USULAN PENELITIAN
USULAN PENELITIAN
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI
DENGAN BASIS CARBOMER 940
NUR RAHMI SYAM
F1F113028
PROGRAM STUDI FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
(2)
USULAN PENELITIAN
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI
DENGAN BASIS CARBOMER 940
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka penulisan Skripsi pada Program Studi Farmasi
NUR RAHMI SYAM
F1F113028
PROGRAM STUDI FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
(3)
3
(4)
1
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIANFORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI DENGAN BASIS CARBOMER 940
Oleh : NUR RAHMI SYAM
F1F113028
Disetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr.rer.nat.Muhaimin., S.Pd., M.Si. Uce Lestari., M.Farm., Apt. NIP. 197303222000031001 NIDK. 201501072017
(5)
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...i
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...iii
DAFTAR GAMBAR...iv
DAFTAR LAMPIRAN...v
I. PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah...2
1.3 Tujuan Penelitian ...3
1.4 Hipotesa Penelitian...3
1.5 Manfaat Penelitian...3
II. TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1 Kelapa Sawit...4
Klasifikasi Sawit...4
Morfologi Sawit...4
2.2 Minyak Sawit...5
Kandungan Kimia Minyak Sawit...6
Sifat Fisikokimia Minyak Sawit...6
Pemanfaatan Olahan Sawit di Industri...7
2.3 Antioksidan...8
2.4 DPPH...8
2.5 Masker...9
2.6 Masker Gel PeelOff...11
2.7 Carbomer...12
2.8 Evaluasi Masker Gel PeelOff...12
III. METODOLOGI PENELITIAN ...14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...14
3.2 Bahan dan Peralatan...16
3.3 Metode Penelitian...14
Persiapan Sampel...14
Rancangan Formula...14
Pembuatan Masker Gel Peel Off...15
Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off...15
Evaluasi Masker Gel Peel Off...15
DAFTAR PUSTAKA...17
(6)
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
... 7
(7)
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumus Bangun Minyak Sawit
... 6
(8)
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Bagan Alir Penelitian
... 19
(9)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu prodosen utama kelapa sawit dan olahannya di dunia (Hambrug, 2013). Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia (Anonim, 2007) . Produksi minyak sawit Indonesia sebagian besar ditujukan untuk ekspor, hanya sekitar 2025 % yang digunakan untuk konsumsi domestik (Anonim, 2016). Hingga saat ini, ekspor terbesar dari Indonesia masih berupa produk minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) (Hambrug, 2013).
Di provinsi Jambi, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan luas areal kedua terbesar setelah karet. Sampai dengan tahun 2013 luasan areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah 593.433 ha, dengan jumlah produksi mencapai 1.555.687 ton (Anonim, 2014). Olahan sawit di Provinsi Jambi juga masih sebatas Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng saja.
Produksi CPO Indonesia yang diolah di dalam negeri sebagian besar masih dalam bentuk Refined Bleached Deodorized (RBD) palm oil, stearin, dan olein. Nilai tambah produk tersebut tidak begitu besar. Baru sebagian kecil produksi CPO yang diolah menjadi produkproduk oleokimia dengan nilai tambah yang cukup tinggi. Padahal, perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen, seperti deterjen, sabun, kosmetik (Pardamean, 2014). Sehingga untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jual dari olahan kelapa sawit, maka CPO terlebih dahulu harus dimurnikan untuk mendapatkan minyak sawit murni. Dan minyak sawit murni inilah yang nanti nya dapat diolah menjadi sediaan farmasi dan memiliki nilai tambah dan nilai jual yang tinggi.
