (4) mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung; dan (5) mengetahui apakah respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber genetik.


(2)

Ade Yunike Larassati

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 hingga November 2013. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna dengan tiga ulangan yang masing-masing ulangan terdapat duplo. Faktor pertama adalah karakter kuantitatif dan faktor kedua adalah varietas ataupun sumber genetik lokal. Homogenitas data diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, selanjutnya dilakukan pemisahan nilai tengah dengan perbandingan kelas menggunakan uji orthogonal kontras.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) adanya perbedaan viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif; (2) adanya perbedaan respons viabilitas antara varietas nasional dengan sumber genetik lokal; (3) sumber genetik lokal Lampung dan lokal luar Lampung tidak menunjukkan adanya perbedaan respons viabilitas; (4) perbedaan respons viabilitas antarsumber genetik lokal Lampung ditunjukkan oleh Kesit, Tewe, dan Gendut; (5) respons viabilitas antarkarakter kuantitatif dipengaruhi oleh sumber genetik.


(3)

(4)

EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF

JUMLAH ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

(Skripsi)

Oleh

ADE YUNIKE LARASSATI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan. ... 14

2. Diagram bobot 1000 butir benih pra penelitian. ... 25

3. Diagram daya kecambah benih. ... 26

4. Diagram bobot kering kecambah normal. ... 27

5. Diagram kecepatan kecambah benih. ... 28

6. Diagram keserempakan kecambah benih. ... 29

7. Diagram indeks vigor. ... 30

8. Diagram panjang radikula. ... 31

9. Diagram panjang tajuk. ... 32


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tanaman Padi ... 9

2.2 Padi Varietas Nasional dan Padi Sumber Genetik Lokal ... 9

2.3 Benih dan Mutu Benih ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 15

3.4.1 Persiapan benih ... 15

3.4.2 Penyiapan media perkecambahan ... 15

3.4.3 Pengecambahan benih ... 15


(7)

ii

3.5 Variabel Pengamatan ... 16

3.5.1 Daya kecambah benih ... 16

3.5.2 Bobot kering kecambah normal ... 17

3.5.3 Kecepatan kecambah ... 18

3.5.4 Keserempakan kecambah ... 18

3.5.5 Indeks vigor ... 19

3.5.6 Panjang radikula ... 19

3.5.7 Panjang tajuk ... 19

3.5.8 Daya hantar listrik ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.2 Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 40

PUSTAKA ACUAN ... 41


(8)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi respons viabilitas dari sumber genetik

yang berbeda. ... 21

2. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik dalam viabilitas benih. ... 23

3. Korelasi antarvariabel pengamatan. ... 26

4. Koefisien ortogonal kontras. ... 44

5. Data daya kecambah benih. ... 45

6. Uji homogenitas daya kecambah benih. ... 45

7. Analisis ragam daya kecambah. ... 46

8. Respons daya kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 46

9. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada daya kecambah benih. ... 47

10. Data bobot kering kecambah normal. ... 47

11. Uji homogenitas untuk bobot kering kecambah normal. ... 48

12. Analisis ragam untuk bobot kering kecambah normal. ... 48

13. Respons bobot kering kecambah normal terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 49

14. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada BKKN. ... 49


(9)

iv

15. Data kecepatan kecambah. ... 50

16. Uji homogenitas untuk kecepatan kecambah. ... 50

17. Analisis ragam untuk kecepatan kecambah. ... 51

18. Respons kecepatan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 51

19. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada kecepatan kecambah. ... 52

20. Data keserempakan kecambah. ... 52

21. Uji homogenitas untuk keserempakan kecambah. ... 53

22. Analisis ragam untuk keserempakan berkecambah. ... 53

23. Respons keserempakan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 54

24. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada keserempakan kecambah. ... 54

25. Data persen indeks vigor. ... 55

26. Uji homogenitas untuk persen indeks vigor. ... 55

27. Analisis ragam untuk persen indeks vigor. ... 56

28. Respons indeks vigor terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 56

29. Data panjang radikula. ... 57

30. Uji homogenitas untuk panjang radikula. ... 57

31. Analisis ragam untuk panjang radikula. ... 58

32. Respons panjang radikula terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 58

33. Data panjang tajuk. ... 59


(10)

v

35. Analisis ragam untuk panjang tajuk. ... 60

36. Respons panjang tajuk terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 60

37. Data daya hantar listrik. ... 61

38. Uji homogenitas untuk DHL. ... 61

39. Analisis ragam untuk daya hantar listrik. ... 62

40. Respons daya hantar listrik terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 62

41. Deskripsi varietas padi Ciherang. ... 63

42. Deskripsi varietas padi Ciliwung. ... 64

43. Deskripsi sementara sumber genetik lokal PB-Bogor. ... 65

44. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Mutiara. ... 66

45. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Kesit. ... 67

46. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Tewe. ... 68


(11)

(12)

(13)

(14)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur miliki Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan skripsi ini kepada

Kedua orangtua ku tercinta,

yang tak pernah berhenti mendoakan ku tuk menjadi orang yang berguna. Kakak-kakak serta adikku tersayang,

yang selalu memberikan dorongan semangat untuk keberhasilanku, serta seluruh keluarga tersayang yang tidak pernah berhenti menyemangati


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 24 Juni 1993 dan penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Atam Yuda dan Anova Martha Lena. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 4 Ciwaduk, tahun 2007 di SMP Negeri 2 Kalianda, dan tahun 2010 di SMA Negeri 1 Kalianda. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setrata satu Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Tanjung Raja Sakti Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan Januari– Februari 2013. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di Nusantara Tropical Farm, Lampung Timur, Lampung pada bulan Juli–Agustus 2013.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA) Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode 2011─2012. Penulis juga pernah menjadi sekretaris bidang Dana dan Usaha Persatuan Mahasiswa Agroteknologi Periode 2012─2013.


(16)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Viabilitas Benih Padi dari Sumber Genetik yang Berbeda Berdasarkan Karakter Kuantitatif Jumlah Anakan dan Jumlah Bulir pada Tanaman Induknya”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

2. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P.,M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi;

3. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Penguji Utama atas segala kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi;

4. Bapak Dr. Saiful Hikam yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menggunakan benih hasil dari pemuliaan tanaman sebagai bahan penelitian.


(17)

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Dr. Ir.Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi, untuk bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa di Universitas Lampung;

7. Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah menjadi ibu kedua bagi penulis selama menjadi mahasiswa;

8. Kedua orangtua, kakak-kakakku Desti Maria Rahmawati dan Julia Risqitika Permata Sari serta adikku tercinta Salsabila Ayu Safitri untuk kasih sayang, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis;

9. Muda Gona Maolina, S.E., sekeluarga serta om Hendra Mahdian Putra, S.E., yang telah banyak membantu penulis secara moril dan materil serta

sekeluarga besar yang selalu mendukung;

10. Teman-teman seperjuangan penelitian benih dan teman-teman AGT’10 yang selalu menemani dalam suka dan duka, Alawiyah, Anissa, Septiana, Agung, Bangun, Galih, Novri, Sherly, Tibor dan teman semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produktivitas padi di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 51,5 ku/ha, dengan total produksi sebesar 71,27 juta ton pada luasan areal panen padi sebesar 13,83 juta ha. Dengan tingkat produksi padi yang rendah, Indonesia memiliki masalah pangan yang mengharuskan adanya

peningkatan produksi padi. Pemecahan masalah terhadap peningkatan produksi padi dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.

Program intensifikasi adalah upaya peningkatan hasil pertanian melalui pemanfaatan sarana produksi dengan sebaik-baiknya sedangkan program ekstensifikasi adalah upaya meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian. Program ekstensifikasi menemukan beberapa kendala karena makin sempitnya luasan areal lahan pertanian khususnya untuk tanaman padi. Oleh karena itu, program intensifikasi dilakukan untuk

meningkatkan produktivitas tanaman padi melalui salah satunya adalah penggunaan benih unggul. Dalam usaha mendapatkan benih unggul maka diperlukan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman ditempuh sebagai upaya


(19)

2 untuk memperoleh varietas-varietas padi yang unggul dan mampu berproduksi tinggi serta menghasilkan benih yang bermutu baik.

Varietas-varietas yang sudah dilepas dan berproduksi tinggi adalah varietas unggul nasional yang telah dirilis, tetapi masih adanya kemungkinan bahwa sumber genetik lokal juga memiliki potensi untuk berproduksi tinggi. Sumber genetik lokal berpotensi untuk digunakan sebagai sumber gen yang

mengendalikan sifat penting pada tanaman. Menurut Hairmansis dkk. (2005), keragaman genetik yang tinggi pada padi lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi untuk upaya perbaikan tetua padi secara umum. Dalam pemanfaatan sumber genetik lokal ini tentunya perlu diketahui mutu benih yang akan dihasilkan. Keragaman genetik yang tinggi tersebut telah terlihat selama proses budidaya dilakukan dilapangan. Keragaman genetik yang ditunjukan dari varietas nasional dan sumber genetik lokal menghasilkan fenotipe yang berbeda dengan tanaman lainnya.

