Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini lembaga perbankan telah menjadi lembaga yang tidak terpisahkan
dari aktivitas bisnis dan perekonomian masyarakat karena peranannya yang cukup
besar dalam mendukung aktivitas binis dan perekonomian masyarakat
tersebut.Bank dikenal sebagai lembaga keuangan dengan kegiatan utama
mengumpulkan dana dari masyarakat, baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan
dan deposito. Selanjutnya bank juga menyalurkan dana yang dimilikinya kepada
masyarakat melalui kredit.1
Dalam operasionalnya, sumber utama pendapatan bank adalah penyaluran
kredit, dimana rata-rata jumlah harta bank di banyaknegara ekonomi maju dan
berkembang yang terikat dalam bentuk kredit.Tinggi rendahnya penyaluran kredit
oleh bank ditentukan oleh dua hal pokok. Pertama dari sisi internal, permodalan
bank masihcukup kuat dan portofolio kredit meningkat.Kedua dari sisi eksternal
bank, yaitu membaiknya prospek usaha nasabah.
Dalam bank Islam metode penyaluran dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana dapat dilakukan dengan cara: jual beli, pembiayaan,


1

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,

hlm. 23.

Universitas Sumatera Utara

2

pinjaman, investasi khusus/mudarabah muqqayyadah,

dan bagi hasil.

2

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan Bank Syariah kepada
masyarakat


yang

membutuhkan

untuk

menggunakan

dana

yang

telah

dikumpulkan oleh Bank Syariah dari masyarakat yang surplus dana. 3 Di dalam
melakukan pembiayaan kepada masyarakat ada 2 (dua) instrumen penting yang
dipergunakan oleh Bank Syariah, yaitu musyarakah dan mudharabah.
Mudharabah, merupakan suatu bentuk organisasi yang didalamnya seorang
pengusaha menyediakan manejemen tetapi dananya dari pihak lain, berbagi
keuntungan dengan penyandang dana dalam suatu perjanjian yang disepakati.

Musyarakah (dari kata arabsyirkah atau syirikah) berarti kemitraan dalam suatu
usaha, dan dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk kemitraan di mana dua
orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja mereka, untuk berbagi
keuntungan, menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang sama. 4
Dalam kenyantaanya jumlah pembiayaan yang semakin meningkat disertai
pula dengan meningkatnya pembiayaan yang bermasalah atau pembiayaan macet
atas pembiayaan yang disalurkan.Hal ini akan berbahaya bagi bank syariah karena
pembiayaan macet berarti bahwa pembiayaan yang disalurkan tidak dapat ditagih
oleh bank tepat waktunya, baik sebagian maupun seluruhnya.

2

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, 2002, hlm. 65.
3
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah,
CetakanKedua Edisi Revisi, UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 7.
4
Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik, Prospek, PT.
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001.hlm 69.


Universitas Sumatera Utara

3

Masalah kredit macet dalam istilah perbankan disebut dengan NonPerforming Loan (NPL). Indonesia menduduki posisi tertinggi NPL, yakni 55 %.
Persentase ini adalah perbandingan antara kredit macet atau bermasalah dengan
total pemberian kredit perbankan. Rasio NPL terhadap total loans tersebut di
Korea Selatan 16%, Malaysia 24% dan Thailand 52%.5
Dalam upaya meminimalkan NPL tersebut, maka pemberian pembiayaan
kepada konsumen atau calon nasabah atau calon debitur dilakukan melalui suatu
proses analisis. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5C +
1S, yaitu: Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral
(jaminan), Condition of Economy (kondisi ekonomi), dan Syariah (menegaskan
bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar
syariah).6 Bank dapat melakukan analisis permohonan pembiayaan calon debitur
apabila persyaratan yang ditetapkan oleh Bank telah terpenuhi. Terhadap
kelengkapan data pendukung permohonan pembiayaan, Bank juga melakukan
penilaian kelengkapan dan kebenaran informasi dari calon debitur dengan cara
petugas Bank melakukan wawancara dan kunjungan (on the spot) ke tempat usaha

debitur.7
Pengertian pembiayaan sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1 angka 12
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang
5
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2003, hlm. 48.
6
BPRS PNM Al-Ma’soem, Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. BPRS PNM AlMa’soem. Bandung, 2004.hlm. 7.
7
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

