USULAN PENELITIAN I. JUDUL PENELITIAN HU

USULAN PENELITIAN
I.

JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN PENERAPAN SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN
TIM DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG INTERNA
DAN BEDAH BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT
BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA

II.

RUANG LINGKUP PENELITIAN
KEPERAWATAN MANAJEMEN

III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamisasi peradaban membuat permasalahan mengenai kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat akan semakin kompleks. Meningkatnya jumlah
penduduk dan tingginya prevalensi penyakit, akan meningkatkan pula
permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan
kompetensi dan profesionalisme kerja sangat dibutuhkan dalam organisasi

pelayanan kesehatan.(Mangkunegara,2007)
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai
dengan perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju keadaan
yang lebih baik. Di bidang kesehatan, tuntutan reformasi total muncul karena
masih adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antardaerah dan
antargolongan, kurangnya pemandirian dalam pembangunan bangsa, dan

1

derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan dengan
negara tetangga. Reformasi dibidang kesehatan juga diperlukan karena adanya
lima fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan, yaitu perubahan pada dinamika kependudukan,
temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan
lingkungan, dan demokrasi di segala bidang.(Nursalam,2013)
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses yang berjangka
panjang, ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia. Menurut Agus Kuntoro (2010) Perubahan yang terjadi akan
mencakup seluruh aspek keperawatan yakni :

1) Penataan pendidikan tinggi keperawatan;
2) Pelayanan dan asuhan keperawatan;
3) Pembinaan dan kehidupan keprofesian;
4) Penataan lingkungan perkembangan keperawatan.
Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual, interpersonal kemampuan teknis, dan moral. Hal ini dapat
ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan
pada program pendidikan Ners. Dengan demikian, diharapkan terjadi
perubahan yang mendasar dalam upaya aktif untuk menyuksesan program
pemerintah yang berwawasan luas tentang profesi keperawatan. Perubahan
tersebut dapat dicapai apabila pendidikan tinggi keperawatan tersebut
dilaksanakan dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program
pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK di bidang
kesehatan.(Nursalam,2013)
2

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas
(Swanburg, 1987). Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif
dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa

keperawatan dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan
volume yang tinggi. Manajer perawat dapat menggunakan proses operasional
kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing
perencanaan karier, serta memberi penghargaan kepada perawat yang
berkompeten.
Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan
dasar atau keterampilan yang dimiliki (Heider, 1958). Panji Anoraga (1998),
mengemukakan bahwa penurunan kinerja dipengaruhi oleh kejenuhan kerja.
Kejenuhan kerja dapat disebabkan oleh kegiatan yang kurang menarik,
monoton atau terulang-ulang dan situasi lingkungan kerja yang kurang
kondusif. Nursalam (1998), menyatakan bahwa faktor internal yang
menghambat perkembangan peran perawat secara profesional antara lain:
rendahnya rasa percaya diri perawat, kurangnya pemahaman dan sikap untuk
melaksanakan riset keperawatan, rendahnya standar gaji dan sangat minimnya
perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan. Di samping itu
faktor pendidikan, peralatan keperawatan dan lingkungan keperawatan sangat
mempengaruhi keberhasilan asuhan keperawatan yang dapat menunjang
kinerja perawat (Sri Hidayati, 1996). Kondisi dan situasi lingkungan kerja

3


sangat dipengaruhi oleh model kepemimpinan kepala ruangan.(http://skripsiqt.blogspot.com)
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Benyamin Guluh
(RSBG) Kabupaten Kolaka merupakan salah satu Rumah sakit yang dimiliki
Pemerintah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara yang memberikan
pelayanan terhadap masyarakat luas dengan berbagai karakteristiknya, baik
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan jaminan kesehatan
daerah (JAMKESDA). Rumah Sakit Umum Daerah Kolaka menerapkan
Sistem Model Asuhan Keperawatan Tim disetiap ruangannya. Rumah Sakit
ini memiliki beberapa ruang perawatan meliputi ruang perawatan anak, ruang
perawatan interna, ruang perawatan bedah, ruang perawatan KIA, ruang
perawatan perinatologi, ruang perawatan ICU dan ruang perawatan VIP yang
ditunjang dengan 194 orang perawat, dengan tingkat pendidikan yaitu SPK,
D3 Keperawatan, Sarjana Keperawatan, dan Ners.(Profil RSBG Kolaka,2014)
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi empat
unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan praktik
keperawatan. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini
dan akan membantu kualitas produksi/jasa layanan keperawatan, jika perawat
tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi

kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Keempat unsur yang telah
disebutkan diatas adalah bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu model