Sejumlah tanaman padi varietas nasional dan sumber genetik lokal yang ditanam pada lingkungan yang sama telah menunjukkan fenotipe yang lebih baik

dibandingkan dengan tanaman lain dalam karakter jumlah anakan dan jumlah bulir (Ramadhana, 2013). Benih yang dihasilkan dari tanaman dengan kedua karakter ini akan diuji viabilitas dan vigornya karena diduga akan menghasilkan keragaman mutu benih yang tinggi. Pengujian viabilitas dan vigor terhadap benih yang diuji dalam penelitian ini telah mengalami masa simpan selama kurang lebih satu tahun. Evaluasi viabilitas benih bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


(20)

3 karakter kuantitatif yang ditunjukkan tanaman induk yang berasal dari sumber genetik yang berbeda terhadap viabilitas benih yang dihasilkan.

Oleh karena itu pengujian benih terhadap sumber genetik, baik varietas nasional maupun sumber genetik lokal yang menunjukan karakater kuanitatif jumlah anakan dan jumlah bulir perlu dilakukan. Apabila mutu benih dari tanaman tersebut tinggi, maka akan memiliki potensi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Mutu benih terdiri dari mutu fisik, mutu genetik dan mutu fisiologis. Mutu fisik benih berkaitan dengan performa benih yang terlihat dari kebersihan benih, warna, bentuk, ukuran, dan kadar air benih sedangkan mutu genetik benih ditentukan oleh derajat kemurnian genetik. Mutu fisiologis benih dapat dilihat melalui viabilitas dan vigor benih dan yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Menurut Sadjad (1993), mendefinisikan viabilitas sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala metabolisme dan pertumbuhan benih. Vigor adalah sejumlah atribut yang dimiliki benih yang dapat menentukan potensi kecambah untuk muncul cepat dan merata serta berkembangnya kecambah normal pada kisaran lapang yang luas.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir?


(21)

4 2. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarvarietas nasional

dengan sumber genetik lokal?

3. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung dengan luar Lampung?

4. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung?

5. Apakah respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber genetik?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah maka penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir.

2. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarvarietas nasional dengan sumber genetik lokal.

3. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung dengan luar Lampung.

4. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung.

5. Mengetahui apakah respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber genetik.


(22)

5 1.3 Landasan Teori

Untuk mendukung penjelasan teoritis yang diajukan maka disusun landasan teori sebagai berikut:

Kegiatan intensifikasi padi ini diwujudkan dengan program peningkatan produksi per satuan luas, dan peningkatan indeks penanaman. Untuk intensifikasi padi, program yang diusulkan salah satunya meliputi program penyediaan benih bermutu sehingga diperlukan pendekatan pemuliaan tanaman.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan terhadap karakter-karakter kuantitatif yang ditunjukkan tanaman selama budidaya berlangsung. Dua varietas nasional Ciliwung dan Ciherang serta lima sumber genetik lokal Mutiara, Kesit, Gendut, Tewe dan PB-Bogor telah menunjukkan karakter

kuantitatif yang berbeda dengan tanaman lainnya yaitu dalam hal jumlah anakan dan jumlah bulir. Tanaman-tanaman tersebut menghasilkan benih yang

diharapkan akan memiliki mutu benih yang tinggi melihat keunggulan karakter kuantitatif yang dimiliki. Mutu benih khususnya mutu fisiologis benih dapat dilihat melalui viabilitas dan vigor benih tersebut.

Menurut Sadjad (1989), viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui metabolisme benih dan gejala pertumbuhan. Daya kecambah benih memperlihatkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman pada kondisi optimum sedangkan bobot kering kecambah normal


(23)

6 cadangan makanan yang tersedia sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik bila dikondisikan pada lingkungan yang sesuai.

Menurut Sadjad (1993), vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang sub-optimal, dan di atas normal dalam keadaan optimum. Vigor benih terdiri dari vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan (VDS). Vigor kekuatan tumbuh benih diukur dengan tolok ukur kecepatan tumbuh dan vigor daya simpan benih dengan tolok ukur keserempakan tumbuh benih.

1.4 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan beras yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk menjadikan produksi padi sebagai salah satu masalah pangan yang penting. Pendekatan pemuliaan tanaman merupakan upaya untuk memperoleh varietas unggul sehingga mampu menghasilkan benih yang bermutu.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul tersebut dapat ditempuh dengan melihat keunggulan-keunggulan yang dimiliki tanaman. Keunggulan karakter kuantitatif yang dimiliki tanaman tentunya akan didukung oleh pertumbuhan vegetatif dan generatif yang baik pula sehingga tanaman ini akan ampu tumbuh dan berproduksi dengan baik. Sifat kuantitatif yang dihasilkan dari pertanaman varietas nasional dan sumber genetik lokal adalah jumlah anakan dan jumlah bulir. Tanaman yang memiliki keunggulan karakter kantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir masing-masing telah menunjukkan fenotipe yang lebih baik yang berbeda di lapangan dengan tanaman lainnya. Karakter kuantitatif


(24)

7 jumlah anakan yang ditunjukkan sejumlah tanaman memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman lainnya setelah dilakukan

pengamatan dan perhitungan pada saat tanaman masih dalam fase vegetatif. Tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif lainnya yaitu jumlah bulir adalah jumlah bulir yang lebih banyak daripada tanaman lain pada saat panen. Keunggulan ini diduga akan mendukung perolehan benih bermutu baik khususnya mutu fisiologis benih.

Benih sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan tanaman pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan yang berperanan penting dalam menentukan produksi tanaman. Teknologi benih memfokuskan pada mutu benih yang dihasilkan dari pemulia tanaman khususnya pengujian viabilitas dan vigor benih. Oleh karena itu mutu fisiologis benih perlu diuji pada benih-benih yang dihasilkan dari tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir.

Varietas unggul nasional Ciherang dan Ciliwung serta sumber genetik lokal seperti Gendut, Mutiara, Kesit, Tewe, dan PB-Bogor diharapkan menghasilkan benih yang memiliki daya kecambah, bobot kering kecambah, kecepatan kecambah, dan keserempakan kecambah yang baik. Varietas unggul nasional tersebut diduga memiliki tingkat viabilitas dan vigor yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sumber genetik lokal, hal ini karena pada umumnya varietas unggul nasional memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil yang tinggi bila dibandingkan dengan sumber genetik lokal. Namun keragaman genetik yang tinggi pada sumber genetik lokal memungkinkan varietas lokal memiliki


(25)

8 keragaman dalam hal tingkat viabilitas maupun vigor benihnya. Oleh karena itu pengujian tingkat viabilitas dan vigor benih pada varietas nasional dan sumber genetik lokal berdasarkan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir yang ditunjukkan tanaman induknya perlu diketahui.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan viabilitas benih dari sumber genetik yang berbeda berdasarkan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir. 2. Varietas nasional memiliki viabilitas yang lebih tinggi daripada sumber

genetik lokal.

3. Terdapat perbedaan viabilitas benih antarkarakter kuantitatif sumber genetik lokal Lampung dengan luar Lampung.

4. Terdapat perbedaan viabilitas benih antarsumber genetik lokal Lampung. 5. Respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber


(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Dalam meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT adalah (1). varietas unggul baru; (2) bibit bermutu dan sehat; (3) bibit muda umur 15-20 hari setelah sebar; (4) pengolahan tanah; (5) penggunaaan bahan organik; (6) pengelolaan tanaman sistem legowo 4:1; (7) irigasi berselang; (8) pemupukan spesifik lokal; (9) pupuk mikro; (10) PHT sesuai OPT; (11)

pengendalian gulma; dan (12) penanganan panen dan pasca panen (Yusuf, 2010).

2.2 Padi Varietas Nasional dan Padi Varietas Lokal

Menurut Jambornias dan Riry (2009), di dalam mempertahankan ketahanan dan keamanan pangan nasional varietas unggul padi maupun varietas lokal memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan produksi padi nasional dapat dibuktikan melalui adopsi varietas unggul. Pada lahan yang sub optimal adopsi varietas modern masih menjadi kendala dengan adanya variasi kondisi lahan antarwilayah,


(27)

10

kekeringan, hama, dan penyakit, tingkat kesuburan tanah rendah, pH tanah, keracunan dan defisiensi hara, petani subistem, dan ketersediaan modal usaha rendah. Varietas lokal merupakan varietas padi yang ditanam oleh petani sendiri dan menjadi sumber utama penyediaan pangan bagi penduduk sekitar. Varietas tradisional atau varietas lokal menjadi gudang keanekaragaman genetik sehingga punahnya varietas ini berimplikasi pada perlunya konservasi. Keberadaan varietas modern dan varietas tradisional dalam satu ekosistem dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keragaman genetik yang ada di agroekosistem yang bersangkutan.

