Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Chapter III V

87

BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE
OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN

A. Penyebab Terjadinya Take Over Pembiayaan di PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan
Take over atau peralihan pembiayaan dari kreditur lama ke BSM sebagai
kreditur baru. Dalam pelaksanaannya, BSM mengambil alih pembiayaan debitur
dengan membayar sisa kredit debitur pada kreditur lama. Terjadi take over
pembiayaan berhubungan dengan beberapa faktor internal maupun eksternal.72

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari BSM dalam hal ini
berhubungan dengan kebijakan manajemen tentang pembiayaan. Sebagai salah
satu sumber pendapatan bank, maka manajemen BSM berupaya untuk mencapai
dan meningkatkan target pembiayaan yang telah ditetapkan. Kebijakan
manajemen dalam pelaksanaan take over, yaitu:
1) Kemudahan persyaratan

Untuk meningkatkan nasabah take over, BSM mentukan syarat yang tidak
rumit, perpindahan dilakukan melalui take over yang berlaku umum, yaitu
sisa pokok pinjaman di bank lama dibeli atau diambilalih Bank Syariah.
72

WawancaradenganBapakYopi Budi Iskandar, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

88

Umumnya akad yang di pakai adalah Murabahah (jual-beli dengan
pembayaran tertunda).
2) Tidak ada pinalti
Dalam pelaksanaan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri tidak dikenal
istilah pinalti terhadap nasabah yang bermasalah, tetapi tetap diupayakan
untuk memajukan usaha nasabah sehingga nasabah mampu melunasi
utangnya.
3) Cicilan yang murah dan tetap setiap bulannya karena tidak ada bunga yang
memberatkan nasabah

Besarnya cicilan adalah tetap setiap bulan, tidak dipengaruhi oleh fluktuasi
suku bunga sebagaimana di bank konvensional. Besarnya cicilan ini telah
ditentukan sejak awal pembiayaan.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Raysa Indah Berliani, bahwa pengajuan
kredit kepada Bank Syariah lebih menguntungkan dibandingkan dengan
bank konvensional. Pembiayaan Take Over ini mengunakan akad
murabahah yang artinya akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan peruntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli di awal perjanjian.73

73

Raysa Indah Berliani, ProsedurPembiayaan Take Over Pada PT. BNISyariah Kantor Cabang
Surakarta, AbtsrakPenelitian, FakultasEkonomiUniversitasSebelasMaret, 2013.

Universitas Sumatera Utara

89

4) Promo banking

Dalam upaya menarik nasabah dengan predikat baik dari bank lain, BSM
juga melakukan promo banking yang pada umumnya dilakukan secara
personal, yaitu dengan memberikan informasi dan penjelasan tentang produk
pembiayaan syariah melalui take over. Hal-hal yang dapat memberikan
keuntung lebih kepada nasabah, baik dari segi system dan pola pembiayaan,
juga dalam hal proses take over tersebut dijelaskan kepada calon nasabah
untuk memberikan gambaran kepada nasabah tentang manfaat yang akan
diperolehnya jika melakukan take over pembiayaan.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar BSM dalam hal ini
berasal dari nasabah maupun lingkungannya. Beberapa faktor yang mendorong
nasabah melakukan take over pembiayaan di BSM adalah sebagaiberikut:
1) Pertimbangan keuntungan dan manfaat, dimana pada BSM pembiayaan
dilakukan dengan system bagi hasil (margin).
Pada perbankan konvesional, pembiayaan atau kredit selalu diikuti dengan
kewajiban pembayaran bunga kredit yang besarannya telah ditentukan oleh
pihak perbankan. Sedangkan pada pembiayaan di Bank Syariah tidak ada
bunga kredit, tetapi yang dilakukan adalah sistem bagi hasil (margin) dengan
besaran yang dihitung berdasarkan margin yang akan diperoleh selama


