USULAN PENELITIAN

(1)

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI

DENGAN BASIS CARBOMER 940

NUR RAHMI SYAM

F1F113028

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI


(2)

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI

DENGAN BASIS CARBOMER 940

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam  melakukan penelitian dalam rangka penulisan Skripsi pada Program Studi Farmasi

NUR RAHMI SYAM

F1F113028

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI


(3)

3


(4)

1

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI DENGAN BASIS CARBOMER 940

Oleh :  NUR RAHMI SYAM 

F1F113028

Disetujui : 

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.rer.nat.Muhaimin., S.Pd., M.Si.  Uce Lestari., M.Farm., Apt.  NIP. 197303222000031001 NIDK. 201501072017


(5)

2

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Hipotesa Penelitian...3

1.5 Manfaat Penelitian...3

II. TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 Kelapa Sawit...4

Klasifikasi Sawit...4

Morfologi Sawit...4

2.2 Minyak Sawit...5

Kandungan Kimia Minyak Sawit...6

Sifat Fisikokimia Minyak Sawit...6

Pemanfaatan Olahan Sawit di Industri...7

2.3 Antioksidan...8

2.4 DPPH...8

2.5 Masker...9

2.6 Masker Gel Peel­Off...11

2.7 Carbomer...12

2.8 Evaluasi Masker Gel Peel­Off...12

III. METODOLOGI PENELITIAN ...14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...14

3.2 Bahan dan Peralatan...16

3.3 Metode Penelitian...14

Persiapan Sampel...14

Rancangan Formula...14

Pembuatan Masker Gel Peel Off...15

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off...15

Evaluasi Masker Gel Peel Off...15

DAFTAR PUSTAKA...17


(6)

3

DAFTAR TABEL

Tabel         Halaman

1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan

... 7


(7)

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar         Halaman

1. Rumus   Bangun   Minyak   Sawit

... 6


(8)

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran         Halaman

1. Bagan   Alir   Penelitian

... 19


(9)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia   merupakan   salah   satu   prodosen   utama   kelapa   sawit   dan olahannya di dunia (Hambrug, 2013). Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak   sawit   dan   inti   sawit   merupakan   salah   satu   primadona   tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia (Anonim, 2007) . Produksi minyak sawit Indonesia sebagian besar ditujukan untuk   ekspor,   hanya   sekitar   20­25   %   yang   digunakan   untuk   konsumsi domestik (Anonim, 2016). Hingga saat ini, ekspor terbesar dari Indonesia masih berupa   produk   minyak   kelapa   sawit   mentah   atau   crude   palm   oil   (CPO) (Hambrug, 2013).

Di   provinsi   Jambi,   kelapa   sawit   merupakan   tanaman   perkebunan dengan luas areal kedua terbesar setelah karet. Sampai dengan tahun 2013 luasan areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah 593.433 ha, dengan jumlah produksi mencapai 1.555.687 ton (Anonim, 2014). Olahan sawit di Provinsi Jambi juga masih sebatas Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng saja. 

Produksi   CPO   Indonesia   yang   diolah   di   dalam   negeri   sebagian   besar masih dalam bentuk Refined Bleached Deodorized (RBD) palm oil, stearin, dan olein.   Nilai   tambah   produk   tersebut   tidak   begitu   besar.   Baru   sebagian   kecil produksi   CPO   yang   diolah   menjadi   produk­produk   oleokimia   dengan   nilai tambah  yang  cukup  tinggi.  Padahal,  perkembangan  industri  oleokimia  dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen, seperti deterjen, sabun, kosmetik (Pardamean, 2014). Sehingga untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai   jual   dari   olahan   kelapa   sawit,   maka   CPO   terlebih   dahulu   harus dimurnikan untuk mendapatkan minyak sawit murni. Dan minyak sawit murni inilah yang nanti nya dapat diolah menjadi sediaan farmasi dan memiliki nilai tambah dan nilai jual yang tinggi. 

Minyak   kelapa   sawit   mengandung   beta­karotena   yang   cukup   tinggi, berkisar   antara  500­700   ppm,  yang   terdiri  atas   36%  alfa­karotena   dan  54% beta­karotena. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paru­paru dan kanker   payudara   ,   dan   juga   berfungsi   sebagai   pembentuk   vitamin   A   dalam tubuh manusia. Setiap satu ton minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 240 g karotena. Selain karotena, kandungan bahan lainnya yang mempunyai nilai komersial adalah tokoferol dan tokotrienol yang berkisar antara 600­1100 ppm. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan


(10)

2

proteksi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Oleh karena nya merupakan suatu peluang besar apabila minyak sawit dapat diolah menjadi suatu produk yang  memiliki  nilai  tambah  lebih  tinggi.  Terlebih    jika  dapat  diolah  menjadi sediaan   kosmetik  karena   mempunyai  sifat   fisik  yang   mudah  diabsorpsi   oleh kulit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah, lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan   oral   (Draelos   and   Thaman,   2006).   Salah   satu   bentuk   sediaan kosmetika   topikal   adalah   masker   dalam   bentuk   gel,   seperti   masker   peel­off. Masker   berbentuk   gel   mempunyai   beberapa   keuntungan   diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik. (Harry, 1973)

Pada proses pembuatan masker gel peel off ini dibutuhkan suatu basis sebagai   pembentuk   gel   (gelling   agent)   yang   ditambahkan   ke   dalam   suatu formula. Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman terutama untuk kulit dan tidak bereaksi dengan bahan lain dalam suatu formula. Salah satu basis gel yang dapat digunakan adalah golongan polimer sintetis seperti carbomer 940 (karbopol) (Wade and Weller, 2006). Dengan digunakannya gelling agent carbomer 940 massa gel yang dihasilkan akan memberikan bentuk serta penampakan yang baik, jernih, dan tidak keruh (Islam et al., 2004). Carbomer 940 memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, sehingga efektif dan ekonomis. Dalam temperatur ruang, carbomer 940 dapat stabil dalam jangka waktu   lama   dan   akan   tetap   stabil   atau   mengalami   perubahan   tak   berarti apabila ada penambahan senyawa antioksidan dalam formulasi (Johnson and Steer, 2006). 

