Analisa perjanjian take over di Bank DKI Syariah

ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI BANK DKI SYARIAH

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:
M. KONI RUMAINI AZIZ

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

KATA PENGANTAR

   


Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Menganugerahkan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani
setiap tahap dalam hidup ini. Rabb yang hingga kini tak hentinya mencurahkan
rahmat, ilmu, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan dinamika yang indah. Shalawat dan salam teruntuk teladan terbaik
Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya atas inspirasi yang
begitu mengagumkan.
Dalam penulisan skripsi ini, alhamdulillah begitu banyak pengalaman,
pelajaran, dan hikmah yang penulis peroleh yang diharapkan semua itu mampu
membuat penulis lebih dewasa dan bermanfaat bagi masyarakat luas tentunya.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini karena
masih dalam tahap pembelajaran.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, ijinkanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih
yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MH., MM. sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

iv


2. Ibu DR. Euis Amalia, M. Ag. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Mu’min Rouf, S.Ag., MA. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen yang selama ini memberikan ilmunya kepada penulis sehinnga
penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik.
5. Rasa ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada ayahanda H. Zainal Abidin
dan ibunda Hj. Mujenah atas dukungannya yang tiada henti baik moril maupun
materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak
habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT.
6. Kakak-kakaku tersayang: Zanih Nurhidayati, Riatmi Afifah, Tri Suciati, Elis
Yulianingsih, M. Nanang Suprayogi, A. Heri Priyono, dan Nawalin Nazah yang
telah emberikan dukungan materiil dan moril selama ini. Juga kepada teh Anna,
Mas Abhie, Mba Nunik, Mas Sulkhi, Mas Udin, Mas Edi terima kasih atas doa
dan semangatnya. Kepada ponakan-ponakanku Lia, Puput, Via, Nadia, Edhu,
Nabil, Fafa, Bagas, Alvaro, Averos, Alif, dan Mikhael terima kasih atas keceriaan
yang kalian berikan.
7. Untuk sahabat sahabat terbaiku: Darul Qotni, M. Taufik, Ridwan, Irham,

Saifudin, Apep yang telah berbagi suka dan duka dalam mengerjakan skripsi ini.
Untuk seluruh teman-teman Perbankan Syariah C 2004 yang tercinta yang tidak

v

disebutkan namnya satu persatu semoga hubungan kita tidak akan putus sampai
kapanpun.
8. Kepada Rudi Ismail, S.E.Sy terima kasih banyak atas fasilitas laptopnya dan
dukungan semangatnya. Kepada teman-teman kosan mbah Brindil: Ulil, Ulum
mBendol, Huda terima kasih atas semangat ‘koplak’ dari kalian.
9. Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data- data yang dibutuhkan.
10. Pihak-pihak lainya yang secara tidak langsung membantu dan memberikan
semangat sehingga penulisan skripsi ini bisa berjalan dengan lanccar
11. Akhir kata hanya kepada Allah SWT. jualah penulis memanjatkan doa semoga
Allah memberikan balasan kebaikan amal mereka dengan berlipat ganda. Semoga
dengan adanya skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
masyarakat luas. Amiin.


Jakarta, 30 Mei 2011

M. Koni Rumaini

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………...ii
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….....1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………….6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………...6
D. Tinjauan Pustaka Terdahu………………………………………..7
E. Metode Penelitian………………………………………………...8

F. Sistematika Penulisan…………………………………………...10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Take Over……………………………………………………….12
1. Definisi Take Over…………………………………………..12
2. Tujuan Take Over……………………………………………16
3. Sebab-sebab Terjadinya Take Over………………………….16
4. Syarat dan Mekanisme Take Over…………………………...19
5. Landasan Hukum Take Over………………………………...21
6. Perbedaan Take Over Konvensional dan Take Over syariah..23

vii

B. Akad-akad Yang Digunakan dalam Transaksi Take Over Dengan
Prinsip Syariah…………………………………………………..24
1. Qardh………………………………………………………...24
2. Ijarah…………………………………………………………31
3. Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMBT)………………………...34

4. Murabahah…………………………………………………...45
BAB III

GAMBARAN UMUM BANK DKI SYARIAH
A. Sejarah Singkat Bank DKI Syariah……………………………...52
B. Visi dan Misi Bank DKI Syariah………………………………..54
C. Struktur Organisasi Bank DKI Syariah………………………….55
D. Kinerja Bank DKI Syariah………………………………………57

BAB IV

ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI BANK DKI SYARIAH
A. Konsep Take Over Secara Syariah………………………………64
B. Apliksi Take Over KPR iB DKI Syariah………………………..66
1. Syarat Calon Nasabah Take Over KPR iB DKI Syariah…….68
2. Prosedur Pengajuan Take Over KPR iB DKI Syariah……….70
C. Isi Kontrak Take Over KPR iB DKI Syariah…………………...72
D. Analisa Kesesuaian Antara Konsep dan Praktek Take Over di
Bank DKI Syariah……………………………………………….82


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………...88
B. Saran…………………………………………………………….90
viii

BAB I
PENDAHULUAN

A

Latar Belakang Masalah
Lebih dari sepuluh tahun setelah krisis ekonomi tahun 1998, bangsa
Indonesia semakin giat membangun berbagai aspek kehidupan dalam berbangsa
dan bernegara, terutama pembangunan dalam sektor ekonomi. Perbankan
mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Peran strategis
perbankan tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan
taraf hidup rakyat. Sistem perbankan syariah memiliki keunggulan yang tidak

dimiliki oleh bank konvensional yaitu terletak pada sistem bagi hasilnya. Bagi
hasil adalah konsep yang lazim dan tidak ada keraguan di dalamnya dan hampir
seluruh ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil. 1
Peran perbankan syariah sangat diperhitungkan, sehingga bank syariah
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bank syariah pun semakin
melebarkan sayap bisnisnya, termasuk dalam bidang kredit kepemilikan rumah
(KPR).
Berbagai cara dilakukan bank-bank syariah dalam menyelami bisnis KPR
ini. KPR merupakan bisnis yang membutuhkan kesabaran dan perhitungan yang

1

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep,Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah,(Jakarta: Djambatan, 2001) h.10.