4

Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagai berikut: Pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Sebagaimana disebutkan bahwa salah satu instrumen penting yang
digunakan Bank Syariah dalam melakukan pembiayaan kepada masyarakat adalah
musyarakah. Musyarakah dalam hukum Islam menunjukan bahwa musyarakah
adalah suatu kontrak yang lazim diikuti oleh para mitra yang setara (akad
bersyarikat), artinya kedua belah pihak sepakat dengan syarat-syarat kontrak, dan
salah satu pihak tidak boleh mendiktekan syarat-syarat tersebut kepada pihak yang
lain. 8 Akad bersyarikat yaitu akad perkongsian di antara dua orang atau lebih
dengan masing-masing menurunkan masukan modal (dalam berbagai bentuk)
dengan perjanjian pembagian keuntungan yang disepakati di antara mereka. 9
Dengan demikian pengikatan pembiayaan dilakukan dalam suatu
perjanjian antara bank dan debitur. Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk
suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan
kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan
transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi,
8

Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum NeoRevivalis,Diterjemahkan oleh Arif Maftuhin, Paramadina, Jakarta, 2004. hlm. 90.
9
Amin M. Aziz, Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia, Buku 2, Bangkit, Jakarta, 1992,
hlm. 23.


Universitas Sumatera Utara

5

pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan termasuk juga
menyangkut tenaga kerja.10
Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum
kekayaan/harta benda antara dua atau lebih pihak yang memberi kekuatan hak
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain untuk memberi prestasi.11 Berdasarkan pengertian tersebut terdapat beberapa
unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain: hubungan hukum
(rechsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon)
atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain
tentang suatu prestasi.
Perjanjian verbintenis adalah hubungan hukum (rechsbetrekking) yang
oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara penghubungannya, oleh karena itu
perjanjian mengandung hubungan hukum antara perorangan/persoon adalah
hubungan yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Perjanjian atau
perikatan diatur dalam buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai
berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.” 12 Suatu kontrak atau
perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat,
10

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Abadi, Bandung, 1992, hlm.

93.
11
12

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1996, hlm. 6.
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm, 52.

Universitas Sumatera Utara

6

kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal sebagaimana ditentukan dalam

pasal 1320 KUHPerdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian
tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para
pihak yang membuatnya.13
Pembiayaan merupakan salah satu sumber pendapatan bank, oleh karena
itu bank sebagai pemberi pembiayaan atau kredit bersaing secara terbuka dalam
menawarkan jasa pembiayaannya. Bank tidak hanya memberikan berbagai
fasilitas dan hadiah untuk menarik dan mendapatkan nasabah, melainkan saat ini
bank menggunakan berbagai strategi bersaing dalam pembiayaan. Salah satu
strategi yang dilakukan adalah take over pembiayaan yaitu menarik nasabah atau
debitur bank lain yang memiliki track record pembiayaan yang baik. Hal ini
dilakukan dengan menawarkan beberapa keunggulan dari bank lain, seperti
pelayanan yang lebih baik dan lebih menguntungkan nasabah.
Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu bank swasta di Indonesia juga
menerapkan prinsip yang sama di dalam menarik calon nasabahnya yaitu melalui
cara peralihan pembiayaan atau take over pembiayaan dengan membujuk calon
nasabahnya yang menjadi nasabah bank lain dengan predikat lancar dalam
pembayaran pembiayaan untuk menjadi nasabah dari Bank Syariah Mandiri
tersebut. Pembiayaan di dalam bank syariah dilakukan dengan prinsip kerjasama
melalui sistem berbagi keuntungan, sehingga nasabah tidak dibebankan bunga
13


Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2007, hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

7

kredit sebagaimana pada bank umum. Bagi sebagian nasabah, sistem berbagi
keuntungan lebih memudahkan dalam mengembangkan usahanya, sehingga lebih
menarik bagi mereka dan menjadi alasan untuk melakukan take over pembiayaan.
Dengan demikian, take over pada Bank Syariah Mandiri pada umumnya terjadi
karena sistem syariah yang digunakan di Bank Syariah Mandiri bagi hasilnya
tetap tidak mengikuti suku bunga. Terjadinya take over ini juga lebih condong
kepada aspek bisnis, yaitu persaingan mencari nasabah. Jumlah nasabah
pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan pada semester kedua
(bulan Juli – Desember) 2013 sebanyak 16.320, dimana sebanyak 20% (3.264
orang) merupakan nabasah take over pembiayaan. Sehubungan dengan hal
tersebut, dilakukan suatu kajian atas pelaksanaan take over pembiayaan di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan take over pembiayaan yang dilakukan oleh di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Medan ?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya take over pembiayaan di
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan ?