Berdasarkan   uraian   diatas,   maka   penulis   ingin   melakukan   penelitian mengenai   Formulasi   dan   Uji   Aktivitas   Antioksidan   Masker   Gel   Peel   Off   dari Minyak   Sawit   Murni   dengan   menggunakan   basis   Carbomer   940.   Pembuatan masker dengan bahan minyak sawit murni dikarenakan produk masker gel peel off   dari   minyak   sawit   murni   belum   dikembangkan,   sementara   minyak   sawit bagus untuk kulit wajah. 

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi Masalah

Minyak sawit murni mengandung beberapa komponen  yang baik untuk kulit wajah seperti tokoferol dan tokotrienol yang bersifat sebagai antioksidan, minyak   sawit   murni   juga   bersifat   mudah   diabsorpsi   oleh   kulit.   Namun pemanfaatan minyak sawit murni belum banyak dikembangkan, sehingga perlu


(11)

3

dilakukan formulasi untuk dijadikan sediaan farmasi. Dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah dari minyak sawit murni tersebut. 

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah minyak sawit murni dapat dibuat sebagai sediaan masker gel peel off ?

2. Manakah formulasi terbaik dan paling stabil diantara tiga formula? 3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari formula yang dibuat ?

1.3 Tujuan Penelitian 

1. Untuk   membuat   masker   gel   peel­off   dengan   variasi   konsentrasi minyak sawit murni.

2. Untuk mengetahui formulasi terbaik dari tiga formula.

3. Untuk   mengetahui   kemampuan   aktivitas   antioksidan   masker   gel peel off dari minyak kelapa sawit murni.

1.4 Hipotesa Penelitian

Minyak kelapa sawit dapat dijadikan sediaan masker gel peel off dan memiliki aktivitas antioksidan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis cara pembuatan masker gel peel off menggunakan minyak sawit murni

2. Memberikan terobosan baru kepada industri atau ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan minyak sawit murni

3. Sebagai sumber pustaka kepada peneliti lain mengenai pemanfaatan minyak sawit murni dalam pembuatan sediaan masker gel peel off.


(12)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit Klasifikasi Sawit

Sistem klasifikasi sawit adalah sebagai berikut:  Kingdom : Plantae 

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq. (Sastrosayono, 2006)

Morfologi Sawit

Akar   :   kecambah   kelapa   sawit   yang   baru   tumbuh   memiliki   akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar   serabut  memiliki   sedikit  percabangan,   membentuk  anyaman   rapat  dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal). 

Batang : pada tahun­tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit tidak tampak adaya pertumbuhan memanjang. Awalnya berbentuk poros batang dan disekitar poros tersebut terbentuk daun­daun yang ukurannya   semakin   bertambah   besar.   Setelah   tanaman   berumur   4   tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. 

Daun :  daun dibentuk  di dekat  titik tumbuh.  Setiap bulan,  biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135˚. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan   daun   lainnya.   Arah   tumbuh   daun   pupus   tegak   lurus   ke   atas   dan berwarna  kuning.  Anak  daun  (leaf  let)  pada  daun  normal  berjumlah  80­120 lembar. 

Bunga : susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan   bunga   betina   terdapat   dalam   dua   tandan   terpisah.   Namun,   adakalanya bunga   jantan   dan   bunga   betina   terdapat   dalam   tandan   yang   sama.   Bunga jantan   selalu   masak   lebih   dahulu   daripada   bunga   betina.   Karena   itu,


(13)

5

penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. 

Buah : tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun   tumbuh   sekitar   20­24   helai.   Semakin   tua   umur   kelapa   sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun.   Meskipun   demikian,   tidak   berarti   hasil   produksi   minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit   akan   semakin   besar.   Kadar   minyak   yang   dihasilkannnya   pun   akan semakin tinggi.  Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg. 

Buah kelapa sawit memiliki bagian­bagian sebagai berikut :

1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,   warnanya   hitam   atau   ungu   tua   atau   hijau.   Semakin   tua, warnanya berubah menjadi oranye merah atau kuning oranye.  2. Mesokarp   (sabut).   Diantara   jaringan­jaringannya   ada   sel   pengisi

seperti   spons   atau   karet   busa   yang   sangat   banyak   mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak. 

3. Endokarp   atau   tempurung.   Ketika   buah   masih   muda,   endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp   berubah   menjadi   keras   dan   berwarna   hitam.   Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya.

4. Kernel atau biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayu, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah.   Kernel   mengandung   minyak   (PKO)   sebesar   3%   dari   berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi. 

(Sastrosayono, 2006)

2.2 Minyak Sawit

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun   pada   tandan   buah   yang   disebut   TBS   (Tandan   Buah   Segar).   Buah kelapa   sawit   (brondolan)   melalui   industri   pengolahan   kelapa   sawit menghasilkan   dua   jenis   minyak.   Minyak   yang   berasal   dari   daging   buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau   palm   kernel   oil   (PKO),   sebagai   hasil   sampingannya   adalah   bungkil   inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti


(14)

6

kelapa   sawit   yang   telah   mengalami   proses   ekstraksi   dan   pengeringan. (Pardamean, 2011).