1

2

matang agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu diperkirakan bisnis KPR

jarang mengalami kerugian apabila pengembang (developer) dapat mengelolanya
secara profesional. Kebutuhan manusia terhadap papan akan selalu ada dan
diperkirakan selalu bertambah karena kebutuhan rumah sebanding linier dengan
pertumbuhan penduduk. 2 Sehingga semakin pesat pertumbuhan penduduk di
suatu negara, maka semakin besar pula kebutuhan pemukiman untuk mereka.
Secara historis, bisnis properti terutama industri perumahan selalu
diwarnai oleh sebuah siklus pasang surut. Siklus ini dapat dihubungkan dengan
sebuah gelombang (fluktuasi) dalam gerakan keseluruhan kegiatan ekonomi yang
disebut siklus perekonomian. Siklus dalam bisnis properti biasanya terjadi dan
berulang setiap 5-10 tahun sekali. 3 Sebab itu para pengembang harus bisa
memperhitungkan dengan tepat berapa besarnya pasokan properti agar seluruh
prodaknya dapat diserap pasar.
Bisnis kredit kepemilikan rumah diperkirakan akan tetap menjadi
primadona dalam industri perbankan di Indonesia. Tingginya kebutuhan tempat
tinggal merupakan salah satu pemicu meningkatnya permintaan kredit yang satu
ini
Dari sekian banyak produk perbankan syariah, kredit kepemilikan rumah
(KPR) syariah adalah salah satu produk favorit dan digemari masarakat. KPR
2


Jurnal
Ekonomi
UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta,
Analisis
Perumahan dan
Komitmen
Developer
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.206.
3

Ibid., h.207.

Konsep
(Jakarta:


3

syariah menggunakan sistem berbasis jual beli (murabahah). Artinya konsumen
tidak terbebani fluktuasi suku bunga yang terus mengalami perubahan. Dalam
sistem jual beli tersebut nasabah mengetahui harga pokok dan margin yang
diinginkan bank syariah untuk pembelian suatu rumah. Sistem tersebut ternyata
diminati oleh masyarakat, tidak hanya orang Islam saja melainkan juga yang non
muslim. Munculnya produk KPR syariah telah memberikan alternatif
pembiayaan

perumahan

baik

kepada

konsumen

maupun

pengembang

(developer).
Saat Indonesia didera krisis ekonomi tahun 1998 banyak orang yang
kalang kabut oleh cicilan KPR yang melonjak drastis. Kenaikan cicilan saat itu
bahkan mencapai 50%. Kasus seperti itu tidak bakal terjadi kepada nasabah yang
menggunakan KPR syariah karena sistemnya berbeda. Di tengah situasi ekonomi
yang terus menerus dipengaruhi oleh inflasi, KPR syariah dapat menjadi solusi
alternatif. Meskipun suku bunga mengalami inflasi, cicilan KPR syariah tidak
berubah karena memang menerapkan tarif flat. Hal ini tentu berbeda dengan
KPR konvensional yang menggunakan sistem bunga yang menyebabkan
cicilanya terus berubah.
Saat ini setiap bank baik konvensional maupun syariah berusaha
berlomba-lomba untuk dapat terjun dalam bisnis KPR secara professional.
Berbagai macam strategi pemasaran dikerahkan agar dapat menjaring nasabah,
mulai dari proses pembiayaan yang relatif mudah dan cepat, platform yang dapat
dikatagorikan cukup besar, serta besarnya bunga (pada bank konvensional)

4

maupun bagi hasil (pada bank syariah) yang cukup bersaing, tenor pinjaman
yang panjang, bahkan sampai proses pembayaran yang dapat disesuaikan dengan
kemampuan membayar si nasabah itu sendiri. 4
Salah satu strategi pemasaran yang dikembangkan oleh bank-bank saat ini
adalah dengan pengalihan (take over) KPR. Take over KPR adalah pemindahan
fasilitas KPR nasabah yang telah berjalan disuatu bank ke KPR bank lain. 5
Proses pemindahan KPR dari satu bank ke bank lainya sudah lazim dilakukan.
Yang diambil alih adalah sisa pokok pinjaman nasabah dari bank pemberi KPR
pertama. Selanjutnya nasabah akan mencicil sisa pokok pinjaman tersebut ke
bank yang mengambil alih KPR nya.
Selain ke sesama bank konvensional, dan juga ke sesama bank syariah,
take over KPR juga bisa dilakukan dari bank konvensional ke bank syariah
maupun dari bank syariah ke bank konvensional. 6 Dalam perbankan syariah
mekanisme ini diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama
Indonesia No: 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Dalam Fatwa

4

’’Memindahkan KPR ke Bank Lian’’ artikel
dari http;//202.155.15.208/koran-detail.asp?id=323600&kat_id
5