Minyak kelapa sawit mengandung betakarotena yang cukup tinggi, berkisar antara 500700 ppm, yang terdiri atas 36% alfakarotena dan 54% betakarotena. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paruparu dan kanker payudara , dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A dalam tubuh manusia. Setiap satu ton minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 240 g karotena. Selain karotena, kandungan bahan lainnya yang mempunyai nilai komersial adalah tokoferol dan tokotrienol yang berkisar antara 6001100 ppm. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan
(10)
2
proteksi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Oleh karena nya merupakan suatu peluang besar apabila minyak sawit dapat diolah menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Terlebih jika dapat diolah menjadi sediaan kosmetik karena mempunyai sifat fisik yang mudah diabsorpsi oleh kulit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah, lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan oral (Draelos and Thaman, 2006). Salah satu bentuk sediaan kosmetika topikal adalah masker dalam bentuk gel, seperti masker peeloff. Masker berbentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik. (Harry, 1973)
Pada proses pembuatan masker gel peel off ini dibutuhkan suatu basis sebagai pembentuk gel (gelling agent) yang ditambahkan ke dalam suatu formula. Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman terutama untuk kulit dan tidak bereaksi dengan bahan lain dalam suatu formula. Salah satu basis gel yang dapat digunakan adalah golongan polimer sintetis seperti carbomer 940 (karbopol) (Wade and Weller, 2006). Dengan digunakannya gelling agent carbomer 940 massa gel yang dihasilkan akan memberikan bentuk serta penampakan yang baik, jernih, dan tidak keruh (Islam et al., 2004). Carbomer 940 memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, sehingga efektif dan ekonomis. Dalam temperatur ruang, carbomer 940 dapat stabil dalam jangka waktu lama dan akan tetap stabil atau mengalami perubahan tak berarti apabila ada penambahan senyawa antioksidan dalam formulasi (Johnson and Steer, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off dari Minyak Sawit Murni dengan menggunakan basis Carbomer 940. Pembuatan masker dengan bahan minyak sawit murni dikarenakan produk masker gel peel off dari minyak sawit murni belum dikembangkan, sementara minyak sawit bagus untuk kulit wajah.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi Masalah
Minyak sawit murni mengandung beberapa komponen yang baik untuk kulit wajah seperti tokoferol dan tokotrienol yang bersifat sebagai antioksidan, minyak sawit murni juga bersifat mudah diabsorpsi oleh kulit. Namun pemanfaatan minyak sawit murni belum banyak dikembangkan, sehingga perlu
(11)
3
dilakukan formulasi untuk dijadikan sediaan farmasi. Dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah dari minyak sawit murni tersebut.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah minyak sawit murni dapat dibuat sebagai sediaan masker gel peel off ?
2. Manakah formulasi terbaik dan paling stabil diantara tiga formula? 3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari formula yang dibuat ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat masker gel peeloff dengan variasi konsentrasi minyak sawit murni.
2. Untuk mengetahui formulasi terbaik dari tiga formula.
3. Untuk mengetahui kemampuan aktivitas antioksidan masker gel peel off dari minyak kelapa sawit murni.
1.4 Hipotesa Penelitian
Minyak kelapa sawit dapat dijadikan sediaan masker gel peel off dan memiliki aktivitas antioksidan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan kepada penulis cara pembuatan masker gel peel off menggunakan minyak sawit murni
2. Memberikan terobosan baru kepada industri atau ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan minyak sawit murni
3. Sebagai sumber pustaka kepada peneliti lain mengenai pemanfaatan minyak sawit murni dalam pembuatan sediaan masker gel peel off.
(12)
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit Klasifikasi Sawit
Sistem klasifikasi sawit adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq. (Sastrosayono, 2006)
Morfologi Sawit
Akar : kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal).
Batang : pada tahuntahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit tidak tampak adaya pertumbuhan memanjang. Awalnya berbentuk poros batang dan disekitar poros tersebut terbentuk daundaun yang ukurannya semakin bertambah besar. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang.
Daun : daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135˚. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah tumbuh daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80120 lembar.
Bunga : susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu daripada bunga betina. Karena itu,
(13)
5
penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering.
Buah : tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 2024 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannnya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg.
Buah kelapa sawit memiliki bagianbagian sebagai berikut :
1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda, warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi oranye merah atau kuning oranye. 2. Mesokarp (sabut). Diantara jaringanjaringannya ada sel pengisi
seperti spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Endokarp atau tempurung. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya.
4. Kernel atau biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayu, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.
(Sastrosayono, 2006)
2.2 Minyak Sawit
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun pada tandan buah yang disebut TBS (Tandan Buah Segar). Buah kelapa sawit (brondolan) melalui industri pengolahan kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO), sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti
(14)
6
kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. (Pardamean, 2011).