2.3 Viabilitas dan Vigor Benih

Menurut Sadjad (1993), benih merupakan faktor penentu dalam upaya

peningkatan produksi tanaman. Benih yang memiliki kemampuan tumbuh normal dan berproduksi tinggi dapat diketahui melalui parameter viabilitas dan vigor benih. Viabilitas sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala metabolisme dan pertumbuhan benih.

Dalam menilai suatu mutu benih Sadjad (1972), membedakan mutu benih berdasarkan mutu genetik, mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetik

ditentukan oleh derajat kemurnian genetik sedangkan mutu fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih. Mutu fisik ditentukan oleh kebersihan fisik. Menurut Sadjad, Murniati, dan Ilyas (1999), mendefinisikan mutu fisiologis benih merupakan mutu benih yang ditentukan oleh daya hidup (viabilitas) benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal.


(28)

11

Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain: tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 1985).

Menurut Sadjad (1999), vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang

mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan

kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain:

1. Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.

2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.


(29)

12

Indeks vigor merupakan perkalian perkalian laju perkecambahan dengan panjang akar primer dan panjang hipokotil (Sadjad dkk., 1999). Menurut Idaryani (2012), indeks vigor dapat memberikan gambaran vigor kecepatan tumbuh benih yang dapat dihitung berdasarkan persentase perkecambahan normal pada hitungan pertama.


(30)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan November 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang dihasilkan dari tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir varietas nasional yang terdiri dari Ciherang dan Ciliwung, serta sumber genetik lokal yang berasal dari Lampung yaitu Mutiara, Gendut, Kesit dan Teweh dan yang berasal dari luar Lampung yaitu PB-Bogor. Bahan lainnya yang

digunakan adalah air, kertas koran, karet gelang, air akuades, air bebas ion, plastik pelapis substrat dan kertas merang.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah, alat tulis,pinset, nampan, oven merk Heraeus, germinator tipe IPB 72-1, alat pembagi tepat benih tipe boerner, timbangan digital Metler PJ 400, gelas ukur, timer, conductivity meter, alat tulis, dan ember. Berikut tata letak percobaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


(31)

14 Kelompok 1 v1 q2 v4 q3 v3 q3 v1 q3 v4 q2 v7 q2 v5 q3 v2 q2 v6 q3 v3 q2 v2 q3 v6 q2 v5 q2 v7 q3 Kelompok 2 v5 q2 v6 q3 v1 q2 v6 q2 v3 q2 v5 q3 v2 q3 v2 q2 v6 q3 v4 q3 v1 q3 v3 q2 v3 q3 v4 q2 Kelompok 3 v4 q3 v7 q2 v5 q2 v6 q3 v4 q2 v1 q3 v3 q2 v2 q2 v5 q3 v6 q2 v1 q3 v3 q3 v2 q3 v1 q2 Gambar 1. Tata letak percobaan

Keterangan:

q2 = QTL jumlah anakan q3 = QTL jumlah bulir v1 = varietas Ciherang v2 = varietas Ciliwung

v3 = sumber genetik lokal Mutiara v4 = sumber genetik lokal Kesit v5 = sumber genetik lokal Tewe v6 = sumber genetik lokal Gendut v7 = sumber genetik lokal PB-bogor

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, maka penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Setiap ulangan terdapat duplo sehingga setiap ulangan memiliki dua satuan percobaan. Rancangan perlakuan yang diterapkan adalah faktorial (2x7) dengan faktor pertama adalah karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir dan faktor kedua adalah sumber genetik. Homogenitas data diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, selanjutnya dilakukan


(32)

15

pemisahan nilai tengah perlakuan dengan perbandingan kelas pada taraf nyata 1% dan 5%.

1.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Benih

Benih diperoleh dari pemulia Dr. Saiful Hikam, M.Sc. yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang telah dipanen pada bulan April tahun 2012 sehingga telah mengalami masa simpan selama kurang lebih satu tahun. Benih yang telah diperoleh kemudian akan dilakukan pengacakan menggunakan alat pembagi tepat. Sebelum dikecambahkan, benih telah diuji daya kecambahnya untuk mengetahui

kemampuan kecambah yang masih dimiliki benih tersebut. Benih telah dihitung menggunakan penghitung benih untuk melihat kecukupan jumlah benih sebagai bahan percobaan.

1.4.2 Penyiapan Media Perkecambahan

Media perkecambahan untuk viabilitas benih 5 lembar kertas merang setiap satuan percobaan yang telah dilapisi dengan plastik. Kertas merang sebelumnya telah dibasahi dengan air, lembar pertama digunakan sebagai media alas dan dua lainnya digunakan sebagai penutup.

1.4.3 Pengecambahan Benih

Pengecambahan dimulai dengan menyiapkan kertas merang dan plastik dengan ukuran yang sama. Setiap kertas merang diletakan satu varietas benih padi yang


(33)

16

berjumlah 50 benih. Setiap varietas maupun sumber genetik lokal memiliki 3 ulangan dan setiap ulangan memiliki duplo. Benih disusun berbaris dengan pola 5 x 10. Setelah benih diletakan, kertas merang kemudian digulung dan dimasukan ke dalam germinator. Untuk memudahkan pengamatan maka diberi label untuk setiap perlakuan.

1.4.4 Uji Daya Hantar Listrik

Uji daya hantar listrik dilakukan dengan menimbang benih padi sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberikan 100 ml air bebas ion. setelah dilakukan perendaman maka dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat conductivity meter.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih,

kecepatan kecambah benih, keserempakan kecambah benih, indeks vigor, panjang radikula, panjang tajuk dan daya hantar listrik.

3.5.1 Daya kecambah benih

Pengamatan dilakukan dengan mengamati pertumbuhan plumula dan radikula pada benih. Plumula dan radikula dapat tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan waktu pengamatan berdasarkan acuan ISTA (International Seed Testing Asosiation) pengamatan daya kecambah pada benih padi dilakukan pada 5 HST dan 7 HST.


(34)

17

Benih dianggap normal apabila:

a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan tanaman yang memiliki akar seminal tidak boleh kurang dari dua.

b. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun yang bewarna hijau dan tumbuh baik, di dalam akan muncul koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dari kuncu yang normal.

c. Memiliki satu kotiledon untuk berkecambah.

d. Kecambah yang busuk akibat infeksi oleh kecambah lain , akan dianggap normal , kalau jelas pada bagian-bagian penting dari kecambah tersebut semua masih ada.

Benih dianggap abnormal apabila:

a. Tidak tumbuhnya kotiledon pada benih, embrio benih pecah, dan memiliki akar primer yang tidak proporsional.

b. Ukuran antara bagian-bagian perkecambahan benih tidak proporsional. Benih dianggap telah mati apabila dalam jangka waktu tertentu benih tersebut tidak berkecambah. Dari pengamatan tersebut maka dapat ditentukan benih normal, benih abnormal maupun benih yang mati. Setelah itu maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

DB = Jumlah benih kecambah normal x 100% Jumlah benih yang dikecambahkan

3.5.2 Bobot Kering Kecambah Normal

Bobot kering kecambah normal dilakukan dengan mengeringkan kecambah terlebih dahulu yang berasal dari hasil pengujian daya kecambah pada hari


(35)

18

terakhir menggunakan oven yang bersuhu 70oC selama 3x24 jam, kemudian dibuang bagian kariopsisnya dan ditimbang sehingga didapatkan nilai bobot kering kecambah yang diperlukan.

3.5.3 Kecepatan kecambah benih

Kecepatan kecambah benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993). Pengamatan bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal dilakukan setiap hari sampai dengan 7 HST. Kecambah abnormal dibuang setiap kali pengamatan, demikian juga kecambah yang telah busuk dan mati. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-5. Setelah itu dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Xi + X1 – 1) Ti Keterangan :

Xi = Persentase kecambah normal Ti = Hari ke – i

3.5.4 Keserempakan kecambah benih

Pengamatan dilakukan dengan melihat kecambah normal yang kuat dan kurang kuat, dan kemudian dihitung pada umur kecambah 6 HST. Setelah itu persentase keserempakan perkecambahan benih dapat dihitung sebagai berikut :

KK total benih Keterangan

KST = keserempakan kecambah benih

KK = Jumlah kecambah kuat

Total Benih = Jumlah keseluruhan benih yang ditan

KCT = x 100%


(36)

19

3.5.5 Indeks Vigor

Perhitungan indeks vigor dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal pada hari pengamatan daya kecambah pertama yaitu 5 HST.

3.5.6 Panjang Radikula

Pengukuran panjang radikula dilakukan dengan mengukur akar primer dari pangkal sampai ujung akar terpanjang dengan satuan sentimeter. Pengukuran dilakukan mulai sejak akar primer tumbuh sampai dengan hari 7 HST.

3.5.7 Panjang Tajuk

Pengukuran panjang tajuk diukur dari pangkal plumula sampai ujung tajukyang dilakukan pada hari ke tujuh setelah tanam dengan satuan sentimeter.