4

yang merupakan bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. (Agus kuntoro,2010)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien.(Nursalam,2013)
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mclaughin,dkk (1995), mengidentifikasi delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit
adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer.
Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan
kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan, tetapi setiap unit keperawatan
mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan
keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana,

dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berakibat suatu
strees maka perlunya adanya antisipasi terlebih dahulu.(Nursalam,2013)
Berdasarkan survey kesehatan yang pernah dilakukan RSBG Kolaka
pada tahun 2010 diperoleh data bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
sarana/fasilitas rumah sakit sebesar 33% tidak puas, layanan medis 35% tidak
puas, layanan keperawatan 52% tidak puas dan layanan gizi 36% tidak puas.
(Sadli,2010)
Hasil survey di atas menunjukan bahwa persentase terbesar pasien yang
merasa tidak puas terhadap pelayanan di RSBG Kolaka adalah pelayanan
5

keperawatan 52%. Hal ini menjadi sangat penting untuk dicermati mengingat
bahwa pelayanan keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
di rumah sakit dimana perawat merupakan profesi yang berinteraksi langsung
dengan pasien selama 24 jam.
Berdasarkan pernyataan dari perawat di RSBG Kolaka menyatakan
bahwa belum memahami dengan benar bagaimana mengimplementasikan
model asuhan keperawatan profesional yang efektif dan efisien sehingga
berpengaruh dengan kepuasan pasien yang dirawat di RSBG Kolaka.
Berdasarkan fenomena di atas maka upaya peningkatan layanan

keperawatan yang dapat memuaskan pasien perlu dilakukan melalui upaya
strategik yaitu pemberian asuhan keperawatan yang didasarkan pada nilainilai profesional dengan mengimplementasikan Sistem Model Asuhan
Keperawatan (MAKP) di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka.
Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk mengkaji lebih
jauh penerapan Sistem Model Asuhan Keperawatan Tim dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang perawatan Interna dan ruang perawatan bedah
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat hubungan penerapan sistem model asuhan keperawatan
tim dengan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan bedah Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum

6

Mengetahui bagaimana hubungan penerapan sistem model asuhan
keperawatan tim di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kolaka.

2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan

hubungan

penerapan

Sistem

Model Asuhan

Keperawatan Tim di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka.
b. Mendeskripsikan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan ruang
bedah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.
c. Mendeskripsikan hubungan penerapan Sistem

Model Asuhan

Keperawatan Tim dengan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan

ruang bedah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi
Sebagai penambah referensi yang dapat digunakan untuk penelitian
berikutnya, sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan
penelitian-penelitian lebih lanjut khususnya penerapan sistem model
asuhan keperawatan tim dengan tingkat kepuasan pasien.
2. Bagi instansi RSBG Kolaka
Bagi pengelola keperawatan dapat digunakan sebagai informasi dan
bahan pertimbangan dalam membuat aturan atau kebijakan untuk
meningkatkan kinerja perawat.
3. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu keperawatan tentang mutu pelayanan keperawatan,
khususnya tentang penerapan sistem model asuhan keperawatan tim
dengan tingkat kepuasan pasien.
4. Bagi masyarakat
7

Penelitian yang nantinya dilaksanankan dapat mengakomodasi

informasi dan masukan masyarakat tentang analisis penerapan model
asuhan keperawatan tim dengan tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka.
5. Bagi peneliti
Penelitian ini untuk menerapkan teori, menambah wawasan,
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dibidang
keperawatan.
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
A. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilakukan secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan, kelompok dan
masyarakat. (Suarli,2009)
1. Rumah sakit
a. Pengertian rumah sakit
Rumah sakit merupakan tempat penyediaan layanan kesehatan
untuk masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia
Nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit

umum dinyatakan bahwa : “Rumah sakit umum adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan yang bersifat dasar, spesialistik,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.”
Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit
adalah keseluruhan dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan

8

pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan
keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan
tenaga

kesehatan

serta

untuk

penelitian

biososial.

