Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

(1)

ENTOMOPATOGENIK Beauveria bassiana Vuill. DARI BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae)

PADA TANAMAN TEMBAKAU DI RUMAH KASA

S K R I P S I

Oleh:

JESANTA ANSERA TARIGAN 080302052

HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 1 5


(2)

ENTOMOPATOGENIK Beauveria bassiana Vuill. DARI BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae)

PADA TANAMAN TEMBAKAU DI RUMAH KASA

S K R I P S I

Oleh:

JESANTA ANSERA TARIGAN 080302052

HPT

Skripsi Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 1 5


(3)

Judul : Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai

Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak

(Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman

Tembakau Di Rumah Kasa Nama : Jesanta Ansera Tarigan NIM : 080302052

Prodi : HPT

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS ) ( Ir. Syahrial Oemry, MS ) Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.) Ketua Program Studi


(4)

ABSTRAK

Jesanta Ansera Tarigan. 2015. “Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa”. Di bawah

bimbingan M. Chyccu Tobing dan Syahrial Oemry.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial. Faktor 1 jenis media tumbuh Beauveria bassiana M0: Kontrol (Medium DOC PDA 02), M1: serbuk kayu rambung, M2: serbuk kayu mahoni, M3: serbuk kayu ubi kayu dan faktor 2 waktu aplikasi Beauveria

bassiana S1: Beauveria bassiana di aplikasian setelah Spodoptera, S2: Beauveria

bassiana di aplikasian sebelum Spodoptera. Hasil penelitian menunjukkan:

Preverensi medium dengan konsentrasi spora tertinggi terdapat pada medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 9.913,333 cfu spora B. bassiana/ 10 g medium aplikasi. Medium serbuk kayu ubi kayu secara konstan memiliki nilai mortalitas tertinggi 4-7 Has. Medium serbuk ubi kayu memiliki nilai keparahan serangan terkecil yaitu 10,270%. Lethal time 50 (LT 50) tercepat terhadap medium terdapat pada perlakuan medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 4,131 hari.

Kata kunci : Beauveria Bassiana, media tumbuh, waktu aplikasi dan Spodoptera litura.


(5)

ABSTRACT

Jesanta Ansera Tarigan. 2015. Entomophatogenict of Beauveria Bassiana Vuill. from Various Medium to Control Oriental Lifeworm Moth (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) on Tobacco in Screen House”. Under direction

M. Chyccu Tobing and Syahrial Oemry.

The research was conducted in Plant Disease Laboratory and Screen House, Agriculture Faculty, University of Sumatra Utara from March to April 2015. It was done by using Factorial Completely Randomized Design (FCRD) with first factor, various medium culture B. bassiana, treatments: M0: control (DOC PDA 02), M1: dust of rubber plant, M2: dust of mahogany, M3: dust of cassava and second factor application time Beauveria bassiana S1: Beauveria bassiana was applicated after Spodoptera, S2: Beauveria bassiana was applicated before Spodoptera. The result showed : Preverention medium with concentration maximum spores in dust cassava media was 9.913,333 cfu spor es B. bassiana/ 10 g application medium. Cassava dust media had constant maximum mortality 4-7 days after application. Cassava dust media had minimum value of severity attack

was 10,270%. Lethal time 50 (LT 50) efectivities on cassava dust media was

4.131 days.

Word key: Beauveria Bassiana, culture medium, time application and Spodoptera litura.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Entomopatogenik

Beauveria bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat

Grayak (Spodoptera litura F.)(Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS sebagai Ketua dan Ir. Syahrial Oemry, MS sebagai Anggota yang telah memberi saran dan bimbingan kepada penulis untuk mempersiapkan usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan usulan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2015


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Jesanta Ansera Tarigan lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 23 April 1990 dari ayahanda Ngangkat Tarigan dan ibunda Emsahmuli

Br. Sembiring. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Methodist Binjai lulus tahun 2000, SMP Negeri 2 Binjai lulus tahun 2005, SMA Negeri 2 Binjai lulus tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman ( IMAPTAN ), Asisten laboratorium dasar ilmu perlindungan hutan tahun 2012, Asisten Laboratorium dasar ilmu perlindungan tanaman tahun 2013, Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Memban Muda pada bulan Juni – Juli 2011.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT. ... i

ABSTRAK. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP. ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL. ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Spodopter a litur a F. ... 5

Gejala Serangan Spodoptera litura F. ... 7

Pengendalian Spodopter a litura F. ... 8

Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. ... 9

Mekanisme Infeksi Jamur Beauveria bassiana Vuill. ... 11


(9)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metodologi Penelitian ... 15

PELAKSANAAN PENELITIAN Di laboratorium Isolasi Beauveria bassiana Vuill. . ... 17

Perbanyakan Larva Spodoptera litura.. ... 18

Pembuatan Media Tumbuh Beauveria bassiana Vuill.. ... 18

Inokulasian Beauveria bassiana Vuill... 19

Sterilisasi Media Tumbuh Tanaman Tembakau. ... 19

Di Rumah Kasa ... Penyiapan Bibit Tembakau ... 19

Penanaman Tembakau ... 19

Inokulasian Beauveria bassiana ... 19

Introduksi Spodopteralitura Pada Tanaman Tembakau ... 20

Pemeliharaan tanaman Pengendalian OPT ... 20

Penyiraman Tanaman Tembakau ... 20

Panen ... 20

Peubah Amatan Preverensi Beuveria bassiana terhadap media ... 20

Persentase Mortalitas Spodoptera litura ... 21

Keparah Serangan. ... 21


(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preverensi Beauveria basiana Terhadap Medium ... 22 Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap berbagai

medium ... 24 Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7

Hsa (%) dan Lethal Time(LT50) S. litura terhadap daya

entomopatogenik B. bassiana pada medium yang berbeda... 28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 34 Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hlm.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9.

Kriteria morfologi dan ukuran larva

Skoring kerusakan tanaman akibat serangan Spodoptera litura Julmlah spora B.bassiana/ 10 g medium serbuk kayu (cfu)

Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap berbagai medium 1-7 Hsa (%)

Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%)

Iteraksi persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi dan berbagai medium cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%) Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan

Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassiana pada medium yang berbeda

Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassiana pada waktu aplikasi yang berbeda

Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan

Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassiana pada waktu aplikasi yang berbeda dan medium yang

berbeda

5 21 22 25 26 27 28 31


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1. Telur S. litura 5

2. Larva instar 6 S. litura 6

3. Pupa S. litura 6

4. Ngengat S. litura 7

5. Gejala Serangan S. litura 8

6. 7. 8. 9.

Morfologi dan bagian Beauveria basiana

Pertumbuhan propagul B. bassiana pada berbagai medium uji. Serangan B. bassiana pada larva instar 4 S. litura.

Serangan S. litura pada tanaman tembakau.

10 24 26 30


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Denah Lokasi Penelitian 39

2. Persentase mortalitas S. litura 1 HSA 40

3. 4. 5. 6. 7. 8. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Persentase mortalitas S. litura 2 HSA Persentase mortalitas S. litura 3 HSA Persentase mortalitas S. litura 4 HSA Persentase mortalitas S. litura 5 HSA Persentase mortalitas S. litura 6 HSA Persentase mortalitas S. litura 7 HSA

Preverensi Beauveria basiana Terhadap Medium /10g medium aplikasi

Keparah serangan S. litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) Lethal Time 50% (LT 50) (Hari)

Tanaman tembakau di rumah kasa Tanaman tembakau perlakuan M0S1 Tanaman tembakau perlakuan M0S2 Tanaman tembakau perlakuan M1S1 Tanaman tembakau perlakuan M1S2 Tanaman tembakau perlakuan M2S1 Tanaman tembakau perlakuan M2S2 Tanaman tembakau perlakuan M3S1 Tanaman tembakau perlakuan M3S2

42 43 45 47 49 50 51 53 54 55 57 57 58 58 59 59 60 60


(14)

ABSTRAK

Jesanta Ansera Tarigan. 2015. “Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa”. Di bawah

bimbingan M. Chyccu Tobing dan Syahrial Oemry.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial. Faktor 1 jenis media tumbuh Beauveria bassiana M0: Kontrol (Medium DOC PDA 02), M1: serbuk kayu rambung, M2: serbuk kayu mahoni, M3: serbuk kayu ubi kayu dan faktor 2 waktu aplikasi Beauveria

bassiana S1: Beauveria bassiana di aplikasian setelah Spodoptera, S2: Beauveria

bassiana di aplikasian sebelum Spodoptera. Hasil penelitian menunjukkan:

Preverensi medium dengan konsentrasi spora tertinggi terdapat pada medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 9.913,333 cfu spora B. bassiana/ 10 g medium aplikasi. Medium serbuk kayu ubi kayu secara konstan memiliki nilai mortalitas tertinggi 4-7 Has. Medium serbuk ubi kayu memiliki nilai keparahan serangan terkecil yaitu 10,270%. Lethal time 50 (LT 50) tercepat terhadap medium terdapat pada perlakuan medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 4,131 hari.

Kata kunci : Beauveria Bassiana, media tumbuh, waktu aplikasi dan Spodoptera litura.