3.5.8 Daya Hantar Listrik

Pengukuran daya hantar listrik dilakukan dengan menggunakan alat pengukur daya hantar listrik yaitu conductivity meter. Perhitungan konduktivitas per gram benih untuk masing-masing ulangan menggunakan rumus sebagai berikut:

KK Konduktivitas sampel – blanko (µS/cm) berat benih per ulangan


(37)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif dan secara umum karakter kuantitatif jumlah anakan memiliki viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bulir hampir diseluruh variabel pengamatan.

2. Adanya perbedaan respons viabilitas antara varietas nasional dengan sumber genetik lokal yang ditunjukkan pada variabel daya kecambah, keserempakan kecambah, panjang tajuk dan daya hantar listrik.

3. Sumber genetik lokal Lampung dan lokal luar Lampung tidak menunjukkan adanya perbedaan respons viabilitas.

4. Perbedaan respons viabilitas antarsumber genetik lokal Lampung ditunjukkan oleh Kesit, Tewe, dan Gendut pada variabel daya kecambah, bobot kering kecambah normal, keserempakan kecambah, yang hampir diseluruh variabel ini Kesit memiliki nilai yang lebih tinggi.

5. Respons viabilitas antara karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir dipengaruhi oleh sumber genetik yang terlihat pada variabel daya kecambah,


(38)

40 bobot kering kecambah normal, kecepatan kecambah dan keserempakan kecambah.

4.2 Saran

Diharapkan pada penelitian selanjutnya, evaluasi viabilitas benih dari sumber genetik yang berbeda berdasarkan karakter kuantitatif tanaman induknya dapat dikaitkan dengan keragaman genetik dan heritabilitas yang dimiliki tanaman induk. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat besarnya proporsi keragaman genetik yang diturunkan dari tanaman induk kepada benih.


(39)

41

PUSTAKA ACUAN

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Bogor. 2009. Genetika Molekuler untuk Sifat Produktivitas Tinggi pada Padi. Tajuk Rencana.

http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2009/04/genetika-molekuler-untuk-sifat-produktivitas-tinggi-pada-padi/. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 16.50 WIB.

Fitmawati, Sujarwati, A. Betty. 2011. Viabilitas dan Vigor Lima Kultivar Durian Asal Kabupaten Kampar. (Skripsi). Universitas Riau.

Hadiarto, T. 2009. Genetika Molekuler untuk Sifat Produktivitas Tinggi pada Padi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Dipublikasikan online 23 Juli 2009. Hairmansis, A., H. Aswidinnoor, Trikoesoemaningtyas, dan Suwarno. 2005.

Evaluasi Daya Pemulihan Kesuburan Padi Lokal dari Kelompok Tropikal Japonica. Buletin Agron. 33 (3): 1–6.

Haryadi, D., L. Setyaningsih, dan O. Satjapradja. 2006. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan Benih Gmelina Arborea (Gmelina arborea. L) Asal Kebun Percobaan Cikampek dan Nagrak. Jurnal Nusa Sylva. 6 (1): 10 –16.

Ichsan, C. N. 2006. Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) yang Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama Kemasakan. Jurnal Floratek. 2 : 37–42.

Idaryani, Suriany, dan A. Wahab. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Beberapa Varietas Padi. Jurnal Agrisistem. 8 (2) : 87 – 97.

Jambormias, E dan J. Riry. 2009. Penyesuaian Data dan Penggunaan Informasi Kekerebatan Untuk Mendeteksi Segregan Transgresif Sifat Kuantitatif pada Tanaman Menyerbuk Sendiri. Jurnal Budidaya Pertanian. 5 (1): 11—18.


(40)

42

Kurniasih, B., S. Fatimah, dan D. A. Purnawati. 2008. Karakteristik Perakaran Tanaman Padi Sawah IR 64 (Oryza sativa L.) pada Umur Bibit dan Jarak Tanam yang Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian 15 (1): 15–25.

Munir, R., dan W. Haryoko. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah pada Lahan Gambut. Jurnal Agronomi Indonesia. 2 (3): 108–113. Nuraida, D. 2012. Pemulian Tanaman Cepat dan Tepat Melalui Pendekatan Marka

Molekuler. Jurnal Biologi el-Hayah. 2 (2): 97–103.

Ramadhana, R. 2013. Evaluasi Fenotipe Quantitative Trait Loci (QTL) yang Tersegregasi Transgresif pada Varietas Padi Nasional dan Lokal di

Lingkungan Sawah Baru. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 44 pp. Sadjad, S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad Sebagai Landasan Pengembangan

Matematika Benih di Indonesia. Makalah Orasi Ilmiah Pengukuhan Ilmu Benih IPB. Bogor. 42 pp.

Sadjad, S.1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.. Jakarta. 144 hlm.

Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif Ke Simulatif. PT. Grasindo. Jakarta. 185 hlm.

Sianipar, J.E., P. Silitonga, S. Hartono, dan Sriwidodo. 2009. Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi di Kabupaten Manokwari.

Informatika Pertanian. 18 (2): 107–118.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Cetakkan Pertama. PT. Sastra Hudaya. Jakarta. 320 hlm.

Suprayogi, L. 2011. Evaluasi Plasma Nutfah Padi yang Tersegregasi Transgresif sebagai Tetua Inbred pada Perakitan Padi Inbrida dan Hibrida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 245 hlm. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 245 hlm. Suwarno, F.C., dan D.B. Santana. 2009. Efisiensi Beberapa Substrat dalam

Pengujian Viabilitas Benih Berukuran Besar dan Kecil. Jurnal Agron. Indonesia. 37 (3): 249–255.

Yusuf, A dan D. Harnowo. 2010. Teknologi Budidaya Padi Sawah Mendukung Sl-PTT. BPTP. Sumatera Utara.

Wirawan, B dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hlm.


(41)

43


(42)

44 Tabel 4. Koefisien ortogonal kontras.

Perlakuan

Jumlah Anakan Jumlah Bulir

N

LOKAL

N

LOKAL

Ch Cl L LL Ch Cl L LL

M K T G PB M K T G PB

C1 JA vs JB 1 1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1

C2 N vs L 5 5 -2 -2 -2 -2 -2 5 5 -2 -2 -2 -2 -2

C3 L vs LL 0 0 1 1 1 1 -4 0 0 1 1 1 1 -4

C4 M vs sisa 0 0 3 -1 -1 -1 0 0 0 3 -1 -1 -1 0

C5 K vs sisa 0 0 0 2 -1 -1 0 0 0 0 2 -1 -1 0

C6 T vs G 0 0 0 0 1 -1 0 0 0 0 0 1 -1 0

C7 JA N vs L 5 5 -2 -2 -2 -2 -2 0 0 0 0 0 0 0

C8 JB N vs L 0 0 0 0 0 0 0 5 5 -2 -2 -2 -2 -2

C9 C1 X C2 5 5 -2 -2 -2 -2 -2 -5 -5 2 2 2 2 2

C10 C1 X C3 0 0 1 1 1 1 -4 0 0 -1 -1 -1 -1 4

C11 C1 X C4 0 0 3 -1 -1 -1 0 0 0 -3 1 1 1 0

C12 C1 X C5 0 0 0 2 -1 -1 0 0 0 0 2 -1 -1 0

C13 C1 X C6 0 0 0 0 1 -1 0 0 0 0 0 -1 1 0

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut.


(43)

45 Tabel 5. Data daya kecambah.

Tabel 6. Uji homogenitas daya kecambah benih. Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log

s^2

DB*log s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 10,67 5,33 0,73 1,45

Ciherang 2 0,5 66,67 33,33 1,52 3,05

Mutiara 2 0,5 450,67 225,33 2,35 4,71

Kesit 2 0,5 178,67 89,33 1,95 3,90

Tewe 2 0,5 130,67 65,33 1,82 3,63

Gendut 2 0,5 242,67 121,33 2,08 4,17

PB-Bogor 2 0,5 130,67 65,33 1,82 3,63

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 138,67 69,33 1,84 3,68

Ciherang 2 0,5 194,67 97,33 1,99 3,98

Mutiara 2 0,5 50,67 25,33 1,40 2,81

Kesit 2 0,5 24,00 12,00 1,08 2,16

Tewe 2 0,5 194,67 97,33 1,99 3,98

Gendut 2 0,5 152,00 76,00 1,88 3,76

PB-Bogor 2 0,5 202,67 101,33 2,01 4,01

Total 28 7 2.168,00 1.084,00 48,91

Gabungan 77,43 1,89 52,89

X2= 9,67; FK= 1,39 ; X2 terkoreksi= 6,62; X0,05 = 22,36 Homogen.