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama betakaroten), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB nya) , dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun : 2003, rumus bangun minyak sawit adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Rumus Bangun Minyak Sawit
Kandungan Kimia Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung betakarotena yang cukup tinggi, berkisar antara 500700 ppm, yang terdiri atas 36% alfakarotena dan 54% betakarotena. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paruparu dan kanker payudara , dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A dalam tubuh manusia. Setiap satu ton minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 240 g karotena. Selain karotena, kandungan bahan lainnya yang mempunyai nilai komersial adalah tokoferol dan tokotrienol yang berkisar antara 6001100 ppm. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan proteksi. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Sifat Fisikokimia Minyak Sawit
Sifat fisikakimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan penyabunan. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan. Bau dan
(15)
7 asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan mutu minyak kelapa sawit. Beberapa sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni Titik cair : awal Titik cair : akhir Indeks bias 40˚C Bilangan penyabunan Bilangan iod 21 – 24 26 – 29 36,0 – 37,5 224 – 249 14,5 – 19,0 29,4 40,0 46 – 49 196 – 206 46 – 52 Sumber : Naibaho, 1996
Ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton. Untuk mencegah terjadinya proses ketengikan pada minyak, CPO yang dihasilkan disimpan didalam storage tank, dimana suhu di storage tank dijaga pada suhu 5055˚C dan kadar air CPO harus rendah, karena adanya sejumlah air didalam minyak dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan ketengikan.
Pemanfaatan Olahan Sawit di Industri
Produkproduk yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat luas, dengan intensitas modal dan teknologi yang bervariasi. Dari 5,9 juta ton produksi CPO Indonesia, sekitar 4,6 juta ton (78%) telah diolah di dalam negeri, yang sebagian besar dalam bentuk produk antara seperti RBD palm oil, stearin dan olein yang nilai tambahnya tidak begitu besar, dan sebagian kecil telah diolah menjadi produk oleokimia dengan nilai tambah yang cukup tinggi. Produk olahan sawit dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : bahan makanan (oleofood, oleomakanan), bahan non makanan (oleohemical, oleokimia), bahan kosmetika dan farmasi (cosmetics and pharmacy).
Minyak sawit digunakan sebagai bahan pangan diperoleh melalui fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Sehingga dihasilkan fraksi olein (cair) dan frkasi stearin (padat). Fraksi olein digunakan sebagai bahan pangan, sedangkan stearin untuk keperluan non pangan. Pangan dengan bahan baku olein antara
(16)
8
lain : minyak goreng, mentega, lemak untuk masak, bahan pengisi (aditif), dan industri makanan ringan (roti dan kuekue) dan lainnya.
Minyak sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan, antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lebih lembut dan fleksibel. Dalam industri tekstil minyak sawit dipakai sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi. Pada industri ringan minyak sawit dipakai sebagai sabun, deterjen, semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan lainnya.
Minyak sawit selain untuk industri bahan makanan dan non bahan makanan, juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan industri farmasi. Karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit, minyak sawit banyak dipakai untuk pembuatan shampoo, krim, minyak rambut, sabun cair, lipstik, dan lainnya.
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah suatu zat yang diperlukan tubuh menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang memiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulakn stress oksidatif (Anonim, 2011).
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif, mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produkproduk primer radikal menjaadi senyawa nonradikal, dan memutus rantai hidroperoksida. Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan dapat mengeliminasi senyawa radikal bebas di dalam tubuh sehingga tidak menginduksi suatu penyakit (Shahidi, 1997)
Antioksidan alami yang terkandung dalam tumbuhan umumnya merupakan senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asamasam polifungsional (Markham, 2002).
(17)
9
Metode yang dapat dilakukan untuk uji aktivitas antioksian adalah metode DPPH (1,1Difenil2pikrilhidrazil). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dipilih karena ujinya sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani et al, 2005).
Prinsip metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan. Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang diredam oleh senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl hydrazine (DPPHH). Reduksi DPPH menjadi DPPHH menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning (Lupea et al, 2006).
Prosedur ini melibatkan pengukuran penururan serapan DPPH pada panjang gelombang maksimalnya yaitu
λ
515 nm, yang mana sebanding terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen DPPH. Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi efektif (Effective Concentration), EC50 atau IC50 (Shivaprasad et al, 2005). IC50 merupakan bilangan yang menunjukan konsentrasi sampel (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50100 ppm, sedang jika bernilai 100150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151200 ppm (Blois, 1958 dalam Prasetyanto, 2014).2.5 Masker
Masker wajah merupakan salah satu sediaan kosmetik yang biasa digunakan wanita, masker adalah salah satu pembersih kulit wajah yang efektif. Sebaiknya gunakan masker selama 1530 menit. Masker memiliki efek dan manfaat sebagai deep cleansing, yaitu membersihkan kotoran yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat selsel kulit yang telah mati, memperbaiki poripori kulit, membersihkan sisasisa kelebihan lemak pada permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, memberikan kenyamanan pada kulit, menghaluskan lapisan luar kulit, dan memberi nutrisi sehingga kulit terlihat cerah (Harry, 2000).