(15)

ABSTRACT

Jesanta Ansera Tarigan. 2015. Entomophatogenict of Beauveria Bassiana Vuill. from Various Medium to Control Oriental Lifeworm Moth (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) on Tobacco in Screen House”. Under direction

M. Chyccu Tobing and Syahrial Oemry.

The research was conducted in Plant Disease Laboratory and Screen House, Agriculture Faculty, University of Sumatra Utara from March to April 2015. It was done by using Factorial Completely Randomized Design (FCRD) with first factor, various medium culture B. bassiana, treatments: M0: control (DOC PDA 02), M1: dust of rubber plant, M2: dust of mahogany, M3: dust of cassava and second factor application time Beauveria bassiana S1: Beauveria bassiana was applicated after Spodoptera, S2: Beauveria bassiana was applicated before Spodoptera. The result showed : Preverention medium with concentration maximum spores in dust cassava media was 9.913,333 cfu spor es B. bassiana/ 10 g application medium. Cassava dust media had constant maximum mortality 4-7 days after application. Cassava dust media had minimum value of severity attack

was 10,270%. Lethal time 50 (LT 50) efectivities on cassava dust media was

4.131 days.

Word key: Beauveria Bassiana, culture medium, time application and Spodoptera litura.


(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman tembakau merupakan tanaman subtropis asli Amerika. Tembakau Deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu, kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun Tembakau Deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor satu di dunia. Sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas tinggi (Erwin, 2014). Pada periode Januari - Juni 2013 nilai impor tembakau adalah sebesar US$ 274,75 juta. Negara eksportir tembakau terbesar ke Indonesia adalah China yaitu sebesar 112,72 juta. Negara lainnya yang memasok tembakau adalah Turki, Brazil, Philipina, dan Amerika Serikat. Tembakau merupakan komoditas yang mengalami defisit terbesar dari tahun 2013-2013 yakni mencapai US$ 164,69 juta (Respati et al., 2013).

Salah satu faktor penyebab turunnya produksi maupun kualitas tembakau adalah serangan hama. Serangga hama yang sering ditemukan menyerang tembakau adalah Spodoptera liturayang dapat menyebabkan kehilangan hasil 30% - 40%. S. litura merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau, sehingga mutu daun menjadi berkurang.Ulat instar 4 memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daunnya saja. Serangan Spodoptera pada tanaman tembakau juga di jumpai di Jepang, Korea dan China yang merusak tanaman leugum, cruciferales dan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi lainya (Parket al., 2013).

Pengendalian S. liturapada tembakau masih mengandalkan insektisida kimia karena mudah dilaksanakan dan cepat diketahui hasilnya(Amir, 2009). Penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif,


(17)

baik terhadap pendapatan petani maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna (parasitoid, predator dan penyerbuk) dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama terhadap insektisida juga dapat mengurangi kualitas tanaman (Laoh et al., 2003). Mengingat dampak negatif penggunaan insektisida, maka banyak penelitian yang memformulasikan beberapa agens hayati untuk mengendalikan hama ini (Arifin, 2011).

Salah satu alternatif pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan patogen serangga, khususnya jamur entomopatogen B. bassiana. Efektivitas B. bassianadilaporkan dapat membunuh larva Spodoptera litura pada waktu 48 jam setelah penyemprotan cendawan entomopatogen. Serangga yang terserang menunjukkan gejala mulai lemas dan mengalami mumifikasi pada hari ke tujuh setelah aplikasi (Mirhaghparastet al., 2013). Jamur menyerang serangga dengan melakukan penetrasi melalui intergumen serangga, masuk melalui pakan serangga dan kontak langsung dengan serangga yang terinfeksi. Harga ini dipengaruhi oleh jenis media dan teknologi yang harus steril, sehingga petani tidak dapat membuat perbanyakan dalam media yang lebih murah dan melimpah di lapangan.

Bahan yang sering melimpah dilapangan dan mudah diperoleh serta tergolong murah adalah limbah serbuk kayu. Serbuk kayu sisa industri yang banyak digunakan adalah serbuk kayu mahoni, rambung dan ubi kayu. Kayuadalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumberenergi dan untuk membangun massa sel (Timoura, 2014). Penelitian pengunaan limbah serbuk kayu mahoni, karet dan ubi kayu sebagai medium perbanyakan Beauveria basiana untuk mengendalikan Spodopteralitura. pada tanaman tembakau belum pernah di coba dilaboratorium maupun dilapangan di


(18)

perkebunan di Indonesia, sehingga penelitian ini penting dilakukan dan dikembangkan.

Tujuan Penelitian

Menguji potensi 3 jenis media tumbuh entomopatogenik Beauveria

bassiana Vuill terhadap hama ulat grayak (S.litura F. ) (Lepidoptera : Noctuidae)

pada tanaman tembakau di rumah kasa. Hipotesis Penelitian

1. Diduga Beauveria BassianaVuill. dari berbagai media tumbuh dapat mengendalikan hama ulat grayak (S. litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) pada tanaman tembakau di rumah kasa.

2. Diduga waktu aplikasi Beauveria Bassiana Vuill. dapat mengendalikan hama ulat grayak (S. litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) pada tanaman tembakau di rumah kasa.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Spodoptera litura F.

S. litura di temukan di Eropa, Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan

biasanya banyak terdapat pada daerah yang beriklim panas. Di daerah tropic yang di temukan di Negara-negara seperti Indonesia, India, Arab, bagian selatan Yaman, Somalia, Ethopia, Sudan, Nigeria, Mali, Kamerun dan Madagaskar. Di Indonesia hama ini terutama banyak di temukan pada pertanaman bawang merah di Brebes, Jawa Tengah (Moeksan, 2014) dan Sulawesi Selatan khususnya Jeneponto sebagai sentra produksi bawang merah.

S. litura atau ulat grayak adalah serangga yang termasuk dalam phylum

arthropoda ,kelas insekta, ordo lepidoptera, famili noctuidae, genus Spodoptera dan species S.litura (UF/IFAS Pest Alert, 2007). S. litura adalah ulat pemotong rumput, selain itu juga dikenal dengan nama ulat grayak atau ulat tentara.

S.litura tersebut mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : Telur

dariS.lituradiletakkan pada permukaan daun bagian bawah secara

berkelompok,berkisar 25 -500 butir per kelompok, tertutup semacam beludru berwarna coklat kekuningan (Gambar 1).Masa inkubasi massa telur antara 2 -4 hari.

.

Gambar 1. Telur S. litura. Sumber:(Egg mass covered with hairy scales (Photo: M. Shepard, G. R.Carner, and P.A.C Ooi, Insects and their Natural Enemies Associated with Vegetables and Soybean in Southeast Asia, Bugwood.org)UF/IFAS Pest Alert. 2007)


(20)

Stadia larva berkisar antara 15-30 hari. Pada stadia larva mengalami 6 kali instar yaitu:

Gambar 2. Daur hidup larvaberdasarkan instarnya. Sumber :(Ellis: 2004)

Gambar 3. Larva instar 6S. litura. Sumber:(Egg mass covered with hairy scales (Photo: M. Shepard, G. R.Carner, and P.A.C Ooi, Insects and their Natural Enemies Associated with Vegetables and Soybean in Southeast Asia, Bugwood.org)UF/IFAS Pest Alert. 2007)

Ulat mempunyai warna yang bervariasi, tetapi ada ciri utama, yaitu adanya garis menyerupai kalung berwarna hitam yang melingkar pada ruas ketiga. Warna pupacoklat kemerahan dengan panjang 12,5 -17,5 mm. Lama stadia pupa 8-10 hari. Dapat dilihat pada Gambar 3.


(21)

Gambar 3. Pupa S. litura Adult. Sumber : Photo: M. Shepard, Gerald R.Carner, and P.A.C Ooi (2010) Insects and their Natural Enemies Associated with Vegetables and Soybean in Southeast Asia, Bugwood.org)

Kepompongnya berwarna coklat tua dan terdapat di permukaan tanah.Kepompong kontak dengan tanah dan akan menuju imago pada waktu 1-7 hari setelah kepompong terbentuk.

Pada stadia imago (Gambar 4.) sayap depan berwarna coklat atau keperakan, sayap belakang S.litura berwarna keputihan dengan noda hitam. Panjang kupu betina 14 mm sedangkan jantan 17 mm (UF/IFAS Pest Alert, 2007).

Gambar 4. Ngengat S. lituraSumber: Natasha Wright, Florida Department of Agriculture and Consumer Services, Bugwood.org, ,2013.

Umur ngengat pendek, bertelur dalam 2-6 hari. Telur diletakkan dalam kelompok dan bentuknya bermacam-macam. Masing-masing kelompok berisi telur lebih kurang 350 butir dan jumlah semua telur 2014-3000 butir.


(22)

Telur akan menetas sesudah 3-5 hari. Untuk sementara setelah menetas, ulat kecil masih tetap berkumpul. Baru beberapa hari kemudian mereka tersebar mencari makanan (UF/IFAS Pest Alert, 2007).

Gejala Serangan S. Litura F.

Ulat merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau, sehingga mutu daun menjadi berkurang. Ulat muda makan daun dengan menyisakan epidermis,sehingga daun menjadi transparan (Gambar 5). Ulat tua memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daunnya saja. Ulat merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau, sehingga mutu daun menjadi berkurang. Siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan menyerang tanaman pada malam hari. Mereka suka bersembunyi di tempat yang lembab. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah cukup dewasa yaitu sekitar 2 minggu ulat mulai berkepompong di dalam tanah. Pupanya dibungkus dengan tanah.

Gambar 5. Gejala serangan S. litura pada daun tanaman tembakau Virginia dilapangan. Sumber : foto pribadi


(23)

Pengendalian Spodoptera litura F.