(http://kedaiobatcocc.wordpress.com)
Selain itu Muninjaya (2004) menyatakan bahwa rumah sakit
adalah

sebagai

salah

satu

subsistem

pelayanan

kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu
pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi
medik, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.
b. Tugas dan fungsi rumah sakit
Menurut American Hospital Ascosiation yang dikutip Aditama
(1999) rumah sakit sebagai sebuah institusi yang mempunyai fungsi
utama memberikan pelayanan kepada pasien diagnostik dan terapeutik
untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik bedah maupun
non bedah, hanya saja pada fungsi ini lebih menekankan pada
pentingnya fungsi rumah sakit, yang terdiri dari 5 fungsi yaitu :
1) Memberikan pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik
dan terapeutik, memberikan pelayanan dasar, spesialistik
maupun subspesialistik, baik bedah maupun non bedah, juga
meliputi penyediaan layanan gizi, farmasi, laboratorium,
radiologi, dan sebagainya;
9

2) Rumah Sakit memberikan pelayanan rawat jalan;
3) Rumah Sakit memiliki tugas untuk melakukan pendidikan dan
pelatihan;
4) Rumah Sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran
dan kesehatan dan
5) Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk
program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi
populasi disekitarnya.
c. Rawat Inap
Selanjutnya Depkes RI (1997) menyatakan bahwa pelayanan
rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,
perawatan, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau
kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
Sementara itu loho dalam Panca Putra (1999) mengidentifikasi
kegiatan rawat inap meliputi pelayanan dokter, pelayanan perawatan,
pelayanan makanan, fasilitas perawatan dan lingkungan keperawatan.
Tenaga dokter dan perawat merupakan tenaga inti dalam jasa
pelayanan rawat inap di rumah sakit dimana kualitas tenaga dokter dan
perawat memberikan dampak langsung pada kualitas pelayanan rawat
inap dan citra rumah sakit.
Pelayanan rawat inap mempunyai dua aspek penting yang
berkaitan dengan kepuasan pasien yaitu manusia dan alat. Aspek alat
merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelayanan
kesehatan tersebut antara lain lingkungan fisik seperti bentuk
bangunan dan desain ruangan sangat mempengaruhi kepuasan pasien.

10

Aspek manusia merupakan tenaga yang melaksanakan pelayanan
rawat inap. Untuk dapat memuaskan pasien diperlukan petugas yang
dapat melaksanakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan,
simpatik, penuh pengertian, luwes dan terampil.
Unit rawat inap merupakan revenue center rumah sakit
sehingga tingkat kepuasan pasien bisa dipakai sebagain salah satu
indikator mutu pelayanan. Kepuasan pasien merupakan hal yang
sangat subjektif selalu berubah dari waktu ke waktu dan berhubungan
erat dengan pelayanan yang diterimanya.(Asmuji,2012)
2. Pelayanan keperawatan
a. Perawat
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilkinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.(Potter &
Perry,2010)
b. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dengan di
dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsiko- sosio- spritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencakup
siklus hidup manusia. (Potter & Perry,2010)
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta

11

kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Perhatian utama keperawatan adalah menyediakan pelayanan
keperawatan

yang

berkualitas

tinggi

dan

terbaru.

Pelayanan

keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah penyakit, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan

pada

upaya

pelayanan

kesehatan

utama

untuk

memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup sehat
dan

produktif

yang

dilakukan

sesuai

dengan

wewenang,

tanggungjawab dan etika profesi keperawatan.(Potter & Perry 2010)
c. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan suatu penerapan proses dalam
keperawatan

adalah

salah

satu

wujud

tanggungjawab

dan

tanggunggugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya proses
keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan
kepada klien. (Potter & Perry,2010)
Proses keperawatan menurut Yura dan Wals (1983), adalah
suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat
dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio-psiko-sosiospritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis
keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi tindakan
keperawatan, serta evaluasi. Pendekatan proses keperawatan dapat
digunakan pada semua metode penugasan dalam keperawatan dengan
menyesuaikan pada kebutuhan klien. (Asmadi, 2009)
12