Universitas Sumatera Utara

90

pelaksanaan pembiayaan. Lantaran nasabah menilai konsep syariah berupa
bagi hasil serta sesuai kesepakatan bersama menjadi daya tarik. Adanya
beberapa kemudahan persyaratan dan tidak mengenal pinalti merupakan
keuntungan bagi nasabah yang pada umumnya adalah UMKM.
2) Keinginan nasabah untuk mengamalkan syariah Islam
Beberapa nasabah lebih fokus pada upaya mengamalkan syariah Islam dalam
menjalankan bisnisnya sehingga dia melakukan take over pembiayaan ke
BSM.
3) Suku bunga di bank sebelumnya sudah mengalami peningkatan
Peningkatan suku bunga pada bank sebelumnya akan meningkatkan beban
kepada nasabah. Dalam kondisi terbeban tersebut, nasabah akan berusaha
mencari jalan keluar, termasuk melakukan take over kredit ke Bank Syariah.
4) Adanya suatu dan lain hal yang membuat debitur kecewa
Perbankan merupakan bisnis jasa sehingga fokus operasionalnya adalah
pelayanan


pelanggan.

Pelayanan

yang

mengecewakan

debitur

akan

mempengarahui kepercayaan debitur terhadap bank, dan dapat menjadi alas
an debitur untuk pindah ke bank lain. Dalam hal kredit atau pembiayaan
terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan seperti
penentuan besarnya skim pembiayaan, agunan atau jaminan, serta prosesnya.
Jika salah satu dari hal tersebut membuat debitur kecewa, dapat menjadi
penyebab debitur pindah ke bank lain.


Universitas Sumatera Utara

91

B. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan
Pelaksanaan take over pembiayaan di BSM Cabang Medan tidak
selamanya berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Terdapat beberapa
hambatan-hambatan yang dapat memperlambat proses pelaksanaan take over
tersebut, diantaranya:74
1) Salah satus yarat yang ditetapkan oleh BSM untuk dapat melakukan take
over adalah tingkat kelancaran kredit debitur pada bank sebelumnya, dimana
paling tidak selama enam bulan pertama pada bank sebelumnya kredit harus
lancar. Hal ini merupakan salah satu penilaian kemampuan nasabah, baik
secara pribadi maupun kemampuan usahanya untuk membiayai angsuran
pembiayaan yang akan di take over.
2) Pihak BSM harus melakukan survey terlebih dahulu sebelum take over.
Dilihat dari segi ekonominya, usahanya bila ada serta tanggungannya baik
pinjaman di tempat lain atau kredit-kredit yang berjalan.
3) Bank sebelumnya mempersulit pelunasan nasabah, sehingga sertifikat yang

dijadikan sebagai jaminan pembiayaan tersebut tidak bias keluar di hari
yang sama, serta apabila debitor tidak sanggup mengangsur sisa angsuran
yang telah ditentukan.
4) Persyaratan administrasi yang terlambat dilengkapi, hal ini berhubungan
dengan pihak lain seperti Badan Pertanahan Nasional yaitu dalam hal
74

WawancaradenganBapakYopi Budi Iskandar, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

92

peralihan jaminan hak tanggungan. Proses administrasi peralihan jaminan
hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional membutuhkan waktu
yang terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan antara
BSM dan debitur. Dalam hal terjadinya keterlambatan tersebut, dalam
proses take over di BSM Cabang Medan, maka notaris memberikan surat
keterangan tentang proses pengurusan peralihan jaminan hak tanggungan
tersebut, serta memberikan jaminan bahwa proses pengurusan akan tetap

ditanggungjawabi hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara

93

BAB IV
AKIBAT HUKUM PELAKSANAAN TAKE OVER PEMBIAYAAN DI
PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

A. Perpindahan Hak dan Kewajiban Setelah Take Over
Setiap perjanjian atau akad, akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi
para pihak. Perjanjian (akad) pembiayaan yang dilakukan antara nasabah dan
Bank juga menimbulkan sejumlah hak dan kewajiban yang dituangkan dalam
perjanjian (akad). Oleh karena itu, sebelum take over, nasabah mengikat hak dan
kewajiban dengan kreditur awal, namun setelah take over, nasabah mengikat hak
dan kewajiban dengan kreditur baru, yaitu BSM.
Setelah akad take over disetujui, dan selanjutnya dituangkan dalam
perjanjian, maka sisa kewajiban nasabah kepada kreditur awal dilunaskan oleh
BSM. Dana pelunasan inilah selanjutnya yang berpindah di dalam skema