Sebagai   minyak   atau   lemak,   minyak   sawit   adalah   suatu   trigliserida, yaitu   senyawa   gliserol   dengan   asam   lemak.   Sesuai   dengan   bentuk   bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat­ linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama   beta­karoten),   berkonsistensi   setengah   padat   pada   suhu   kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB nya) , dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Menurut   Mangoensoekarjo   dan   Semangun   :   2003,   rumus   bangun minyak sawit adalah sebagai berikut : 

Gambar 1. Rumus Bangun Minyak Sawit

Kandungan Kimia Minyak Sawit

Minyak   kelapa   sawit   mengandung   beta­karotena   yang   cukup   tinggi, berkisar   antara  500­700   ppm,  yang   terdiri  atas   36%  alfa­karotena   dan  54% beta­karotena. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paru­paru dan kanker   payudara   ,   dan   juga   berfungsi   sebagai   pembentuk   vitamin   A   dalam tubuh manusia. Setiap satu ton minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 240 g karotena. Selain karotena, kandungan bahan lainnya yang mempunyai nilai komersial adalah tokoferol dan tokotrienol yang berkisar antara 600­1100 ppm. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan proteksi. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Sifat Fisikokimia Minyak Sawit

Sifat   fisika­kimia   minyak   kelapa   sawit   meliputi   warna,   bau,  flavor,

kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan penyabunan.  Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan. Bau dan


(15)

7 asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan mutu minyak kelapa sawit. Beberapa sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan

Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni Titik cair : awal Titik cair : akhir Indeks bias 40˚C Bilangan penyabunan Bilangan iod 21 – 24 26 – 29 36,0 – 37,5 224 – 249 14,5 – 19,0 29,4 40,0 46 – 49 196 – 206 46 – 52 Sumber : Naibaho, 1996

Ketengikan   terjadi   karena   asam   lemak   pada   suhu   ruang   dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton. Untuk mencegah   terjadinya   proses   ketengikan   pada   minyak,   CPO   yang   dihasilkan disimpan didalam storage tank, dimana suhu di storage tank dijaga pada suhu 50­55˚C dan kadar air CPO harus rendah, karena adanya sejumlah air didalam minyak   dapat   menyebabkan   terjadinya   reaksi   hidrolisis   yang   dapat mengakibatkan ketengikan.

Pemanfaatan Olahan Sawit di Industri

Produk­produk  yang   dapat  dihasilkan   dari  minyak   sawit  sangat   luas, dengan   intensitas   modal   dan   teknologi   yang   bervariasi.   Dari   5,9   juta   ton produksi CPO Indonesia, sekitar 4,6 juta ton (78%) telah diolah di dalam negeri, yang sebagian besar dalam bentuk produk antara seperti RBD palm oil, stearin dan olein yang nilai tambahnya tidak begitu besar, dan sebagian kecil telah diolah   menjadi   produk   oleokimia   dengan   nilai   tambah   yang   cukup   tinggi. Produk olahan sawit dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : bahan makanan (oleofood, oleomakanan), bahan non makanan (oleohemical, oleokimia), bahan kosmetika dan farmasi (cosmetics and pharmacy). 

Minyak   sawit   digunakan   sebagai   bahan   pangan   diperoleh   melalui fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Sehingga dihasilkan fraksi olein (cair) dan frkasi stearin (padat). Fraksi olein digunakan sebagai bahan pangan, sedangkan stearin untuk keperluan non pangan. Pangan dengan bahan baku olein antara


(16)

8

lain : minyak goreng, mentega, lemak untuk masak, bahan pengisi (aditif), dan industri makanan ringan (roti dan kue­kue) dan lainnya.

Minyak sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan, antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lebih lembut dan fleksibel. Dalam industri tekstil minyak sawit dipakai sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi. Pada industri ringan minyak sawit   dipakai   sebagai   sabun,   deterjen,   semir   sepatu,   lilin,   tinta   cetak,   dan lainnya. 

Minyak   sawit   selain   untuk   industri   bahan   makanan   dan   non   bahan makanan, juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan industri farmasi. Karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit, minyak sawit banyak dipakai untuk pembuatan shampoo, krim, minyak rambut, sabun cair, lipstik, dan lainnya. 

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

2.3 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu zat yang diperlukan tubuh menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel   normal.   Antioksidan   menstabilkan   radikal   bebas   dengan   melengkapi kekurangan elektron yang memiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi  pembentukan  radikal  bebas  yang  dapat  menimbulakn  stress  oksidatif (Anonim, 2011). 

Antioksidan   bereaksi   dengan   radikal   bebas   dengan   cara   mengurangi konsentrasi   oksigen,   mencegah   pembentukan   singlet   oksigen   yang   reaktif, mencegah   inisiasi   rantai   pertama   dengan   menangkap   radikal   primer   seperti radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produk­produk primer   radikal   menjaadi   senyawa   non­radikal,   dan   memutus   rantai hidroperoksida. Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan dapat mengeliminasi senyawa radikal   bebas   di   dalam   tubuh   sehingga   tidak   menginduksi   suatu   penyakit (Shahidi, 1997)

Antioksidan   alami   yang   terkandung   dalam   tumbuhan   umumnya merupakan   senyawa   fenolik   atau   polifenolik   yang   dapat   berupa   flavonoid, turunan   asam   sinamat,   kumarin,   tokoferol   dan   asam­asam   polifungsional (Markham, 2002). 


(17)

9

Metode   yang   dapat   dilakukan   untuk   uji   aktivitas   antioksian   adalah metode DPPH (1,1­Difenil­2­pikrilhidrazil). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas   senyawa   yang   diuji   dengan   suatu   radikal   stabil.   Uji   aktivitas antioksidan   menggunakan   metode   DPPH   dipilih   karena   ujinya   sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani et al, 2005).

Prinsip   metode   uji   antioksidan   DPPH   didasarkan   pada   reaksi penangkapan atom hidrogen DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan. Reagen   DPPH   berperan   sebagai   radikal   bebas   yang   diredam   oleh   senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl hydrazine (DPPH­H). Reduksi DPPH menjadi DPPH­H menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning (Lupea et al, 2006).

Prosedur   ini   melibatkan   pengukuran   penururan   serapan   DPPH   pada panjang gelombang maksimalnya yaitu 

λ

515 nm, yang mana sebanding terhadap konsentrasi   penghambat   radikal   bebas   yang   ditambahkan   ke   larutan   reagen DPPH.   Aktivitas   tersebut   dinyatakan   sebagai   konsentrasi   efektif   (Effective Concentration),   EC50  atau   IC50  (Shivaprasad   et   al,   2005).   IC50  merupakan bilangan   yang   menunjukan   konsentrasi   sampel   (ppm)   yang   mampu menghambat   proses   oksidasi   sebesar   50%.   Semakin   kecil   nilai   IC50  berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50  bernilai 50­100 ppm, sedang jika bernilai 100­150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151­200 ppm (Blois, 1958 dalam Prasetyanto, 2014). 