Proses keperawatan ini terdiri dari 5 tahap yaitu :
1) Tahap pengkajian keperawatan yaitu kegiatan pengumpulan,
pengelompokan, dan analisa data keperawatan untuk
merumuskan diagnosa keperawatan;
2) Tahap diagnosa keperawatan yaitu

pernyataan

yang

menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau
potensial;
3) Tahap kegiatan perencanaan yaitu tahap menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan yang didapatkan
pada diagnosa keperawatan;
4) Tahap tindakan keperawatan yaitu pelaksanaan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk
memenuhi kebutuhan pasien;
5) Tahap evaluasi yaitu pengukuran keberhasilan asuhan
keperawatan.
3. Standar Asuhan Keperawatan
Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam
pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman yang
harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi. Standar
asuhan keperawatan sebagai standar profesi keperawatan merupakan
pedoman dan sebagai tolak ukur mutu asuhan keperawatan profesional.
(Elfindri dkk, 2009)
Berdasarkan standar asuhan keperawatan (Depkes RI 1998) prasyarat
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara lain :
a) Pimpinan yang peduli dan mendukung;
b) Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (sadar mutu);
13

c) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan cara diadakan
program pendidikan dan pelatihan;
d) Sarana, perlengkapan dan lingkungan yang mendukung; serta
e) Tersedianya dan diterapkannya Standar Asuhan keperawatan.
Ciri asuhan keperawatan yang bermutu yaitu :
a) Memenuhi standar profesi yang ditetapkan;
b) Sumber daya untuk pelayanan asuhan

keperawatan

dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif;
c) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi
jasa pelayanan;
d) Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan;
e) Aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat diperhatikan dan dihormati.(Nursalam,2013)
Menurut (Nursalam,2013) standar asuhan keperawatan terdiri dari
enam standar yaitu:
a. Standar Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan yang paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data
kesehatan harus bermanfaat untuk semua anggota tim.
b. Standar Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi
kehidupan pasien.
c. Standar Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi prioritas
14

masalaha yang ada pasien, tujuan yang diharapkan dari asuhan
keperawatan serta berbgai rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
d. Standar pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan

dengan

mengikutsertakan

pasien

dan

keluarganya.

Pelaksanaan keperawatan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
keperawatan.
e. Standar evaluasi keperawatan
Dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk
menilai

perkembangan

pasien

dan

keberhasilan

dari

asuhan

keperawatan.
f. Standar catatan asuhan keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual untuk
setiap pasien selama pasien dirawat. Catatan asuhan keperawatan
digunakan

sebagai

informasi,

komunikasi,

pertanggungjawaban.

Carpenito

dalam

mengungkapkan

bahwa

dalam

membuat

laporan

Nursalam
dokumentasi

serta
(2001)
harus

memperhatikan aspek keakuratan data, ringkas dan mudah dibaca.
4. Praktik Profesional
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap
sesuai dengan kode etik profesi. Adapun yang dimaksud dengan
keterampilan profesional keperawatan bukan sekedar trampil dan
15

melakukan

prosedur

keperawatan

tetapi

mencakup

keterampilan

interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal.
(Tukimin,2009)
Sementara itu Lindberg, Hunter and Kruszewski, 1994; Leddy and
Pepper, 1995 dan Berger & Williams,1994 menyatakan keperawatan
sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan

untuk

menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan
Sebelumnya keterampilan dan praktik keperawatan sangat
dilandasi oleh pengetahuan yang bersigat intuitif sedangkan sekarang
keterampilan dan praktik keperawatan didasarkan pada kiat dan ilmu
keperawatan. Manusia/klien adalah penerima asuhan keperawatan dan
setiap manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spritual yang
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik terhadap masyarakat
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada
seseorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan
penyembuhan serta membantu agar dapat hidup mandiri . keperawatan
sangat peduli terhadap kondisi manusia, kualitas kehidupan, kualitas
asuhan dan cost effecttiveness. Keperawatan juga menekankan kepada
bagaimana mendukung keterlibatan klien dalam melakukan self care
untuk hidup sehat yang menjadi fokus unik perawat.
c. Pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di perguruan
tinggi/universitas

16

Pendidikan

bertujuan

untuk

mendapatkan

keterampilan

intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan untuk
menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan
yang lebih terpadu.
d. Pengendalian terhadap standar praktik
Standar adalah kriteria atau pernyataan tentang kualitas
praktik.