’’KPR
Take
Over’’
artikel
diakses
http://www.bankmandiri.co.id/artikel/faqouver.aspx
6

diakses

pada

27

pada

Mei

27

Mei

2011

2011

dari

Fatia Ali ‘ ’ Memindahkan KPR ke Bank Lain’’ artikel diakses
mei 2011 dari http://fatiaali.wordpress.com/2011/04/memidahkan-kpr-bank-lain/

pada

27

5

ini pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari bank atau lembaga
keuangan konvensioanal ke bank atau lembaga keuangan syariah. 7
Berbagai alasan mendasari take over KPR yang dilakukan oleh nasabah
suatu bank konvensional ke bank syariah. Mulai dari alasan ingin menghindari
praktek riba/bunga di bank konvensional yang mana setiap keterlambatan
pembayaran angsuran akan menambah pembayaran bunga, hingga alasan kecewa
dengan laporan pembayaran angsuran yang diberikan bank konvensional yang
ternyata setiap membayar angsuran KPR pada awal-awal tahun perjanjian KPR
sebagian besar hanya untuk membayar bunganya saja dan untuk pembayaran
pokok hanya sedikit sekali sehingga outstanding pokok KPR nya turunya tidak
signifikan.8 Dengan memindahkan KPR ke bank syariah, mereka merasa lebih
aman dan nyaman.
Banyak nasabah yang ingin memutasi kreditnya ke bank lain, salah
satunya ke bank syariah. Di sini penulis meneliti take over yang terjadi di salah
satu bank syariah yakni bank DKI Syariah. Penulis melakukan penelitian di bank
tersebut karena bank DKI Syariah memiliki pengalaman yang tidak sedikit
mengenai take over KPR.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian lebih dalam tentang perpindahan akad pembiayaan ini
7

Tim
Dewan
Syariah
Nasional
Majlis
Ulama
Indonesia,
Fatwa Dewan Syariah nasional, edisi III, (Jakarta: CV Gaung Persada), h.185.
8

Ali Hozi, ‘’Ayo Kita Beralih Ke KPR Syariah’’, artikel diakses
Mei 2011 dari http://aliozi77.blogspot.com/2011/04/ayo-beralih-kpr-syariah.html.

Himpunan

pada

27

6

kedalam skripsi yang berjudul ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI
BANK DKI SYARIAH
B

Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian, hanya
mengkaji pada akta perjanjian pengalihan hutang (take over) pada produk KPR
iB DKI Syariah
Adapun rumusan masalahnya
1.

Bagaimana konsep take over secara prinsip syariah?

2.

Bagaimana aplikasi pembiayaan take over KPR iB DKI Syariah?

3.

Apakah aplikasi take over KPR iB DKI Syariah tersebut telah sesuai
dengan konsep take over dalam prinsip syariah?

C

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas, ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai
adalah :
1.

Untuk mengetahui konsep take over secara prinsip syariah

2.

Untuk mengetahui aplikasi pembiayaan take over KPR iB DKI Syariah

3.

Untuk mengetahui apakah akad pengalihan hutang (take over) KPR iB
DKI Syariah telah sesuai dengan konsep take over secara syariah.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

7

1.

secara akademik, penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan
tentang akad pembiayaan take over

2.

secara praktik penelitian ini dapat memberikan informasi kepada bank
syariah mengenai alternatif lain dari akad pembiayaan take over yang
sesuai dengan syariah.

D

Tinjauan Pustaka Terdahulu
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini masih
kurang mendapatkan perhatian, untuk mengatakan belum pernah diteliti. Tema
tentang pengalihan utang (take over) dalam suatu pembiayaan belum banyak
dikaji oleh para mahasiswa, namun demikian sudah ada beberapa yang
membahasnya dalam sebuah skripsi.
Yang pertama, Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah Di
Bank Muamalat Indonesia tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah akad
pembiayan take over KPR syariah di bank Muamalah Indonesia menggunakan
Qard dan Murabahah yang merupakan Alternatif pertama dari empat alternatif
yang ditetapkan DSN-MUI/VI/2002. Tentang pengalihan hutang.
Desain akad pembiayaan take over KPR yang lebih relevan dan lebih sesui
dengan syariah yang telah ditetapkan di bank-bank syariah di negara lain yaitu
musyarokah mutanasiqoh, yaitu akad bagi hasil yang merupakan penyertaan
modal secara terbatas dari suatu mitra usaha kepada mitra usaha lain dalam
jangka waktu tertentu.

8

Yang kedua, tesis yang berjudul Analisis Proabilitas Konversi Nasabah
KPR BTN menjadi Nasabah Pembiayaan KPR BTN Syariah dengan Pendekatan
Model LOGIT, oleh Didi Patria Program pasca sarjana UI tahun 2005. Tesis ini
membahas strategi pada masa awal pendirian UUS BTN syariah, yaitu dengan
pembentukan aset melalui produk pembiayaan KPR BTN Syariah konversi.
Managemen BTN menetapkan target realisasi pembiayaan KPR BTN syariah
yang besarnya sekitar 66% dari target keseluruhan pembiayaan BTN syariah.
Pencapaian target ini sangat penting agar BTN syariah dapat memberikan tingkat
bagi hasil yang bersaing kepada nasabah dana pihak ketiga (DPK) dimasa awal
pendirian sehingga dapat menarik minat masarakat untuk menginvestasikan
dananya di BTN syariah.
E

Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan jenis tipe penelitian yuridis normatif, yakni
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah dalam
hukum positif. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah case
approach (pendekatan kasus) yang bertujuan untuk mempelajari penerapan
norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum. 9
Dalam penelitian ini fokus penelitian adalah pada draf akad take over yang
meliputi perjanjian qardh, perjanjian pembiayaan ijarah muntahia bit tamlik,

9

Johny
Ibrahim,
Teori
dan
Metodologi
(Malang: Bayu Media publissing. 2006), cet. 2, h. 321