2.5 Masker

Masker   wajah   merupakan   salah   satu   sediaan   kosmetik   yang   biasa digunakan   wanita,   masker   adalah   salah   satu   pembersih   kulit   wajah   yang efektif. Sebaiknya gunakan masker selama 15­30 menit. Masker memiliki efek dan   manfaat   sebagai  deep   cleansing,   yaitu   membersihkan   kotoran   yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat sel­sel kulit yang telah mati,   memperbaiki   pori­pori   kulit,   membersihkan   sisa­sisa   kelebihan   lemak pada permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, memberikan kenyamanan pada kulit,   menghaluskan   lapisan   luar   kulit,   dan   memberi   nutrisi   sehingga   kulit terlihat cerah (Harry, 2000).

Kegunaan masker banyak sekali terutama untuk mengencangkan kulit, mengangkat   sel­sel   tanduk   yang   sudah   siap   mengelupas,menghaluskan   dan


(18)

10

mencerahkan   kulit,   meningkatkan   metabolisme   sel   kulit,   meningkatkan peredaran darah dan getah bening, memberi rasa segar dan memberi nutrisi pada   kulit  sehingga   kulit  terlihat   cerah,  sehat,   halus  dan   kencang.  Saat   ini banyak sekali jenis masker yang diperjualbelikan, ada yang berbentuk bubuk, krim dan gel, bahkan ada juga yang terbuat dari kertas dan plastik. Masker buatan sendiri dari bahan­bahan alami seperti buah, sayurdan telur juga dapat menjadi pilihan. Masker dioleskan dengan bantuan kuas khusus untuk masker pada seluruh wajah, leher dan pundak dan dada bagian atas,kecuali bagian mata   dan   bibir,   karena   bagian   tersebut   sangat   sensitif.   Sambil   menunggu masker   mengering,  oleskan   eye­cream  di   sekitar  mata   dan  lip­conditioner   di bibir. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kekeringan kulit di sekitar mata dan bibir.

Jenis­jenis masker menurut Harry (2000) yaitu : 1. Masker serbuk

Masker   serbuk   merupakan   bentuk   masker   yang   paling   awal   dan populer.   Banyak   produsen   kosmetika   baik   tradisional   maupun modern   yang   memproduksi   jenis   masker   serbuk.   Biasanya   masker serbuk terbuat dari bahan­bahan yang dihaluskan dan diambil kadar airnya. Pilihlah masker serbuk yang sesuai dengan jenis kulit. Cara membuatnya   adalah   campurkan   1   sendok   makan   masker   serbuk dengan   air   mawar   secukupnya,   kemudian   aduk   sampai   rata   dan oleskan   pada   wajah,   leher,   pundak   dan   dada   bagian   atas   dengan menggunakan   kuas   khusus   untuk   masker   yang   halus.   Arah pengolesan   sebaiknya   dari   bawah   ke   atas   dan   biarkan   sampai mengering yaitu sekitar 15 menit. Pada saat mengangkat masker yang telah mengering di bagian wajah, masker jangan langsung diangkat dengan handuk, basahi dahulu bagian yang tertutup masker hingga masker kembali basah, baru diangkat dengan menggunakan waslap atau handuk yang lembab hangat sampai bersih.

2. Masker krim

Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Saat ini telah tersedia masker krim untuk aneka jenis kulit, yang dikemas dalam kemasan tube. Salah satu keuntungan lain dari masker krim adalah dapat dipadukan dari beberapa jenis bahan masker. Oleh karena itu masker ini merupakan pilihan tepat bagi mereka yang memiliki kulit kombinasi. Untuk daerah kering, gunakan masker untuk kulit kering, sedangkan   untuk   daerah   berminyak,   gunakan   masker   untuk   kulit


(19)

11

berminyak.   Kenakan   masker   krim   pada   wajah   dan   leher,   tunggu hingga   kering   (15­20   menit)   dan   angkat   dengan   menggunakan handuk yang lembab hangat.

3. Masker gel

Masker gel juga termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering masker tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas.   Masker   gel   biasa   dikenal   dengan   sebutan   masker  peel­off. Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati sehingga kulit menjadi bersih dan terasa segar. Masker gel juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan   pemakaian   yang   teratur,   masker   gel   dapat   mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah. Cara kerja masker  peeloff

ini   berbeda   dengan   masker   jenis   lain.   Ketika   dilepaskan,   biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat. Fungsi masker peel­off  sama dengan  scrub cream/ krim pengelupas. Karena itu   jika   memilih   menggunakan   masker  peel­off  sebaiknya   tidak bersamaan pemakaiannya dengan pengelupasan / peelingscrubbing. Beri selang waktu minimal 7 hari untuk melakukan keduanya. Jika tidak, kulit akan mengalami pengelupasan dua kali dengan tenggang waktu relatif singkat yang tidak cukup untuk melakukan regenerasi. Akibatnya kulit justru akan tampak kusam dan tidak berseri.

4. Masker kertas atau kain

Masker  jenis  kertas  atau  kain  biasanya  mengandung  bahan­bahan alami   yang   dapat   meluruhkan   sel­sel   kulit   mati,   membantu menyamarkan bercak atau noda hitam, mengecilkan pori­pori, serta memperhalus   kerutan   di   wajah.   Selain   itu   masker   ini   dapat merangsang   pertumbuhan   sel   kulit   baru   dan   membuat   kulit   lebih berseri.   Masker   kertas   biasanya   berbentuk   lembaran   menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, hidung dan mulut. Sedangkan masker kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan.

2.6 Masker Gel Peel­Off

Masker peel­off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit   muka.   Setelah   alkohol   yang   terkandung   dalam   masker   menguap, terbentuklah lapisan film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15­30 menit, lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan   cara   dikelupas   (Slavtcheff,   2000).   Masker   peel­off   memiliki   beberapa


(20)

12

manfaat   diantaranya   mampu   merilekskan   otot­otot   wajah,   membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Vieira et al, 2009).