pembiayaan BSM. Dengan demikian, sebenarnya tidak ada perpindahan hak dan
kewajiban dalam hal, karena nasabah telah menyelesaikan kewajibannya pada
kreditur awal, dan selanjutnya nasabah hak dan kewajiban tersebut timbul kembali
di BSM.
Dengan demikian perjanjian take over pembiayaan pada Bank Syariah
merupakan hubungan hukum antara dua pihak yaitu pihak bank dengan pihak
nasabah masing-masing sebagai mitra pemilik modal untuk membiayai dan

Universitas Sumatera Utara

94

menjalankan suatu usaha yang halal dan produktif. Hubungan hukum ini akan
menimbulkan akibat hukum, yaitu hak dan kewajiban timbal balik bagi masingmasing pihak. Pada praktik di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, hubungan
hukum pemberian fasilitas pembiayaan antara bank dengan nasabah dituangkan
dalam kontrak atau akad pembiayaan qardh wal murabahah.
Berdasarkan akad qardh, maka dapat dilihat yang menjadi hak dari
masing-masing pihak, yaitu:
Kewajiban Nasabah:
1) Membayar


kembali

jumlah

seluruh

pinjamannya

kepada

BANK

sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Akad ini selama ….. tahun (…..Bulan)
dengan cara membayar sekaligus atau mengangsur pada tiap-tiapbulan
sesuai dengan jadwal angsuran yang ditetapkan.
2) Setiap pembayaran kembali/pelunasan pinjaman oleh NASABAH kepada
BANK dilakukandi kantor BANK atau tempat lain yang ditunjuk BANK,
atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama
NASABAH di BANK.

3) Menanggung segala biaya yang diperlukan berkenaan pelaksanaan Akad
ini, termasuk Jasa Notaris dan jasa lainnya,sepanjang hal itu diberitahukan
BANK kepada NASABAH sebelum ditandatanganinya Akad ini, dan
NASABAH menyatakan persetujuannya.

Universitas Sumatera Utara

95

4) Terhadap setiap potongan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku akan dilakukan pembayarannya oleh NASABAH
melalui BANK.
5) Menjamin bahwa segala dokumen dan Akad yang ditandatangani oleh
NASABAH berkaitan dengan Akad ini, keberadaannya tidak melanggar
atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, sehingga
karenanya sah berkekuatan hukum, serta mengikat NASABAH dalam
menjalankan

Akad

ini,

dan

demikian

pula

tidak

menghalangi

pelaksanaannya.
6) Menyerahkan kepada BANK, jaminan tambahan yang dinilai cukup oleh
BANK selama kewajiban membayar pinjaman atau sisa pinjaman kepada
BANK belum lunas
7) Menutup asuransi berdasarkan syariah (apabila dipandang perlu oleh
BANK) atas bebannya terhadap seluruh resiko pinjaman berdasar Akad
ini, pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh BANK, dengan menunjuk
dan menetapkan BANK sebagai pihak yang berhak menerima pembayaran
klaim asuransi tersebut (banker's clause).
8) Memberikan ijin kepada BANK atau ditunjuknya, guna melaksanakan
pengawasan/pemeriksaan terhadap pelaksanaaan pinjaman maupun barang
jaminan.

Universitas Sumatera Utara

96

Hak-hak nasabah:
1) Menerima pinjaman untuk jumlah yang tidak melebihi Rp……………….
2) Berhak dan berwenang sepenuhnya untuk menandatangani Akad ini dan
seluruh dokumen yang menyertainya
3) Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam
Akad ini, maka NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama secara
musyawarah untuk mufakat dalam suatu Addendum.
Kewajiban Bank
1) Memberikan

pinjaman

untuk

jumlah

yang

tidak

melebihi

Rp……………….
Hak Bank
1) NASABAH memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali dan/atau
berakhir karena sebab-sebab yang ditentukan dalam Pasal 1813 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata kepada BANK, untuk mendebet rekening
NASABAH guna membayar/melunasi pinjamanNASABAH.
2) Meskipun

syarat-syarat

yang

disebutkan

dalam Surat

Penegasan

Persetujuan Pembiayaan No. …………….. dan atau ketentuan-ketentuan
lain dalam Akad ini dan/atau akad turunan lainnya yang menjadi satu
kesatuan dengan Akad ini, berikut dengan segala perubahan, penambahan
dan/atau penggantiannya yang mungkin dibuat dikemudian hari telah
dipenuhi, namun apabila terjadi suatu perubahan kebijakan pembiayaan di