Beberapa pestisida nabati yang dapat dipilih untuk pengendalian hama tanaman (Lukitaningsih, 2009) :Daun pepaya mengandung bahan aktif papain, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Biji Jarak mengandung Reisin dan Alkaloit, efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan), juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).Pacar cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tanin. Efektif untuk mengendalikan hama ulat.Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Efektif untukmengendalikan ulat dan hama penghisap.Srikaya mengandung annonain dan resin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.

Pengendalian ulat grayak padatingkat petani kebanyakan masihmenggunakan insektisida kimia. Pengendalian hama dengan insektisidakimia telah menimbulkan banyakmasalah lingkungan, terutamarendahnya kepekaan serangga terhadapinsektisida kimia, munculnya hamasekunder yang lebih berbahayatercemarnya tanah dan air, dan bahayakeracunan pada manusia yangmelakukan kontak langsung denganinsektisida kimia. Jenis-jenis insektisida yang biasa digunakan oleh petani adalah Basudin 60EC, Dursban 20 EC, Nogos 50 EC dll. Penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, yakni dapat menimbulkan resistensi, resurjensi, serta mematikan musuh-musuh alami, dan pencemaran lingkungan (Budi et al., 2013)

Pengendalian hayati seperti pemanfaatan parasitoid, virus, predator dan cendawan patogen mempunyai harapan besar dimasa mendatang untuk


(24)

menggantikan insektisida karena tidak mempunyai dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Cendawan patogen merupakan salah satu komponen pengendalian yang dapat memberi peluang yang cukup baik. Hasil pengamatan uji patogenitas cendawan Beauveria bassiana di lapangan menunjukkan bahwa cendawan tersebut masih tetap efektif meskipun telah disimpan di dalam lemari pendingin selama 4 bulan (Yasin et al.,2014).

Cendawan Entomopatogen Beuveria bassiana Vuill.

Menurut Hughes (2014), sistematika Beauveria bassiana kingdom fungi, divisio ascomycota, subphylum pezizomycotina, class ascomycetes, subclass hypocreomycetidae, order hypocreales, familyclavicipitaceae, genus beauveria, spesies Beauveria bassiana Vuill. Jamur B. bassiana juga dikenal sebagai penyakit white muscardine karenamiselium dan konidium (spora) yang dihasilkan berwarna putih, bentuknya oval,dan tumbuh secara zig zag pada konidiofornya (Soetopo & Indrayani, 2007).Pada konidia B. bassiana akan tumbuh suatu tabung yang makin lamamakin panjang mirip seuntai benang dan pada suatu waktu benang itu mulai bercabang (Gambar 6). Cabang-cabang yang timbul selalu akan tumbuh menjauhihifa utama atau hifa yang pertama. Cabang-cabang tersebut akan salingbersentuhan. Pada titik sentuh akan terjadi lisis dinding sel (anastomosis)sehingga protoplasma akan mengalir ke semua sel hifa. Miselium yang terbentukakan makin banyak dan membentuk suatu koloni (Gandjar, 2012).


(25)

Gambar 6. Morfologi dan bagian Beauveria bassiana. Sumber: Ahmad, 2008. Konidia jamur bersel satu, berbentuk oval agak bulat sampai dengan bulat telur,berwarna hialin dengan diameter 2-3 μm (Dinata, 2012). Konidia dihasilkandalam bentuk simpodial dari sel-sel induk yang terhenti pada ujungnya.Pertumbuhan konidia diinisiasi oleh sekumpulan konidia. Setelah itu, sporatumbuh dengan ukuran yang lebih panjang karena akan berfungsi sebagai titiktumbuh. Pertumbuhan selanjutnya dimulai di bawah konidia berikutnya, setiapsaat konidia dihasilkan pada ujung hifa dan dipakai terus, selanjutnya ujungnyaakan terus tumbuh. Dengan cara seperti ini, rangkaian konidia dihasilkan olehkonidia-konidia muda (rangkaian akropetal), dengan kepala konidia menjadi lebihpanjang. Ketika seluruh konidia dihasilkan, ujung konidia penghubung dari sel-selkonidiogenus mempunyai pertumbuhan zig-zag dan mengikuti pertumbuhan asal (Barron,2011).

Miselium jamur B. bassiana bersekat dan bewarna putih, didalam

tubuhserangga yang terinfeksi terdiri atas banyak sel, dengan diameter 4 μm,

sedangdiluar tubuh serangga ukurannya lebih kecil, yaitu 2 μm. Hifa fertil


(26)

menebal. Konidiamenempel pada ujung dan sisi konidiofor atau cabang-cabangnya (Utomo &Pardede, 2014).

Hifa berukuran lebar 1−2 μm dan berkelompok dalam sekelompok sel

-selkonidiogen berukuran 3−6 μm x 3 μm. Selanjutnya, hifa bercabang-cabangdan menghasilkan sel-sel konidiogen kembali dengan bentuk sepertibotol, leher kecil, dan panjang ranting dapat mencapai lebih dari 20 μm dan lebar1 μm.

Mekanisme Infeksi Jamur Beauveria bassiana

Mekanisme infeksi dimulai infeksi langsung hifa atau spora B. bassiana kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkanenzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebutmampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument, yangmenyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampumenembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Mekanismeinfeksi secara mekanik adalah infeksi melalui tekanan yang disebabkan olehkonidium B. bassiana yang tumbuh. Secara mekanik infeksi jamur B. bassianaberawal dari penetrasi miselium pada kutikula lalu berkecambah dan membentukapresorium, kemudian menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudianmenyerang jaringan dan hifa berkembang biak di dalam haemolymph (Clarkson& Charnley, 2013).

Pada perkembangannya di dalam tubuh serangga B. bassiana akanmengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinyaparalisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangankoordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-kelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih-kurang limahari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Toksin juga menyebabkan


(27)

kerusakanaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan systempernafasan (Wahyudi, 2008).

Serangga kemudian mati dan jamur B. bassiana akan terus melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati,B.bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populasbakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada akhirnya seluruhtubuh serangga inang akan penuh oleh propagul B. bassiana. Pada bagian lunakdari tubuh serangga inang, jamur ini akan menembus keluar dan menampakkanpertumbuhan hifa di bagian luar tubuh serangga inang yang biasa

disebut “whitebloom”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telahmasak akan disebarkan ke lingkungan dan menginfeksi serangga sasaran baru(Wahyudi, 2008).

Kandungan Media Tumbuh Beauveria bassiana (Serbuk Kayu Rambung, Ubi Kayu dan Mahoni)

Untuk menghasilkan entomopatogen fungi yang berkualitas maka diperlukan media yangoptimal artinya dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan jamur untukm pertumbuhan dan perkembangannya disamping kondisi lingkungan yangoptimal (Bakrun et al., 2013). Menurut Chang & Miles (2014). Beauveria

basianadalam pertumbuhan memerlukan nutrisi berupa senyawa karbon,nitrogen,

vitamin dan mineral.

Jamur membutuhkan selulosa, lignin, karbohidrat, dan serat (Redaksi Trubus, 2013). Jamur kayu memiliki tigaenzim penting yaitu, selulase, hemiselulase dan ligninase. Ketiga enzim ini digunakan untuk mendegradasi lignoselulosa yang terdiri dari selulosa,hemiselulosa, dan lignin sehingga menjadi siap dikonsumsi oleh jamur (Husenet al.,2014).


(28)

Kayuadalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai sumberenergi dan untuk membangun massa sel (Haygreen & Bowyer, 2011). Secara umum, kayu mengandung selulosa, hemiselulosa,lignin, pentosan dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut terdapat pada dinding selkayu. Bagian yang terbesar adalah selulosa. Menurut Haygreen (2014), kayu rambung memilikikandungan selulosa sebesar 48.33 % dan lignin sebesar 27.28 %. Sedangkan menurut Abdurrahim et al. (2014), kayu mahoni memiliki kandungan kimia berupaselulosa sebesar 47.5 %, lignin 29.9 %, dan pentosan 14.4 %.Hemiselulosa adalah bagian penyusun dinding sel yang mengandungkarbohidrat. Kadarnya bervariasi antara 6-40 %. Unsur ini sulit dicernamikroba , walaupun bisa hanya 45-90 %. Selulosa dan hemiselulosa setelahdiuraikan berubah menjadi bahan yang lebih sederhana hingga bisa dijadikannutrisi. Kedua unsur ini akhirnya berubah menjadi glukosa dan air serta produklain.

Selain hemiselulosa lignin juga tahan terhadap penguraian mikrobasehingga proses pelapukan kayu menjadi lebih lambat. Oleh karena itu, kayuyang mengandung lignin tinggi tidak disarankan untuk digunakan untuk perbanyakan jamur secara masal.


(29)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk batang ubi kayu,

serbuk batang rambung, serbuk batang mahoni, alumunium foil, serangga

S. lituraterinfeksi Beauveria bassiana, larva S. liturainstar 4, medium DOC PDA

02, tanaman tembakau varietas Virginia umur 1 bulan, media tanam steril dengan komponen kompos: pasir: topsoil (2:1:2 /v:v:v), pupuk tunggal N, P, K, Ca, Mg, S, daun tembakau sebagai pakan larva yang diperbanyak, kasa dan bahan mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah pisau, cangkul, alat disekting, autoclave, timbangan analitik, oven, mikroskop stereo, toples riring dan mikroskop compound dan alat yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dengan 2 faktor:

Faktor I : Jenis media tumbuh Beauveria bassiana M0 = kontrol (Medium DOC PDA 02) M1 = serbuk kayu rambung

M2 = serbuk kayu mahoni M3 = serbuk kayu ubi kayu


(30)

Faktor II : Waktu aplikasi Beauveria bassiana.