Masker   berbentuk   gel   mempunyai   beberapa   keuntungan   diantaranya penggunaan   yang   tidak   sulit,   serta   mudah   untuk   dibilas   dan   dibersihkan. Selain   itu,   dapat   juga   diangkat   atau   dilepaskan   seperti   membran   elastik (Harry,1973).

Gambar 2. Masker Gel Peel Off  2.7 Carbomer

Carbomer atau dengan nama lain carbopol merupakan polimer sintetik dari   asam   akrilat   dengan   bobot   molekul   tinggi.   Range   konsentrasi   carbomer sebagai gelling agent yaitu 0.5%­2% (Rowe et al, 2009). Carbomer berbentuk serbuk,   berwarna   putih   dan   higroskopis,   memiliki   bulk   density   208   kg/m³, dengan pH yang dihasilkan jika 1% terdispersi di air adalh 2.5­3 dan apabila 0.5%   terdispersi   di   air   adalah   2.7­3.5   (Salomone,1996).   Jika   konsentrasi carbomer   rendah,   gel   bersifat   pseudoplastis,   sebaliknya   jika   konsentrasi carbomer   tinggi   akan   menjadi   plastis.   Carbomer   tidak   toksik   dan   tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (Barry, 1983).

Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat   mengakibatkan   kekentalan   menurun   sehingga   mengurangi   stabilitas. Carbomer mempunyai viskositas antara 40.000­60.000 (cP) digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening (Rowe et al, 2006). Mekanisme pembentukan gel terjadi saat struktur polimer dari carbomer terikat dengan pelarut, dan terjadi ikatan silang pada polimer­ polimer sehingga molekul pelarut akan terjebak didalamnya, kemudian terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu (Martin et al, 1993).

2.8 Evaluasi Masker Gel Peel­Off

Evaluasi sediaan gel menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu: a. Uji organoleptis


(21)

13

Pengamatan   dilihat  secara   langsung   dari   tekstur,   warna   dan aroma   gel  yang   dibuat.   Gel   biasanya   jernih   dengan   konsentrasi setengah padat.

b. Uji homogenitas

Pengujian  homogenitas   dilakukan   dengan   cara   sampel   gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.

c. Uji pH

Uji  pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin sediaan gel tidak mengiritasi pada kulit. pH sediaan gel   diukur  dengan   menggunakan   pH   meter.   pH   sediaan   yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5­6,5.

d. Uji daya sebar

Pengujian   kemampuan   menyebar   dilakukan   untuk   mengetahui kecepatan penyebaran gel saat dioleskan pada kulit (Voight, 1994). Daya sebar yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm (Garg et al, 2002). e. Pengujian viskositas

Pengujian   viskositas   sediaan   masker   gel   peel   off   merupakan faktor   penting   karena   mempengaruhi   parameter   daya   sebar   dan pelepasan   zat   aktif   dari   gel   tersebut.   Selain   itu,   gel   yang   memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis gel dan meningkatkan konsistensi gel tersebut (Madan and Singh, 2010). 

f. Uji kecepatan mengering

Pengujian   kecepatan   mengering   basis   masker   gel   peel   off dilakukan   dengan   cara   mengamati   waktu   yang   diperlukan   sediaan hingga mengering, yaitu saat mulai dioleskannya masker gel peel off pada kaca hingga benar­benar terbentuk lapisan yang kering. Waktu kering masker gel peel off yang baik yaitu antara 15­30 menit  (Vieira, 2009). 

g. Uji iritasi

Teknik  yang   digunakan   pada   uji   iritasi   ini   adalah   uji   temple terbuka, dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian  dalam   yang   dibuat   pada   lokasi   lekatan   pada   luas   tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Reaksi iritasi positif


(22)

14

ditandai oleh adanya kemerahan, gatal­gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.

h. Uji stabilitas dipercepat

Uji   stabilitas   dipercepat   dilakukan   dengan   cara   menyimpan sampel pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber,   sampel   dalam   kemasan   aslinya   dipaparkan   pada   suhu 40±2˚C.   Uji   ini   dimaksudkan   untuk   mendapatkan   informasi   yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal.


(23)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian   ini   akan   dilaksanakan   di   Laboratorium   Agroindustri   dan Tanaman Obat Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Februari­April 2017

3.2 Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit murni , carbomer 940, dinatrium EDTA, propilenglikol, HPMC, kalium sorbat, polisorbat 80, natrium metabisulfit, NaOH 2 N, aquadest, DPPH, Metanol.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah batang pengaduk, cawan porselen,   gelas   beker,   gelas   ukur,   pipet   tetes,   pH   universal,   sendok   tanduk, termometer, timbangan digital. 

3.3 Metode Penelitian

Penelitian   ini   dilaksanakan   dalam   beberapa   tahap   yaitu   persiapan sampel,   pembuatan   formulasi   masker   gel   peel   off,   uji   aktivitas   antioksidan masker gel peel off, evaluasi masker gel peel off. 

Persiapan Sampel

Sampel   diperoleh   dari   CV.   Total   Equipment   Pharmacy,   Kel. Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. 

