Usaha Untuk Memaksimalkan Penghasilan Kerjasama Antar Perempuan Pedagang Asongan.

adanya aktivitas yang rutin dilakukan oleh perempuan pedagang Asongan dalam memulai aktivitas kerjanya.

c. Menata Dagangan Setiap pedagang biasanya juga merawat dagangan dengan baik sebelum menjualnya

agar tersebut menjadi kelihatan lebih menarik dari yang sebelumnya. Disamping itu usaha tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai harga dari tersebut. Membersihkan dagangan merupakan usaha yang biasa dilakukan oleh pedagang Asongan sebelum menjualnya. Sebagai contoh yaitu dagangan yang berupa buah, mereka berusaha membersihkan dan agar terlihat menarik pembeli untuk membelinya. Setelah membersihkan dagangan aktivitas yang biasa mereka lakukan adalah menata rapi dagangan yang akan dijual, seperti jenis dagangan berupa makanan dan minuman. Jenis dagangan lainnya juga ditata rapi diatas alas yang digunakan untuk meletakkan dagangannya. Seperti diungkapkan oleh Ibu Ratmi sebagai berikut : “Tujuan kula noto dagangan asongan puniko inggih supoyo ketingal rapi lan saged narik tiyang ingkang badhe tumbas”.wawancara 15 April2008 Tujuan saya menata dagangan asongan yaitu supaya kelihatan rapi dan bisa menarik perhatian pembeli. Ibu Minuk mengatakan dalam usahanya menata dagangannya sebagai berikut : “Untuk bisa kelihatan dan menarik pembeli saya berusaha merawat dan menata dagangan saya dengan baik agar dagangan saya cepat laku”wawancara15 April2008. Dari Penjelasan beberapa responden diatas dapat menggambarkan bahwa perempuan pedagang asongan dalam berdagang berusaha untuk merawat dagangan baik serta menatanya dengan rapi untuk bisa menarik perhatian para pembeli. Yang menunjukkan adanya kebiasaan tersendiri dalam menjual dagangannya yang mencerminkan adanya kreativitas dari pedagang untuk menarik konsumennya.

d. Usaha Untuk Memaksimalkan Penghasilan

Selain merawat dagangan dengan baik ada usaha-usaha lain atau kreativitas yang dilakukan oleh perempuan pedagang Asongan untuk memaksimalkan penghasilan mereka, seperti pada pedagang minuman asongan. Biasanya mereka membeli minuman kemasan dalam jumlah yang banyak dan di dingimkam Dengan cara ini kebanyakan para pedagang mendapatkan keuntungan lebih jika mereka dapat memanfaatkan seperti pedagang asongan secara maksimal yaitu dengan melakukan penjualan asongan yaitu antara buah yang masih bagus dengan buah yang sudah tidak bagus. Untuk pakaian yang masih bagus biasanya dapat terjuallaku cepat dengan laba yang tinggi. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa sebagian dari perempuan pedagang Asongan juga memiliki kreativitas yang tinggi dalam memanfaatkan dagangannya. Yaitu mereka bisa memanfaatkan dagangan yang sudah tidak bagus untuk bisa dijual kembali sebagai penambah penghasilan atau keuntungan dari pekerjaannya tersebut.