Perlakuan Kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (%) ---

Jumlah anakan Ciliwung 82 86 86 254 84,67

Ciherang 76 86 86 248 82,67

Mutiara 58 88 74 220 73,33

Kesit 76 72 90 238 79,33

Tewe 80 90 74 244 81,33

Gendut 90 68 78 236 78,67

PB-Bogor 94 80 94 268 89,33

Jumlah bulir Ciliwung 92 88 76 256 85,33

Ciherang 82 80 64 226 75,33

Mutiara 72 66 62 200 66,67

Kesit 86 92 92 270 90,00

Tewe 72 54 70 196 65,33

Gendut 58 56 72 186 62,00

PB-Bogor 72 52 60 184 61,33


(44)

46 Tabel 7. Analisis ragam unttuk daya kecambah.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 37,33 18,67 0,23 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 3.712,47 285,57 3,49 ** 2,12 2,91

KK 1 859,52 859,52 10,49 ** 4,22 7,72

Sumber genetik 6 1.417,14 236,19 2,88 * 2,47 3,59

KKV 6 1.435,81 239,30 2,92 * 2,47 3,59

Galat 26 2.130,67 81,95

Non aditivitas 1 92,00 91,99 1,12 tn 4,22 7,72

Sisa 25 2.038,67 81,55

Total 41 5.880,476 143,4262 KK 11,78%

Keterangan : KK = karakter kuantitatif; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 8. Respons daya kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB 190 42 860 10 ** 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L 436 420 453 5,5 * 4,22 7,72

C3 Antar nasional 36 12 108 1,3 tn 4,22 7,72

C4 LL vs Ll -18 120 2,7 0 tn 4,22 7,72

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -110 72 168 2,1 tn 4,22 7,72

C6 K vs T, G 154 36 659 8 ** 4,22 7,72

C7 T vs G 18 12 27 0,3 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -240 420 137 1,7 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 -24 12 48 0,6 tn 4,22 7,72

C10 C1 X C4 -250 120 521 6,4 * 4,22 7,72

C11 C1 X C5 -6 72 0,5 0 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 -162 36 729 8,9 ** 4,22 7,72

C13 C1 X C7 -2 12 0,33 0 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.


(45)

47 Tabel 9. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada daya

kecambah benih.

Interaksi Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 C1 x C4 LL vs Ll pd JA -134 60 299,3 3,6519 tn 4,22 7,72 LL vs Ll pd JB 116 60 224,3 2,7367 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada var LL 86 24 308,2 3,7605 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada var Ll 84 6 1176 14,35 ** 4,22 7,72 C1 x C6 K vs T, G pada JA -4 18 0,889 0,0108 tn 4,22 7,72 K vs sT, G pada JB 158 18 1.387 16,924 ** 4,22 7,72 JA vs JB pada K -32 6 170,7 2,0826 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada T,G 98 12 800,3 9,7663 ** 4,22 7,72 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; LL = sumber genetik lokal

Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 10. Data bobot kering kecambah normal

Perlakuan Kelompok total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (mg) ---

Jumlah anakan Ciliwung 18,5 20,75 19,25 58,5 19,50

Ciherang 19 20,75 20,25 60 20,00

Mutiara 13 23 17,25 53,25 17,75

Kesit 18,75 19 20,75 58,5 19,50

Tewe 19 21,5 19,75 60,25 20,08

Gendut 22,25 16,25 18,25 56,75 18,92

PB-Bogor 25,25 20,5 26,75 72,5 24,17

Jumlah bulir Ciliwung 16,75 21,5 19,25 57,5 19,17

Ciherang 20,5 20 15,5 56 18,67

Mutiara 18,25 17 16 51,25 17,08

Kesit 20,75 21,5 21,5 63,75 21,25

Tewe 18 14,25 13,75 46 15,33

Gendut 15,25 13 18,25 46,5 15,50

PB-Bogor 16,25 14,25 14,5 45 15,00


(46)

48 Tabel 11. Uji homogenitas untuk bobot kering kecambah normal.

Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log s^2 DB*log

s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 2,625 1,313 0,118 0,236

Ciherang 2 0,5 1,625 0,813 -0,090 -0,180

Mutiara 2 0,5 50,375 25,188 1,401 2,802

Kesit 2 0,5 2,375 1,188 0,075 0,149

Tewe 2 0,5 3,292 1,646 0,216 0,433

Gendut 2 0,5 18,667 9,333 0,970 1,940

PB-Bogor 2 0,5 21,292 10,646 1,027 2,054

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 11,292 5,646 0,752 1,503

Ciherang 2 0,5 15,167 7,583 0,880 1,760

Mutiara 2 0,5 2,542 1,271 0,104 0,208

Kesit 2 0,5 0,375 0,188 -0,727 -1,454

Tewe 2 0,5 10,792 5,396 0,732 1,464

Gendut 2 0,5 13,875 6,938 0,841 1,682

PB-Bogor 2 0,5 2,375 1,188 0,075 0,149

Total 28 7 156,667 78,333 12,748

Gabungan 5,59 0,75 20,94

X2= 18,89; FK= 1,00 ; X2 terkoreksi= 18,93 ; X0,05 = 22,36 Homogen.

Tabel 12. Analisis ragam untuk bobot kering kecambah normal.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 0,20 0,10 0,02 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 240,95 18,54 3,08 ** 2,125 2,91

KK 1 68,79 68,79 11,43 ** 4,22 7,72

Sumber genetik 6 55,46 9,24 1,54 tn 2,47 3,59

KKV 6 116,70 19,45 3,23 * 2,47 3,59

Galat 26 156,47 6,02

Non aditivitas 1 1,49 1,49 0,25 tn 4,22 7,72

Sisa 25 154,98 6,20


(47)

49 Tabel 13. Respons bobot kering kecambah normal terhadap karakter kuantitatif

dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1

Karakter kuantitaif

C1 JA vs JB 53,8 42 68,8 11,4 ** 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L 52,5 420 6,56 1,09 tn 4,22 7,72

C3 Antar nasional 0 12 0 0 tn 4,22 7,72

C4 LL vs Ll -34 120 9,49 1,58 tn 4,22 7,72

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs sisa -18 72 4,63 0,77 tn 4,22 7,72

C6 K vs sisa 35 36 34 5,65 * 4,22 7,72

C7 T vs G 3 12 0,75 0,12 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -73 420 12,5 2,08 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 -3 12 0,75 0,12 tn 4,22 7,72

C10 C1 X C4 -89 120 65,6 10,9 ** 4,22 7,72

C11 C1 X C5 -13 72 2,44 0,41 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 -35 36 34 5,65 * 4,22 7,72

C13 C1 X C7 4 12 1,33 0,22 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 14. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada BKKN.

Interaksi Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 C1 x C4 LL vs Ll pd JA -61,25 60 62,5 10,39 ** 4,22 7,72

LL vs Ll pd JB 27,5 60 12,6 2,0944 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada var LL 21,25 24 18,8 3,1265 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada var Ll 27,5 6 126 20,944 ** 4,22 7,72

C1 x C6 K vs T, G pada JA 0 18 0 0 tn 4,22 7,72

K vs sT, G pada JB 35 18 68,1 11,309 ** 4,22 7,72 JA vs JB pada K -5,25 6 4,59 0,7633 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada T,G 24,5 12 50 8,3119 ** 4,22 7,72 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; LL = sumber genetik lokal

Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.


(48)

50 Tabel 15. Data kecepatan kecambah.

Perlakuan Kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (%/hari) ---

Jumlah anakan Ciliwung 22,59 22,12 22,57 67,28 22,43

Ciherang 21,27 22,14 22,5 65,91 21,97

Mutiara 15,83 25,53 20,27 61,63 20,54

Kesit 18,99 18,67 23,87 61,53 20,51

Tewe 22,1 28,17 21,99 72,26 24,09

Gendut 23,22 18,82 22,32 64,36 21,45

PB-Bogor 23,03 20,67 27,4 71,10 23,70

Jumlah bulir Ciliwung 24,1 20,97 19,36 64,43 21,48

Ciherang 19,46 20,79 14,19 54,44 18,15

Mutiara 17,13 16,4 15,9 49,43 16,48

Kesit 19,4 21,01 21,52 61,93 20,64

Tewe 17,93 13,67 18,43 50,03 16,68

Gendut 14,5 12,86 16,4 43,76 14,59

PB-Bogor 16,96 12,28 15,16 44,40 14,80

Total 276,51 274,1 281,88 832,49

Tabel 16. Uji homogenitas untuk kecepatan kecambah. Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log s^2 DB*log

s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 0,14 0,07 -1,15 -2,30

Ciherang 2 0,5 0,80 0,40 -0,40 -0,80

Mutiara 2 0,5 47,16 23,58 1,37 2,75

Kesit 2 0,5 16,99 8,49 0,93 1,86

Tewe 2 0,5 25,02 12,51 1,10 2,19

Gendut 2 0,5 10,81 5,40 0,73 1,47

PB-Bogor 2 0,5 23,32 11,66 1,07 2,13

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 11,62 5,81 0,76 1,53

Ciherang 2 0,5 24,37 12,18 1,09 2,17

Mutiara 2 0,5 0,77 0,38 -0,42 -0,83

Kesit 2 0,5 2,45 1,22 0,09 0,18

Tewe 2 0,5 13,69 6,84 0,84 1,67

Gendut 2 0,5 6,28 3,14 0,50 0,99

PB-Bogor 2 0,5 11,15 5,57 0,75 1,49

Total 28 7 194,53 97,27 14,50

Gabungan 6,95 0,84 23,57


(49)