S1 = Beauveria bassiana di aplikasian setelah Spodoptera. S2 = Beauveria bassiana di aplikasian sebelum Spodoptera. Sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 8 perlakuan yaitu:

M0S1 M1S1 M2S1 M3S1

M0S2 M1S2 M2S2 M3S2

Diperoleh ulangan sebanyak 3, yaitu: (t-1)(r-1) ≤ 15 (8-1)(r-1) ≤ 15

7r-7 ≤ 15

7r ≤ 23

r ≤ 3,285

r ~ 3

Sehinga di peroleh sebanyak 24 unit polibek percobaan

Data dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linier : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf ke-I dari faktor H

βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor K

(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor H dan taraf ke-j dari faktor K

€ijk = pengaruh galat percobaan taraf ke-I dari faktor H dan taraf ke-j dari faktor K pada ulangan yang ke-k.


(31)

Data dianalisa statistic dengan program SPSS, jika hasil analisa menunjukkan nilai nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan 5%(Bangun, 1994).

Pelaksanaan Penelitian Di laboratorium

Isolasi Beauveria bassiana

Beauveriabassiana diisolasi dengan cara mengambilS. litura yang

terinfeksi B. bassiana dari lapangan yang berasal dari BPTD. S. litura yang diambil dicuci dengan air mengalir selama 15 menit, S. litura dipotong dan dimasukkan ke dalam beker glass 150 ml. S.liturayang telah bersih kemudian direndam dengan NaOCl 5% selama 1 menit kemudian dibilas dengan akuades steril. Selanjutnya S. litura direndam dengan alkohol 95% selama 1 menit dan dibilas dengan akuades steril setelah itu S. litura direndam dengan akudes steril selama 15 menit sebanyak dua kali.S. litura yang telah disterilisasi permukaan kemudian ditanam dalam media DOC PDA 02 selama 2 hari untuk mendeteksi kontaminan.S. liturayang bebas kontaminan, digunakan untuk eksplorasi cendawan B. bassiana dengan menggerusS. litura di dalam mortar. Air gerusan S.

litura digoreskan pada media DOC PDA 02 dan diamati pertumbuhan cendawan

B. bassiana selama 7haridan dilakukan permurnian isolat(Harni et al., 2007).

Perbanyakan larva Spodoptera litura

Larva S. litura diperbanyak dengan cara diriring di laboratorium. Disediakan stoples dengan ukuran ukuran 20x28 (diameter x tinggi) yang bagian dasarnya dilapisi nefkind. Dicuci bersih daun tembakau yang akan dimasukan kedalam stoples dan di kering anginkan. Dimasukkan 20 larva S. litura instar 6 pakan yang diberikan di amati dan nefkin diganti dua hari sekali. Priode


(32)

mendekati masa pupa bersihkan stoples, dimasukkan tanah sebanyak 400 g. Menuju priode pupa, pupa diletakan kedalam kurungan. Siapkan kapas yang ditetesi madu yang diikatkan pada langit-langit kurungan. Ketika imago muncul dan melakukan kopulasi maka telur akan diletakkan pada kasa kurungan. Imago dipindahkan dan telur kemudian dirawat hingga menetas sesuai dengan instar yang diaplikasikan.

Pembuatan media tumbuh Beauveria bassiana

Media tumbuh B. bassianaterdiri atas 4 jenis yaitu: Media untuk perlakuan control DOC PDA 02. Medium serbuk kayu rambung, mahoni dan ubi kayu ( 1000 g serbuk kayu, 20 g gulkosa, 1g antibiotik chlorampenicol semua bahan dicampur dan dimasukan kedalam botol fleker ukuran 200 ml kemudian ditutup mulut botol dengan alumunium foil dan di sterilisasi dengan otoclaf selama 15 menit pada suhu 121oC.

Inokulasian Beauveria bassiana pada media tumbuh

Dilakukan pengenceran spora Beauveria bassiana sampai konsentrasi 1 x 106 / 10 ml. Diinokulasikan spora B. bassianakedalam media serbuk kayudan

diinkubasi selama 3 minggu.

Sterilisasi media tumbuh tembakau

Media tanam tembakau terdiri dari kompos: pasir: topsoil (2:1:2 /v:v:v) media tumbuh kemudian dimasukan ke dalam plastik tahan panas dan disterilisai dalam autoklaf.Tanah steril diaplikasikan pupuk tunggal dasar ( N, P, K, Ca, Mg, S). Media tanam dimasukkan ke dalam polibek dan diberi label sesuai perlakuan. Penyiapan bibit tembakau di rumah kasa

Bibit yang digunakan adalah tanaman tembakau varietas Virginia yang berumur satu bulan yang berasal dari BPTD.


(33)

Penanaman tembakau pada media tanam

Bibit tembakau disebar pada media yang telah disterilisasi dan disiram hingga kapasitas lapang.

Inokulasian Beauveria basiana pada media tanam tembakau

B. basiana yang telah diformulasi dalam media serbuk kayu diinokulasi

dengan dilakukan pengenceran terlebih dahulu untuk dilakukan tahap penyemprotan S. Litura terhadap aplikasi yang berbeda pada media tanam tembakau.

Introduksi Spodoptera litura pada tanaman tembakau

S. litura sesuai instar diintroduksikan sebanyak 5 larva/ tanaman tembakau

sesuai dengan masing-masing perlakuan. Pemeliharaan Tanaman

Pengendalian OPT

OPT lain diamati dan dikendalikan secara mekanis dengan cara pengutipan langsung dan memusnahkannya.

Penyiraman tanaman tembakau

Tanaman tembakau disiram sesuai keadaan lingkungan di rumah kasa. Jika hari sangat panas maka penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.

Panen

Panen dilakukan 1 bulan setelah S. lituradiintroduksi ketanaman tembakau. Mengumpulkan larva terserang di bawa kelaboratorium dan diamati skor kerusakannya.


(34)

Peubah amatan

Preverensi Beauveria basiana terhadap medium

Diamati dengan menghitung kerapatan spora yang dihasilkan setelah di biakkan kedalam berbagai jenis media. Dapat dihitung dengan rumus :

� = � � , �� � % cfu Keterangan:

C : Kerapatan spora/ml larutan

t : Jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati N : Jumlah kotak sampel ( 5 kotak besar x 16 kotak kecil)

0,25 : Faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil pada hemasitometer (Gabriel & Riyatno, 2014)

Persentase mortalitas Spodopteralitura.

Pengamatan terhadap mortalitas S. lituradilakukan setiap hari setelah aplikasi hingga hama tersebut mati.Persentase mortalitas S. litura dihitung dengan rumus :

� = � � � %

P = Persentase mortalitas Spodoptera litura n = Jumlah larva yang mati

N= Jumlah awal dari larva yang diuji (Laohet al.,2003)

Keparahan serangan

Perhitungan terhadap tingkat kerusakan tanaman tembakau dilakukan dengan menggunakan rumus:


(35)

KS = keparahan serangan

n = jumlah akar ke-i yang diamati dalam setiap kategori serangan v = nilai skor kategori serangan

N = jumlah akar yang diamati

Z = nilai skor dari kategori serangan tertinggi (Townsend & Hueberger, 1976).

Untuk penilaian tingkat kerusakan dilakukan dengan skoring berdasarkan kriteria klasifikasi Unterstenhofer (1963) dengan sedikit modifikasi, seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Scoring kerusakan tanaman akibat serangan Spodoptera spp. Tingkat

Kerusakan

Tanda Kerusakan yang Terlihat pada Daun Nilai

Sehat Kerusakan daun > 5% 0

Ringan Kerusakan daun > 5%->25% 1

Agak berat Kerusakan daun >25%->50% 2

Berat Kerusakan daun > 50%->75% 3

Sangat berat Kerusakan daun > 75%->100% 4 Lethal time 50 (LT50) (jam)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan dari perlakuan yang ada untuk mematikan 50% S. liturauji. Pengamatan dilakukan setiap jam dan dimulai satu jam setelah aplikasi.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Preverensi Beauveria basiana Terhadap Medium

Hasil penelitian menunjukkan keempat medium mampu menumbuhkan cendawan Beauveria bassiana dengan konsentrasi spora yang berbeda – beda setiap perlakuan. Berdasarkan tabel 1. preverensi medium dengan konsentrasi spora tertinggi terdapat pada medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 9.913,333 cfu spora B. bassiana/ 10 g medium aplikasi. Diikuti oleh serbuk kayu mahoni sebesar 6.319,333 cfu, kemudian serbuk kayu rambung sebesar 5. 321, 666 cfu dan konsentrasi terendah terdapat pada medium DOC PDA 02 (kontrol) yaitu sebesar 4. 254,666 cfu spora/ 10 g medium aplikasi.