Universitas Sumatera Utara

8

3. Bagaimana akibat hukum dari pelaksanaan take over pembiayaan di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Medan ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan take over pembiayaan
yang dilakukan oleh di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya take over pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum dari pelaskanaan take
over pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara Teoritis
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi manfaat dalam bidang ilmu
pengetahuan

hukum

khususnya

bidang

keperdataan

terutama

yang

berhubungan dengan perjanjianpembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

9

2. Secara Praktis
Diharapkan akan bermanfaat sebagai masukan bagi praktisi perbankan dan
masyarakat terutama pengetahuan tentang hak dan kewajiban dalam suatu
perjanjian perbankan.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik
terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun sedang dilakukan,
khususnya pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, belum ada
penelitian yang membahas mengenai tinjauan yuridis pelaksanaan take
overpembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.
Beberapa penelitian yang mengambil topik take over adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Donna Mailova (NIM: 037005037) dengan
judul Pengaturan Take Over dalam Pasar Modal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mariana (NIM: 117011141) dengan judul
Analisis Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja oleh Bank Melalui
Mekanisme Take Over (Kajian Mengenai Prosedur dan Jaminan pada
Beberapa Bank Swasta di Medan).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dame Silitonga (NIM: 087011030) dengan
judul Analisis Pengalihan Hak dan Take Over Kredit atas Kredit Pemilikan

Universitas Sumatera Utara

10

Rumah (Studi pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Prima Tata Patumbak di
Medan).

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,
teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan
perbandingan penulis di bidang hukum. Kata lain dari kerangka teori adalah
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus
atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis
dalam penelitian. 14 Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara
untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. 15Teori adalah suatu
penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu
fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena
menjadi penjelasan yang sifatnya umum.16
Terdapat empat ciri kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum,
yaitu: teori hukum, asas-asas hukum, doktrin hukum, dan ulasan pakar hukum

14

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju Bandung, 1994, hlm. 27.
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta Jakarta, 1998, hlm. 23.
16
Mukti Fajar Nurdewata et al, Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010, hlm. 134.
15

Universitas Sumatera Utara

11

berdasarkan dalam pembidangan kekhususannya. 17 Berkaitan dengan pendapat
tersebut, maka teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang
berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang
suatu gejala.18
Sehubungan dengan hal tersebut dengan meneliti tentang pelaksanaan take
over pembiayaan (pemindahan utang) yang dihubungkan dengan perjanjian
pembiayaan menggunakan teori hawalah dan teori kehendak.
Teori hawalah adalah teori dalam hukum ekonomi Islam yang berarti
memindahkan utang dari tanggungan muhil (orang yang memindahkan) kepada
tanggungan muhal’alaih (orang yang berutang kepada muhil)

19

. Menurut

Suprihatin, al-Hawalah dalam perekonomian Islam memiliki dua fungsi yang
bersifat simultan dalam pelaksanaanya. Pertama, untuk menjamin terpenuhinya
pertanggungjawaban pada Allah Swt. Kedua, memudahkan dan melindungi hak
para pihak yang melakukan hutang piutang.20
Ditinjau dari segi objek akad, terdapat dua bentuk hawalah, yaitu: 1)
hawalah haq (pemindahan hak) apabila yang dipindahkan merupakan hak
menurut utang, dan 2) hawalah dain (pemindahan utang), apabila yang

17

H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 79.
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 141.
19
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Fiqh Muamalah. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2012, hlm. 267.
20
Suprihatin, Al-Halawah dan Relevansinya dengan Perekonomian Islam Modern. Maslahah,
Vol. 2, No. 1, Maret 2011, hlm. 1.
18

Universitas Sumatera Utara

12

dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang. 21 Ditinjau dari sisi lain,
hawalah juga terbagi dua, yaitu:
1) Pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak
kedua, yang disebut hawalah muqayyadah (pemindahan bersyarat).
2) Pemindahan utang yang tidak ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang
pihak pertama kepada pihak kedua, yang disebut hiwalah mutlaqah
(pemindahan mutlak).22
Menurut M. Syafii Antonio, manfaat diadopsinya al-Hawalah sebagai
produk bank adalah: a) untuk menyelesaikan utang piutang secara cepat dan
simultan, b) tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan, dan
c) sebagai salah satu fee based income bagi bank syariah.23
Selanjutnya menurut teori kehendak, suatu kontrak menghadirkan suatu
ungkapan kehendak diantara para pihak, dalam teori kehendak terdapat asumsi
bahwa suatu kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak
yang mana dalam teori kehendak, yaitu teori penawaran dan penerimaan. Teori
penerimaan dan penawaran merupakan teori dasar dari adanya kesepakatan
kehendak adalah teori offer and acceptance yang dapat dimaksudkan bahwa pada
prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya penawaran
(offer) dari salah satu pihak dan diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance)
21

Mardani, Op.Cit., hlm. 268.
Nasrun Harun, Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Yayasan Kalimah,
Jakarta, Cetakan I, 2000, hlm. 223.
23
M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001, hlm. 62.
22

Universitas Sumatera Utara

13

oleh pihak lain dalam kontrak tersebut. Teori ini diakui secara umum di setiap
sistem hukum, sungguhpun pengembangan dari teori ini banyak dilakukan di
negara-negara yang menganut sistem hukum Common Law.24
Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata “adalah suatu
perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih.”