Kegunaan masker banyak sekali terutama untuk mengencangkan kulit, mengangkat selsel tanduk yang sudah siap mengelupas,menghaluskan dan
(18)
10
mencerahkan kulit, meningkatkan metabolisme sel kulit, meningkatkan peredaran darah dan getah bening, memberi rasa segar dan memberi nutrisi pada kulit sehingga kulit terlihat cerah, sehat, halus dan kencang. Saat ini banyak sekali jenis masker yang diperjualbelikan, ada yang berbentuk bubuk, krim dan gel, bahkan ada juga yang terbuat dari kertas dan plastik. Masker buatan sendiri dari bahanbahan alami seperti buah, sayurdan telur juga dapat menjadi pilihan. Masker dioleskan dengan bantuan kuas khusus untuk masker pada seluruh wajah, leher dan pundak dan dada bagian atas,kecuali bagian mata dan bibir, karena bagian tersebut sangat sensitif. Sambil menunggu masker mengering, oleskan eyecream di sekitar mata dan lipconditioner di bibir. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kekeringan kulit di sekitar mata dan bibir.
Jenisjenis masker menurut Harry (2000) yaitu : 1. Masker serbuk
Masker serbuk merupakan bentuk masker yang paling awal dan populer. Banyak produsen kosmetika baik tradisional maupun modern yang memproduksi jenis masker serbuk. Biasanya masker serbuk terbuat dari bahanbahan yang dihaluskan dan diambil kadar airnya. Pilihlah masker serbuk yang sesuai dengan jenis kulit. Cara membuatnya adalah campurkan 1 sendok makan masker serbuk dengan air mawar secukupnya, kemudian aduk sampai rata dan oleskan pada wajah, leher, pundak dan dada bagian atas dengan menggunakan kuas khusus untuk masker yang halus. Arah pengolesan sebaiknya dari bawah ke atas dan biarkan sampai mengering yaitu sekitar 15 menit. Pada saat mengangkat masker yang telah mengering di bagian wajah, masker jangan langsung diangkat dengan handuk, basahi dahulu bagian yang tertutup masker hingga masker kembali basah, baru diangkat dengan menggunakan waslap atau handuk yang lembab hangat sampai bersih.
2. Masker krim
Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Saat ini telah tersedia masker krim untuk aneka jenis kulit, yang dikemas dalam kemasan tube. Salah satu keuntungan lain dari masker krim adalah dapat dipadukan dari beberapa jenis bahan masker. Oleh karena itu masker ini merupakan pilihan tepat bagi mereka yang memiliki kulit kombinasi. Untuk daerah kering, gunakan masker untuk kulit kering, sedangkan untuk daerah berminyak, gunakan masker untuk kulit
(19)
11
berminyak. Kenakan masker krim pada wajah dan leher, tunggu hingga kering (1520 menit) dan angkat dengan menggunakan handuk yang lembab hangat.
3. Masker gel
Masker gel juga termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering masker tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas. Masker gel biasa dikenal dengan sebutan masker peeloff. Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati sehingga kulit menjadi bersih dan terasa segar. Masker gel juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah. Cara kerja masker peeloff
ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat. Fungsi masker peeloff sama dengan scrub cream/ krim pengelupas. Karena itu jika memilih menggunakan masker peeloff sebaiknya tidak bersamaan pemakaiannya dengan pengelupasan / peeling/ scrubbing. Beri selang waktu minimal 7 hari untuk melakukan keduanya. Jika tidak, kulit akan mengalami pengelupasan dua kali dengan tenggang waktu relatif singkat yang tidak cukup untuk melakukan regenerasi. Akibatnya kulit justru akan tampak kusam dan tidak berseri.
4. Masker kertas atau kain
Masker jenis kertas atau kain biasanya mengandung bahanbahan alami yang dapat meluruhkan selsel kulit mati, membantu menyamarkan bercak atau noda hitam, mengecilkan poripori, serta memperhalus kerutan di wajah. Selain itu masker ini dapat merangsang pertumbuhan sel kulit baru dan membuat kulit lebih berseri. Masker kertas biasanya berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, hidung dan mulut. Sedangkan masker kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan.
2.6 Masker Gel PeelOff
Masker peeloff biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit muka. Setelah alkohol yang terkandung dalam masker menguap, terbentuklah lapisan film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 1530 menit, lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikelupas (Slavtcheff, 2000). Masker peeloff memiliki beberapa
(20)
12
manfaat diantaranya mampu merilekskan otototot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Vieira et al, 2009).
Masker berbentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang tidak sulit, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Harry,1973).