Penelitian

Hukum

Normatif,

9

surat pengakuan (accept), surat pernyataan, surat kuasa, akad bai’, dan surat
kuasa menjual.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
masyarakat atau responden.10 Dalam penelitian ini data primer yang
diperlukan berkaitan dengan aplikasi take over di bank DKI Syariah diperoleh
melalui wawancara dengan bapak Erza Fatwa selaku asisten administrasi
pembiayaan bank DKI Syariah cabang Wahid Hasyim, dan bapak Irham
Fachreza Anas selaku asisten dewan pengawas syariah bank DKI Syariah
pusat.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen/pustaka
(library research).11 Data yang digunakan meliputi draf akad take over, Fatwa
DSN MUI, hukum kontrak, dan beberapa literatur mengenai fiqh muamalat.
3. Tehnik Analisa Data
Pendekatan utama penelitian ini adalah kualitatif, maka baik untuk
jenis data normatif maupun empiris, maka tehnik analisa data dilakukan
dengan cara menganalisis isi (content analysis). Analisis isi atau yang biasa

10

Muhammad
Teguh,
Metodologi
Penelitian
Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 122.
11

Ekonomi:

Teori

Dan

Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Atma Jaya,
2007), h. 72.

10

disebut analisis dokumen adalah analisis data yang berasal dari dokumen
untuk memaparkan informasi-informasi yang berguna. 12 Bahan yang
dipelajari dalam penelitian dapat berupa bahan yang diucapkan juga bahan
yang tertulis. 13
4. Tehnik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi,”yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
F

Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu
menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar memberikan
gambaran lebih jelas mengenai skripsi, setiap bab memberikan gambaran sebagai
berikut:

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka terdahulu,

metode penelitian serta

sistematika penulisan skripsi
BAB II

LANDASAN TEORI

12

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Cet. Kedua, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), h.37.
13

Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Dan Ilmu Sosial Lainnya, h. 72.

11

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka
dan literature mengenai konsep take over, dan akad-akad yang berkaitan
dengan take over syariah seperti Qardh, Murabahah, Ijarah, dan Ijarah
Muntahiya bi-Tamlik yang dipakai pada pembiayaan perumahan di bank
syariah.
BAB III

GAMBARAN UMUM DIVISI SYARIAH BANK DKI
Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang Divisi Syariah Bank DKI
mengenai sejarah singkat, Visi dan misi, Struktur Organisasi, dan
kinerja keuangan dari Bank DKI Syariah.

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Bab ini merupakan inti pembahasan skripsi yang akan membahas
mengenai masalah yang diteliti yaitu tentang konsep take over syariah,
aplikasi take over KPR iB di Bank DKI Syariah, isi kontrak take over
KPR iB di Bank DKI Syariah dan analisis kesesuaian antara konsep dan
praktek take over di bank DKI Syariah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh pada bab bab
sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang konstruktif
sehubungan masalah yang ditemui sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan untuk perbaikan lebih lanjut.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. TAKE OVER
1. Definisi Take Over
Take over dalam kamus Inggris Indonesia berarti mengambil alih.1
Sedangkan menurut Ahmad Antoni K. Muda, take over adalah
pengambilalihan atau dalam lingkup suatu perusahaan adalah perubahan
kepentingan pengendalian suatu perseroan. 2 Menurut Eti Rochaety dan
Ratih Tresnati, take over selain mempunyai pengertian perubahan
kepentingan dalam pengendalian suatu perseroan juga memiliki pengertian
lain yaitu pengambilalihan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain.3
Menurut T. Guritno, yang dimaksud dengan take over adalah
perbuatan atau hal mengambil alih sesuatu. Dalam lingkup perseroan, take
over berupa penawaran kepada para pemegang saham untuk membeli
sahamnya, baik seluruhnya maupun sebagian dengan harga tertentu dan
dengan tujuan menguasai perseroan yang ditawar.
Istilah take over menunjukkan bahwa semula ada keberatan baik

1

John M. Ehols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1990) h.578.
2

Ahmad Antoni K. Muda. Kamus Lengkap Ekonomi (Jakarta: Gitamedia Press, 2003) h.331.

3

Eti Rochaety dan Ratih Tresnati. Kamus Istilah Ekonomi (Jakarta:PT. Bumi Askara,2005)

h.331.

12

13

dari pemilik maupun pengurus perseroan. Penawar mungkin adalah
perseorangan maupun perseroan yang umumnya lebih besar dari yang
ditawar.4
Ada 3 katagori utama take over, yaitu:
a) take over horizontal, yaitu take over yang melibatkan perusahaanperusahaan yang merupakan pesaing langsung dalam pasar yang
sama
b) take over vertikal, yaitu take over yang melibatkan perusahaanperusahaan yang berada dalam hubungan pemasok dan langganan
c) take over konglomerat, yaitu take over yang melibatkan
perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam pasar-pasar yang
tidak ada hubungannya satu sama lain dan dilakukan dalam rangka
diversifikasi aktivitas perusahaan.
Dari beberapa pendapat umum diatas, didapatkan sedikit gambaran
mengenai take over yang dilakukan dalam suatu lingkup usaha (bisnis)
bahwa take over adalah suatu cara pengambilalihan kendali atas suatu
usaha (bisnis). Take over dari sudut pandang perusahaan mempunyai
manfaat yaitu, yaitu:
a)

memungkinkan perusahaan yang bersangkutan menurunkan biaya
produksi dan distribusi

b)
4

memperoleh brand (merek dagang)