Standar

praktik

keperawatan

menekankan

pada

tanggungjawab dan tanggunggugat perawat untuk memenuhi standar
yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi masyarakat maupun
perawat. Dengan demikian perawat tidak bekerja di bawah
pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggungjawab dan bertanggunggugat terhadap tindakan yang
dilakukan
Tanggunggugat berarti bertanggungjawab terhadap pelayanan
yang

diberikan.

Tanggunggugat

mengandung

aspek

terhadap

kelompok sejawat, atasan dan konsumer. Suatu badan keperawatan
dapat mencabut izin praktik bagi perawat yang tidak berkompeten atau
jika terjadi penyimpangan terhadap peraturan/perundangan yang
berlaku. Perawat juga bertanggunggugat terhadap sejawat yang
bekerjasama secara profesional dengannya. Konsep tanggunggugat
memiliki dua implikasi yaitu bertanggungjawab terhadap konsekuensi
dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggungjawab
dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Fungsi mandiri

17

Di negara yang telah maju seperti Amerika, perawat telah
diakui dengan fungsi mandirinya dan mempunyai kewangan penuh
untuk melakukan pelayanan/asuhan keperawatan. Meskipun dalam
pelaksanaannya tetap berkolaborasi dengan tenaga profesional yang
lain tetapi asuhan keperawatan yang dilakukan berorientasi kepada
kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi dari intervensi kedokteran atau
profesi lain.
5. Sistem Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
(Nursalam,2013)
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mc Laughin,dkk, (1995) mengidentifikasi delapan model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di
rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan
keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan
perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi
model untuk mengelolah asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian
antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit.
Karena setiap perubahan akan berakibat suatu strees sehingga perlu
18

adanya antisipasi, “jangan mengubah suatu sistem...justru menambah
permasalahan...’’ (Kurt Lewin,1951 dikutip oleh Marquis & Huston,1998).
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan
Terdapat enam unsur utama dalam pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,1998:143) yaitu :
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan
harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting dalam
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya
dan efektivitas dalam kelanacaran pelaksanaannya. Bagaimanapun
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya yang memadai, maka
tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena
itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang kepuasan pelanggan.
5) Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja
dan frustasi dalam pelaksanaannya.
19

6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya
Komunikasi

secara

profesional

sesuai

dengan

lingkup

tanggungjawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model.
Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan
hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.(Nursalam,2013)
b. Jenis metode model asuhan keperawatan
Berikut ini adalah merupakan penjabaran secara rinci tentang
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.(Nursalam,2013)
1) Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan

oleh

perawat

dalam

pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja
(misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang
Perawat :
pengobatan

Perawat :

Penyiapan

Merawat luka
Pasien/pasieninstrumen

Kebutuhan
dasar
20

Figur 1.1 sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1998:138)

Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik;
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan/atau belum berpengalaman.
Kekurangan :
a. Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat;
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.

2) Model asuhan keperawatan Tim
Metode ini menggunakan Tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keprawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, tehnikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihannya :

21

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya :
komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggungjawab anggota Tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah
tanggungjawabnya;
b. Kerjasama antara anggota tim dan antartim;
c. Memberikan laporan.

22

Tanggung jawab ketua Tim :
a. Membuat perencanaan;
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien;
d. Mengembangkan kemampuan anggota;
e. Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang :
a. Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masingmasing;
2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,
transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
6) Mengikuti kunjugan dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk

kegiatan

membimbing

pelaksanaan

asuhan

keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan
23

dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada
pasien atau keluarga yang baru masuk;
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri;
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.

b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
2) Merumuskan tujuan metode penugasan;
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas;
4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2
ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat;
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainlain;
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan;
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di
tempat kepada ketua tim;
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien;
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;

24

11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan :
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik;
3) Memberi motivasi

dalam

meningkatkan

pengetahuan

keterampilan,dan sikap;
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien;
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya;
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan :
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2) Melalui supervisi
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan

cara

inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada pada saat itu juga;
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim; membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah

proses

keprawatan

dilaksanakan

(pendokumentasian), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas;
c) Evaluasi;
25

d) Mengevaluasi pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim;
e) Audit keperawatan.