Gambar 2. Masker Gel Peel Off 2.7 Carbomer
Carbomer atau dengan nama lain carbopol merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot molekul tinggi. Range konsentrasi carbomer sebagai gelling agent yaitu 0.5%2% (Rowe et al, 2009). Carbomer berbentuk serbuk, berwarna putih dan higroskopis, memiliki bulk density 208 kg/m³, dengan pH yang dihasilkan jika 1% terdispersi di air adalh 2.53 dan apabila 0.5% terdispersi di air adalah 2.73.5 (Salomone,1996). Jika konsentrasi carbomer rendah, gel bersifat pseudoplastis, sebaliknya jika konsentrasi carbomer tinggi akan menjadi plastis. Carbomer tidak toksik dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (Barry, 1983).
Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Carbomer mempunyai viskositas antara 40.00060.000 (cP) digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening (Rowe et al, 2006). Mekanisme pembentukan gel terjadi saat struktur polimer dari carbomer terikat dengan pelarut, dan terjadi ikatan silang pada polimer polimer sehingga molekul pelarut akan terjebak didalamnya, kemudian terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu (Martin et al, 1993).
2.8 Evaluasi Masker Gel PeelOff
Evaluasi sediaan gel menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu: a. Uji organoleptis
(21)
13
Pengamatan dilihat secara langsung dari tekstur, warna dan aroma gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah padat.
b. Uji homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
c. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin sediaan gel tidak mengiritasi pada kulit. pH sediaan gel diukur dengan menggunakan pH meter. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,56,5.
d. Uji daya sebar
Pengujian kemampuan menyebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel saat dioleskan pada kulit (Voight, 1994). Daya sebar yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm (Garg et al, 2002). e. Pengujian viskositas
Pengujian viskositas sediaan masker gel peel off merupakan faktor penting karena mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari gel tersebut. Selain itu, gel yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis gel dan meningkatkan konsistensi gel tersebut (Madan and Singh, 2010).
f. Uji kecepatan mengering
Pengujian kecepatan mengering basis masker gel peel off dilakukan dengan cara mengamati waktu yang diperlukan sediaan hingga mengering, yaitu saat mulai dioleskannya masker gel peel off pada kaca hingga benarbenar terbentuk lapisan yang kering. Waktu kering masker gel peel off yang baik yaitu antara 1530 menit (Vieira, 2009).
g. Uji iritasi
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji temple terbuka, dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan pada luas tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Reaksi iritasi positif
(22)
14
ditandai oleh adanya kemerahan, gatalgatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.
h. Uji stabilitas dipercepat
Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan cara menyimpan sampel pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, sampel dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40±2˚C. Uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal.
(23)
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Agroindustri dan Tanaman Obat Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penelitian ini akan berlangsung pada bulan FebruariApril 2017
3.2 Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit murni , carbomer 940, dinatrium EDTA, propilenglikol, HPMC, kalium sorbat, polisorbat 80, natrium metabisulfit, NaOH 2 N, aquadest, DPPH, Metanol.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah batang pengaduk, cawan porselen, gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, pH universal, sendok tanduk, termometer, timbangan digital.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu persiapan sampel, pembuatan formulasi masker gel peel off, uji aktivitas antioksidan masker gel peel off, evaluasi masker gel peel off.
Persiapan Sampel
Sampel diperoleh dari CV. Total Equipment Pharmacy, Kel. Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
Rancangan Formula
Tabel 2. Formula Masker Gel Peel Off
Bahan Jumlah (% b/b) Fungsi
F1 F2 F3
Minyak Sawit Murni X1 X2 X3 Zat aktif
Carbomer 940 2 2 2 Gelling agent
Dinatrium EDTA 0,1 0,1 0,1 Chelating agent
Propilenglikol 3 3 3 Humektan
HPMC 3.5 3.5 3.5 Pembentuk lapisan film
Kalium Sorbat 0.1 0.1 0.1 Pengawet
Polisorbat 80 1 1 1 Cleansing agent
NaOH 2 N 0.08 0.08 0.08 Pembasa
Aquades ad 100 100 100 Pelarut
Pembuatan Masker Gel PeelOff
HPMC dikembangkan dalam aquades dingin sebanyak 3.5 gram, lalu ditambahkan aquades suhu ruang sampai mengembang (massa 1). Dalam wadah terpisah 2 gram Carbomer 940 dikembangkan dalam aquades, lalu
(24)
16
dibasakan dengan NaOH 2N sebanyak 0.08 gram (massa 2). 0.1 gram kalium sorbat, dan 0.1 gram dinatrium EDTA dilarutkan dalam aquades (massa 3). Dalam carbomer 940 yang telah mengembang dimasukkan massa 1 dan 3, digerus homogen kemudian ditambahkan 3 gram propilenglikol dan dihomogenkan. Ditambahkan polisorbat 80 sebanyak 1 gram lalu dihomogenkan dengan pengadukan pelan. Setelah homogen akan terbentuk basis gel, kemudian terakhir ditambahkan minyak sawit murni sedikit demi sedikit ke dalam basis gel, digerus homogen.
Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off
Sebanyak 2.5 gram sediaan dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25 ml kemudian diaduk hingga homogen untuk membuat larutan induk 1000 ppm. Setelah itu dibuat beberapa seri konsentrasi larutan sediaan dari larutan induk 1000 ppm. Campurkan 2 ml masingmasing larutan sediaan masker gel peel off dengan 2 ml DPPH dan 1 ml metanol, dihomogenkan, lalu disimpan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 515 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVis.
Evaluasi Masker Gel Peel Off
a. Pengamatan organoleptis
Diamati adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari masing masing sediaan masker selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4. Dicatat perubahan tersebut.
b. Pemeriksaan homogenitas
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker peeloff kemudian diletakkan sedikit gel pada kaca objek. Diamati susunan partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu dicatat.
c. Pemeriksaan pH
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker lalu dilarutkan dengan sedikit aquadest. Dioleskan sampai merata pada semua bagian kertas pH. Diamati perubahan warna yang ditunjukkan pada kertas pH universal, lalu dicatat.
d. Uji daya sebar
Sebanyak 1 gram gel masker peeloff diletakkan di atas kertas grafik yang sudah dilapisi plastik transparan kemudian ditutup dengan plastik transparan lain dan diukur diameternya dari lima titik sudut. Beban 19 gram diletakkan diatas lapisan gel, didiamkan selama 1
(25)
17
menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Beban 20 gram selanjutnya ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum 99 gram, dan setiap kali beban ditambahkan diatas gel didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar (Voight, 1994).
e. Pengujian viskositas
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan. Diletakkan beban dimulai dari beban yang terkecil di tempat yang telah disediakan. Dibiarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50.
f. Uji waktu mengering
Dioleskan masker ke punggung tangan dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker hingga benarbenar terbentuk lapisan yang kering.
g. Uji iritasi
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker peeloff lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30 menit. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih, lalu dicatat. h. Uji stabilitas metode cycling test
Sampel gel disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 40±2˚C selama 24 jam (satu siklus), kemudian uji dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati perubahan fisik dari gel tersebut.
3.4 Analisis Data
Data hasil uji evaluasi sediaan dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPPS.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit, Departemen Perindustian, Jakarta.
Anonim. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta.
Anonim, 2014. Jambi dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Jambi.
Anonim, 2016. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan, PASPI, Bogor.
Aziz, A. 2000. The Effect of CPO Quality Parameter on Refinery Production Efficiency. Proceedings of the 2000 National Seminar on Palm Oil Milling, Refining Technology, Quality and Environment. 798.
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI01 29012006. Minyak Kelapa Sawit Mentah, Dewan Standardisasi Indonesia, Jakarta.
Barry, B.W. 1983. Dermatology Formulation, Marcell Dekker Inc, New York. Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determinattions by The Use of a Stable Free
Radical. Nature, 181 : 11991200.
Draelos, Z.D. and L.A Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York.
Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation, Pharmaceutical Technology, USA.
Hamburg, 2013. Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion Center, Jerman.
Hanani, E., A. Mun’im., R. Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Calispongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 2, No.3 : 127133
Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology, Edisi 6, Chemical Publishing, New York. Harry, R.G. 2000. Harry Cosmetology, Chemical Publishing, New York.
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industial Oil and Fat Product, John Wiley and Sons Inc, New York.
Islam, M., R.H Nai’r., C. Susan., and A. Chrisita. 2004. Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH.
Pharmaceutical Research. 21 (7).
Izzati, M.R. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Peel Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Johnson, R. and R. Steer. Carbopol, dalam Rowe, R.C., P.J. Shesky., and S.C Owen. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 5, Pharmaceutical, UK.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press, Jakarta.
Lestari, P.M., Sutyasningsih, dan M. Fadila. 2015. Carbomer 980 Dalam Masker Gel Peel–Off Sari Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr.)
