KESIMPULAN PENDAHULUAN UJI EFIKASI Beauveria bassiana DARI MEDIA PERTUMBUHAN DENGAN TIGA BAHAN PEMBAWA TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)

I. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penambahan bahan pembawa terhadap media SDA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter jamur B. bassiana, namun berpengaruh terhadap kerapatan spora, viabilitas perkecambahan spora dan virulensi B. bassiana. 2. Kerapatan spora tertinggi sebesar 14,5 x 10 6 sporaml pada bahan pembawa tepung jangkrik, juga menghasilkan viabilitas tertinggi sebesar 62,75 dan keduanya menghasilkan virulensi tertinggi sebesar 78,33 terhadap mortalitas Helopeltis spp.. 3. Penambahan konsentrasi tepung pada media pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap mortalitas Helopeltis spp MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. …………….. Sekretaris : Yuyun Fitriana, S.P., M.P. ……………… Penguji Bukan Pembimbing : Ir. Sudi Pramono, M.P. .………........... 2. Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001 Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 15 Februari 2012 Judul Skripsi : UJI EFIKASI Beauveria bassiana DARI MEDIA PERTUMBUHAN DENGAN TIGA BAHAN PEMBAWA TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. HEMIPTERA: MIRIDAE Nama Mahasiswa : Ni Wayan Ike Puspa Martina NPM : 0614041009 Jurusan : Proteksi Tanaman Fakultas : Pertanian MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. Yuyun Fitriana, S. P., M. P. NIP 19640613 1987031002 NIP 198108152008122001