Tabel 1. Julmlah spora B.bassiana/ 10 g medium serbuk kayu (cfu)

Perlakuan Julmlah spora B.bassiana/ 10 g medium serbuk kayu (cfu)

kontrol (Medium DOC PDA 02) 4.254,666 d

Serbuk kayu rambung 5.321,666 c

Serbuk kayu mahoni 6.319,333 b

Serbuk kayu ubi kayu 9.913, 333 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %

Perbedaan konsentrasi spora ini diakibatkan adanya perbedaan kandungan nutrisi medium sehingga cendawan akan mengalami fruktuasi dalam pembentukan spora dan kecepatan pembentukan spora serta daya virulensi cendawan B. bassiana. Berbagai medium yang digunakan memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pembentukan propagul B. basiana. Hal ini sesui dengan (Carruthers & Hural, 2011)media yang sesuai adalah media yang mengandung semua senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan. Cendawan B. bassiana dapat hidup pada serbuk kayu karena cendawan ini mempunyai kemampuan untuk hidup saprofitik pada


(37)

sisa-sisa tanaman dan dapat masuk jaringan tanaman melalui jaringan vascular (Bing & Lewis, 2011).

Medium serbuk kayu ubi memiliki jumlah spora tertinggi ( Gambar 1.) di karenakan media ini memiliki kandungan 6,7% amilosa dan 6,4% glukosa seta selulosa. Senyawa ini sangat dibutuhkan cendawan dalam pembentukan propagulnya. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Eggum (2012), serbuk kayuubi mengandung nutrisi tinggi yang diperlukan untuk pertumbuhan cendawan B.

bassiana karena setiap 100 g serbuk kayu mengandung 6,7% amilosa dan

6,4% glukosa seta selulosa.

Serbuk kayu mahoni juga dapat menumbuhkan propagul cendawan

B.basianna setelah serbuk kayu ubi. Kayu mahoni memiliki kandungan nutrisi

selulosa sebesar 47.5 %, lignin 29.9 %, dan pentosan 14.4 %.Hemiselulosa adalah bagian penyusun dinding sel yang mengandungkarbohidrat. Kadarnya bervariasi antara 6-40 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdurrahim et al. (2014) kayu mahoni memiliki kandungan kimia berupaselulosa sebesar 47.5 %, lignin 29.9 %, dan pentosan 14.4 %.Hemiselulosa adalah bagian penyusun dinding sel yang mengandungkarbohidrat. Kadarnya bervariasi antara 6-40 %. Unsur ini sulit dicernamikroba , walaupun bisa hanya 45-90 %. Selulosa dan hemiselulosa setelahdiurai akan berubah menjadi bahan yang lebih sederhana hingga bisa dijadikannutrisi. Kedua unsur ini akhirnya berubah menjadi glukosa dan air serta produk lain yang dibutuhkan B. basianna dalam pertumbuhanya.

Serbuk kayu rambung terbukti dapat menumbuhkan propagul cendawanB.

basiana karena mengandung senyawa selulosa sebesar 48.33 % dan lignin sebesar


(38)

menjadi lebih lama. Hal ini sesui dengan Haygreen (2014), kayu rambung memilikikandungan selulosa sebesar 48.33 % dan lignin sebesar 27.28 %

Gambar 1. Pertumbuhan propagul B. bassiana pada berbagai medium uji. (a) serbuk kayu rambung, (b). serbuk kayu mahoni, (c) serbuk kayu ubi, (d). medium DOC PDA 02 dan (e). mikroskopis B. basiana dibawah mikroskop perbesaran 10.000 x. Sumber : foto pribadi

Persentase mortalitasSpodopteralitura.terhadap berbagai medium

Pengamatan persentase kematian larva S. litura pada uji patogenisitas jamur B. bassiana dilakukan setiap 24 jam selama 7 hari setelah aplikasi. Hasil analisis ragam terhadap persentase kematian larva S. litura menunjukkan bahwa berbagai jenis mediumB. bassiana berpengaruh nyata 4-7 Hsa terhadap persentase kematian larva S. litura.

A B C


(39)

Tabel 2. Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap berbagai medium 1-7Hsa (%)

Perlakuan Hari kematian (%)

1 2 3 4 5 6 7

Medium DOC

PDA 02

0 0 0 0b 2,200d 50,145d 80,333d Serbuk kayu

rambung

0 0 0 0b 3,189c 50,626c 83,143c Serbuk kayu

m a h o ni

0 0 0 0b 50,185 b

80,635b 90,250b

Serbuk kayu ubi k a y u

0 0 0 51,086 a

60,175a 90,206a 100a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %

Berdasarkan analisis statistik medium serbuk kayu ubi kayu secara konstan memiliki nilai mortalitas tertinggi 4-7 Hsa. Tingginya nilai mortalitas ini di karenakan kandungan nutrisi serbuk ubi kayu sangat sesuai sebagai media tumbuh B. bassiana. Nutrisi yang tercukupi menyebabkan pembentukan sprora akan terjadi dengan seragam dan jumlah yang besar. Meningkatnya jumlah sprora akan mempengaruhi virulensi cendawan terhadap hama sehingga dapat membunuh hama sasaran. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Budi et al. (2013) variasi virulensi jamur entomopatogen B. bassianadipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dalam yaitu asal isolat, maupun faktor luar seperti macam medium untuk perbanyakan jamur, teknik perbanyakan dan faktor lingkungan.

Serbuk kayu mahoni, serbuk kayu rambung dan medium DOC PDA 02 memiliki secara konstan memiliki nilai mortalitas lebih kecil jika dibanding media serbuk kayu ubi kayu. Hal ini di karenakan kandungan nutrisi serbuk kayu rambung dan mahoni tinggi kandungan lignin dan tannin sehingga sulit untuk


(40)

mengalami fermentasi oleh cendawan. Hal ini sesui dengan pernyataanAbdurrahim et al. (2014) kayu mahoni memiliki kandungan nutrisi selulosa sebesar 47.5 %, lignin 29.9 %, dan pentosan 14.4 %. Sedangkan kayu

rambung mengandung selulosa sebesar 48.33 % dan lignin sebesar 27.28 % (Haygreen, 2014).

Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi cendawan

B.bassiana

Berdasarkan analisis statistik (Tabel 3) waktu aplikasi cendawan

B.bassiana tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas S.litura hal ini

dikarenakan cendawan ini hanya akan bereaksi jika spora kontak dengan intergumen serangga. Spora akan berkecambah dan memparasit serangga yang kontak langsung dengan spora cendawan (Gambar 2).

Tabel 3. Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%)

perlakuan

Persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%)

1 2 3 4 5 6 7

S1 0 0 0 13,043 28,925 67,861 89,203

S2 0 0 0 12,500 28,950 67,946 87,661

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %

Hal ini sesuai dengan Rustama et al. (2008) semakin banyak konidia yang melekat pada kutikula larva serangga, maka semakin banyak pula konidia yang melakukan penetrasi terhadap kutikula hal ini juga dipengaruhi oleh kedan lingkungan ketika dilakuan pengaplikasian cendawan, kedaan inang dan virulensi cendawan. Semakin banyak larva yang mati, maka akan meningkatkan persentase tingkat kematian tanpa dipengaruhi waktu aplikasi. Waktua plikasi yang tidak berpengaruh nyata ini diduga karena, pada saat penelitian rerata suhu rumah kasa 25 °C dan kelembaban ruang 58,75 %, sedangkan untuk


(41)

perkembangan maksimum jamur B. bassiana tercapai pada suhu 23-25 °C dan kelembaban 92 %.

Gambar 2. Serangan B. bassiana pada larva instar 4 S. litura. (a) larva mumifikasi (b).pengamatan intergumen larva terserang. Sumber : foto pribadi . Iteraksi persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi dan berbagai medium cendawan B.bassiana

Berdasarkan analisa statistik iteraksi persentase mortalitas Spodoptera

litura terhadap waktu aplikasi dan berbagai medium cendawan B.bassiana 1-7

Hsa (%) tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan perlakuan waktu aplikasi cendawan entomopatogen tidak berpengaru terhadap adanya kemampuan parasit dari B.bassiana.

Tabel 4. Iteraksi persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi dan berbagai medium cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%)

Perlakuan

Iteraksi persentase mortalitas Spodoptera litura. terhadap waktu aplikasi dan berbagai medium cendawan B.bassiana 1-7 Hsa (%)

1 2 3 4 5 6 7

M0S1 0 0 0 1,11 3,187 50,577 80,667

M0S2 0 0 0 1,142 3,192 50,677 80,000

M1S1 0 0 0 0 2,263 50,070 86,077

M1S2 0 0 0 0 2,137 50,220 80,210

M2S1 0 0 0 0 50,140 80,417 90,067

M2S2 0 0 0 0 50,230 80,853 90,433

M3S1 0 0 0 52,173 60,110 90,380 100

M3S2 0 0 0 50,000 60,241 90,033 100

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %


(42)

Cendawan entomopatogen dapat menginfeksi serangga melaui intergumen serangga yang langsung kontak dengan cendawan, hal ini akan membuat cendawan menjadi virulen terhadap seragga sehingga waktu aplikasi tidak menunjukan pengaruh terhadap perlakuan. Hal ini sesui dengan terhadap larvaS.

litura. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahmud (2014), yang

menyatakan pengaplikasin Beuveria bassiana secara preventif menyebabkan spora mengalami staknan dan suhu yang tinggi membuat spora menjai luruh dan tidak dapat berkecambah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan cendawan entomomopatogen untuk dapat memarasit serangga. Keberhasilan cendawan terjadi apabila keadaan serangga lemah, lingkungan yang sangat mendukung perkembangan cendawan dan virulence cendawan tinggi.

Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik B. bassiana pada medium yang berbeda

Berdasarkan analisa statistik keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) terhadap medium B. bassiana menunjukan pengaruh yang signifikan. Medium serbuk ubi kayu memiliki nilai keparahan serangan terkecil yaitu 10,270 kemudian diikuti oleh serbuk kayu rambung 14,835, serbuk kayu mahoni sebesar 20,820 dan medium DOC PDA 02 sebesar 40,635 (Tabel 5.) Tabel 5. Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan

Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassianapada medium yang berbeda

Perlakuan Keparahan serangan tembakau (%)

Lethal Time LT (50) (hari)

Medium DOC PDA 02 40,635a 5,216b

Serbuk kayu rambung 14,835c 6,246a

Serbuk kayu mahoni 20,820b 4,321c

Serbuk kayu ubi kayu 10,270d 4,131d

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %


(43)

Tingkat keparahan serangan ini dipengaruhi oleh viabilitas kecambah dan virulensi dari spora B.bassiana sehingga nilai entomopatogenik cendawan ini akan meningkat dan menurukan tingkat keparah penyakit terhadap tanaman tembakau. Hal ini sesui dengan pernyataan Mahmud (2014), bahwa keberhasilan cendawan patogen sebagai pengendali hama dipengaruhi oleh faktor lingkungan (suhu, kelembaban), jumlah spora, viabilitas spora (daya kecambah) dan virulensi yang virulen memiliki infektifitas yang rendah atau sebaliknya. Sifat virulen pada cendawan dipengaruhi oleh produksi mikotoksin dalam hal ini adalah beauvericin dan viabilitas spora.

Keparahan serangan juga di pengaruhi oleh mekanisme cendawan entomopatogen dalam menginfeksi S. liturapada tanaman tembakau 7 Hsa (Gambar 3). B. bassiana masuk kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkanenzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebutmampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument, yangmenyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampumenembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Hal ini sesui dengan pernyataan Clarkson& Charnley (2013) mekanisme infeksi dimulai infeksi langsung hifa atau spora B. bassiana kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkanenzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebutmampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument, yangmenyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampumenembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Mekanisme infeksi secara mekanik adalah infeksi melalui tekanan yang disebabkan olehkonidium B. bassiana yang tumbuh. Secara mekanik infeksi jamur B. bassianaberawal dari penetrasi miselium pada kutikula


(44)

lalu berkecambah dan membentukapresorium, kemudian menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan dan hifa berkembang biak di dalam haemolymph.

Menurut racun yang telah masuk mengganggusistem saraf maupun metabolism tubuh sehingga akan mempengaruhifisiologis maupun morfologis dari pupadan imago. Cendawan entomopatogenmenghasilkan beberapa jenis toksinyang dalam mekanisme kerjanya akanmenyebabkan terjadinya kenaikan pHhemolimfa, penggumpalan hemolimfa,dan terhentinya peredaran hemolimfa. Beberapa toksin yang dihasilkan oleh B. bassiana adalah beauvericin, beauverolit, bassianolit, isorolit dan asam oksalit. Pengaruh infeksi jamur patogen tidak hanya bersifat mematikan tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serangga dan menurunkan kemampuan reproduksinya (Budi et al., 2013)

Selain faktor mekanis cendawan B. bassiana juga melakukan reaksi biokimia didalam tubuh serangga. B. bassiana akanmengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinyaparalisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangankoordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-kelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih-kurang limahari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Hal ini sesui dengan pernyataan Wahyudi (2008) pada perkembangannya di dalam tubuh serangga B. bassiana akanmengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinyaparalisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangankoordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-kelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih-kurang limahari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Toksin juga


(45)

menyebabkan kerusakanjaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan systempernafasan. Serangga kemudian mati dan jamur B. bassiana akan terus melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati,B. bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populas bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul

B. bassiana. Pada bagian lunakdari tubuh serangga inang, jamur ini akan

menembus keluar dan menampakkanpertumbuhan hifa di bagian luar tubuh

serangga inang yang biasa disebut “white bloom”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telahmasak akan disebarkan ke lingkungan dan menginfeksi serangga sasaran baru.

Gambar 3. Serangan S. litura pada tanaman tembakau. (a) larva merusak daun (b).larva mulai diare, (c). larva terinfeksi mati dan mongering dan (d). larva mengalami mumivikasi. Sumber : foto pribadi

Berdasarkan hasil analisa statistik lethal time 50 tercepat terhadap medium terdapat pada perlakuan medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 4,131 hari. Diikuti perlakuan serbuk kayu mahoni 4, 321 hari, medium DOC PDA 02 5,216 hari dan medium serbuk kayu rambung sebesar 6,246 hari. Hal ini dikarenakan virulensi

A

C D


(46)

dan kerapatan spora yang tinggi pada perlakuan serbuk batang ubi. Kerapatan spora ini mempengaruhi waktu kematian hama menjadi lebih cepat. Kerapatan spora dan virulensi cendawan dipengaruhi oleh kesesuian cendawan pada medium perbanyakan. Menurut Boucias & Pendland (1998). Terjadinya perbedaan LT50 dari masing-masing perlakuan diduga disebabkan oleh jumlah konidia jamur B.

bassiana yang menempel pada tubuh larva S. litura. Semakin banyak konidia

jamur B.bassiana yang menempel pada tubuh larva S. litura maka kematian

larva S. litura semakin cepat.Semakin tinggi kerapatan konidia yang diinfeksikan, maka semakin tinggi peluang kontak antara patogen dengan inang. Semakin tinggi serangan, maka proses kematian larva yang terinfeksi akan semakin cepat.

Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik B. bassiana pada waktu aplikasi yang berbeda

Berdasarkan analisis statistik Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik B. bassianapada waktu aplikasi yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas S.litura(Tabel 6).

Tabel 6. Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan

Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassianapada waktu aplikasi yang berbeda

Perlakuan Keparahan serangan tembakau (%)

Lethal Time LT (50) (hari)

S1 21,394 4,980

S2 21,886 4,987

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %

Hal ini dikarenakan cendawan ini hanya akan bereaksi jika spora kontak dengan intergumen serangga. Spora akan berkecambah dan memparasit serangga yang kontak langsung dengan spora cendawan. Hal ini sesuai dengan Rustama et


(47)

al. (2008) waktua plikasi prefentif menyebabkan spora tidak menemukan inang sehingga virulensi spora menjadi menurun dank arena factor lingkungan ekstrim menyebababkan spora tidak dapat lama bertahan pada permukaan tanaman sehingga tidak dapat m,enginfeksi serangga sementara pengaplikasian secara curative (penyemprotan Beauveria setelah Spodoptera diaplikasikan) menyebabkan spora dapat menempel ke tubuh serangga, namun faktor lingkungan sangat berpengaruh pada hal ini terutama suhu dan kelembaban serta viabilitas spora sehingga cendawan tidak dapat menginfeksi serangga.

Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik B. bassiana pada waktu aplikasi yang berbeda dan medium yang berbeda

Berdasarkan analisa statistik keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik B. bassianapada waktu aplikasi yang berbeda dan medium yang berbedatidak berbeda nyata (Tabel 7).

Tabel 7. Keparahan serangan S.litura pada tanaman tembakau 7 Hsa (%) dan

Lethal Time (LT50) S. litura terhadap daya entomopatogenik

B. bassianapada waktu aplikasi yang berbeda dan medium yang

berbeda

perlakuan Keparahan serangan tembakau (%)

Lethal Time LT (50) (hari)

M0S1 40,347 5,187

M0S2 40,923 5,247

M1S1 14,527 6,250

M1S2 15,143 6,243

M2S1 20,400 4,293

M2S2 21,240 4,350

M3S1 10,303 4,190

M3S2 10,237 4,370

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5 %

Hal ini dikarenakan perlakuan waktu aplikasi cendawan entomopatogen tidak berpengaru terhadap adanya kemampuan parasit dari B.bassiana. Cendawan


(48)

entomopatogen dapat menginfeksi serangga melaui intergumen serangga yang langsung kontak dengan cendawan, hal ini akan membuat cendawan menjadi virulen terhadap serangga sehingga waktu aplikasi tidak menunjukan pengaruh terhadap perlakuan. Hal ini sesui dengan terhadap larva S. litura. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahmud (2014), ketidak mampuan cendawan dalam menginfeksi inang di pengaruhi oleh besarnya spectrum virulensi cendawan dalam mengendalikan hama tujuanya. Semakin luasnya spectrum menyebabkan kemampuan seranggan menjadi lemah dan dapat menyerang semua serangga termasuk serangga berguna. Meluasnya spektum juga dapat membuat serangga menjadi resiten serangan dengan memodofikasi struktur morfologi dan fisiologi serangga. Hal ini menyebabkan serangga menjadi kebal terhadap serangan cendawan sehigga serangga tidak dapat terparasit.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Preverensi medium dengan konsentrasi spora tertinggi terdapat pada medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 9.913,333 cfu spora B. bassiana/ 10 g medium aplikasi.

2. Medium serbuk kayu ubi kayu secara konstan memiliki nilai mortalitas tertinggi 4-7 Has.

3. Medium serbuk ubi kayu memiliki nilai keparahan serangan terkecil yaitu 10,270%.

4. Lethal time 50 (LT 50) tercepat terhadap medium terdapat pada perlakuan medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 4,131 hari.

Saran

Perlu dilakukan uji lapangan guna melihat daya entomopatogenik cendawan B.bassiana terhadap waktu aplikasi dan dan jenis medium dalam menekan S. litura pada tembakau di lapangan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A& Soedarmanto. 2011. Budidaya Tembakau. Yasaguna. Jakarta. 9-13pp.