Farmasains. Vol. 2 : 6
(27)
19
Lin, L., K.C. Rhee., and S.S Koseoglu. 1998. Recent Progress in Membrane Degumming of Crude Vegetable Oils on PilotPlant Scale, Food Protein R&D Center, Texas A&M University, USA.
Lupea, A.X., D. Chambire D, C. Iditoiu, M.R. Szabro. 2006. Short Communication Improved DPPH Determination for Antioxidant Activity Spectrophotometric Assay. Chem. 3 : 214216.
Madan, J., and R. Singh. 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:551555.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Markham, K. 2002. Mengidentifikasai Flavonoid, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Martin, A., J. Swabrick., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasardasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 3, UI Press, Jakarta.
Morad, N.A., and A. Aziz. 2006. Process Design In Degumming and Bleaching of Palm Oil. Clear. Vote No : 74198.
Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Pardamean, M. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, ANDI, Yogyakarta.
Pardamean, M. 2014. Mengelola Kebun dan Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta
Prasetyanto, D.E., 2014. Isolasi dan Uji Antioksidan Fraksi Diklorometan dari Kulit Batang Manggis Liar (Garcinia cf. Cymosa), Skripsi, Universitas Jambi, Jambi.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and S.C. Owen. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Salomone, J.C. 1996. Polymetric Metrials Encyclopedia, Vol. 11, CRC Press USA, p. 8678.
Sastrosayono, S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit, Agromedia, Jakarta.
Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidants Chemistry, Health Effects, and Applications, AOAC Press, Champaign.
Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka, Indonesia Paten 2000/0004913.
Vieira, R.P., A.R. Fernandes., T.M. Kaneko., V.O. Consiglieri., C.A. Pinto., C.S.C. Pereiera., A.R. Baby., and M.V. Velasco. 2009. Physical and Physiochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulation Containg Soybean Extract Fermented by Bifidobacterium Animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 45
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan. UGM Press, Yogyakarta.
Wade A. and P.J. Weller. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipient, Edisi 5,
(28)
20
(29)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian
21 Minyak Sawit Murni
Formulasi Masker Gel Peel Off
Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off Minyak Sawit Murni
Cycling test Daya sebar Waktu mengering
Iritasi pH Viskositas Homogenitas Organoleptis Evaluasi
(1)
dibasakan dengan NaOH 2N sebanyak 0.08 gram (massa 2). 0.1 gram kalium sorbat, dan 0.1 gram dinatrium EDTA dilarutkan dalam aquades (massa 3). Dalam carbomer 940 yang telah mengembang dimasukkan massa 1 dan 3, digerus homogen kemudian ditambahkan 3 gram propilenglikol dan dihomogenkan. Ditambahkan polisorbat 80 sebanyak 1 gram lalu dihomogenkan dengan pengadukan pelan. Setelah homogen akan terbentuk basis gel, kemudian terakhir ditambahkan minyak sawit murni sedikit demi sedikit ke dalam basis gel, digerus homogen.
Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off
Sebanyak 2.5 gram sediaan dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25 ml kemudian diaduk hingga homogen untuk membuat larutan induk 1000 ppm. Setelah itu dibuat beberapa seri konsentrasi larutan sediaan dari larutan induk 1000 ppm. Campurkan 2 ml masingmasing larutan sediaan masker gel peel off dengan 2 ml DPPH dan 1 ml metanol, dihomogenkan, lalu disimpan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 515 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVis.
Evaluasi Masker Gel Peel Off a. Pengamatan organoleptis
Diamati adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari masing masing sediaan masker selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4. Dicatat perubahan tersebut.
b. Pemeriksaan homogenitas
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker peeloff kemudian diletakkan sedikit gel pada kaca objek. Diamati susunan partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu dicatat.
c. Pemeriksaan pH
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker lalu dilarutkan dengan sedikit aquadest. Dioleskan sampai merata pada semua bagian kertas pH. Diamati perubahan warna yang ditunjukkan pada kertas pH universal, lalu dicatat.
d. Uji daya sebar
Sebanyak 1 gram gel masker peeloff diletakkan di atas kertas grafik yang sudah dilapisi plastik transparan kemudian ditutup dengan plastik transparan lain dan diukur diameternya dari lima titik sudut. Beban 19 gram diletakkan diatas lapisan gel, didiamkan selama 1
(2)
17
menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Beban 20 gram selanjutnya ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum 99 gram, dan setiap kali beban ditambahkan diatas gel didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar (Voight, 1994).
e. Pengujian viskositas
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan. Diletakkan beban dimulai dari beban yang terkecil di tempat yang telah disediakan. Dibiarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50.
f. Uji waktu mengering
Dioleskan masker ke punggung tangan dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker hingga benarbenar terbentuk lapisan yang kering.
g. Uji iritasi
Diambil sedikit sampel sediaan formula masker peeloff lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30 menit. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih, lalu dicatat. h. Uji stabilitas metode cycling test
Sampel gel disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 40±2˚C selama 24 jam (satu siklus), kemudian uji dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati perubahan fisik dari gel tersebut.