2. Ketua Jurusan

Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. NIP 19640613 1987031002

I. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan November 2011 di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga hama Helopeltis spp., mentimun, media SDA Sabouraud Dextrose Agar, isolat Beauveria bassiana, tepung jangkrikGryllotalpa americana Pal. , tepung ulat hongkong Tenebrio molitor, tepung kulit udang Penaeus monodon, insektisida, aqua destilata steril, tissue dan alkohol 70. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples, kuas, kain kassa, karet gelang, cawan Petri, jarum ose, bor gabus, Drygalski, mikropipet, dan tabung reaksi.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah uji pertumbuhan jamur B. bassiana pada media SDA yang mengandung bahan pembawa sedangkan tahap kedua adalah uji media berbahan pembawa terhadap mortalitas Helopeltis spp. Kedua tahap tersebut menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok RAK yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama jenis bahan pembawa yang terdiri dari 3 perlakuan untuk perlakuan tahap pertama media SDA + tepung jangkrik, media SDA + tepung ulat hongkong, media SDA + tepung kulit udang dan 5 perlakuan untuk tahap kedua media SDA + tepung jangkrik, media SDA + tepung ulat hongkong, media SDA + tepung kulit udang, insektisida berbahan aktif permetrin dan air steril sebagai kontrol. Faktor kedua adalah konsentrasi jenis bahan pembawa yang digunakan terdiri dari 5 taraf yaitu 0; 0,5; 1; 1,5; dan 2, masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Tabel 1. Perlakuan uji pertumbuhan, kerapatan spora dan viabilitas jamur B. bassiana Jenis bahan pembawa Konsentrasi Ulangan Kode Perlakuan 1 2 3 Tepung Jangkrik A0B0 1 A0B0 2 A0B0 3 A0B0 0,5 A0B1 1 A0B1 2 A0B1 3 A0B1 1 A0B2 1 A0B2 2 A0B2 3 A0B2 1,5 A0B3 1 A0B3 2 A0B3 3 A0B3 2 A0B4 1 A0B4 2 A0B4 3 A0B4 Tepung ulat hongkong A1B0 1 A1B0 2 A1B0 3 A1B0 0,5 A1B1 1 A1B1 2 A1B1 3 A1B1 1 A1B2 1 A1B2 2 A1B2 3 A1B2 1,5 A1B3 1 A1B3 2 A1B3 3 A1B3 2 A1B4 1 A1B4 2 A1B4 3 A1B4 Tepung kulit udang A2B0 1 A2B0 2 A2B0 3 A2B0 0,5 A2B1 1 A2B1 2 A2B1 3 A2B1 1 A2B2 1 A2B2 2 A2B2 3 A2B2 1,5 A2B3 1 A2B3 2 A2B3 3 A2B3 2 A2B4 1 A2B4 2 A2B4 3 A2B4 Faktor A : A0 = Tepung jangkrik, A1 = Tepung ulat hongkong, A2 = Tepung kulit udang B : B0 = 0; B1 = 0,5; B2 = 1; B3 = 1,5; B4=2 Tabel 2. Perlakuan untuk uji Mortalitas Helopeltis spp. Perlakuan Konsentrasi Ulangan Kode Perlakuan 1 2 3 Tepung Jangkrik A0B0 1 A0B0 2 A0B0 3 A0B0 