Abdurrahim S, YI Mandang, & U Sutisna. 2014. Atlas Kayu Jilid III. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Ahmad RZ. 2008. Efektivitas cendawanDuddingtonia flagrans dan

Saccharomyces cerevisiae dalam pengendalian cacingHaemonchus

contortus pada domba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian. Bogor.

Amir AM. 2009. Pemantauan Resistensi Hama Tembakau terhadap Insektisida. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang. J. Ilmiah Tan.

Tembakau 8(3):376–380pp.

Arifin, 2011. Teknik Produksi dan Pemanfaatan Bioinsektisida NPV untukPengendalian Ulat Grayak Kedelai. Balai Penelitian Bioteknologi.20-23pp.

Bakrun JA, Dlmadio & Hartono. 1999. CendawanArthrobotrys oligospora untuk pengendaliannematoda Haemonchus contortus padadomba. hlm.

980−985. Prosiding SeminarNasional Peternakan dan Veteriner Jilid

II.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Bangun MK. 1994. Perancangan Percobaan Untuk Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Barron. 2011. Beauveria bassiana. (Uoguelph.ca/-g barron/Miscelineous) [20April 2011].

Bowyer. 2011. Beauveria basiana control H. Armigera on Pie. J.Entomol .2(9):1-12pp.

Bednarek A, E Popowska-Nowak, E Pezowicz & M Kamionek. 2004. Integrated methods in pest control: effect of insecticides on


(51)

entomopathogenic fungi (Beauveria bassiana(Bals.) Vuill., B.

brongniartii (Sacc.)), and nematodes (Heterorhabditis

megidisPoinar,Jackson, Klein, SteinernemafeltiaeFilipjev, S. glaseri

Steiner). Polish.J.Ecol. 52 (2): 223-228pp.

Bosch, Dumts, & Briantz .1991. Agricultural Statistics. Statistics and Farm Management Unit, Department of Agriculture,Peradeniya (unpublished). Budi AS, AA fandhi & Retno D Puspitarini. 2013. Patogenisitas jamur

entomopatogen Beauveria bassiana balsamo (deuteromycetes: moniliales) pada larvaSpodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae).J.HPT. 1(1):1-7

Chang ST & Miles PG. 2014. Edible mushroom and their cultivation. J.Micolog. 3(34)12-16pp.

Clarkson & Charnley. 2013. Boophilus microplus infection byBeauveria amorpha and Beauveriabassiana: SEM analysis and regulation ofsubtilisin-like proteases and chitinases.Current Microbiol. 5: 257−261.

Dinata, AJ. 2012. Pathogenic Fungi andBacteria. Commonwealth Agricultural Bureaux. England. 233pp.

Erwin GA. 2014. Tembakau deli. Jilid III. Rineka cipta. Jakarta.

Forestry Imagents. 2013. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (S. lituraFabr.) di Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(1):37–40.

Gabriel B &Riyatnoo P. 2014. Metharizium anisopliae (Meetsch) Sor. Taksonomi, patologi. produksi dan aplikasinya. Proyek Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Gandjar. 2012. Atlas of Entomophatogenic Fungi. Springer- Verla. New York.

187pp.

Harni R, A Munif, Supramana & I Mustika. 2007. Potensi bakteri endofit mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus bracyurus) pada nilam. Hayati.J.Bio.Sci.14(1):1-12pp.

Haygreen JG& Bowyear . 2011. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Yogyakarta . Gadjah Mada University Press.

Hughes SJ. 2014. Phycomycetes, Basidiomycetes, and Ascomycetes as Fungi Imperfecti. In: Taxonomy of Fungi Imperfecti (B. Kendrick, ed.), pp. 7-36. University of Toronto Press, Toronto.

Husain G, Thompson WF& Schellenberg EG. 2014Effects of Musical Tempoand Mode on Arousal, Mood, and Spatial abilities. Music Perception 20(2):151–71pp.


(52)

Kalshoven. 1981. The pest of corp In Indonesia. Jakarta.PT. Inchtiar Baru Van Hooven.

Laoh J. 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F. terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. Universitas Riau. Pekanbaru. J. Natur Indonesia .5(2):145-151pp.

Lukitaningsih D, 2009. Macam – Macam Pestisida Nabati/Alami dan Cara Pembuatannya. Buletin Teknik Pertanian 1(4):37–44.

Moeksan SU.2014. Biologi Ulat Grayak (S. lituraF) pada beberapaVarietas Tembakau. J.trop.2(2):2-14pp.

SK Mirhaghparast, A Zibaee, J Hajizadeh. 2013. Effects of Beauveria bassiana

and Metarhizium anisopliae on cellular immunity andintermediary

metabolism of Spodoptera littoralis Boisduval (Lepidoptera: Noctuidae).

Research Report.10: 110-119.

Maulidiana N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Sripsi, Universitas Sumatera Utara. 1-87pp.

Park SH, Yeon SY, JS Park, HY Choo, SD Bae, & MH Nam. 2013. Biological Control of Tobacco Cutworm Spodoptera litura Fabricius with Entomopathogenic Nematodes.Biotechnol. BioprocessEng. 6: 139-143 Redaksi Trubus. 2013. Teknik perbanyakan jamur dan media tumbuh. Trubus.

Jakarta. 23-28 pp.

Respati E, WB Komalassari, M Manurung & Widyawati. 2013. Buletin triwulan ekspor impor komoditas pertanian. 5(3):1-20pp.

Satrio S. 2011. Hama Penting Tanaman Tembakau.Departemen Pertanian. Pestisida Nabati. Balai Pengkajian Teknologi. Pertanian Jambi.20-23 pp. Satrio S. 2011. Hama Penting Tanaman Tembakau.Pengaruh Pestisida Organik

dan Interval Penyemprotan terhadap Hama Plutella xylostella pada Budidaya Tanaman Kubis Organik. Gamma. 2(1):11-16.

Sheeba G, S Seshadri, N Raja, S Janarthanan& S Ignacimutu. 2013. Efficacy of Beauveria bassiana for control of the rice weevil Sitophilus oryzae (L.) (Coleoptera: Curculionidae). Appl. Entomol. Zool. 36 (1): 117-120pp.

Soeroso & Indriani. 2007. Pengaruh konsentrasi cendawan Beauveria bassiana Vuill. terhadap aspek biologi penggerek batang lada (Lophobaris piperis Mars.) (Curcu-lionidae: Coleoptera). Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama


(53)

yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis, 16 Pebruari 1999 di Bogor. 8hal.

Sudarmono .1998. Role of plant hormones in plant defence Responses. Plant Molecular Biology, vol. 69, no. 4, pp. 473-488pp.

Timoura MSS. 2014. Forestrey and management of wood,chemist componen and fisiology. J.enviro.sci.3(1):1-3pp.

Thungrabeab M & S Tongma. 2007. Effect of entomopathogenic fungi,

Beauveria bassiana(Balsamo) and Metarhizium anisopliae(Metsch) on

non target insects. KMITL Sci. Tech. J. 7 (S1): 8-12.

Townsend RJ, MO’Callaghan, VW Johnson, & TA Jackson. 2003. Compatibility

of microbial control agents Serratia entomophila and Beauveria bassiana with selected fertilizers. New Zealand Plant Protection. 56: 118-122pp.

Townsend & Hueberger. 1948. In Uenterstenhofer, G. 1976. The Basic Principle of Crop Protection Fields Trials. Pflanzenshut z-Nachrichten Bayer AG. Leverkusen.

Unterenhoter. 1963. Veterinary Parasitology. Department of VeterinaryParasitology. Faculty of Veterinary Medicine,The Univ of Glasgow. Scotland. LongmanScientific & Technical. Churchill Livingstone Inc. New York.

Utomo & Pardede. 2014. Pengaruh musim pada hipobiose Haemonchuscontortus dan fluktuasi populasi nematoda saluran pencernaan domba di Indramayu,Jawa Barat. hlm. 171−192. Prosiding Seminar. Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi.

Wahyudi. 2008. Cendawan patogen seranggasebagai bahan baku insektisida. Pemanfaatanmikroba dan parasitoid dalam agroindustritanaman rempah dan obat. PerkembanganTeknologi Tanaman Rempah dan Obat (XII):

21−28pp.

Yasin MM, HZ. Hutzt & DDJF Staint. 2014. The theory and practice of benchmarking: then and now. Benchmarking: An International Journal. 9(3):217-243pp.


(54)

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

M0S1 M2S1 M3S2

M0S2 M2S1 M3S2

M0S2 M3S1 M3S2

M1S2 M1S2 M1S2

M2S2

M2S1

M1S1 M2S2

M0S1 M2S2


(55)

Tabel 1. Persentase mortalitas S. litura 1 HSA

Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 1 Hsa (%)

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M0S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Total 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Rata-rata 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Anova

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: hasil

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

,000a 7 ,000 . .

Intercept ,000 1 ,000 . .

M ,000 3 ,000 . .

S ,000 1 ,000 . .

M * S ,000 3 ,000 . .

Error ,000 16 ,000

Total ,000 24

Corrected Total

,000 23 a. R Squared = . (Adjusted R Squared = .)


(56)

Tabel 2. Persentase mortalitas S. litura 2 HSA

Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 2Hsa (%)

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M0S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Total 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Rata-rata 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Anova

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: hasil

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

,000a 7 ,000 . .