25

Selanjutnya Pasal 1338 KUH Perdata menentukan, “Semua

persetujuan yang dibuat secara sah dan sesuai dengan Undang‐Undang berlaku
sebagai Undang‐Undang bagi mereka yang membuatnya.”Persetujuan itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena
alasan‐alasan

yang

ditentukan

oleh

undang‐undang.

Persetujuan

harus

dilaksanakan dengan itikad baik.Perjanjian adalah perbuatan hukum bersegi dua
atau jamak, dimana untuk itu diperlukan syarat‐syarat seperti dalam Pasal 1320
KUH Perdata.
Dalam hukum kontrak (perjanjian) dikenal tiga asas, yakni asas
konsensualisme (the principle of consensualism), asas kekuatan mengikat kontrak
(the principle of thebinding force of contract), dan asas kebebasan berkontrak
(principle of freedom on contract). Ketiga asas ini saling berkaitan satu sama lain.
Asas kebebasan berkontrak mengakui bahwa setiap orang memiliki
kebebasan untuk membuat kontrak dengan siapapun juga, menentukan isi

24

HS Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika, Jakarta,
2006, hlm. 47.
25
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm, 52.

Universitas Sumatera Utara

14

kontrak,menentukan bentuk kontrak, memilih hukum yang berlaku bagi kontrak
yang bersangkutan. Asas konsensualisme berkaitan dengan lahirnya kontrak, asas
kekuatan mengikatnya kontrak berkaitan dengan akibat hukum, maka asas
kebebasan berkontrak berkaitan dengan isi kontrak.
Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka orang-orang boleh membuat
atau tidak membuat perjanjian. Para pihak yang telah sepakat akan membuat
perjanjian, bebas menentukan apa yang apa yang boleh dan tidak boleh
dicantumkan dalam suatu perjanjian. Kesepakatan yang diambil oleh para pihak
mengikat mereka sebagai Undang-undang (Pasal 1338 KUH Perdata).
Hubungan hukum Bank Syariah dengan nasabah penerima fasilitas
pembiayaan tidaklah hanya semata-mata didasarkan pada hubungan kreditor
dengan debitor sebagaimana pada bank konvensional tetapi didasarkan pada
berbagai macam hubungan hukum antara Bank Syariah dengan nasabah. Akad
yang mana melandasi hubungan hukum antara nasabah dengan Bank Syariah
dituangkan dalam bentuk akad. 26 Akad adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban berprestasi pada salah satu pihak, dan hak bagi pihak lain atas prestasi
tersebut, dengan ataupun tanpa melakukan kontraprestasi.27
Kepercayaan ini merupakan dasar darisuatu perikatan (akad), yaitu
seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain.Tidak hanya kepercayaan saja
26

Trisadini Prasastinah Usanti, Akad Baku pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah,
Jurnal Perspektif Volume XVIII No. 1 Tahun 2013, Edisi Januari, hlm. 47.
27
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media,
Yogyakarta, 2006, hlm. 21.

Universitas Sumatera Utara

15

melainkan terdapat suatu asas yangmenjadi dasar dari suatu perjanjian (akad)
yaitu

asas

kesepakatan

para

pihak

ataukonsensualisme.Arti

dari

asas

konsensualisme dalam perjanjian (akad) pembiayaan adalah bahwa adanya kata
sepakat mengenai klausul dalam akad yang telah dimengerti dan disetujui oleh
para pihak sudah cukup untuk timbulnya suatu akad. Namun pada akad
pembiayaan tidak hanya sepakat dalam membuat akad, tetapi dasar dalam
membuat akad tersebut harus mengandung unsur kausa yang halal, artinya
pemberian pembiayaan ini benar-benar diberikan atas dasar suatu yang dibenarkan
oleh undang-undang dan syariah agama Islam, asas kepatutan dan tidak
bertentangan dengan kepentingan umum.
Unsur-unsur pembiayaan adalah:28
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan
benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu
yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar
utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh
karena itu sebelum sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan
penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi
nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan

28

BPRS PNM Al-Ma’soem, Op.Cit, hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