T. Guritno. Kamus Perbankan dan Bisnis, (Yogyakarta: UGM Press, 1996) h.298.

14

c)

memperluas aktivitas usaha yang ada / pindah ke bidang usaha
yang baru

d)

untuk perusahaan induk (besar), take over dapat mengurangi atau
bahkan dapat menghilangkan pesaing usaha dan meningkatkan
kekuatan pasar

e)

dari sisi penggunaan sumber daya yang ada memungkinkan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaannya, tetapi dapat juga menjadi
tidak efisien karena persaingan yang menurun.5
Sedangkan take over yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini

adalah take over

menurut Dewan Syariah Nasional Nomor 31/DSN-

MUI/VI 2002, yang disebut juga dengan pengalihan hutang. Pengalihan
hutang yang dimaksud disini adalah pengalihan transaksi non syariah yang
telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.
Take over yang dimaksud disini adalah proses perpindahan kredit
nasabah di bank konvensional menjadi pembiayaan dengan prinsip jual
beli yang berdasarkan syariah.
Dalam proses take over ini, bank syariah sebagai pihak yang akan
melakukan take over terhadap kredit yang dimiliki calon nasabahnya di
bank konvensional, bertindak sebagai wakil dari calon nasabahnya untuk
melunasi sisa kerdit yang terdapat di bank asal, mengambil bukti lunas,
surat asli agunan, perizinan, polis asuransi dan surat roya, sehingga barang
5

Ibid.

15

(dalam hal ini rumah) menjadi milik nasabah secara utuh. Kemudian,
untuk melunasi hutang nasabah kepada bank syariah, maka nasabah
tersebut menjual kembali rumah tersebut kepada bank syariah. Kemudian
bank syariah akan menjual rumah tersebut lagi kepada nasabah dengan
pilihan kombinasi akad yang tertera dalam fatwa DNS-MUI/VI/2002
tentang pengalihan hutang seperti qardh dan murabahah, syirkah al-milk
dan murabahah qadh dan ijarah seta qardh dan ijarah muntahiya bi-tamlik
(IMBT)
Bila di lihat disini take over dapat hampir serupa dengan akad
hiwalah muthlaqah yaitu pengalihan hutang yang dimilki oleh pihak
pertama (muhil/pihak yang berutang) terahadap pihak kedua (muhal/pihak
yang menghutangkan) kepada pihak ketiga (muhal alaih/orang yang
membayarkan hutang muhil) untuk dapat dilunasi hutangnya tanpa
dikatakan apakah muhal alaih mempunyai hutang atau tidak kepada muhil.
Hanya mazhab hanafi yang memperbolehkan terjadinya hiwalah
muthlaqah Mazhab Hanafi berpendapat jika akad hiwalah muthlaqah
terjadi karena inisiatif pihak pertama, maka hak dan kewajiban antara
pihak pertama dan pihak ketiga yang mereka tentukan ketika melakukan
akad hutang piutang sebelumnya masih tetap berlaku, khususnya ketika
jumlah hutang piutang antara ketiga pihak tidak sama. 6 Sedangkan

6

M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004) h.225.

16

Mazhab Maliki, Safi’I dan Hambali hanya memperbolehkan terjadinya
hiwalah muqayyadah, yaitu pengalihan hutang yang dimiliki oleh pihak
pertama (muhil/pihak yang berhutang) terhadap pihak kedua (muhal/orang
yang menghutangkan) kepada pihak ketiga (muhal alaih/orang yang
membayarkan hutang muhil) untuk dapat dilunasi hutangnya dengan
dikatkan pada hutang yang dimiliki muhal alaih kepada muhil. Jadi pihak
ketiga harus memiliki hutang pada pihak pertama agar akad hiwalah dapat
berjalan.
2. Tujuan Take Over
Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah take over. Di sini bank syariah berusaha
untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin memindahkan transaksinya
agar dapat berjalan sesuai dengan syariah sehingga Insya Allah dapat
memberikan kebaikan di dunia dan di akherat kelak. Take over bertujuan
untuk membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah
yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.
3. Sebab Terjadinya Take Over
Take over (pengambilalihan) kredit pemilikan rumah (KPR)
nasabah disuatu bank dapat terjadi karena hal-hal berikut:
a) Suku bunga bank konvensional yang fluktuatif membuat angsuran

17

KPR nasabah menjadi tidak menentu. 7 Penawaran KPR di bank
konvensional biasanya menetapkan dua jenis bunga, yaitu bunga
kredit baru dan bunga kredit berjalan. Bunga kredit baru biasanya
ditetapkan lebih rendah untuk jangka waktu tertentu, misalnya fixed 1
tahun pertama atau fixed 5 tahun pertama, setelah lewat masa fixed,
maka bunga akan disesuaikan dengan kondisi pasar, dikenal dengan
sebutan bunga kredit berjalan. 8 Pada umumnya bunga ini direview
setiap bulan dan jika bank menganggap perlu, maka akan direvisi juga
setiap bulan. Hal inilah yang menyebabkan angsuran nasabah menjadi
tidak menentu. Kondisi ini sangat terasa apabila terjadi krisis ekonomi.
Tetapi akan terasa menguntungkan nasabah bank syariah karena
sistem yang dipakai adalah sistem jual beli dimana keuntungan bank
talah ditatapkan diawal perjanjian.
b) Kekecewaan nasabah terkait dengan laporan pembayaran angsuran
yang diberikan bank konvensional yang ternyata setiap membayar
angsuran KPR pada awal-awal tahun perjanjian KPR sebagian besar
hanya untuk membayar bunganya saja dan untuk pembayaran
pokoknya hanya sedikit sekali sehingga outstanding pokok KPR

7

Ruwetnya Kredit di Bank Syariah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari
http://www.niriah.com/konsultasi/finansial/4jd11.html.
8

Anastasia rajaguguk, Take Over KPR, Perlukah?, artikel diakses pada 3 November 2010
dari http://anastasia-rajaguguk.com/take-over-kpr-perlukah/.

18

turunnya tidak signifikan.