Universitas Sumatera Utara

97

BANK yang disebabkan adanya perubahan kondisi ekonomi makro,
perubahan regulasi pemerintah dan atau kebijakan internal BANK yang
tidak terbatas pada kebijakan pendanaan dan/atau likuiditas BANK, maka
dengan pertimbagan BANK semata, BANK berhak menunda pencairan
pembiayaan atas sebagian maupun atas seluruh sisa plafond pembiayaan
yang belum dicairkan dan/atau ditarik sampai batas waktu yang ditentukan.
3) Apabila NASABAH tidak melaksanakan pembayaran seketika dan
sekaligus karena suatu hal atau peristiwa tersebut dalam Pasal 5 Akad ini,
maka BANK berhak menjual barang jaminan, dan uang hasil penjualan
barang jaminan tersebut digunakan BANK untuk membayar/melunasi
utang atau sisa utang NASABAH kepada BANK.

B. Akibat Hukum bagi Bank dan Nasabah
1. Kedudukan Para Pihak
Menurut Suharnoko, peralihan (take over) kredit merupakan peristiwa
dalamhal pihak ketiga memberi kredit kepada debitur yang bertujuan untuk
melunasi hutang/kredit debitur kepada kreditur awal dan memberikan kredit
baru kepada debitur sehingga kedudukan pihak ketiga ini menggantikan
kedudukan kreditur awal.75

75

Suharnoko, Op.Cit, hlm. 15

Universitas Sumatera Utara

98

Dalam hal take over pembiayaan tersebut, sesuai dengan penjelasan
Suharnoko, pihak ketiga dalam hal ini adalah Bank Syariah Cabang Medan,
yang bertindak sebagai kreditur baru untuk membayar sisa utang nasabah
terhadap kreditur lama. Utang piutang yang lama dan segala kewajiban antara
pihak kreditur dan debitur dihapus, untuk kemudian dihidupkan kembali bagi
kepentingan pihak Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dengan take over
ini, maka Bank Syariah Mandiri setelah take over berkedudukan menjadi
pihak pertama, yaitu pihak yang memberi pembiayaan. Debitur tetap menjadi
pihak yang berhutang, dari kreditur lama menjadi kepada kreditur baru, yaitu
Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.
2. Kedudukan Jaminan
Menurut J. Satrio, bahwa peralihan kredit ini memenuhi unsur-unsur yang
terdapat pada peristiwa subrogasi yaitu adanya penggantian hak kreditur oleh
pihak ketiga, adanya pembayaran yang dilakukan pihak ketiga terhadap
kreditur dan terjadi karena perjanjian yang dibuat antara pihak debitur dengan
pihak ketiga.76Take over pembiayaan yang terjadi di Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan termasuk pada subrogasi atas inisiatif debitur sesuai Pasal
1401ayat (2) yang menyatakan pihak debitur meminjam uang kepadapihak
ketiga untuk melunasi hutangnya kepada kreditur dan menetapkan bahwa
pihak ketiga tersebut akan mengambil alih posisi kreditur. Akibat hukum dari

76

J.Satrio, Op.Cit. hlm. 50.