51 Tabel 17. Analisis ragam untuk kecepatan kecambah.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 18. Respons kecepatan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB 95,65 42 218 29,45 **

4,22 7,7 Asal sumber genetik

C2 N vs L 99,44 420 24 3,183 tn

4,22 7,7

C3 Antar nasional 11,36 12 11 1,454 tn

4,22 7,7

C4 LL vs Ll 2,93 120 0,1 0,01 tn

4,22 7,7 Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -20,7 72 5,9 0,804 tn

4,22 7,7

C6 K vs T, G 16,51 36 7,6 1,024 tn

4,22 7,7

C7 T vs G 14,17 12 17 2,262 tn

4,22 7,7 Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -91,1 420 20 2,669 tn

4,22 7,7

C9 C1 X C3 -8,62 12 6,2 0,837 tn

4,22 7,7

C10 C1 X C4 -52,2 120 23 3,066 tn

4,22 7,7

C11 C1 X C5 -5,83 72 0,5 0,064 tn

4,22 7,7

C12 C1 X C6 -43,6 36 53 7,149 *

4,22 7,7

C13 C1 X C7 1,63 12 0,2 0,03 tn

4,22 7,7 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional;

L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 2,27 1,13 0,15 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 384,64 29,59 4,00 ** 2,125 2,91

KK 1 217,83 217,83 29,46 ** 4,22 7,72

Sumber genetik 6 64,62 10,77 1,46 tn 2,47 3,59

KKV 6 102,19 17,03 2,30 tn 2,47 3,59

Galat 26 192,27 7,40

Non aditivitas 1 1,37 1,37 0,19 tn 4,22 7,72

Sisa 25 190,89 7,64


(50)

52 Tabel 19. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada

kecepatan kecambah.

Interaksi Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 C1 x C5 K vs T, G pd JA -14 18 10,215 1,38103 tn 4,22 7,72

K vs T, G pd JB 30,1 18 50,234 6,79127 * 4,22 7,72 JA vs JB pada K -0,4 6 0,0267 0,00361 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada T, G 42,8 12 152,87 20,6667 ** 4,22 7,72 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; K = Kesit; T = Teweh; G =

Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 20. Data keserempakan kecambah.

Perlakuan Kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (%/) ---

Jumlah anakan Ciliwung 80 80 78 238 79,33

Ciherang 78 76 78 232 77,33

Mutiara 56 78 60 194 64,67

Kesit 74 72 88 234 78,00

Tewe 76 86 72 234 78,00

Gendut 84 68 76 228 76,00

PB-Bogor 90 80 86 256 85,33

Jumlah bulir Ciliwung 86 76 88 250 83,33

Ciherang 78 60 80 218 72,67

Mutiara 66 66 58 190 63,33

Kesit 84 88 80 252 84,00

Tewe 52 76 66 194 64,67

Gendut 54 58 64 176 58,67

PB-Bogor 62 46 46 154 51,33


(51)

53 Tabel 21. Uji homogenitas untuk keserempakan kecambah.

Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log

s^2

DB*log s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 2,67 1,33 0,12 0,25

Ciherang 2 0,5 2,67 1,33 0,12 0,25

Mutiara 2 0,5 274,67 137,33 2,14 4,28

Kesit 2 0,5 152,00 76,00 1,88 3,76

Tewe 2 0,5 104,00 52,00 1,72 3,43

Gendut 2 0,5 128,00 64,00 1,81 3,61

PB-Bogor 2 0,5 50,67 25,33 1,40 2,81

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 82,67 41,33 1,62 3,23

Ciherang 2 0,5 242,67 121,33 2,08 4,17

Mutiara 2 0,5 42,67 21,33 1,33 2,66

Kesit 2 0,5 32,00 16,00 1,20 2,41

Tewe 2 0,5 290,67 145,33 2,16 4,32

Gendut 2 0,5 50,67 25,33 1,40 2,81

PB-Bogor 2 0,5 170,67 85,33 1,93 3,86

Total 28 017 1.626,67 813,33 41,85

Gabungan 58,10 1,76 49,40

X2= 17,40 ; FK= 1,39 ; X2 terkoreksi= 12,55; X0,05 = 22,36 Homogen.

Tabel 22. Analisis ragam untuk keserempakan berkecambah.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 4,76 2,38 0,038 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 4.209,24 323,79 5,19 ** 2,125 2,91

KK 1 788,67 788,67 12,64 ** 4,22 7,72

Sumber genetik 6 1.644,57 274,10 4,39 ** 2,47 3,59

KKV 6 1776 296 4,75 ** 2,47 3,59

Galat 26 1.621,90 62,38

Non aditivitas 1 50,64 50,65 0,81 tn 4,22 7,72

Sisa 25 1.571,26 62,85

Total 41 5.835,9048 142,3391 KK 10,87 %

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.


(52)

54 Tabel 23. Respons keserempakan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan

sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB 182 42 789 12,6 **

4,22 7,72 Asal sumber genetik

C2 N vs L 466 420 517 8,29 *

4,22 7,72

C3 Antar nasional 38 12 120 1,93 tn

4,22 7,72

C4 LL vs Ll 62 120 32 0,51 tn

4,22 7,72 Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -166 72 383 6,14 *

4,22 7,72

C6 K vs T, G 140 36 544 8,73 * 4,22 7,72

C7 T vs G 24 12 48 0,77 tn

4,22 7,72 Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -350 420 292 4,68 tn

4,22 7,72

C9 C1 X C3 -26 12 56,3 0,9 tn 4,22 7,72

C10 C1 X C4 -330 120 908 14,5 **

4,22 7,72

C11 C1 X C5 -62 72 53,4 0,86 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 -128 36 455 7,3 *

4,22 7,72

C13 C1 X C7 -12 12 12 0,19 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 24. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada keserempakan kecambah.

Interaksi Qi r x

Σki JK Fhit 0,05 Ftab 0,1 C1 x C4 LL vs Ll pd JA -134 60 299,3 3,464 tn 4,22 7,72

LL vs Ll pd JB 196 60 640,3 7,412 * 4,22 7,72 JA vs JB pada var LL 78 24 253,5 2,935 tn 4,22 7,72 JA vs JB pada var Ll 102 6 1.734 20,07 ** 4,22 7,72

C1 X C6 K vs T, G pada JA 6 18 2 0,023 tn 4,22 7,72

K vs sT, G pada JB 134 18 997,6 11,55 ** 4,22 7,72

JA vs JB pada K -18 6 54 0,625 tn 4,22 7,72


(53)

55 Tabel 25. Data persen indeks vigor.

Perlakuan kelompok

Total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (%)---

Jumlah anakan Ciliwung 80 80 86 246 82,00

Ciherang 76 78 86 240 80,00

Mutiara 58 88 70 216 72,00

Kesit 74 72 88 234 78,00

Tewe 80 90 72 242 80,67

Gendut 86 66 72 224 74,67

PB-Bogor 94 80 94 268 89,33

Jumlah bulir Ciliwung 72 74 62 208 69,33

Ciherang 76 78 42 196 65,33

Mutiara 52 52 50 154 51,33

Kesit 56 80 84 220 73,33

Tewe 72 52 50 174 58,00

Gendut 52 36 46 134 44,67

PB-Bogor 60 40 54 154 51,33

Jumlah 988 966 956 2.910 69,29

Tabel 26. Uji homogenitas untuk persen indeks vigor. Perlakuan

DB 1/D

B JK s^2

log s^2 DB*l og s^2 Karakter kuantitatif Varietas Jumlah anakan

Ciliwung 2 0,5 24 12 1,08 2,16

Ciherang 2 0,5 56 28 1,45 2,89

Mutiara 2 0,5 456 228 2,36 4,72

Kesit 2 0,5 152 76 1,88 3,76

Tewe 2 0,5 162,67 81,33 1,91 3,82

Gendut 2 0,5 210,67 105,33 2,02 4,05

PB-Bogor 2 0,5 130,67 65,33 1,82 3,63

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 82,67 41,33 1,62 3,23

Ciherang 2 0,5 818,67 409,33 2,61 5,22

Mutiara 2 0,5 2,67 1,33 0,12 0,25

Kesit 2 0,5 458,67 229,33 2,36 4,72

Tewe 2 0,5 296,00 148 2,17 4,34

Gendut 2 0,5 130,67 65,33 1,82 3,63

PB-Bogor 2 0,5 210,67 105,33 2,02 4,05

Total 28 7 3.192 1.596 50,47

Gabungan 114 2,06 57,59


(54)

56 Tabel 27. Analisis ragam untuk persen indeks vigor.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 28. Respons indeks vigor terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 38,29 19,14 0,16 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 6.990,57 537,74 4,43 ** 2,125 2,91