9

Sedangkan di bank syariah setiap

pembayaran angsuran antara pembayaran pokok dengan pembayaran
margin hampir berimbang, sehingga penurunan outstanding pokok
KPR signifikan. Walaupun berimbang disini bukan berarti 50:50
tetapi dapat dilihat bahwa penurunan outstanding pokok pada KPR
bank syariah lebih signifikan dibandingkan dengan penurunan
outstanding pokok pada KPR bank konvensional.
c) Kesadaran nasabah bahwa sistem bunga bank tidak halal. 10 Bunga
bank merupakan istilah baru dalam dunia perbankan yang merupakan
terjemahan dari interest yang bermakna riba. Pada dasarnya orang
yang meminjami sesuatu tidak boleh mengambil imbalan atas
pinjaman yang diberikan baik itu sedikit maupun banyak. Bank
konvensional memutar uangya dengan cara meminjamkanya pada
pihak lain dan mengambil keuntungan berupa bunga. 11 Bunga ini
ditatapkan tanpa mempertimbangkan resiko kerugian yang mungkin
terjadi pada nasabah.12 Pada kredit konsumtif, bunga dibebankan pada
pinjaman yang diberikan. Apabila nasabah tidak dapat mengangsur
(macet), maka bunga yang dibebankan menjadi berlipat ganda.
9

Alihozi, Ayo kita Beralih ke KPR Syariah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari
http://alihozi77.blogspot.com/2010/04/ayo-beralih-kpr-syariah.html.
10

Pindah KPR ke Bank Syariah Mudah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari
http://estate.co.id/index.php?option=content&task=view&id=262&itemin=52.
11

Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996) h.167.

19

d) Apabila take over terjadi dari bank syariah satu ke bank syariah lain
dapat disebabkan oleh tingkat margin antar bank. Dalam menetapkan
margin KPR, antara bank syariah terjadi perbedaan. Bisa jadi bank
syariah A marginya lebih tinggi dibanding dengan margin yang
ditetapkan oleh bank syariah B, atau sebaliknya. Penetapan tingkat
margin yang lebih rendah dapat menguntungkan nasabah. Tetapi perlu
juga diingat bahwa proses take over pun akan memakan biaya yang
tidak sedikit sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan pun perlu
perhitungan

yang

matang.

Jangan

sampe

maksud

nasabah

memperoleh keuntungan dengan membayar angsuran yang lebih kecil,
ternyata harus mengeluarkan nominal yang sama atau mungkin lebih
banyak dari pada bertahan di bank syariah asal.
4. Syarat dan Mekanisme Take Over
Seperti halnya transaksi lain yang terjadi di bank, take over pun
memiliki syarat-syarat tertentu. Persyaratan umum yang biasanya diajukan
oleh bank syariah kepada calon nasabahnya yang ingin melakukan take
over pada kreditnya di bank konvensional sama dengan nasabah yang
ingin mengajukan pembiayaan baru di bank syariah, seperti batas usia
minimum pengajuan pembiayaan, batas usia maksimal pelunasan
pembiayaan, batas minimal masa kerja pada saat pembiayaan diajukan,
dan memenuhi persyaratan berdasarkan penilaian bank.
Sedangkan kriteria tertentu yang biasanya diajukan oleh bank

20

syariah terkait dengan take over yang akan dilakukanya terhadap kredit
calon nasabahnya yang masih berjalan di bank konvensional tersebut
biasanya meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan, kolektibilitas
calon nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari BI terkait dengan
riwayat kredit maupun pembiayaan yang diambil oleh nasabah, jenis
pembiayaan yang akan diterapkan setelah kredit di take over, maupun
kondisi fisik dan lingkungan rumah tersebut.
Hal-hal tersebut akan dianalisa sebaik mungkin oleh bank syariah
sebelum permohonan take over pembiayaan disetujui dan dicairkan.
Penilaian tersebut diberikan berdasarkan prinsip-prinsip pemberian kredit
5C (character, collateral, capacity, capital and condition of economics) 13
dan 5P (party, purpose, payent, profitability, dan protection).14
Setelah permohonan take over pembiayaan calon nasabah disetujui
oleh pihak bank syariah, maka selanjutnya bank syariah akan mereliasasi
permohonan take over yang dilengkapi dengan persyaratan yang
dibutuhkan. Kemudian permohonan itu dianalisis oleh pihak bank syariah.
Selain menganalisis persyaratan administratif yang sudah diberikan oleh
nasabah, pihak bank juga akan melakukan wawancara dengan pihak yang
diperlukan keterangannya untuk mengetahui kondisi nasabah yang
13

H. Rahmat Firdaus dan Maya Arianti. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori,
Masalah, kebijakan, dan aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit (Bandung: Alvabeta.2004) h. 8386.
14

Ibid. h 88-89.

21

sebenarnya. Pihak bank pun akan melakukan tinjauan on the spot ke
lapangan untuk melihat kondisi objek pembiayaan sebenarnya. Apabila
telah disetujui, perwakilan bank syariah, notaris dan calon nasabah yang
akan di take over kreditnya bertemu dengan perwakilan bank asal di
tempat yang telah disepakati. Kemudian bank syariah akan melunasi sisa
kredit calon nasabah di bank asal baik dengan cara cash maupun transfer
bank. Setelah sisa kredit dilunasi bank syariah akan mengambil agunan
nasabah tersebut di bank asal. Bank asal akan melepas hak tanggungan
atas barang yang di take over (dalam hal ini rumah) dengan mengeluarkan
surat roya dan bank syariah akan mendaftarkan kembali agunan tersebut di
badan pertanahan nasional (BPN). Setelah proses pelunasan selesai
dilakukan, maka selanjutnya adalah dilakukanya akad jual beli yang akan
mengikat nasabah dengan bank syariah. Akad yang diberlakukan terkait
dengan hal ini adalah ijarah muntahiyya bi-tamlik (IMBT).
5. Landasan Hukum Take Over
Landasan hukum take over (pengalihan hutang) adalah
a. Al-Quran
                