Kepala ruang
Ketua tim

Ketua tim

Ketua tim

Anggota
Pasien/klien

Anggota

Anggota

Figur 1.2 sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998:138)

3) Model asuhan keperawatan primer
Pasien/klien
Pasien/klien
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Tim medis

PP1

Kepala ruang

PP1

Sarana RS

PA1
PA2

PA1
PA2
26

pasien

Figur 1.3 Bagan pengembangan MAKP primer di ruang bedah mata kelas I dan 2 RSUD

Pasien

Dr.soetomo surabaya

Dokter

Kepala ruang

Sarana RS

Perawat Primer

perawat pelaksana
Pasien / Klien
Figurevening
1.4 bagan sistem asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998:138)
Perawat pelaksana
Kelebihan :Perawat pelaksana
night
jika diperlukan days
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;

b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter,
dan rumah sakit (Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan

karena

terpenuhinya

kebutuhan

secara

individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif.
27

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar primer:
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. Ada otonomi;
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengkomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain;
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f. Menerima dan menyusun rencana;
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat;
i. Membuat jadwal perjanjian klinis;
28

j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat asisten;
d. Evaluasi kerja;
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi.
Ketenagaan metode primer :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed slide atau selalu
berada dekat dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
4) Model asuhan keperawatan kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
29

penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan
hal ini pada umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus
isolasi dan intensive care.
Kelebihannya :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Kepala ruang

Staf perawat

Staf perawat

Staf perawat

Pasien/pasien

Pasien/pasien

Pasien/pasien

Figur 1.5 bagan sistem asuhan keperawatan “case method nursing” (Marquis & Huston, 1998:138)

5) Modifikasi : Model asuhan keperawatan Tim-Primer
Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000) penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

30

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S-1 keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terhadap pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan
tentang

asuhan

keperawatan

diberikan

oleh

perawat

primer/ketua tim.
Kepala ruang

PP1

PP2

PP3

PP4

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

7-8 Pasien

7-8 Pasien

7-8 Pasien

7-8 Pasien

(jadwal diatur pagi, sore, malam, dan libur/cuti)

31

Figur 1.6 metode tim primer (modifikasi)

B. KEPUASAN PASIEN
Berdasarkan hasil penelitian Sri ani L (2001) bahwa harapan pasien
terhadap pelayanan keperawatan adalah harapan terhadap kenyamanan
pelayanan

keperawatan,

koordinasi perawat, daya

profesionalisme serta empati perawat.
Konsumen mengharapkan adanya

kesiagaan

tanggap
sarana

perawat,
medis,

kelengkapan saranan non medis, desain dan pemeliharaan fisik serta
kenyamanan pasien dari segi kenyamanan keperawatan.
Tugas perawat adalah intervensi keperawatan dan sikap dalam
memberikan pelayanan keperawatan terdiri dari sikap tanggung jawab,
intervensi perawatan, dukungan psikologis, serta kegiatan monitoring
ketanggapan perawat diperlukan karena pasien sewaktu-waktu memerlukan
bantuan perawat. Penampilan, kemampuan perawat, otonomi profesi perawat
serta sikap proaktif diharapkan oleh pasien dari segi profesionalisme
pelayanan keperawatan. Seorang perawat diharapkan memiliki kemampuan
akademis, mental dan tindakan keperawatan. (Nursalam,2013)
1. Pengertian kepuasan
Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia
rasakan dibanding dengan harapannya.
Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka.
Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu
sendiri, berkaitan dengan itu pula dengan sasaran dan hasil pelayanan.
32

Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan
merupakan pengukuran yang penting dan mendasar bagi mutu pelayanan.
Hal ini karena memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi layanan
bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenag
sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki
(Margaretha,2011).
Nursalam (2013), menyebutkan kepuasan adalah perasaan seseorang
yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan
suatu produk dengan harapannya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pasien merupakan respon
emosional yang bersifat subjektif yang mencakup perbandingan antara
kinerja atau hasil yang dirasakan oleh pelanggan dan harapan.
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit.
Dengan mengetahui tingkat kepuasan, manajemen rumah sakit dapat
melakukan peningkatan mutu pelayanan. Persentase pasien yang
menyatakan puas terhadap pelayanan berdasarkan hasil survei dengan
instrument yang baku (indikator kinerja Rumah Sakit, Depkes RI 2005:31)
2. Dimensi kepuasan pasien
Menurut (Azwar,1996) yang dikutip oleh Tukimin(2009) dimensi
kepuasan pasien yang dirasakan seseorang sangat bervariasi sekali, namun
secara umum dimensi dari kepuasan sebagaimana yang didefinisikan
diatas mencakup hal-hal berikut:
a) Kemampuan mengacu hanya pada penerapan standar kode etik profesi