Rancangan Formula 

Tabel 2. Formula Masker Gel Peel Off

Bahan Jumlah (% b/b) Fungsi

F1 F2 F3

Minyak Sawit Murni X1 X2 X3 Zat aktif

Carbomer 940 2 2 2 Gelling agent

Dinatrium EDTA 0,1 0,1 0,1 Chelating agent

Propilenglikol 3 3 3 Humektan

HPMC 3.5 3.5 3.5 Pembentuk lapisan film

Kalium Sorbat 0.1 0.1 0.1 Pengawet

Polisorbat 80 1 1 1 Cleansing agent

NaOH 2 N 0.08 0.08 0.08 Pembasa

Aquades ad 100 100 100 Pelarut

Pembuatan Masker Gel Peel­Off

HPMC   dikembangkan   dalam   aquades   dingin   sebanyak   3.5   gram,   lalu ditambahkan   aquades   suhu   ruang   sampai   mengembang   (massa   1).   Dalam wadah   terpisah   2   gram   Carbomer   940   dikembangkan   dalam   aquades,   lalu


(24)

16

dibasakan dengan NaOH 2N sebanyak 0.08 gram (massa 2). 0.1 gram kalium sorbat,  dan 0.1  gram dinatrium  EDTA dilarutkan  dalam aquades  (massa 3). Dalam   carbomer   940   yang   telah   mengembang   dimasukkan   massa   1   dan   3, digerus   homogen   kemudian   ditambahkan   3   gram   propilenglikol   dan dihomogenkan.   Ditambahkan   polisorbat   80   sebanyak   1   gram   lalu dihomogenkan   dengan   pengadukan   pelan.   Setelah   homogen   akan   terbentuk basis   gel,  kemudian   terakhir  ditambahkan   minyak  sawit   murni  sedikit   demi sedikit ke dalam basis gel, digerus homogen. 

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off

Sebanyak 2.5 gram sediaan dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25 ml kemudian diaduk hingga homogen untuk membuat larutan induk 1000 ppm. Setelah itu dibuat beberapa seri konsentrasi larutan sediaan dari larutan   induk   1000   ppm.   Campurkan   2   ml   masing­masing   larutan   sediaan masker gel peel off dengan 2 ml DPPH dan 1 ml metanol, dihomogenkan, lalu disimpan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya absorbansi larutan diukur   pada   panjang   gelombang   515   nm   dengan   menggunakan spektrofotometer UV­Vis.

Evaluasi Masker Gel Peel Off

a. Pengamatan organoleptis

Diamati   adanya   perubahan   bentuk,   warna,   dan   bau   dari   masing­ masing sediaan masker selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4. Dicatat perubahan tersebut.

b. Pemeriksaan homogenitas

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off   kemudian diletakkan   sedikit   gel   pada   kaca   objek.   Diamati   susunan   partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu dicatat.

c. Pemeriksaan pH

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   lalu   dilarutkan dengan   sedikit   aquadest.   Dioleskan   sampai   merata   pada   semua bagian kertas pH. Diamati perubahan warna yang ditunjukkan pada kertas pH universal, lalu dicatat.

d. Uji daya sebar 

Sebanyak 1 gram gel masker peel­off diletakkan di atas kertas grafik yang   sudah   dilapisi   plastik   transparan   kemudian   ditutup   dengan plastik transparan lain dan diukur diameternya dari lima titik sudut. Beban  19   gram  diletakkan   diatas  lapisan   gel,  didiamkan   selama  1


(25)

17

menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat   diameter   gel   yang   menyebar.   Beban   20   gram   selanjutnya ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum 99 gram, dan setiap kali beban  ditambahkan diatas  gel didiamkan  selama 1  menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar (Voight, 1994). 

e. Pengujian viskositas

Sebanyak   100   ml   gel   dimasukkan   ke   dalam   wadah   yang   telah disediakan.   Diletakkan   beban   dimulai   dari   beban   yang   terkecil   di tempat yang telah disediakan. Dibiarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50. 

f. Uji waktu mengering

Dioleskan   masker   ke   punggung   tangan   dan   diamati   waktu   yang diperlukan   sediaan   untuk   mengering,   yaitu   waktu   dari   saat   mulai dioleskannya   masker   hingga   benar­benar   terbentuk   lapisan   yang kering. 

g. Uji iritasi

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off     lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30 menit. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih, lalu dicatat. h. Uji stabilitas metode cycling test

Sampel gel disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam lalu dipindahkan ke   dalam   oven   yang   bersuhu   40±2˚C   selama   24   jam   (satu   siklus), kemudian uji dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati perubahan fisik dari gel tersebut.

3.4 Analisis Data 

Data hasil uji evaluasi sediaan dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPPS.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007.  Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit,   Departemen Perindustian, Jakarta.

Anonim. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta.

Anonim,   2014.  Jambi   dalam   Angka,   Badan   Pusat   Statistik   Provinsi   Jambi, Jambi.

Anonim,   2016.  Mitos   dan   Fakta   Industri   Minyak   Sawit   Indonesia   dalam   Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan, PASPI, Bogor.

Aziz,   A.   2000.   The   Effect   of   CPO   Quality   Parameter   on   Refinery   Production Efficiency. Proceedings of the 2000 National Seminar on Palm Oil Milling, Refining Technology, Quality and Environment. 79­8.

Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI­01­ 2901­2006.  Minyak   Kelapa   Sawit   Mentah,   Dewan   Standardisasi Indonesia, Jakarta. 

Barry, B.W. 1983. Dermatology Formulation, Marcell Dekker Inc, New York. Blois,   M.S.   1958.   Antioxidant   Determinattions   by   The   Use   of   a   Stable   Free

Radical. Nature, 181 : 1199­1200.

Draelos, Z.D. and L.A Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York. 

Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation, Pharmaceutical Technology, USA. 

Hamburg, 2013.  Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion Center, Jerman.

Hanani,  E.,  A.  Mun’im.,  R.  Sekarini.  2005.  Identifikasi  Senyawa  Antioksidan dalam   Spons   Calispongia   sp   dari   Kepulauan   Seribu.  Majalah   Ilmu Kefarmasian. Vol. 2, No.3 : 127­133

Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology, Edisi 6, Chemical Publishing, New York. Harry, R.G. 2000. Harry Cosmetology, Chemical Publishing, New York.

Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industial Oil and Fat Product, John Wiley and Sons Inc, New York.

Islam,   M.,   R.H   Nai’r.,   C.   Susan.,   and   A.   Chrisita.   2004.   Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH.

Pharmaceutical Research. 21 (7). 

Izzati, M.R. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Peel Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),

Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 

Johnson, R. and R. Steer.  Carbopol, dalam Rowe, R.C., P.J. Shesky., and S.C Owen. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 5, Pharmaceutical, UK. 

Ketaren,  S. 1986.  Pengantar Teknologi  Minyak dan  Lemak Pangan,  UI Press, Jakarta.