  
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan

22

penuhilah

janji,

sesungguhnya

janji

itu

pasti

diminta

pertanggungjawabanya” (QS. Al-Isra: 34)
           
    
              
             
               
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan menggangu binatang-binatang had-ya dan binatangbinatang qalaa-id, dan jangan menggangu orang-orang yang
mengunjungi baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan
dari tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajkan dan takwa,
dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)
b. Al-Hadits

‫ ﻣَﻄﱠﻞُ اﻟﻐَﻨِﻲﱢ‬:َ‫ﷲ ﻋَﻨْﮫُ أَنﱠ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّﻢ ﻗَﺎل‬
ُ ‫ﻲا‬
َ ‫ﺿ‬
ِ ‫ر‬
َ ‫ﺮ َة‬
َ ْ‫ﺮﯾ‬
َ ‫ﻋﻦْ َأ ِﺑﻲْ ُھ‬
َ

23

(‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.ْ‫ﻋﻠَﻰ َﻣﻠِﻲﱢ ﻓَﻠْﯿَﺘﱠﺒِﻊ‬
َ ْ‫ﺣ ُﺪ ُﻛﻢ‬
َ ‫ﻇُﻠ ٌﻢ َﻓ ِﺈذَا أﺗﱠ ِﺒ َﻊ َا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa rosulullah SAW bersabda:
menunda-nunda pembayaran hutang oleh orang yang mampu adalah
suatu kezaliman. Maka jika seseorang diantara kamu dialihkan hak
penagihan pitangnya (di hiwalahkan) kepada pihak yang mampu
terimalah” (HR. Bukhari).15
c. Fatwa Dewan Syariah Nsional Nasioal Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002
tentang pengalihan hutang
6. Perbedaan Take Over Konvensional dan Take Over syariah
Jasa pengambilalihan hutang nasabah di bank konvensional dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu jasa hiwalah apabila yang diambil alih
hanya hutang pokoknya saja dan jasa qardh apabila yang diambil alih
hutang pokok plus bunga.16 Pemberian jasa qardh pada pengambilalihan
hutang

pokok

nasabah

ditambah

dengan

bunganya

dikarenakan

penggunaan qardh tidak terbatas, termasuk untuk menalangi hutang yang
berbasis bunga. Sedangkan pemberian jasa hiwalah tidak bisa untuk
menalangi hutang yang berbasis bunga.
Hutang yang di take over oleh bank syariah dari bank konvensional
adalah sisa angsuran nasabah di bank konvensional. Hal ini berarti bank
15

Mukhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, editor: Mustafa daib
al-Bigha, (Beirut: Dar Ibn katsir, 1987 M/1407 H). j. 2h. 799.
16

Adiwarman A. Karim. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuanagn (Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada, 2007) h.248.

24

syariah melakukan take over atas hutang pokok nasabah ditambah dengan
keuntungan bank konvensional (bunga), maka pemberian jasa qardh lebih
tepat diberikan untuk mengalihkan hutang nasabah di bank konvensional
ke bank syariah.
B. Akad-akad Yang Digunakan Dalam Transaksi Take Over Dengan Prinsip
Syariah
1. Qardh
a. Pengertian
Secara umum pinjaman merupakan pengalihan hak milik harta atas
harta, dimana pengalihan tersebut merupakan kaidah dari Qardh. Menurut
bahasa, Al-Qardhu berarti: potongan ( Al-Qath'u ) harta yang diberikan
kepada orang yang meminjam ( muqtaridh ) dinamakan qardh karena ia
adalah satu potongan dari harta orang yang meminjam ( muqridh ).17
Menurut Muhammad Muslehuddin, Qardh merupakan suatu jenis
pinjaman pendahuluan untuk kepentingan peminjaman. Ini meliputi semua
bentuk barang yang bernilai dan bayarannya juga sama dengan apa yang
dipinjamkan. Peminjam tidak mendapatkan nilai yang berlebih karena itu akan
merupakan riba yang dilarang dengan keras. 18

17

Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2004) h. 40.
18

78.

Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h.

25

Menurut Syafi’i Antonio, Qardh adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharap imbalan19. Menurut Bank Indonesia, Qardh
adalah akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh)
yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. 20
Dalam

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

NO:

19/DSN-

MUI/IV/2001 bahwa definisi Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan
kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Nasabah al-Qardh wajib
mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati
bersama. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah. Jika nasabah tidak
dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang
telah disepakati dan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) telah memastikan
ketidakmampuannya,

LKS

pengembalian,

menghapus

atau

dapat:

memperpanjang

(write

off)

sebagian

jangka

waktu

atau

seluruh

kewajibannya. 21
Kata Qardh ini kemudian diadopsi menjadi Credo (Romawi), Credit
(Inggris) dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman Qardh biasanya adalah

19

Mukhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani, 2001) h. 131.
20

Direktorat Perbankan syariah, Kamus Istilah keuangan dan Perbankan Syariah, Bank
Indonesia. (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah. 2006) h. 58.
21

Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003) edisi ke-2, h. 114-115.

26

uang atau alat tukar lainnya, yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa
bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal
ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu
dimasa yang akan datang. 22 Peminjam dapat mengembalikan lebih besar
sebagai ucapan terima kasih.
Menurut istilah, Qardh adalah harta yang diberikan oleh seseorang
(Muqridh) kepada yang membutuhkan (Muqtaridh), yang kemudian si
peminjam akan mengembalikannya setelah mampu. Sedangkan menurut
mazhab Maliki, Syafii, dan Hambali diperbolehkan melakukan Qardh atas
semua harta yang bisa dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar atau
ditimbang, seperti emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai,
seperti barang-barang dagangan, binatang dan sebagainya. 23
Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad
berlaku melalui qabdh (penyerahan), jika seseorang berutang satu karung
gandum dan sudah terjadi qabdh, maka ia berhak menggunakan dan
mengembalikan dengan yang semisalnya meskipun muqridh meminta
pengembalian gandum itu sendiri, karena gandum itu bukan lagi milik
muqridh. Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh adalah gandum yang
semisalnya dan bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun Qardh itu
22

Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) h. 270.
23

Moh. Rifai. Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV. Wicaksana, 2002) h. 91.

