38
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Disini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang telah dibicarakan pada pembahasan sebelumnya, antara lain:
1. Agama shinto adalah agama resmi di negara Jepang yang di proklamirkan sebagai agama negara pada tahun 1869. Menurut shinto roh-roh disebut kami.
Diantara kami yang disembah itu ialah benda alam atau kekuatan alam seperti matahari, bulan, petir dan kilat. Disamping itu tiap-tiap keluarga menyembah
roh leluhurnya sendiri yang dianggap sebagai kami pelindung rumah tangga. 2. Makna simbolik dari ritual shinto bertujuan untuk pensucian diri dan fikiran.
Begitu juga yang dilakukan oleh masyarakat Jepang pada waktu mengunjungi kuil shinto. Di depan pintu masuk kuil terdapat gentong air, yang digunakan
sebagai pensucian diri dari para pengunjung untuk membersihkan tangan kaki dan berkumur.
3. Bangunan atau tempat-tempat pemujaan shinto disebut jinja. Kuil shinto tidak memiliki tempat beribadat, bukan tempat untuk mendengarkan ceramah dan
menyebarluaskan agama. Setelah kuil shinto dibuatkan bangunan permanen, para Kami sehari-harinya dipercaya selalu ada di dalam kuil.
4. Di Jepang dalam setahunnya terdapat banyak matsuri. Masing-masing wilayah mengadakan matsuri dalam bentuk dan skala yang berbeda-beda, namun
39
demikian makna diadakannya matsuri tersebut tetap sama,yaitu ungkapan terima kasih kepada dewa dan harapan keselamatan dari dewa. Matsuri tidak
sepenuhnya dilakukan dengan serius dan khidmat, tetapi dilakukan dengan senang riang.
5. Torii adalah elemen pembentuk paling utama di kuil shinto karena sifatnya sebagai pembuka ritual. Torii berfungsi sebagai peralihan antara ruang profan
dan sakral. Untuk melewati torii, orang harus melalui jalan setapak yang disebut sando. Torii berbentuk gerbang dengan 2 kolom penyangga dan
minimal 2 balok pengikat. 6. Secara garis besar torii terbagi atas 2 bentuk yaitu bentuk shinmei dan bentuk
myojin. Bentuk shinmei adalah bentuk yang paling sederhana dengan bagian yang lurus seperti kasagi, hashira dan nuki sedangkan myojin, memiliki bentuk
kasagi dan shimaki yang melengkung ke atas.
40
4.2 Saran