Lestari,   P.M.,     Sutyasningsih,   dan   M.   Fadila.   2015.  Carbomer   980  Dalam Masker   Gel  Peel–Off  Sari   Buah   Nanas  (Ananas   comosus   L.   Merr.)

Farmasains. Vol. 2 : 6


(27)

19

Lin,   L.,   K.C.   Rhee.,   and   S.S   Koseoglu.   1998.  Recent   Progress   in   Membrane Degumming of Crude Vegetable Oils on Pilot­Plant Scale, Food Protein R&D Center, Texas A&M University, USA. 

Lupea,   A.X.,   D.   Chambire   D,   C.   Iditoiu,   M.R.   Szabro.   2006.   Short Communication Improved DPPH Determination for Antioxidant Activity Spectrophotometric Assay. Chem. 3 : 214­216. 

Madan, J., and R. Singh. 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:551­555.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003.  Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Markham,   K.   2002.  Mengidentifikasai   Flavonoid,   Institut   Teknologi   Bandung, Bandung.

Martin, A., J. Swabrick., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasar­dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 3, UI Press, Jakarta. 

Morad, N.A., and A. Aziz. 2006. Process Design In Degumming and Bleaching of Palm Oil. Clear. Vote No : 74198.

Naibaho,   P.M.   1996.  Teknologi   Pengolahan   Kelapa   Sawit,   Pusat   Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Pardamean, M. 2011.  Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, ANDI, Yogyakarta. 

Pardamean, M. 2014.  Mengelola Kebun dan Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta

Prasetyanto, D.E., 2014. Isolasi dan Uji Antioksidan Fraksi Diklorometan dari Kulit   Batang   Manggis   Liar   (Garcinia   cf.   Cymosa),  Skripsi,   Universitas Jambi, Jambi.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and S.C. Owen. 2006.  Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Salomone, J.C. 1996. Polymetric Metrials Encyclopedia, Vol. 11, CRC Press USA, p. 8678.

Sastrosayono, S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit, Agromedia, Jakarta.

Shahidi,   F.   1997.  Natural   Antioxidants   Chemistry,   Health   Effects,   and Applications, AOAC Press, Champaign. 

Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka,  Indonesia Paten 2000/0004913.

Vieira, R.P., A.R. Fernandes., T.M. Kaneko., V.O. Consiglieri., C.A. Pinto., C.S.C. Pereiera.,   A.R.   Baby.,   and   M.V.   Velasco.   2009.   Physical   and Physiochemical  Stability  Evaluation  of  Cosmetic  Formulation  Containg Soybean   Extract   Fermented   by   Bifidobacterium   Animalis.  Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 45

Voight,   R.   1994.  Buku   Pelajaran   Teknologi   Farmasi   Terjemahan.   UGM   Press, Yogyakarta. 

Wade A. and P.J. Weller. 2006.  Handbook of Pharmaceutical Exipient,  Edisi 5,


(28)

20


(29)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian

21 Minyak Sawit Murni

Formulasi Masker Gel Peel Off

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off Minyak Sawit Murni

Cycling test Daya sebar Waktu mengering

Iritasi pH Viskositas Homogenitas Organoleptis Evaluasi


(1)

dibasakan dengan NaOH 2N sebanyak 0.08 gram (massa 2). 0.1 gram kalium sorbat,  dan 0.1  gram dinatrium  EDTA dilarutkan  dalam aquades  (massa 3). Dalam   carbomer   940   yang   telah   mengembang   dimasukkan   massa   1   dan   3, digerus   homogen   kemudian   ditambahkan   3   gram   propilenglikol   dan dihomogenkan.   Ditambahkan   polisorbat   80   sebanyak   1   gram   lalu dihomogenkan   dengan   pengadukan   pelan.   Setelah   homogen   akan   terbentuk basis   gel,  kemudian   terakhir  ditambahkan   minyak  sawit   murni  sedikit   demi sedikit ke dalam basis gel, digerus homogen. 

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off

Sebanyak 2.5 gram sediaan dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25 ml kemudian diaduk hingga homogen untuk membuat larutan induk 1000 ppm. Setelah itu dibuat beberapa seri konsentrasi larutan sediaan dari larutan   induk   1000   ppm.   Campurkan   2   ml   masing­masing   larutan   sediaan masker gel peel off dengan 2 ml DPPH dan 1 ml metanol, dihomogenkan, lalu disimpan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya absorbansi larutan diukur   pada   panjang   gelombang   515   nm   dengan   menggunakan spektrofotometer UV­Vis.

Evaluasi Masker Gel Peel Off a. Pengamatan organoleptis

Diamati   adanya   perubahan   bentuk,   warna,   dan   bau   dari   masing­ masing sediaan masker selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4. Dicatat perubahan tersebut.

b. Pemeriksaan homogenitas

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off   kemudian diletakkan   sedikit   gel   pada   kaca   objek.   Diamati   susunan   partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu dicatat.

c. Pemeriksaan pH

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   lalu   dilarutkan dengan   sedikit   aquadest.   Dioleskan   sampai   merata   pada   semua bagian kertas pH. Diamati perubahan warna yang ditunjukkan pada kertas pH universal, lalu dicatat.

d. Uji daya sebar 

Sebanyak 1 gram gel masker peel­off diletakkan di atas kertas grafik yang   sudah   dilapisi   plastik   transparan   kemudian   ditutup   dengan plastik transparan lain dan diukur diameternya dari lima titik sudut. Beban  19   gram  diletakkan   diatas  lapisan   gel,  didiamkan   selama  1


(2)

17

menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat   diameter   gel   yang   menyebar.   Beban   20   gram   selanjutnya ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum 99 gram, dan setiap kali beban  ditambahkan diatas  gel didiamkan  selama 1  menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar (Voight, 1994). 

e. Pengujian viskositas

Sebanyak   100   ml   gel   dimasukkan   ke   dalam   wadah   yang   telah disediakan.   Diletakkan   beban   dimulai   dari   beban   yang   terkecil   di tempat yang telah disediakan. Dibiarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50. 

f. Uji waktu mengering

Dioleskan   masker   ke   punggung   tangan   dan   diamati   waktu   yang diperlukan   sediaan   untuk   mengering,   yaitu   waktu   dari   saat   mulai dioleskannya   masker   hingga   benar­benar   terbentuk   lapisan   yang kering. 

g. Uji iritasi

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off     lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30 menit. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih, lalu dicatat. h. Uji stabilitas metode cycling test

Sampel gel disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam lalu dipindahkan ke   dalam   oven   yang   bersuhu   40±2˚C   selama   24   jam   (satu   siklus), kemudian uji dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati perubahan fisik dari gel tersebut.