0,5 A0B1 1 A0B1 2 A0B1 3 A0B1 1 A0B2 1 A0B2 2 A0B2 3 A0B2 1,5 A0B3 1 A0B3 2 A0B3 3 A0B3 2 A0B4 1 A0B4 2 A0B4 3 A0B4 Tepung ulat hongkong A1B0 1 A1B0 2 A1B0 3 A1B0 0,5 A1B1 1 A1B1 2 A1B1 3 A1B1 1 A1B2 1 A1B2 2 A1B2 3 A1B2 1,5 A1B3 1 A1B3 2 A1B3 3 A1B3 2 A1B4 1 A1B4 2 A1B4 3 A1B4 Tepung kulit udang A2B0 1 A2B0 2 A2B0 3 A2B0 0,5 A2B1 1 A2B1 2 A2B1 3 A2B1 1 A2B2 1 A2B2 2 A2B2 3 A2B2 1,5 A2B3 1 A2B3 2 A2B3 3 A2B3 2 A2B4 1 A2B4 2 A2B4 3 A2B4 Insektisid a A3B0 1 A3B0 2 A3B0 3 A3B0 0,5 A3B1 1 A3B1 2 A3B1 3 A3B1 1 A3B2 1 A3B2 2 A3B2 3 A3B2 1,5 A3B3 1 A3B3 2 A3B3 3 A3B3 2 A3B4 1 A3B4 2 A3B4 3 A3B4 Kontrol A4B0 1 A4B0 2 A4B0 3 A4B0 0,5 A4B1 1 A4B1 2 A4B1 3 A4B1 1 A4B2 1 A4B2 2 A4B2 3 A4B2 1,5 A4B3 1 A4B3 2 A4B3 3 A4B3 2 A4B4 1 A4B4 2 A4B4 3 A4B4 Faktor A : A0 = Tepung jangkrik; A1 = Tepung ulat hongkong; A2 = Tepung kulit udang; A3 = Insektisida; A4 = Kontrol B : B0 = 0; B1 = 0,5; B2 = 1; B3 = 1,5; B4=2 D. Pelaksanaan Penelitian Secara rinci langkah-langkah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perbanyakan Helopeltis spp.

Perbanyakan serangga hama Helopeltis spp. dilakukan dengan menggunakan mentimun sebagai bahan pakan alternatif. Sebagai indukan diambil imago dan nimfa dari lapang yaitu dari Kebun POLINELA dan dari kebun kakao milik petani di daerah Gedongtataan, Lampung Tengah dan di daerah Sidorejo, Lampung Timur. Imago diletakkan di dalam satu stoples plastik berdiameter 16 cm dan tinggi 17 cm yang sudah berisi mentimun yang diletakkan di dinding. Stoples kemudian ditutup dengan kain sippon yang berukuran 30 x 30 cm dan diikat dengan karet gelang. Apabila imago telah memasuki periode bertelur maka mentimun yang sudah berisi telur dipindahkan pada stoples kosong. Setiap stoples dimasukkan 4 – 5 buah mentimun kemudian ditutup kain sippon, diikat dengan karet gelang dan diberi tanggal. Setelah telur menetas, nimfa dipindah ke stoples plastik lain yang sudah berisi mentimun baru dengan menggunakan kuas kecil. Mentimun diganti setiap hari sampai nimfa Helopeltis spp. dapat bartahan hingga menjadi imago dan bertelur. Demikian seterusnya hingga diperoleh jumlah imago yang diinginkan.

2. Penyiapan Isolat B. bassiana

Isolat B. bassiana yang digunakan dalam penelitian berasal dari Laboratorium Perkebunan Tegineneng, Lampung Tengah. Jamur diperbanyak dalam media SDA Sabouraud Dextrose Agar dan diinkubasi selama 3 – 5 hari. Jamur hasil perbanyakan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk pengujian lebih lanjut dalam penelitian ini.