3.4 Analisis Data
Data hasil uji evaluasi sediaan dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPPS.
(3)
Anonim. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta.
Anonim, 2014. Jambi dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Jambi.
Anonim, 2016. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan, PASPI, Bogor.
Aziz, A. 2000. The Effect of CPO Quality Parameter on Refinery Production Efficiency. Proceedings of the 2000 National Seminar on Palm Oil Milling, Refining Technology, Quality and Environment. 798.
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI01 29012006. Minyak Kelapa Sawit Mentah, Dewan Standardisasi Indonesia, Jakarta.
Barry, B.W. 1983. Dermatology Formulation, Marcell Dekker Inc, New York. Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determinattions by The Use of a Stable Free
Radical. Nature, 181 : 11991200.
Draelos, Z.D. and L.A Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York.
Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation, Pharmaceutical Technology, USA.
Hamburg, 2013. Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion Center, Jerman.
Hanani, E., A. Mun’im., R. Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Calispongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 2, No.3 : 127133
Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology, Edisi 6, Chemical Publishing, New York. Harry, R.G. 2000. Harry Cosmetology, Chemical Publishing, New York.
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industial Oil and Fat Product, John Wiley and Sons Inc, New York.
Islam, M., R.H Nai’r., C. Susan., and A. Chrisita. 2004. Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH.
Pharmaceutical Research. 21 (7).
Izzati, M.R. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Peel Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Johnson, R. and R. Steer. Carbopol, dalam Rowe, R.C., P.J. Shesky., and S.C Owen. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 5, Pharmaceutical, UK.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press, Jakarta.
Lestari, P.M., Sutyasningsih, dan M. Fadila. 2015. Carbomer 980 Dalam Masker Gel Peel–Off Sari Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr.)
Farmasains. Vol. 2 : 6
(4)
19
Lin, L., K.C. Rhee., and S.S Koseoglu. 1998. Recent Progress in Membrane Degumming of Crude Vegetable Oils on PilotPlant Scale, Food Protein R&D Center, Texas A&M University, USA.
Lupea, A.X., D. Chambire D, C. Iditoiu, M.R. Szabro. 2006. Short Communication Improved DPPH Determination for Antioxidant Activity Spectrophotometric Assay. Chem. 3 : 214216.
Madan, J., and R. Singh. 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:551555.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Markham, K. 2002. Mengidentifikasai Flavonoid, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Martin, A., J. Swabrick., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasardasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 3, UI Press, Jakarta.
Morad, N.A., and A. Aziz. 2006. Process Design In Degumming and Bleaching of Palm Oil. Clear. Vote No : 74198.
Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Pardamean, M. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, ANDI, Yogyakarta.
Pardamean, M. 2014. Mengelola Kebun dan Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta
Prasetyanto, D.E., 2014. Isolasi dan Uji Antioksidan Fraksi Diklorometan dari Kulit Batang Manggis Liar (Garcinia cf. Cymosa), Skripsi, Universitas Jambi, Jambi.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and S.C. Owen. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Salomone, J.C. 1996. Polymetric Metrials Encyclopedia, Vol. 11, CRC Press USA, p. 8678.
Sastrosayono, S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit, Agromedia, Jakarta.
Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidants Chemistry, Health Effects, and Applications, AOAC Press, Champaign.
Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka, Indonesia Paten 2000/0004913.
Vieira, R.P., A.R. Fernandes., T.M. Kaneko., V.O. Consiglieri., C.A. Pinto., C.S.C. Pereiera., A.R. Baby., and M.V. Velasco. 2009. Physical and Physiochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulation Containg Soybean Extract Fermented by Bifidobacterium Animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 45
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan. UGM Press, Yogyakarta.
Wade A. and P.J. Weller. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipient, Edisi 5,
(5)
(6)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian21 Minyak Sawit Murni
Formulasi Masker Gel Peel Off
Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off Minyak Sawit Murni
Cycling test Daya sebar Waktu mengering
Iritasi pH Viskositas Homogenitas Organoleptis Evaluasi