Universitas Sumatera Utara

99

take over pembiayaan (yang pada prinsipnya adalah subrogasi) adalah
beralihnya piutang kreditur kepada pihak Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan yang kemudian menggantikan kedudukan dan hak kreditur. Hak lain
yang seharusnya berpindah menurut undang-undang adalah hak jaminan atas
objek jaminan yang digunakan sebagai agunan.77
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UU No. 4Tahun 1996 mengenai Hak
Tanggungan yang menentukan bahwa dengan terjadinya peralihan piutang
karena cessie, subrogasi, pewarisan maka demi hukum Hak Tanggungan
beralih kepada kreditur baru. Dengan demikian setelah pelunasan utang
piutang kepada kreditur awal, maka hak jaminan atas objek jaminan dan
barang jaminan dikembalikan oleh kreditur awal kepada nasabah, dan
selanjutnya diserahkan kepada Bank Syariah Mandiri. Proses pengalihan hak
jaminan atas objek jaminan yang digunakan sebagai agunan tersebut
dilakukan oleh Notaris.
Pengikatan jaminan seperti gadai, hak tanggungan dan fiducia dalam suatu
perjanjian pembiayaan merupakan perjanjian accesoir.78Sifat dari perjanjian
accesoir adalah mengikuti perjanjian pokoknya, artinya ada atau berakhirnya
perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok tersebut.79

77

Suharnoko, Op.Cit.hlm. 15.
Ibid,hlm. 15.
79
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 67.
78

Universitas Sumatera Utara

100

Di dalam akad qardh sebagai perjanjian pokok terdapat klausula yang secara
jelas dan tegas menyatakan bahwa pinjaman sebagaimana dimaksud sematamata digunakan untuk melunasi pinjaman (take over) dari kreditur lama.
Akibat hukum dari perjanjian pokok ini adalah hak kreditor awal sebagai
pemegang hak jaminan beralih secara hukum kepada pihak kreditur baru80,
dalam hal ini adalah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 16 UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,
pemindahan jaminan ini dilakukan dengan mendaftarkan sebagai suatu
peristiwa subrogasi di Badan Pertanahan Nasional (sebagai syarat publisitas).
Namun dalam hal take over pembiayaan di Bank Syariah Mandiri dengan
objek jaminan berupa tanah yang telah dibebani Hak tanggungan, dilakukan
melalui proses roya atau pencoretan di kantor Badan Pertanahan Nasional
terlebih dahulu untuk menghapus kedudukan kreditur awal sebagai pemegang
hak jaminan. Setelah proses roya selesai maka dilanjutkan dengan
pembebanan hak Tanggungan atas dasar Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan dan Akta Pembebanan Hak Tanggungan yang dibuat sebelumnya
untuk jaminan benda tidak bergerak. Setelah diterimanya bukti jaminan asli,
dilakukan pembebanan ulang atas jaminan yang didahului dengan
penandatanganan Akta Pembebanan Hak Tanggungan bersamaan dengan
dilakukannya roya jaminan, sehingga pembebanan Hak Tanggungan

80

Suharnoko, Op.Cit,hlm. 16.

Universitas Sumatera Utara

101

dilakukan seperti pembebanan pada umumnya dengan proses waktu yang
cukup lama.
Tata cara pencoretan hak tanggungan tersebut diatur dalam Pasal 22 UU Hak
Tanggungan yang menentukan sebagai berikut:
(1) Setelah Hak Tanggungan hapus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada
buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya.
(2) Dengan hapusnya Hak Tanggungan, sertifikat Hak Tanggungan yang
bersangkutan ditarik dan bersamasama buku tanah Hak Tanggungan
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan.
(3) Apabila sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) karena sesuatu
sebab tidak dikembalikan kepada Kantor

Pertanahan, hal tersebut

dicatat pada buku tanah Hak Tanggungan.
(4) Permohonan pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh pihak yang berkepentingan dengan melampirkan sertifikat Hak
Tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditor bahwa Hak
Tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan
Hak Tanggungan itu sudah lunas, atau pernyataan tertulis dari kreditor
bahwa Hak Tanggungan telah hapus karena piutang yang dijamin
pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu telah lunas atau karena
kreditor melepaskan Hak Tanggungan yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

102

(5) Apabila kreditor tidak bersedia memberikan pernyataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
permohonan perintah pencoretan tersebut kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat Hak Tanggungan yang
bersangkutan didaftar.
(6) Apabila permohonan perintah pencoretan timbul dari sengketa yang
sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri lain, permohonan tersebut
harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa
perkara yang bersangkutan.
(7) Permohonan pencoretan catatan Hak Tanggungan berdasarkan perintah
Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan melampirkan salinan
penetapan atau putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
(8) Kantor Pertanahan melakukan pencoretan catatan Hak Tanggungan
menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(7).
(9) Apabila pelunasan utang dilakukan dengan cara angsuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), hapusnya Hak Tanggungan pada
bagian obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan dicatat pada buku