3. Pembuatan Bahan Pembawa

Bahan pembawa yang digunakan adalah tepung jangkrik Gryllotalpa americana Pal.; tepung ulat hongkong Tenebrio molitor dan tepung kulit udang Penaeus monodon. Bahan pembawa tepung ulat hongkong, tepung jangkrik dan tepung kulit udang diperoleh dengan cara memanaskan masing – masing 100 ekor imago jangkrik dan ulat hongkong hidup serta 100 g kulit udang dengan menggunakan oven pada suhu 100ºC selama 3 jam. Selanjutnya jangkrik, ulat hongkong dan kulit udang tersebut dihaluskan dengan mengunakan blender sehingga menjadi tepung ukuran lolos saringan 1 mm Herlinda et al., 2006.

4. Penyiapan Media Berisi Bahan Pembawa

Media pertumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA Sabaoraud Dextrose Agar. Media SDA tersebut kemudian ditambahkan bahan pembawa dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 1,5; dan 2. Media 0 merupakan media tanpa bahan pembawa. Media 0,5; 1; 1,5; dan 2 dibuat dengan mencampurkan berturut-turut 0,5; 1; 1,5; dan 2 larutan bahan pembawa dari 30 g bahan pembawal air steril. Media ini kemudian digunakan untuk uji pertumbuhan isolat jamur B. bassiana.

5. Pengujian Kecepatan Pertumbuhan Isolat Jamur B. bassiana Pada Media

Berisi Bahan Pembawa Isolat jamur B. bassiana diambil dengan menggunakan bor gabus ukuran 10 mm dan ditumbuhkan pada bagian tengah cawan Petri yang berisi media yang mengandung bahan pembawa pada tiap-tiap konsentrasi. Setelah itu cawan Petri yang berisi isolat jamur B. bassiana tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 14 hari.

6. Pengujian Kerapatan dan Viabilitas Perkecambahan Spora

6.1 Perhitungan Kerapatan Spora

Biakan jamur B. bassiana pada pengujian sebelumnya dipotong dengan menggunakan bor gabus berukuran 10 mm. Kemudian satu potongan bor gabus dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril ukuran 10 ml yang berisi 10 ml air steril dan dikocok dengan shaker kecepatan 470 osilasimenit hingga tercampur merata ± 10 menit. Selanjutnya, suspensi tersebut diencerkan hingga 10 - 5 .diambil satu bor gabus. Kerapatan spora dihitung dengan menggunakan haemositometer dengan cara mengambil sebanyak 1 ml suspensi kemudian diteteskan pada haemositometer tersebut dan dihitung kerapatan sporanya di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 10 x 40 kali. Kerapatan spora dihitung dengan mengunakan rumus Gabriel dan Riyatno 1989 sebagai berikut: 6 10 25 ,     n d t C Keterangan: C : kerapatan spora per ml larutan t : jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati d : tingkat pengenceran n : jumlah kotak sampel 5 kotak besar x 16 kotak kecil 0,25 : faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil pada haemositometer 10 6 : konstanta

6.2 Perhitungan Viabilitas Perkecambahan Spora

Viabilitas spora dihitung dengan cara menginkubasi suspensi spora dari suspensi penghitungan kerapatan spora selama 24 jam. Setelah itu satu tetes suspensi tersebut diteteskan pada kaca preparat dan ditutup dengan gelas penutup, lalu dihitung jumlah spora-spora yang berkecambah dan tidak berkecambah pada bidang pandang di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Perhitungan viabilitas spora dilakukan pada jam ke- 24 setelah inkubasi. Viabilitas spora dihitung dengan rumus Gabriel Riyatno 1989 sebagai berikut: 100    u g g V Keterangan: V : perkecambahan spora g : jumlah spora yang berkecambah u : jumlah spora yang tidak berkecambah