27

berlangsung. 24
Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank,
dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapapun darinya
dan hanya diberikan pada saat kedaan emergency. Bank terbatas hanya dapat
memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban
membayar pokoknya saja.
b. Landasan syariah
1) Al-Quran
             
   
“Barangsiapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan” .(Al-Baqarah : 245)
                
  
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

24

Wahbah al-Zuhaily. al-Fiqh al-Islami wa Adilutuhu, (Damasqus: Daar al-Fikr, 1979) h. 67.

28

siksa-Nya”. (Al-Maidah : 2)
2) Hadist

ُ‫ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﯾُﻘْﺮِض‬:َ‫ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮدٍ أنﱠ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّﻢ ﻗَﻞ‬
(‫ )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﮫ‬.ً‫ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻗَﺮْﺿًﺎ ﻣَﺮﱠﺗَﯿْﻦِ إِﻻّ ﻛَﺎنَ ﻛَﺼَﺪَﻗَﺘِﮭَﺎ ﻣَﺮﱠة‬
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkata: “bukan
seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”. ( HR. Ibnu Majjah) 25

َ‫ رَأَﯾْﺖُ ﻟَﯿْﻠَﺔ‬.َ‫ ﻗَﻞَ رَﺳُﻮلُ اﷲ ﺻَﻠّﻰ اﷲ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢ‬:َ‫ﻋَﻦْ أَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻗَﻞ‬
َ‫أُﺳْﺮِي ﺑِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﺎبِ اْﻟْﺠَﻨﱠﺔِ ﻣَﻜْﺘُﻮﺑًﺎ اﻟﺼَﺪَﻗَﺔُ ﺑِﻌَﺸْﺮِ أَﻣْﺜَﺎﻟِﮭَﺎ وَاﻟْﻘَﺮْضُ ﺑِﺜَﻤَﺎﻧِﯿَﺔ‬
ُ‫ﻋَﺸَﺮَ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﯾَﺎﺟِﺒْﺮِﯾْﻞُ ﻣَﺎﺑَﺎلُ اﻟْﻘَﺮْضِ ﻣِﻦَ اﻟﺼﱠﺪَﻗَﺔِ ﻗَﺎلَ ﻵَنﱠ اﻟﺴﱠﺎﺋِﻞَ ﯾَﺴْﺂَلُ وَﻋِﻨْﺪَه‬
(‫ )رواه اﺑﻦ ﻣﺎﺟﮫ‬.ٍ‫وَاﻟْﻤُﺴْﺘَﻘْﺮِضُ ﻻَﯾَﺴْﺘَﻘْﺮِضُ إِﻻﱠﻣِﻦْ ﺣَﺎﺟَﺔ‬
Dari

Anas

ra,

dia

berkata,

Rasulullah

SAW

bersabda

:

“Pada malam peristiwa Isra’ aku melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh
(akan diganti) dengan 10 kali lipat, sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat,
aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh lebih utama dari shadaqoh?’
ia menjawab “karena ketika meminta, peminta tersebut memiliki sesuatu,
sementara ketika berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali karena

25

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ( BAMUI &
Takaful ) Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) h. 39 - 40.

29

kebutuhan”.(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani
dan Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Umamah ra).
c. Rukun dan Syarat
Seperti halnya akad-akad yang lain, Qardh memiliki rukun-rukun utama
antara lain:
1) Muqridh ( pemilik barang )
2) Muqtaridh ( yang mendapat barang atau peminjam )
3) Ijab Qabul ( serah terima)
4) Qardh ( barang yang dipinjamkan )
Seperti semua jenis akad jual beli, akad Qardh juga merupakan
perpindahan hak dalam pemakaian barang oleh karena itu rukun Qardh
diatas sudah sesuai dengan rukun Qardh itu sendiri.
Syarat sahnya Qardh
1) Barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak
sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan, karena Qardh adalah
akad terhadap harta.
2) Akad Qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dan qabul,
seperti halnya dengan jual beli.
Setiap akad dalam perpindahan hak guna pakai/hak milik harus
merupakan barang yang bermanfaat, tidak ada gunanya jika barang yang
itu tidak dipergunakan semestinya, dan juga harus ada ijab qabul antara
peminjam dengan yang meminjamkan.

30

d. Aplikasi dalam perbankan
1) Pinjaman talangan haji, merupakan pinjaman yang diberikan bank
kepada nasabah calon haji, khusus untuk menutupi kekurangan dana
memperoleh kursi/seat haji pada saat pelunasan biaya penyelenggaraan
ibadah haji (BPIH)
2) Pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik
bank melaui ATM. Nasabah akan mengembalikany sesuai waktu yang
ditentukan.
3) Pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli atau bagi hasil
4) Pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank meyediakan fasilitas ini
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus
bank akan mengembalikanya secara cicilan melalui pemotongan
gajinya. 26
e. Manfaat dan keuntungan
1) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapatkan talangan jangka pendek

26

M. Nadratuzzaman Hosen dan Sunarwin Kartika Setiati, Tuntunan Praktis Menggunakan
Jasa Perbankan syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007) h. 51.

31

2) Al-Qardh juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah
dan bank konvensional yang didalamnya terkandung m