33

Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan pasien
apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standar serta kode etik
yang disepakati dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila
suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh profesi yang berkompeten serta tidak
menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut.
Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran
seseorang terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan
petugas pasien (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities),
kebebasan melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan kompetensi
teknis (scientific knowledge and technical skill), efektivitas pelayanan
(effectivess), dan keamanan tindakan (safety).
b) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan
Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai
pelayanan yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada
penerima jasa apabila pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau
ditetapkan,yang didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan (available),
kewajaran

pelayanan

kesehatan

(appropriate),

kesinambungan

pelayanan kesehatan (continue), penerimaan pelayanan kesehatan
(acceptable),

ketercapaian

pelayanan

kesehatan

(accessible),

keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable), efisiensi pelayanan

34

kesehatan (efficient) dan mutu pelayanan kesehatan (quality). Untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua
persyaratan pelayanan kesehatan tidak semudah yang diperkirakan,
sehingga untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang
terkombinasi secara selektif dan efektif, dalam arti penerapan dimensi
kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan
beberapa dimensi kelompok kedua dilakukan secara selektif yaitu
yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan.
3. Pengukuran kepuasan pasien
Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien
maka perlu dilakukanya pengukuran. Lebih lanjut menurut Kotler (2000)
yang dikutip oleh Nursalam (2013) ada beberapa cara mengukur kepuasan
pelanggan yaitu :
1) Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berorientasi pada pelanggan memberikan
kesempatan

yang

luas

kepada

para

pelanggannya

untuk

menyampaikan keluhan dan saran. Misalnya dengan menyediakan
kotak saran, kartu komentar dan hubungan telepon langsung dengan
pelanggan.
2) Survei kepuasan pelanggan
Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara
langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai
elemen penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan
seberapa baik perusahaan dalam masing-masing elemen. Melalui
survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
35

secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya.
3) Pembeli bayangan (ghost shopping)
Memperkejakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap
sebagai pembeli potensial, sehingga dapat melakukan pengamatan
secara langsung.
4) Analisis kehilangan pelanggan
Menghubungi pelanggan

yang

berhenti

membeli

atau

menggunakan produk jasa layanan yang diberikan. Kesulitan ada
budaya rasa segan berterus terang, alamat yang kurang jelas atau jauh
serta membutuhkan biaya yang lebih banyak.
5) Survey kepuasan pelanggan
6) Menggunakan kuesioner melalui angket atau wawancara
Hal ini dapat dilakukan apabila pasien dirawat atau pada saat
pulang sehingga lebih praktis dilakukan, jika dilakukan pada saat
pasien masih dirawat daya ingat lebih baik.
Pengukuran kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat
untuk evaluasi kualitas pelayanan kesehatan, evaluasi terhadap
konsultasi intervensi dan hubungan antara prilaku sehat dan sakit,
membuat keputusan administrasi, evaluasi efek perubahan dari
organisasi pelayanan, administrasi staf dan fungsi pemasaran serta
formasi etik perofesional. (Nursalam,2013)
4. Karakteristik kepuasan pasien

36

Menurut Supranto(2001) dan Nursalam(2013) model penilaian
komprehnsif bagi pelayanan dibidang jasa terbagi dalam 5 komponen
yaitu :
1) Tangible (kenyataan), misalnya penampilan fisik, peralatan materi
komunikasi yang menarik, dan lain-lain;
2) Empaty yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan
perhatian secara pribadi kepada konsumen;
3) Responsiviness (cepat tanggap) yaitu keinginan para karyawan
(petugas rumah sakit) dalam memberikan pelayanan pasien dengan
tanggap serta mendengar dan menanggapi keluhan dari pasien;
4) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat dan
konsisten.
5) Assurance (kepastian) yaitu berupa jaminan yang mencakup
kemampuan petugas, kesopanan, sifat dapat dipercaya (kejujuran),
bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan dalam bertindak.
5. Faktor-faktor kepuasan pasien
Wijono (1999) menyatakan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain yang berhubungan dengan :
1) Pendekatan dan perilaku petugas, perawatan pasien terutama pada saat
pertama kali datang (kesan pada pelayanan pertama)
2) Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan dan apa
yang dapat diharapkan
3) Prosedur perjanjian (menyangkut tindakan, ketepatan waktu, dan
kejelasan biaya).
4) Waktu tunggu
5) Fasilitas umum yang tersedia