7. Pengujian Virulensi Isolat Jamur B. bassiana Terhadap Serangga Uji

Helopeltis spp. Virulensi spora pada masing-masing media berisi bahan pembawa diuji dengan cara menyemprotkan suspensi B. bassiana pada imago Helopeltis spp.. Suspensi ini diperoleh dengan cara mencampurkan 0,2 gram isolat jamur B. bassiana dengan 100 ml aquades dan diaduk hingga spora tercampur dengan aquades. Suspensi tersebut disemprotkan pada 20 ekor serangga uji sebanyak 20 ml. Kemudian imago tersebut dipelihara dalam satu stoples yang ditutup kain kasa dan diberi pakan timun. Parameter virulensi yang diamati adalah mortalitas imago. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari, dan sampai imago mati. Mortalitas imago dihitung berdasarkan rumus Prijono 1989 dalam Herlinda 2006, sebagai berikut: 100   b a PI Keterangan: PI : Persentase infeksi a : jumlah serangga mati terinfeksi b : jumlah serangga yang diuji

8. Pengamatan

8.1 Uji Pertumbuhan Isolat Jamur B. bassiana

Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap diameter jamur yang tumbuh dari tiap-tiap konsentrasi. Data diameter yang didapat merupakan rata-rata 3 kali pengukuran diameter jamur yang tumbuh.

8.2 Pengujian Kerapatan, Viabilitas Perkecambahan Spora Dan Virulensi

Data kerapatan spora, viabilitas spora dan tingkat mortalitas Helopeltis spp. dianalisis menggunakan ANOVA. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT dengan taraf nyata 5. Yad-yad acarati sresthas, Tat-tat evetaro janah Sa yat pramanam kurute, Lokas tad anuvartate “Apapun juga kebiasaan yang baik itu dilakukan, orang lain juga akan mengikutinya. Teladan apapun yang dilakukannya, dunia akan mengikutinya” Bgvdgta III.21 ”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan, cara terbaik untuk menyele saikan sesuatu adalah, “mulai”, tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita selesaikan kalau kita hanya memulainya Clifford Warren Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak sukses Lambert Jeffries

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, pada tahun 2009 luas perkebunan kakao 38.865 ha dengan rincian 35.667 ha perkebunan rakyat dan 3198 ha perkebunan swasta. Sementara produktivitasnya mencapai 25.663 tontahun terdiri atas 21.662 tontahun dari perkebunan rakyat dan 4.001 tontahun perkebunan swasta Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2011. Berbeda dengan luas lahannya yang semakin bertambah, produktivitas kakao justru cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penurunan produksi tanaman kakao disebabkan oleh banyak faktor diantaranya masalah hama dan penyakit tanaman. Hama yang menyerang tanaman kakao diantaranya adalah penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Lepidopdera; Gracillariidae, penggerek batangcabang kakao Zeuzera coffeae dan Zeuzera roricyanea Lepidoptera; Cossidae, dan hama penghisap buah kakao Helopeltis spp. Hemiptera; Miridae Siregar et al., 2006. Helopeltis spp. merupakan salah satu serangga hama yang sangat merugikan bagi tanaman kakao. Hama ini menyebabkan kerugian besar apabila menyerang buah – buah muda. Serangannya dapat menyebabkan buah berhenti berkembang bahkan pada serangan berat menyebabkan buah kering Sudarmo, 1989. Helopeltis spp. menyerang pada stadia nimfa dan dewasa, dengan menusukkan bagian mulutnya yang bentuknya seperti tabung kedalam jaringan daun, batang, buah yang berwarna hijau dan lunak untuk menghisap cairan buah. Sebelum melakukan aktivitas makan baik nimfa maupun serangga dewasa terlebih dahulu memasukkan ludah yang meracuni sel-sel tanaman. Mula-mula tampak adanya cairan berwarna tua di sekitar tusukan dan berubah menjadi berwarna coklat muda Pracaya, 2009. Beberapa teknik pengendalian telah direkomendasikan untuk mengendalikan Helopeltis spp., diantaranya secara mekanik dengan penangkapan serangga hama, pemangkasan tunas-tunas muda atau ranting-ranting agar tanaman tidak rimbun karena Helopeltis menyenangi tempat yang terlindung dari matahari, tidak menanam tanaman yang disenangi Helopeltis secara berdekatan misalnya tanaman mentimun, dan secara kimiawi Sudarmo, 1989. Namun seiring perkembangan jaman masyarakat mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Pengendalian secara hayatipun menjadi alternatif pengendalian yang efisien dan aman terhadap lingkungan. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan penggunaan musuh alami yaitu dengan pembuatan sarang-sarang semut hitam Dolichoderus dan semut gramang karena semut dapat berperan sebagai predator bagi Helopeltis spp. serta dengan kepinding buas sebagai pemangsa Helopeltis muda Untung, 2001. Selain penggunaan predator dan parasitoid sebagai musuh alami, penggunaan jamur entomopatogen juga memiliki potensi yang cukup baik dalam pengendalian Helopeltis spp. Atmadja, 2003. Saat ini telah diteliti lebih dari 750 spesies jamur penyebab penyakit pada serangga jamur entomopatogen. Beberapa spesies jamur entomopatogen layak dipertimbangkan sebagai agen pengendali hayati, diantaranya adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Cordyceps, dan Hirsutella sp. Wahyono, 2007. Jamur B. bassiana merupakan salah satu spesies jamur entomopatogen yang telah memperoleh perhatian besar dan telah dimanfaatkan untuk pengendalian serangga hama pada berbagai komoditas tanaman, karena jamur ini mempunyai daya bunuh yang tinggi terhadap berbagai jenis serangga hama, mudah diperbanyak dan tidak bersifat toksik terhadap vertebrata Suriarti, 2009.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari pengaruh penambahan bahan pembawa yaitu tepung jangkrik, ulat hongkong dan kulit udang terhadap kerapatan dan viabilitas perkecambahan spora jamur Beauveria bassiana 2. Mengetahui pengaruh aplikasi jamur B. bassiana dengan penambahan bahan tepung jangkrik, ulat hongkong dan kulit udang terhadap mortalitas Helopeltis spp.

