Tinjauan Teori Usulan Penelitian Frengky

jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, dan kenaikan atau penurunan dalam jumlah prosentase. Kenaikan atau penurunan dalam rupiah dapat dicari dengan selisih antara tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang dikalikan 100. Persamaan peneliti yang dilakukan Purnawati dengan peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kelayakan pemberian kredit kepada debitur. Perbedaan peneliti sekarang dengan terdahulu adalah peneliti terdahulu menggunakan metode perbandingan laporan keuangan Bank secara time series sedangkan peneliti sekarang menggunakan metode tolok ukur 6C, 7P dan rasio keuangan untuk menganalisis laporan keuangan debitur.

F. Tinjauan Teori

Pada masa sekarang ini Usaha Kecil Menengah UKM sebagai pelaku sektor riil dihadapkan pada persoalan keterbatasan kemampuan dalam mengakses sumber permodalan. Kondisi ini menjadikan perbankan dituntut untuk lebih berani dalam melaksanakan penyederhanaan ketentuan dan persyaratan secara teknis dengan tidak mengabaikan peraturan dalam pemberian kredit, sehingga analisis laporan keuangan debitur merupakan salah satu informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak kreditur dalam mengambil keputusan. Keputusan pemberian kredit dilakukan jika pihak kreditur telah menganalisis laporan keuangan pihak debitur, hal ini dilakukan guna memperkecil risiko kredit dan menentukan layak atau tidak debitur tersebut diberi kredit. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dirpersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit yang diberikan oleh bank pada dasarnya sangat bervariasi seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit ekspor, kredit perumahan, kredit sindikasi, dan sebagainya menurut Taswan 1997; 173. Pemberian kredit harus berdasarkan atas kebijaksanaan kredit yang berlaku. Kebijaksanaan perkreditan meliputi penetapan standar kredit dan analisis kredit. Kebijaksanaan perkreditan bank harus diprogram dengan baik dan benar. Program perkreditan harus didasarkan pada asas yuridis, ekonomis dan kehati-hatian. Pinjaman usaha kecil lebih kompleks karena bank seringkali diminta mengambil resiko kredit. Dalam pemberian kredit membutuhkan suatu analisis terhadap usaha yang dilakukan debitur untuk menentukan suatu keputusan dalam pemberian kredit. Salah satu cara menilai kegiatan usaha debitur adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip kredit pada aspek-aspek usaha debitur. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan adalah berupa analisis 6C dan 7P. Adapun 6C menurut Gup and Kolari 2005; 263 tersebut adalah : 1. Character, sifat dan watak dari nasabah kejujuran, tanggungjawab, integritas dan konsisten. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, tercermi dari latar belakang debitur baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. 2. Capacity, kemampuan seseorang untuk menjalankan bisnis. Debitur perlu dianalisis apakah dia mampu memimpin dengan baik dan benar usahanya. Jika dia mampu memimpin usahanya, maka dia juga akan mampu untuk mengembalikan pinjamam sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berjalan. 3. Capital, kondisi keuangan dari nasabah pendapatan bersihnya. 4. Colleteral, kekayaan yang dijanjikan untuk keamanan dalam transaksi kreditanggunan. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jika terjadi kredit macet, maka agunan inilah yang digunakan untuk membayar kredit tersebut. 5. Condition, faktor luar kondisi ekonomi yang mengontrol perusahaan. Menilai kredit hendakya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia peminjam jalankan. 6. Compliance, kepatuhan terhadap undang-undang yang berlaku. Sedangkan penilaian dengan analisa 7P kredit adalah sebagai berikut menurut Kasmir 2004; 106 : 1. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon debitur dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. 2. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter. 3. Perpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 4. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. 6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7. Protection, tujuannya adalah bagainama menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa barang atau orang atau jaminan asuransi. Nilai kredit merupakan dasar kinerja keuangan yang lalu pada perusahaan peminjam yang sama untuk sebuah nilai. Kewajiban pembayaran yang lalu, beban hutang yang relatif dengan pendapatan, dan jabatan merupakan contoh faktor yang berhubungan dengan kredit konsumen dan pinjaman hipotik perusahaan. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu kelayakan kredit, yaitu menurut Gup and Kolari 2005; 218 : 1. Kredit konsumen, menggunakan model variabel dimana pembayaran historis bobotnya 35; berapa banyak hutang bobotnya 30; panjang kredit historis bobotnya 15; kredit baru bobotnya 10; tipe kredit yang dipakai bobotnya 10. Nilai kredit yang tinggi merupakan tanda resiko kredit yang rendah. 2. Bisnis kecil, menggunakan model nilai kredit untuk pinjaman hingga 250,000, walaupun banyak bank yang masih menggunakan pinjaman hingga 100,000. Pinjaman dengan resiko tinggi berarti biaya bunga yang ditanggung juga tinggi. Model ini sangat efisien, karena dengan model ini akan taat pada peraturan dibanding kebijakan ketika membuat pinjaman. Tujuan dari adanya analisa kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman. Metode yang dipakai adalah menurut Soediyono Reksoprayitno 1992; 169 : 1. Rasio lancar merupakan angka perbandingan antara niali aktiva lancar dengan nilai pasiva lancar. Rasio ini sangat lazim digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio uji lancar, untuk mengetahui tingginya likuiditas sebuah perusahaan pemohon kredit dengan hanya melihat rasio lancarnya saja tidak cukup untuk dapat meyakinkan bahwa perusahaan tersebut dalam waktu dekat tidak menjumpai kesulitan dalam memenuhi kewajiban dalam melunasi utang-utangnya. 3. Lama penagihan rata-rata, biasanya dipergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek. 4. Rasio perputaran piutang, tujuannya untuk menilai tingginya likuidits aktiva lancar berupa piutang jangka pendek. 5. Rasio perputaran persediaan, tujuannya untuk menilai tingkat likuiditas persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. 6. Angka kelipatan pendapatan terhadap bungajumlah berapa kali beban bunga telah dapat ditutup oleh pendapatan, menunjukkan semakin jauh niulainya diatas angka satu, bisa diinterprestasikan sebagai semakin terjamin kelestarian perusahaan. 7. Angka kelipatan pendapatan terhadap beban tetap, tidak jauh berbeda dengann rasio keuangan angka kelipatan pendapatan terhadap bunga. Hanya saja beban tetap perusahaan tidak hanya berupa bunga.

G. Kerangka Pikir