16

tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai
kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.
b. Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini
dituangkan

dalam

suatu

perjanjian

dimana

masing-masing

pihak

menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini kemudian
dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak.
c. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.
Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah
disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa
diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
d. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan
memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu
pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar
risikonya, demikian pula sebaliknya.Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik
risiko disengaja, maupun risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana
alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

17

e. Balas Jasa
Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Di samping
balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya
administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.
Bank Syariah dalam meningkatkan pembiayaan melakukan berbagai upaya
sebagai salah satu cara meningkatkan kepercayaan nasabah, salah satu diantaranya
melalui take over (pengalihan) pembiayaan. Dalam hal ini bank menawarkan
kepada debitur yang berpotensi pada bank lain untuk mengalihkan pembiayaannya
dengan menawarkan plafond dan sistem yang lebih menarik dari bank lainnya.
Take over (pengalihan) pembiayaan juga dapat terjadi di bank itu sendiri, yaitu
bahwa pihak bank mengalihkan pembiayaan ke debitur lain yang berminat.

2. Konsepsi
Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika
masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah
diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan
suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau
gejala itu. Oleh karena itu konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati,

Universitas Sumatera Utara

18

konsep menentukan adanya hubungan empiris diantara variabel-variabel yang
diteliti.29
Take over (peralihan)merupakan suatu istilah yang dipakai dalam dunia
perbankan dalam hal pihak ketiga memberi pembiayaan kepada debitur yang
bertujuan untuk melunasi hutang/pembiayaan debitur kepada kreditur awal dan
memberikan pembiayaan baru kepada debitur sehingga kedudukan pihak ketiga
ini menggantikan kedudukan kreditur awal.30
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.31
Bank adalah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.32
Syariah adalah peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh
Allah, atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kaum muslimin
supaya mematuhinya, supaya syariah ini diambil oleh orang Islam sebagai
29
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997, hlm. 21.
30
Suharnoko, Doktrin Subrogatie, Novasi, dan Cessie, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 1.
31
Pasal 1 butir 12 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
32
Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998tentang Perbankan.

Universitas Sumatera Utara

19

penghubung dengan Allah dan dengan manusia. Jadi singkatnya, syariah itu berisi
peraturan dan hukum-hukum, yang menentukan garis hidup yang harus dilalui
oleh orang muslim.33
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.34

G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian
ini adalah deskriptif analitis, yaitu suatu analisis data yang berdasarkan pada teori
hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat
data yang lain.35
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah yuridis empiris yaitu
suatu metode pendekatan yang dipergunakan untuk memecahkan objek penelitian
dengan meneliti data sekunder terhadap data primer di lapangan, karena hukum
yang pada kenyataannya dibuat dan ditetapkan oleh manusia yang hidup dalam

33

Sahruddin, Pelaksanaan Pembiayaan Proyek dengan Prinsip Musyarakah pada Perbankan
Syariah di Nusa Tenggara Barat, Tesis, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro
Semarang, 2006, hlm. 8.
34
Pasal 1 angka 11 UU Nomor 10 Tahun 1998tentang Perbankan
35
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,
hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara

20

masyarakat. 36 Dalam penelitian ilmu hukum empiris merupakan penelitian atau
pengkajian yang sistematis, terkontrol, kritis dan empiris terhadap dugaan-dugaan
dan

pertanyaan-pertanyaan

mengenai

perilaku

hukum

masyarakat

yang

merupakan fakta sosial. Penelitian ini berbasis pada ilmu hukum normatif, tetapi
bukan mengkaji mengenai sistem norma dalam peraturan perundangan, namun
mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu
bekerja di dalam masyarakat. Penelitian ini juga sering disebut sebagai penelitian
bekerjanya hukum (law in action).37

2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari narasumber.Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat
pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai dokumen-dokumen resmi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah.38
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan, yaitu:
a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berhubungan dengan Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Peraturanperaturan yang berkaitan dengan perjanjian kredit.

36

Mukti Fajar Nurdewata, et.al, Op.Cit., hlm. 43.
Ibid, hal. 47.
38
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 23.
37

Universitas Sumatera Utara

21

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, berupa hasil penelitian, artikel, buku-buku referensi,
media informasi lainnya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi pentunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus
umum, dan jurnal.

3. Teknik Pengumpul Data
Untuk

mendapatkan

hasil

yang

objektif

dan

dapat

dibuktikan

kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam
penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpul data dengan cara sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data dengan
melakukan penelaahan kepada bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
b. Wawancara dengan narasumber, yaitu Account Officer PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan.

4. Analisis Data
Setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan
tertier, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik, kemudian
diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan
selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yakni

Universitas Sumatera Utara

22

berpikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan
menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas
atas permasalahan dan tujuan penelitian.

Universitas Sumatera Utara