KK 1 4.402,38 4.402,38 36,29 ** 4,22 7,72

Sumber genetik 6 1.467,24 244,54 2,016 tn 2,47 3,59

KKV 6 1.120,95 186,83 1,54 tn 2,47 3,59

Galat 26 3.153,71 121,30

Non aditivitas 1 241,16 241,16 1,99 tn 4,22 7,72

Sisa 25 2.912,55 116,50

Total 41 10.182,571 248,3554 KK 15,89 %

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB 430 42 4.402 36 ** 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L 410 420 400,2 3,3 tn 4,22 7,72

C3 Antar nasional 18 12 27 0,2 tn 4,22 7,72

C4 LL vs Ll -90 120 67,5 0,6 tn 4,22 7,72

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -118 72 193,4 1,6 tn 4,22 7,72

C6 K vs T, G 134 36 498,8 4,1 tn 4,22 7,72

C7 T vs G 58 12 280,3 2,3 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -286 420 194,8 1,6 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 -6 12 3 0 tn 4,22 7,72

C10 C1 X C4 -222 120 410,7 3,4 tn 4,22 7,72

C11 C1 X C5 14 72 2,722 0 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 -130 36 469,4 3,9 tn 4,22 7,72


(55)

57 Tabel 29. Data panjang radikula.

Perlakuan Kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (cm) ---

Jumlah anakan Ciliwung 10,86 11,54 10,17 32,57 10,86

Ciherang 11,7 10,72 11,61 34,03 11,34

Mutiara 9,65 11,37 11,31 32,33 10,78

Kesit 11,47 11,4 11,57 34,44 11,48

Tewe 12,03 11,9 10,69 34,62 11,54

Gendut 11,15 11,45 10,57 33,17 11,06

PB-Bogor 9,53 11,69 9,51 30,73 10,24

Jumlah bulir Ciliwung 9,98 8,5 8,63 27,11 9,04

Ciherang 9,37 8,65 8,85 26,87 8,96

Mutiara 9,34 9,3 9,19 27,83 9,28

Kesit 12,08 8,54 10,23 30,85 10,28

Tewe 9,69 10 8,43 28,12 9,37

Gendut 12,56 8,83 11,77 33,16 11,05

PB-Bogor 9,47 10,54 9,74 29,75 9,92

jumlah 148,88 144,43 142,27 435,58 10,37

Tabel 30. Uji homogenitas untuk panjang radikula. Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log s^2 DB*log

s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 0,94 -0,33 -0,33 -0,66

Ciherang 2 0,5 0,59 -0,53 -0,53 -1,06

Mutiara 2 0,5 1,91 -0,02 -0,02 -0,04

Kesit 2 0,5 0,01 -2,14 -2,14 -4,27

Tewe 2 0,5 1,09 -0,26 -0,26 -0,53

Gendut 2 0,5 0,40 -0,70 -0,70 -1,40

PB-Bogor 2 0,5 3,14 0,20 0,20 0,39

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 1,34 -0,17 -0,17 -0,35

Ciherang 2 0,5 0,28 -0,86 -0,86 -1,72

Mutiara 2 0,5 0,01 -2,22 -2,22 -4,44

Kesit 2 0,5 6,27 0,50 0,50 0,99

Tewe 2 0,5 1,38 -0,16 -0,16 -0,32

Gendut 2 0,5 7,73 0,59 0,59 1,17

PB-Bogor 2 0,5 0,62 -0,51 -0,51 -1,02

Total 28 7 25,1 -13,24

Gabungan 0,92 -0,04 -0,04 -1,04


(56)

58 Tabel 31. Analisis ragam untuk panjang radikula.

SK DB JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 1,62 0,81 0,88 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 33,25 2,56 2,76 ** 2,125 2,91

KK 1 18,93 18,93 20,44 tn 4,22 7,72

Sumber genetik 6 7,01 1,17 1,26 tn 2,47 3,59

KKV 6 7,30 1,22 1,31 tn 2,47 3,59

Galat 26 24,09 0,93

Non aditivitas 1 0,11 0,11 0,12 tn 4,22 7,72

Sisa 25 23,98 0,96

Total 41 58,95 1,44 KK 9,28 %

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 32. Respons panjang radikula terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Σki JK Fhit Ftab

0,05 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB 28,2 42 18,9 20,4 ** 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L -27,1 420 1,75 1,89 tn 4,22 7,72

C3 Antar nasional -1,22 12 0,12 0,13 tn

4,22 7,72

C4 LL vs Ll 12,6 120 1,32 1,43 tn 4,22 7,72

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -13,9 72 2,68 2,89 tn

4,22 7,72

C6 K vs T, G 1,51 36 0,06 0,07 tn

4,22 7,72

C7 T vs G -3,59 12 1,07 1,16 tn

4,22 7,72 Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 31,94 420 2,43 2,62 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 -1,7 12 0,24 0,26 tn

4,22 7,72

C10 C1 X C4 10,68 120 0,95 1,03 tn 4,22 7,72

C11 C1 X C5 3,4 72 0,16 0,17 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 0,67 36 0,01 0,01 tn 4,22 7,72

C13 C1 X C7 6,49 12 3,51 3,79 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.


(57)

59 Tabel 33. Data panjang tajuk.

Perlakuan kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (cm) ---

Jumlah anakan Ciliwung 6,04 6,56 5,96 18,56 6,19

Ciherang 6,01 6,56 6,41 18,98 6,33

Mutiara 5,92 6,24 5,44 17,6 5,87

Kesit 6,06 6,83 6,59 19,48 6,49

Tewe 7,2 6,3 6,87 20,37 6,79

Gendut 6,71 7,03 7,53 21,27 7,09

PB-Bogor 5,69 5,9 6,03 17,62 5,87

Jumlah bulir Ciliwung 6,53 6,2 5,77 18,5 6,17

Ciherang 5,61 5,95 5,57 17,13 5,71

Mutiara 6,96 6,93 6,4 20,29 6,76

Kesit 5,62 8,07 6,28 19,97 6,66

Tewe 6,61 6,52 6,61 19,74 6,58

Gendut 7,74 6,44 7,25 21,43 7,14

PB-Bogor 7,67 5,88 6,77 20,32 6,77

jumlah 90,37 91,41 89,48 271,26 6,46

Tabel 34. Uji homogenitas untuk panjang tajuk.

X2= 23,30 ; FK= 1,39 ; X2 terkoreksi= 16,73; X0,05 = 22,36 Homogen. Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log s^2 DB*log

s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 0,31 0,15 0,12 -1,62

Ciherang 2 0,5 0,16 0,08 0,12 -2,18

Mutiara 2 0,5 0,32 0,16 2,14 -1,58

Kesit 2 0,5 0,31 0,16 1,88 -1,62

Tewe 2 0,5 0,41 0,21 1,72 -1,37

Gendut 2 0,5 0,34 0,17 1,81 -1,54

PB-Bogor 2 0,5 0,06 0,03 1,40 -3,06

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 0,29 0,15 1,62 -1,68

Ciherang 2 0,5 0,09 0,04 2,08 -2,72

Mutiara 2 0,5 0,20 0,10 1,33 -2,01

Kesit 2 0,5 3,21 1,61 1,20 0,41

Tewe 2 0,5 0,01 0,00 2,16 -5,14

Gendut 2 0,5 0,86 0,43 1,40 -0,73

PB-Bogor 2 0,5 1,60 0,80 1,93 -0,19

Total 8 8,18 4,09 -25,02


(58)

60 Tabel 35. Analisis ragam untuk panjang tajuk.

SK db JK KT Fhit

Ftab

5% 1%

Kelompok 2 0,13 0,06 0,22 tn 3,37 5,53

Perlakuan 13 7,96 0,61 2,00 tn 2,125 2,91

KK 1 0,29 0,29 0,95 tn 4,22 7,72

Sumber genetik 6 4,86 0,81 2,65 * 2,47 3,59

KKV 6 2,81 0,47 1,53 tn 2,47 3,59

Galat 26 7,95 0,31

Non- aditifitas 1 0,65 0,65 2,13 tn 4,22 7,72

Sisa 25 7,30 0,29

Total 41 16,05 0,39 KK 8,56 %

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 36. Respons panjang tajuk terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x

Σki JK Fhit 0,05 Ftab 0,1 Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB -3,5 42 0,292 0,95 tn 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L -30,3 420 2,19 7,16 * 4,22 7,72

C3 Antar nasional 0,95 12 0,075 0,25 tn

4,22 7,72

C4 LL vs Ll 8,39 120 0,587 1,92 tn

4,22 7,72 Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -8,59 72 1,025 3,35 tn

4,22 7,72

C6 K vs T, G -3,91 36 0,425 1,39 tn

4,22 7,72

C7 T vs G -2,59 12 0,559 1,83 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 20,37 420 0,988 3,23 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 -1,79 12 0,267 0,87 tn

4,22 7,72

C10 C1 X C4 8,09 120 0,545 1,78 tn 4,22 7,72

C11 C1 X C5 -8,05 72 0,9 2,94 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 -1,45 36 0,058 0,19 tn

4,22 7,72

C13 C1 X C7 0,79 12 0,052 0,17 tn

4,22 7,72 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional;

L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.