Universitas Sumatera Utara

103

tanah dan sertifikat Hak Tanggungan serta pada buku tanah dan
sertifikat hak atas tanah yang telah bebas dari Hak Tanggungan yang
semula membebaninya.
Menurut Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, pencoretan pendaftaran Hak
Tanggungan dapat dilakukan dengan atau tanpa pengembalian Sertifikat Hak
Tanggungan yang telah dikeluarkan. Dalam hal Sertifikat Hak Tanggungan
tidak dikembalikan, maka hal tersebut harus dicatat dalam Buku Tanah Hak
Tanggungan.81

81

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Kencana Prenada Media, Jakarta,
2006, hlm. 272.

Universitas Sumatera Utara

104

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya tentang pelaksanaan take
over pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan take over pembiayaan yang dilakukan di PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan diawali dengan pengajuan permohonan take over
pembiayaan oleh nasabah. Setelah disetujui, Bank menganalisa kemudian
mengeluarkan Surat Penegasan Persetujuan take over Pembiayaan, kemudian
dilanjutkan dengan pengikatan akad qardh yaitu akad pembiayaan antara
BSM dan nasabah untuk mengambil alih pembiayaan dari bank lain ke BSM,
dan diikuti penandatanganan akad murabahah.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya take over pembiayaan di PT.
Bank SyariahMandiri Cabang Medan, adalah:
a. Faktor internal, yaitu kebijakan manajemen tentang pembiayaan melalui
beberapa hal seperti: kemudahan persyaratan, tidak ada pinalti, cicilan
yang murah dan tetap setiap bulannya, dan promo banking.
b. Faktor eksternal, yaitu: pertimbangan keuntungan dan manfaat, dimana
pada BSM pembiayaan dilakukan dengan sistem bagi hasil (margin),

Universitas Sumatera Utara

105

keinginan nasabah untuk mengamalkan syariah Islam, suku bunga di
bank sebelumnya sudah mengalami peningkatan, dan adanya suatu dan
lain hal yang membuat debitur kecewa.
3. Akibat hukum dari pelaksanaan take over pembiayaan adalah bahwa PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Medan mengambilalih posisi kreditur lama
dengan membayar sisa utang nasabah terhadap kreditur lama. Pelaksanaan
take over pembiayaan mengakibatkan beralihnya hak jaminan atas objek
jaminan yang digunakan sebagai agunan yang dilakukan melalui proses roya.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan tersebut, maka diberikan saran, sebagai berikut:
1. Khususnya dalam pengalihan hak jaminan atas objek jaminan yang
digunakan sebagai agunan yang dilakukan melalui proses roya, karena
memerlukan waktu yang cukup lama, dapat juga dilakukan pengalihan
dengan mendaftarkan sebagai suatu peristiwa subrogasi di Badan
Pertanahan Nasional (sebagai syarat publisitas) sesuai dengan ketentuan
Pasal 16 UU Nomor 4 Tahun 1996. Hal ini untuk mempersingkat waktu
pengalihan hak jaminan atas objek jaminan dimaksud.
2. Sistem pembiayaan yang dilakukan adalah dengan sistem bagi hasil, oleh
karena itu dibutuhkan pengawasan ketat dari pihak perbankan terhadap

Universitas Sumatera Utara

106

setiap transaksi yang dilakukan nasabah, bukan hanya dengan menerima
bukti-bukti fisik transaksi saja. Hal ini bertujuan untuk menghindari halhal yang tidak dinginkan dari aktivitas nasabah yang dapat merugikan
bank, sehubungan pencapaian proporsi profit yang direncanakan.
3. Prinsip kemudahan persyaratan yang ditetapkan hendaknya lebih diarahkan
kepada lama waktu proses take over pembiayaan sebagai salah satu upaya
menghindari kekecewaan nasabah.

Universitas Sumatera Utara