Intercept ,000 1 ,000 . .

M ,000 3 ,000 . .

S ,000 1 ,000 . .

M * S ,000 3 ,000 . .

Error ,000 16 ,000

Total ,000 24

Corrected Total

,000 23 a. R Squared = . (Adjusted R Squared = .)


(57)

Tabel 3. Persentase mortalitas S. litura 3 HSA

Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 3Hsa (%)

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M0S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Total 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Rata-rata 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Anova

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: hasil

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

,000a 7 ,000 . .

Intercept ,000 1 ,000 . .

M ,000 3 ,000 . .

S ,000 1 ,000 . .

M * S ,000 3 ,000 . .

Error ,000 16 ,000

Total ,000 24

Corrected Total

,000 23 a. R Squared = . (Adjusted R Squared = .)


(58)

Tabel 4. Persentase mortalitas S. litura 4 HSA Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 4 HSA

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M0S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M1S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M2S2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

M3S1 53,100 53,210 50,220 156,530 52,177

M3S2 50,000 50,000 50,000 150,000 50,000

Total 103,100 103,210 100,220 306,530 102,177 Rata-rata 12,888 12,901 12,528 38,316 12,772 Anova

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: HASIL

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

11751,399a 7 1678,771 4689,087 ,000

Intercept 3914,771 1 3914,771 10934,606 ,000

M 11744,314 3 3914,771 10934,606 ,000

S 1,771 1 1,771 4,947 ,041

M * S 5,314 3 1,771 4,947 ,013

Error 5,728 16 ,358

Total 15671,898 24

Corrected Total

11757,127 23

a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = ,999) 1. MEDIA TUMBUH Dependent Variable: HASIL

MEDIA TUMBUH Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower

Bound


(59)

M0 1,129E-013

,244 -,518 ,518

M1 ,000 ,244 -,518 ,518

M2 ,000 ,244 -,518 ,518

M3 51,087 ,244 50,569 51,605

2. WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

WAKTU APLIKASI

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

S1 13,043 ,173 12,677 13,409

S2 12,500 ,173 12,134 12,866

3. MEDIA TUMBUH * WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

MEDIA TUMBUH

WAKTU APLIKASI

Mean Std.

Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

M0 S1 1,115E-013 ,345 -,732 ,732

S2 1,142E-013 ,345 -,732 ,732

M1 S1 ,000 ,345 -,732 ,732

S2 ,000 ,345 -,732 ,732

M2 S1 ,000 ,345 -,732 ,732

S2 ,000 ,345 -,732 ,732

M3 S1 52,173 ,345 51,441 52,906

S2 50,000 ,345 49,268 50,732

HASIL Duncana,b

MEDIA TUMBUH N Subset

1 2

M0 6 ,00000 b

M1 6 ,00000b

M2 6 ,00000b

M3 6 51,08667a


(60)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,358. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b. Alpha = ,05.

Tabel 5. Persentase mortalitas S. litura 5 HSA Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 5 HSA

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 3,110 3,230 3,220 9,560 3,187

M0S2 3,120 3,220 3,236 9,576 3,192

M1S1 2,240 2,270 2,280 6,790 2,263

M1S2 2,111 2,000 2,300 6,411 2,137

M2S1 50,210 50,000 50,210 150,420 50,140

M2S2 50,230 50,240 50,220 150,690 50,230

M3S1 60,120 60,210 60.00 120,330 60,165

M3S2 60,233 60,240 60,250 180,723 60,241

Total 231,374 231,410 171,716 634,500 231,555 Rata-rata 28,922 28,926 24,531 79,313 28,944

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: hasil

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

16830,794a 7 2404,399 332796,481 ,000 Intercept 20097,094 1 20097,094 2781668,83

9

,000

M 16830,732 3 5610,244 776522,267 ,000

S ,004 1 ,004 ,519 ,482

M * S ,058 3 ,019 2,682 ,082

Error ,116 16 ,007

Total 36928,003 24

Corrected Total

16830,909 23

a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = 1,000) 1. media tumbuh Dependent Variable: hasil


(61)

media tumbuh

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

M0 3,189 ,035 3,116 3,263

M1 2,200 ,035 2,127 2,274

M2 50,185 ,035 50,111 50,259

M3 60,176 ,035 60,102 60,249

2. waktu aplikasi Dependent Variable: hasil

waktu aplikasi

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

S1 28,925 ,025 28,873 28,977

S2 28,950 ,025 28,898 29,002

3. media tumbuh * waktu aplikasi Dependent Variable: hasil

media tumbuh

waktu aplikasi

Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

M0 S1 3,187 ,049 3,083 3,291

S2 3,192 ,049 3,088 3,296

M1 S1 2,263 ,049 2,159 2,367

S2 2,137 ,049 2,033 2,241

M2 S1 50,140 ,049 50,036 50,244

S2 50,230 ,049 50,126 50,334

M3 S1 60,110 ,049 60,006 60,214

S2 60,241 ,049 60,137 60,345

hasil Duncana,b

media tumbuh

N Subset

1 2 3 4

M1 6 2,20137d

M0 6 3,18933c

M2 6 50,18500b

M3 6 60,17550

a


(62)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,007. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b. Alpha = ,05.

Tabel 6. Persentase mortalitas S. litura 6 HSA

Perlakuan

Persentase mortalitas S. litura 6 HSA

Total Rata-Rata Ulangan

I II III

M0S1 50,560 50,660 50,510 151,730 50,577

M0S2 50,570 50,580 50,880 152,030 50,677

M1S1 50,000 50,110 50,100 150,210 50,070

M1S2 50,230 50,220 50,210 150,660 50,220

M2S1 80,810 80,210 80,230 241,250 80,417

M2S2 80,670 80,900 80,990 242,560 80,853

M3S1 90,910 90,230 90,000 271,140 90,380

M3S2 90,000 90,000 90,100 270,100 90,033

Total 543,750 542,910 543,020 1629,680 543,227 Rata-rata 67,969 67,864 67,878 203,710 67,903

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: HASIL

Source Type III Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model

7640,769a 7 1091,538 21232,713 ,000 Intercept 110660,704 1 110660,704 2152582,99

8

,000

M 7640,254 3 2546,751 49539,658 ,000

S ,043 1 ,043 ,843 ,372

M * S ,472 3 ,157 3,058 ,058

Error ,823 16 ,051

Total 118302,296 24

Corrected Total

7641,591 23

a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = 1,000) 1. MEDIA TUMBUH


(63)

Dependent Variable: HASIL MEDIA

TUMBUH

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

M0 50,627 ,093 50,430 50,823

M1 50,145 ,093 49,949 50,341

M2 80,635 ,093 80,439 80,831

M3 90,207 ,093 90,010 90,403

2. WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

WAKTU APLIKASI

Mean Std.

Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

S1 67,861 ,065 67,722 68,000

S2 67,946 ,065 67,807 68,085

3. MEDIA TUMBUH * WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

MEDIA TUMBUH

WAKTU APLIKASI

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

M0 S1 50,577 ,131 50,299 50,854

S2 50,677 ,131 50,399 50,954

M1 S1 50,070 ,131 49,792 50,348

S2 50,220 ,131 49,942 50,498

M2 S1 80,417 ,131 80,139 80,694

S2 80,853 ,131 80,576 81,131

M3 S1 90,380 ,131 90,102 90,658

S2 90,033 ,131 89,756 90,311

HASIL Duncana,b

MEDIA TUMBUH

N Subset

1 2 3 4

M1 6 50,14500d

M0 6 50,62667c

M2 6 80,63500b

M3 6 90,20667a


(1)

Dependent Variable: HASIL JENIS

MEDIUM

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

M0 5,217 ,025 5,165 5,269

M1 6,247 ,025 6,195 6,299

M2 4,322 ,025 4,270 4,374

M3 4,132 ,025 4,080 4,184

2. WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

WAKTU APLIKASI

Mean Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

S1 4,980 ,017 4,943 5,017

S2 4,978 ,017 4,942 5,015

3. JENIS MEDIUM * WAKTU APLIKASI Dependent Variable: HASIL

JENIS MEDIUM

WAKTU APLIKASI

Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

M0 S1 5,187 ,035 5,113 5,260

S2 5,247 ,035 5,173 5,320

M1 S1 6,250 ,035 6,176 6,324

S2 6,243 ,035 6,170 6,317

M2 S1 4,293 ,035 4,220 4,367

S2 4,350 ,035 4,276 4,424

M3 S1 4,190 ,035 4,116 4,264

S2 4,073 ,035 4,000 4,147

HASIL Duncana,b

JENIS MEDIUM

N Subset

1 2 3 4

M3 6 4,1317d

M2 6 4,3217c

M0 6 5,2167b

M1 6 6,2467a


(2)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,004. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b. Alpha = ,05.


(3)

Gambar 2. Tanaman tembakau perlakuan M1S1


(4)

(5)

Gambar 5. Tanaman tembakau perlakuan M1S2

Gambar 6. Tanaman tembakau perlakuan M0S2


(6)

Gambar 7. Tanaman tembakau perlakuan M0S1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

0 42 47

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

2 34 58

Efektivitas Beauveria Bassiana (Bals.) Vuill Terhadap Spodoptera litura F (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

0 47 43

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

Entomopatogenik Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 5 75

Cover Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 0 13

Abstract Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 0 2

Chapter I Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 1 3

Reference Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 0 4

Appendix Beauveria Bassiana Vuill. Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa

0 0 22