(59)

61 Tabel 37. Data daya hantar listrik.

Perlakuan kelompok

total rerata

Karakter kuantitatif Varietas 1 2 3

--- (µs.cm-1.g-1) ---

Jumlah anakan Ciliwung 13,00 26,74 27,57 67,30 22,43

Ciherang 25,44 32,70 36,34 94,48 31,49

Mutiara 33,00 33,34 28,20 94,54 31,51

Kesit 13,51 29,70 36,77 79,99 26,66

Tewe 30,14 28,60 31,00 89,74 29,91

Gendut 32,90 33,00 31,10 97,01 32,34

PB-Bogor 21,30 27,77 28,14 77,21 25,74

Jumlah bulir Ciliwung 17,17 22,17 22,50 61,84 20,61

Ciherang 23,44 31,84 37,17 92,44 30,81

Mutiara 34,84 30,34 31,17 96,34 32,11

Kesit 21,80 23,87 27,77 73,44 24,48

Tewe 27,40 37,20 46,97 111,57 37,19

Gendut 29,39 34,90 48,44 112,73 37,58

PB-Bogor 37,73 33,17 34,47 105,37 35,12

Total 361,04 425,34 467,61 1.253,99 29,86

Tabel 38. Uji homogenitas untuk DHL.

X2= 24,06 ; FK= 1,39 ; X2 terkoreksi= 17,35; X0,05 = 22,36 Homogen. Perlakuan

DB 1/DB JK s^2 log s^2 DB*log

s^2 Karakter

kuantitatif Varietas Jumlah

anakan

Ciliwung 2 0,5 72,63 36,32 1,56 3,12

Ciherang 2 0,5 61,61 30,80 1,49 2,98

Mutiara 2 0,5 16,50 8,25 0,92 1,83

Kesit 2 0,5 284,31 142,15 2,15 4,31

Tewe 2 0,5 2,95 1,48 0,17 0,34

Gendut 2 0,5 2,29 1,14 0,06 0,12

PB-Bogor 2 0,5 29,55 14,77 1,17 2,34

Jumlah bulir

Ciliwung 2 0,5 17,87 8,94 0,95 1,90

Ciherang 2 0,5 95,87 47,93 1,68 3,36

Mutiara 2 0,5 11,46 5,73 0,76 1,52

Kesit 2 0,5 18,36 9,18 0,96 1,93

Tewe 2 0,5 191,56 95,78 1,98 3,96

Gendut 2 0,5 192,16 96,08 1,98 3,97

PB-Bogor 2 0,5 11,02 5,51 0,74 1,48

Total 28 7 1.008,15 504,07 33,15


(60)

62 Tabel 39. Analisis ragam untuk daya hantar listrik.

SK db JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Kelompok 2 411,37 205,68 8,13 ** 3,37 5,53

Perlakuan 13 1.065,84 81,99 3,24 ** 2,125 2,91

KK 1 68,05 68,05 2,69 tn 4,22 7,72

Sumber genetik 6 923,67 153,94 6,08 ** 2,47 3,59

KKV 6 74,13 12,35 0,49 tn 2,47 3,59

Galat 26 658,10 25,31

Non aditivitas 1 0,98 0,98 0,04 tn 4,22 7,72

Sisa 25 657,12 26,28

Total 41 2.135,31 52,08 KK 16,85 %

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 40. Respons daya hantar listrik terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x

Σki JK Fhit 0,05 Ftab 0,1

Karakter kuantitatif

C1 JA vs JB -53 42 68,05 2,688 tn 4,22 7,72

Asal sumber genetik

C2 N vs L -296 420 208 8,218 ** 4,22 7,72

C3 Antar nasional -58 12 278,2 10,99 ** 4,22 7,72

C4 LL vs Ll 25,1 120 5,233 0,207 tn 4,22 7,72

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G 8,18 72 0,929 0,037 tn 4,22 7,72

C6 K vs sisa -104 36 301,5 11,91 ** 4,22 7,72

C7 T vs G -8,4 12 5,913 0,234 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 159 420 60,49 2,39 tn 4,22 7,72

C9 C1 X C3 3,43 12 0,98 0,039 tn 4,22 7,72

C10 C1 X C4 79,8 120 53,1 2,098 tn 4,22 7,72

C11 C1 X C5 25,6 72 9,102 0,36 tn 4,22 7,72

C12 C1 X C6 50,6 36 71,21 2,813 tn 4,22 7,72

C13 C1 X C7 -6,1 12 3,111 0,123 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.


(61)

63

Deskripsi Varietas Padi Ciherang

Nama Varietas : Ciherang

Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41—3-1

Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3

1//IR19661 131-3-1///IR64////IR64 Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125 hari

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : 107-115 cm

Anakan Produktif : 14-17 batang

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : Tidak berwarna

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Panjang ramping Warna Gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 23% Bobot 1000 Butir : 27-28 g Rata-rata Produksi : 6,0 ton/Ha

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/Ha

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3

Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) Strain III dan IV

Anjuran : Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan

Aan A. Daradjat Dilepas Tahun : 2000


(62)

64

Deskripsi Varietas Padi Ciliwung

Nama varietas : Ciliwung

Nomor seleksi : B4183-PN-33-6-1-2

Asal persilangan : IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2

Golongan : Cere

Umur tanaman : 117 - 125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 114 - 124 cm

Anakan produktif : 18 - 25 batang

Warna kaki : Hijai

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau tua

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Miring sampai tegak

Bentuk gabah : Sedang sampai ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22%

Indeks Glikemik : 86

Bobot 1000 butir : 23 g

Rata-rata hasil : 4,8 t/ha

Potensi hasil : 6,5 t/ha

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3; Agak tahan terhadap HDB strain IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan irigasi sampai ketinggian 550 m dpl

Pemulia : I. Sahi, Taryat., dan H. Maknun


(1)

64

Deskripsi Varietas Padi Ciliwung

Nama varietas : Ciliwung

Nomor seleksi : B4183-PN-33-6-1-2

Asal persilangan : IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2

Golongan : Cere

Umur tanaman : 117 - 125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 114 - 124 cm

Anakan produktif : 18 - 25 batang

Warna kaki : Hijai

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau tua

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Miring sampai tegak

Bentuk gabah : Sedang sampai ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22%

Indeks Glikemik : 86

Bobot 1000 butir : 23 g

Rata-rata hasil : 4,8 t/ha

Potensi hasil : 6,5 t/ha

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3; Agak tahan terhadap HDB strain IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan irigasi sampai ketinggian 550 m dpl

Pemulia : I. Sahi, Taryat., dan H. Maknun


(2)

65

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal PB Bogor

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Jenis : Padi sawah

Umur tanaman : 95 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 103 cm

Jumlah anakan : 22/rumpun

Jumlah anakan produktif : > 95 %

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : -

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : -

Warna Gabah : -

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2420/rumpun

Jumlah gabah isi : 55.3 %

Bobot 100 gabah : 2.68 gr

Bobot gabah/rumpun : 39.96 gr

Produktivitas : 51.14 kw/ha

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan terhadap hama wereng hijau Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp.

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul

Benyamin Timotiwu , I Ketut Tri Swantike


(3)

66

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Mutiara

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Jenis : Padi sawah

Umur tanaman : 95 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 93 cm

Jumlah anakan : 23/rumpun Jumlah anakan produktif : > 95 %

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : -

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : -

Warna Gabah : -

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2050/rumpun Jumlah gabah isi : 75.5 % Bobot 100 gabah : 2.63 gr Bobot gabah/rumpun : 40.7 gr Produktivitas : 52.09 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin Timotiwu , I Ketut Tri Swantike


(4)

67

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Kesit

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Kab. Tulang Bawang Barat

Jenis : Padi sawah

Umur tanaman : 95 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 104.3 cm Jumlah anakan : 19/rumpun Jumlah anakan produktif : > 95 %

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : -

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : -

Warna Gabah : -

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 1500/rumpun Jumlah gabah isi : 78 %

Bobot 100 gabah : 2.73 gr Bobot gabah/rumpun : 31.95 gr Produktivitas : 40.89 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul , Linggar Suprayogi


(5)

68

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Tewe

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Kab. Tulang Bawang Barat

Jenis : Padi sawah

Umur tanaman : 95 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 130.5 cm Jumlah anakan : 18/rumpun Jumlah anakan produktif : > 95 %

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : -

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : -

Warna Gabah : -

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 1872/rumpun Jumlah gabah isi : 89 %

Bobot 100 gabah : 2.80 gr Bobot gabah/rumpun : 45.27 gr Produktivitas : 57.94 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin Timotiwu , Linggar Suprayogi


(6)

69

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Gendut

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Jenis : Padi sawah

Umur tanaman : 95 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 103 cm Jumlah anakan : 17/rumpun Jumlah anakan produktif : > 95 %

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Daun Telinga : -

Warna Daun : Hijau

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : -

Warna Gabah : -

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2033/rumpun Jumlah gabah isi : 74 %

Bobot 100 gabah : 2.6 gr Bobot gabah/rumpun : 39.57 gr Produktivitas : 50.64 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin Timotiwu , I Ketut Tri Swantike