C. Kerangka Pemikiran

Saat ini penggunaan insektisida kimia masih menjadi andalan untuk mengendalikan serangga hama. Penggunaan insektisida kimia secara berkala dalam kurun waktu tertentu dapat menyebabkan resistensi dan resurgensi hama sasaran, keracunan bagi petani, terbunuhnya serangga-serangga berguna, pencemaran lingkungan dan residu pestisida dalam produk perkebunan Oka, 1995. Pertanian berkelanjutan pada abad 21 akan lebih mengedepankan alternatif pengelolaan serangga hama yang ramah lingkungan dan meminimalkan kontak antara manusia dan insektisida kimia Soetopo Indrayani, 2007. Salah satu alternatif pengendalian yang banyak dikembangkan adalah penggunaan patogen serangga entomopatogen, khususnya jamur entomopatogen B. bassiana Soetopo Indrayani, 2009. B. bassiana merupakan jamur entomopatogen yang memiliki potensi sebagai insektisida mikrobial karena bersifat parasit pada serangga, dapat tumbuh pada media buatan, mudah diproduksi secara massal, serta memiliki kisaran inang yang luas Purnomo, 2010. Suriarti 2009, melaporkan bahwa jamur B. bassiana yang diaplikasikan terhadap Leptocorisa acuta dengan konsentrasi 1,35 x 10 8 konidiaml air pada hari ke-14 tingkat kematiannya mencapai 71,9. Suspensi B. bassiana yang diaplikasikan terhadap penggerek batang Lophobaris piperis di LPTP Natar berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi, peneluran dan keberhasilan hidup imago. Keefektifan B. bassiana untuk mengendalikan hama sasaran sangat tergantung pada keragaman jenis isolat, kerapatan spora, kualitas media tumbuh, jenis hama yang dikendalikan, umur stadia hama, waktu aplikasi, frekuensi aplikasi, dan faktor lingkungan meliputi sinar ultra violet, curah hujan, dan kelembaban Tanada Kaya, 1993 dalam Ariani, 2003. Selain itu Hunt et al., 1984 dalam Arifin, 2010 menyatakan bahwa perkecambahan konidia jamur B. bassiana baik pada integumen serangga maupun pada media buatan umumnya membutuhkan nutrisi tertentu, seperti glukosa, glukosamin, kitin dan nitrogen, terutama untuk pertumbuhan hifa. Tidak semua spora jamur entomopatogen yang diaplikasikan berhasil mencapai sasaran karena mobilitas serangga yang tinggi terutama hama dari ordo Homoptera dan Hemiptera, cara aplikasi yang tidak benar serta adanya proses ganti kulit pada serangga. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menambahkan bahan pembawa carrier sebagai makanan cadangan starter bagi spora sebelum berhasil menginfeksi serangga. Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penambahan bahan pembawa pada media pertumbuhan jamur. Media SDB Sabouraud Dextrose Broth yang diperkaya dengan tepung jangkrik dapat meningkatkan kerapatan dan viabilitas perkecambahan spora B. bassiana Herlinda, 2006. Kandungan nutrisi media SDB yang diperkaya dengan tepung jangkrik menambah energi yang terdapat di dalam media, berupa khitin dan protein. Kedua zat tersebut merupakan energi yang banyak terdapat pada integument serangga. Dengan demikian, adanya penambahan zat-zat tersebut dapat menghambat penurunan viabilitas. Pengembangan lebih lanjut dari potensi jamur entomopatogenik, perlu terus dilakukan dengan mengadakan berbagai penelitian untuk meningkatkan viabilitas dan virulensinya. Percobaan-percobaan di lapangan sangat diperlukan untuk dapat mengevaluasi keefektifannya dan kendala-kendala yang timbul.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Media pertumbuhan jamur B. bassiana yang mengandung bahan pembawa tepung jangkrik, tepung ulat hongkong dan tepung kulit udang mempunyai kemampuan tumbuh, tingkat kerapatan spora, viabilitas spora, dan virulensi yang berbeda terhadap Helopeltis spp. 2. Aplikasi media pertumbuhan dengan konsentrasi bahan pembawa yang tinggi akan menghasilkan tingkat mortalitas yang tinggi terhadap Helopeltis spp. Dengan rasa syukur kepada Hyang Widhi Wasa Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasihku kepada : Bapak Nyoman Mertha Yasa dan Ibu Wayan Mertha Sari, adik-adik Ni Made Riya Novi Antari, Ni Nyoman Sujatining Manah, Ni Ketut Mega Sari Dewi, I Putu Fernanda Putra Adisanem dan I Nengah Scorsad Suargaloka Nanta yang selalu mendo’akan dan memberi semangat, serta kasih sayangnya selama ini, serta Almamaterku tercinta. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 22 Maret 1988, sebagai anak pertama dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Nyoman Mertha Yasa dan Ibu Wayan Mertha Sari. Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisyah Bustanul Alfa pada tahun 1994, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Bauh Gunung Sari pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 23 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat PKAB. Penulis aktif dalam organisasi internal kampus, pernah menjabat menjadi Bendahara Unit Pelaksana Teknis Klinik Tanaman Himaprotekta tahun 2007 – 2008. Penulis pernah mengikuti Lomba Cerdas Cermat Agama Hindu Tingkat SLTP dan SMU se-Lampung yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa Pembinaan Kerohanian Mahasiswa Hindu Universitas Lampung pada tanggal 19 April 2003. Penulis juga pernah mengikuti Test Pemeriksaan Psikologis yang diadakan oleh Yayasan Konseling Indonesia YAKIN pada tanggal 26 April 2004. Pada tahun 2007 penulis pernah mengikuti kegiatan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar LKMM- TD dengan tema “Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Mahasiswa Menuju Masyarakat Madani”. SANWACANA Puji syukur penulis panjatkan kepada Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Uji Efikasi Beauveria bassiana Dari Media Pertumbuhan Dengan Tiga Bahan Pembawa Terhadap Mortalitas Helopeltis spp., sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M. S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan, motivasi, bimbingan, waktu, tenaga, gagasan dan kepercayaan selama penulis merencanakan, melaksanakan penelitian, menganalisis data dan menyelesaikan skripsi. 2. Ibu Yuyun Fitriana, S. P., M. P., selaku Pembimbing II atas bimbingan, petunjuk, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis demi sempurnanya skripsi ini. 3. Bapak Ir. Sudi Pramono, M. P., selaku Penguji atas segala saran dan arahan yang memperkuat substansi skripsi ini. 4. Bapak Ir. Nur Yasin, M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 5. Seluruh staf pengajar Jurusan Proteksi Tanaman yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 7. Kedua orangtua Bapak Nyoman Mertha Yasa dan Ibu Wayan Mertha Sari, adik-adik Ni Made Riya Novi Antari, Ni Nyoman Sujatining Manah, Ni Ketut Mega Sari Dewi, I Putu Fernanda Putra Adisanem dan I Nengah Scorsad Suargaloka Nanta yang selalu mendo’akan dan memberi semangat, serta kasih sayangnya selama ini. 8. Keluarga di Banjit nenekku tercinta Wayan Mertha, bibiku Nyoman Sribek, Pamanku Ketut Arnaya, Wayan Ratip dan Komang Gde Astawe sepupuku Wayan Nick , Wayan Aryandika, Luh Arnita, Made Asmare, Budi dan seluruh keluarga besarku di Banjit, yang selalu memberikan motivasi dan nasihatnya selama ini. 9. Keluarga di Sidorejo yang selalu memberikan motivasi. 10. Lulus Satria Pearl, S.P., yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, bantuan, do’a, dan nasihatnya. Semoga tali silaturrahmi ini terjalin sampai akhir hayat. 11. Sahabatku, Cicilia Rina Fitriani, Nina Rosliana, Nyoman Dewi, Luh Devi, Nyoman Sutarjana S.T., I. Ketut ike, S.P., Ketut Anom dan Komang Suarjane yang selalu memberikan motivasi, do’a, canda tawa, dan persahabatan yang takkan pernah lekang oleh waktu. 12. Teman-teman HPT 2006, Ivayani, S.P., Elmy Gifta Valentin, S.P., Kristina, S.P., Welfa Ria Hamer, S.P., Mirra Octavianti, S.P., Deni Oktadinata, S. P., Nurjumhar Ruanda, S.P., Ratih Pratiwi, S.P., Katrin Kenese, S.P., Imas Vita Mulisa Murni, S.P., Novita Susanti, S.P., Riska Febriani, S.P., Zaza Pregina, S.P., Chandra Gotama, S.P., Agung Riski Johansyah, Arif Zainuri, Slamet Ruadi, Bezi Astriana, Sri Henny Octavia, Agis Palupi, Novita Sari darwin, Tria Agustina, Widiantoro, Wahyu Susanto, atas persaudaraan, kekompakan, serta semangatnya selama ini. 13. Teman-temanku di Asrama Astrid, Raflesia dan Jayanti, Heni Istcharoh, S.E., Asih Puji Lestari, Reny Aprilia, Merry Kristiani, Alfe, Rifa, Novi, Nina, Cici, Intan, Mulyani, Lina, Epy ningsih, Epy, 14. Kanda dan yundaku angkatan 2000 Joni Hidayat, S.P., 2002 Ketut Arta, S.P., 2003 Rommy Meika, dan Ikhsan Supomo, S.P., 2004 M. Taufik Akbar, S.P., dan Mahfud Wahyu Saputra, S.P., 2005 Juanda Barus, S.P., Aryo Nugroho, S.P., David Darmawan, S.P., Puji Lestari, S.P, 2007 Siti Juhariah dkk, dan seluruh keluarga besar di HPT. Bandar Lampung, Penulis, Ni Wayan Ike Puspa Martina

I. TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

4 89 58

Uji Efektivitas Bacillus thuringiensis Berliner dan Beauveria bassiana Vui!! Terhadap Ulat Krop Crocidolomia binotalis ZeC (Lepidoptera : Pyralidae) Pada Tanaman Kubis di Laboratorium

2 59 84

Uji Efektifitas Beauveria bassiana (Balsamo) Dan Daun Lantana camara L. Terhadap Hama Penggerek Umbi Kentang (Phthorimaea operculella Zell.) Di Gudang

1 40 72

Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium

0 39 68

Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

1 35 75

Efektivitas Beauveria Bassiana (Bals.) Vuill Terhadap Spodoptera litura F (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

0 47 43

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

PATOGENISITAS EMPAT ISOLAT CENDAWAN Beauveria bassiana TERHADAP HAMA Helopeltis spp. DAN Riptortus linearis DI LABORATORIUM

0 5 44

UJI EFIKASI EKSTRAK GULMA SIAM TERHADAP MORTALITAS HAMA PENCUCUK BUAH KAKAO (HELOPELTIS SPP.) DI LABORATORIUM

0 0 7

Patogenisitas Empat Isolat Jamur Beauveria bassiana terhadap Hama Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) di Laboratorium

0 0 9