37

6) Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy dan

V.

pengaturan kunjungan baik oleh dokter, tenaga perawat, dan jam besuk
7) Outcome dan terapi yang diterima.
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
1) Sistem Model asuhan keperawatan adalah model pelayanan untuk
memberikan asuhan kepada masyarakat secara optimal yang dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (Somantri,2013)
2) Kepuasan pasien adalah perasaan seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu
produk dengan harapannya. (Nursalam,2013)
3) Sistem Model asuhan keperawatan tim adalah metode yang
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam membrikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien.(Agus kuntoro,2010)
B. Hubungan Antar Variabel
Penerapan Sistem
Model Asuhan
Keperawatan Tim

Keterangan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN :
1. Puas
2. Cukup Puas
3. Kurang Puas

:
: Variabel Independen

38

: Variabel Dependen
: Berhubungan secara langsung
\

C. Identifikasi Variabel
1) Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka
akan mengakibatkan perubahan variabel lain.(Agus riyanto,2010)
Variabel independen yang diteliti oleh peneliti adalah
penerapan sistem model asuhan keperawatan tim di ruang bedah
dan ruang interna Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.
2) Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan
pada variabel independen.(Agus Riyanto,2010)
Variabel dependen yang diteliti oleh peneliti adalah tingkat
kepuasan pasien di ruang bedah dan ruang interna Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka.
D. Defenisi operasional dan kriteria objektif
1) Penerapan sistem model asuhan keperawatan tim merupakan
penerapan model asuhan keperawatan yang dibentuk dengan
menggunakan tim yang terdiri dari beberapa anggota untuk
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.

39

Keriteria objektif
1. Baik

: jika responden memperoleh skor 75-100%

2. Cukup

: jika responden memperoleh skor 56-75%

3. Kurang

: jika responden memperoleh skor <

56%
2) Kepuasan pasien adalah perasaan senang seseorang yang berasal
dari perbandingan antara kesenangannya terhadap suatu aktivitas
dengan kondisi yang diharapkannya.
Kriteria objektif
1. Puas

: jika responden memperoleh skor 75-100%

2. Cukup puas

: jika responden memperoleh skor 56-75%

3. Kurang puas : jika responden memperoleh skor

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

EVALUASI PROSES PERUMUSAN USULAN PROGRMA AKSI MENGATASI DAMPAK KENAIKAN BBM DAN KEMISKINAN (PAM-DKB) DIBIDANG PADAT KARYA DI DESA GAMBIRAN KECAMATAN GAMBIRAN KABUPATEN BANYUWANGI

0 22 7

METODELOGI PENELITIAN : 13 kesalahan dalam menyusun proposal penelitian skripsi/tugas akhir.

2 51 1

INSTRUMEN PENELITIAN TES HASIL BELAJAR L

0 26 10

JUDUL INDONESIA: BERBAGAI PENGARUH PERLAKUAN PADA STEK BATANG UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP PERTUMBUHAN UBI

0 27 47

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

JUDUL INDONESIA: PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM SL-PHT DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO (Kasus Petani Kakao di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu) JUDUL INGGRIS: COCOA FARMERS’ PERCEPTION TOWARD SL-PH

0 26 76

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK DENGAN TEMA CITA-CITAKU MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 5 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

0 10 70

JUDUL INDONESIA : KEPEMIMPINAN MANAJERIAL KEPALA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (studi Kasus pada Paud Aba Kauman Metro Pusat Kota Metro) JUDUL INGGRIS : LEADERSHIP MANAJERIAL HEAD AGE CHILD EDUCATION EARLY (CASE STUDY AT PAUD ABA KAUMAN CENTER METRO)

0 32 123

E KAMUS ISTILAH PENELITIAN DALAM BAHASA ARAB MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL STUDIO 2010 BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

1 44 213