3.4 Analisis Data 

Data hasil uji evaluasi sediaan dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPPS.


(3)

Anonim. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta.

Anonim,   2014.  Jambi   dalam   Angka,   Badan   Pusat   Statistik   Provinsi   Jambi, Jambi.

Anonim,   2016.  Mitos   dan   Fakta   Industri   Minyak   Sawit   Indonesia   dalam   Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan, PASPI, Bogor.

Aziz,   A.   2000.   The   Effect   of   CPO   Quality   Parameter   on   Refinery   Production Efficiency. Proceedings of the 2000 National Seminar on Palm Oil Milling, Refining Technology, Quality and Environment. 79­8.

Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI­01­ 2901­2006.  Minyak   Kelapa   Sawit   Mentah,   Dewan   Standardisasi Indonesia, Jakarta. 

Barry, B.W. 1983. Dermatology Formulation, Marcell Dekker Inc, New York. Blois,   M.S.   1958.   Antioxidant   Determinattions   by   The   Use   of   a   Stable   Free

Radical. Nature, 181 : 1199­1200.

Draelos, Z.D. and L.A Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York. 

Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation, Pharmaceutical Technology, USA. 

Hamburg, 2013.  Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion Center, Jerman.

Hanani,  E.,  A.  Mun’im.,  R.  Sekarini.  2005.  Identifikasi  Senyawa  Antioksidan dalam   Spons   Calispongia   sp   dari   Kepulauan   Seribu.  Majalah   Ilmu Kefarmasian. Vol. 2, No.3 : 127­133

Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology, Edisi 6, Chemical Publishing, New York. Harry, R.G. 2000. Harry Cosmetology, Chemical Publishing, New York.

Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industial Oil and Fat Product, John Wiley and Sons Inc, New York.

Islam,   M.,   R.H   Nai’r.,   C.   Susan.,   and   A.   Chrisita.   2004.   Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH.

Pharmaceutical Research. 21 (7). 

Izzati, M.R. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Peel Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),

Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 

Johnson, R. and R. Steer.  Carbopol, dalam Rowe, R.C., P.J. Shesky., and S.C Owen. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 5, Pharmaceutical, UK. 

Ketaren,  S. 1986.  Pengantar Teknologi  Minyak dan  Lemak Pangan,  UI Press, Jakarta.

Lestari,   P.M.,     Sutyasningsih,   dan   M.   Fadila.   2015.  Carbomer   980  Dalam Masker   Gel  Peel–Off  Sari   Buah   Nanas  (Ananas   comosus   L.   Merr.)

Farmasains. Vol. 2 : 6


(4)

19

Lin,   L.,   K.C.   Rhee.,   and   S.S   Koseoglu.   1998.  Recent   Progress   in   Membrane Degumming of Crude Vegetable Oils on Pilot­Plant Scale, Food Protein R&D Center, Texas A&M University, USA. 

Lupea,   A.X.,   D.   Chambire   D,   C.   Iditoiu,   M.R.   Szabro.   2006.   Short Communication Improved DPPH Determination for Antioxidant Activity Spectrophotometric Assay. Chem. 3 : 214­216. 

Madan, J., and R. Singh. 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:551­555.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003.  Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Markham,   K.   2002.  Mengidentifikasai   Flavonoid,   Institut   Teknologi   Bandung, Bandung.

Martin, A., J. Swabrick., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasar­dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 3, UI Press, Jakarta. 

Morad, N.A., and A. Aziz. 2006. Process Design In Degumming and Bleaching of Palm Oil. Clear. Vote No : 74198.

Naibaho,   P.M.   1996.  Teknologi   Pengolahan   Kelapa   Sawit,   Pusat   Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Pardamean, M. 2011.  Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, ANDI, Yogyakarta. 

Pardamean, M. 2014.  Mengelola Kebun dan Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta

Prasetyanto, D.E., 2014. Isolasi dan Uji Antioksidan Fraksi Diklorometan dari Kulit   Batang   Manggis   Liar   (Garcinia   cf.   Cymosa),  Skripsi,   Universitas Jambi, Jambi.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and S.C. Owen. 2006.  Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Salomone, J.C. 1996. Polymetric Metrials Encyclopedia, Vol. 11, CRC Press USA, p. 8678.

Sastrosayono, S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit, Agromedia, Jakarta.

Shahidi,   F.   1997.  Natural   Antioxidants   Chemistry,   Health   Effects,   and Applications, AOAC Press, Champaign. 

Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka,  Indonesia Paten 2000/0004913.

Vieira, R.P., A.R. Fernandes., T.M. Kaneko., V.O. Consiglieri., C.A. Pinto., C.S.C. Pereiera.,   A.R.   Baby.,   and   M.V.   Velasco.   2009.   Physical   and Physiochemical  Stability  Evaluation  of  Cosmetic  Formulation  Containg Soybean   Extract   Fermented   by   Bifidobacterium   Animalis.  Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 45

Voight,   R.   1994.  Buku   Pelajaran   Teknologi   Farmasi   Terjemahan.   UGM   Press, Yogyakarta. 

Wade A. and P.J. Weller. 2006.  Handbook of Pharmaceutical Exipient,  Edisi 5,


(5)

(6)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian

21 Minyak Sawit Murni

Formulasi Masker Gel Peel Off

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off Minyak Sawit Murni

Cycling test Daya sebar Waktu mengering

Iritasi pH Viskositas Homogenitas Organoleptis Evaluasi