e. Mengakhiri aktivitas kerja

Biasanya Setelah habis situasi lokasi berdagang mulai sepi dan kondisi yang sudah mulai panas maka para pedagang mulai menata dan mengemas dagangan untuk di bawa kembali ke rumah. Selanjutnya sebelum pulang mereka juga membersihkan kotoran-kotoran yang ada ditempat mereka berdagang serta menata rapi alat-alat yang mereka gunakan untuk berdagang. Di katakan oleh Ibu Suparmi sebagai berikut : “ Menawi sampun siang nggih sekitar jam 12.00 kula lekas kukut-kukut lan resik-resik panggenan, Mas, amargi sampun panas lan teng mriki nggih biasanipun sampun sepi mboten wonten tiyang tumbas” .wawancara 15 April 2008 Kalau sudah siang sekitar jam 12.00 saya mulai berkemas-kemas dan membersihkan tempat, Mas, karena sudah panas dan disini ya biasanya sudah sepi tidak ada orang beli. Dari ungkapan diatas menjelaskan bahwa mereka mulai mengakhiri dan pulang dari kerja setelah habis karena sudah mulai panas dan biasanya kondisi dari lokasi berdagang sudah mulai sepi, jarang ada pembeli sehingga mendorong para pedagang untuk mulai mengemasi dagangannya dan pulang kembali ke rumahnya. Dari ungkapan diatas dapat menggambarkan atau menjelaskan saat-saat atau waktu-waktu yang biasa dilakukan oleh para pedagang Asongan termasuk perempuan pedagang asongan untuk mulai mengemasi dan pulang ke rumah masing-masing. Biasanya mereka mulai mengemasi dan pulang dari lokasi berdagang sekitar jam 5 sore f. Aktivitas Sesudah Pulang Kerja Sebagian besar para perempuan pedagang Asongan juga memiliki tanggung jawab dalam keluarganya yaitu sebagai ibu rumah tangga maka mereka harus bisa membagi waktu untuk bekerja mencari uang dan mengurusi segala kebutuhan rumah tangganya. Maka sekitar pukul 12.00 siang sebagian besar para pedagang sudah mulai mengakhiri dan kembali kerumah masing- masing untuk beristirahat maupun mengurusi kebutuhan rumah tangganya. Kondisi di lokasi tempat berdagang Asongan tersebut mulai kelihatan sepi pada waktu siang hari. Yang di alami oleh Ibu Sri, sebagai berikut : “ Menawi kula sampun wangsul saking mriki kulo inggih ngrampungaken damelan kulo teng griyo amargi kula dados Ibu rumah tangga nggih gadah kewajiban ngurusi griya kula” wawancara 15 April2008 Kalau saya sudah pulang dari sini saya ya menyelesaikan pekerjaan dirumah karena saya jadi Ibu rumah tangga ya punya kewajiban mengurusi rumah tangga saya. Dari penuturan diatas dapat kita simpulkan bahwa para perempuan pedagang Asongan juga memiliki kewajiban dalam mengurus rumah tangganya selain mereka harus bekerja mencari uang. Oleh karena itu mereka harus bisa mengatur waktu yang tepat dalam bekerja baik untuk mencari uang maupun untuk mengurus segala kebutuhan rumah tangganya. 2. Perilaku Perempuan Pedagang Asongan Dalam Usahanya Untuk Mendapatkan Dagangan. Usaha dalam mendapatkan dagangan merupakan aktivitas kerja dari perempuan pedagang Asongan. Usaha untuk mendapatkan dagangan merupakan rangkaian dari aktivitas kerja karena hal ini berhubungan dengan dagangan yang akan mereka jual, sehingga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas dalam menjual dagangan. Biasanya pedagang mendapatkan dagangan berasal dari membuat sendiri, kulakan dari bakul langganan, di setori oleh penjual yang sudah menjadi langganan Para perempuan pedagang Asongan biasanya sangat cekatan dalam menawar harga dan memeriksa yang ditawarkan untuk mendapatkan dagangan dengan harga yang murah dan kondisi yang masih bagus. pembelian dagangan dari penjual perorangan dengan jumlah yang banyak dilakukan dengan sistem borongan atau timbangan. Antara pedagang ada cara atau kerja sama yang baik dari penjual dengan pedagang Asongan dalam bertransaksi tawar menawar agar nantinya kedua belah pihak tidak merasa dirugikan dan bisa menjadi langganan. Para perempuan pedagang Asongan biasanya memiliki langganan-langanan sendiri kepada orang-orang yang biasa menjual dagangan berupa Asongan ketempatnya. Cara mendapatkan dagangan di jelaskan Ibu Prapti sebagai berikut : “Kula angsal dagangan punika inggih saking tiyang ingkang setor dateng kula, biasanipun tiyang setor punika sampun lengganan lan ingkang disade punika biasanipun kathah lan kula inggih pilih-pilih rumiyen”.wawancara15 April2008 Saya dapat dagangan ini ya membeli dari orang yang Setor kepada saya, biasanya orang setor itu sudah mempunyai langganan sendiri dan yang dijual biasanya banyak dan saya ya pilih-pilih dulu. Setiap perempuan pedagang Asongan juga harus memiliki keterampilan atau pengalaman tersendiri dalam usaha memperoleh dagangan. Seperti dalam menentukan kondisi pakaian yang mereka beli untuk dijadikan sebagai dagangannya. Mereka berusaha mendapatkan dagangan yang masih baik kondisinya untuk dapat dan mudah dalam menjualnya. . Berusaha mendapatkan dagangan dengan cara menjualkan serta membeli dagangan milik pedagang lainnya. Usaha yang dilakukan oleh perempuan pedagang Asongan untuk mendapatkan dagangannya yaitu dengan menjualkan dagangan milik pedagang lain. Peminjaman modal yaitu berupa dagangan kepada pedagang lain dengan syarat atau perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat atau perjanjian yang dimaksud disini yaitu menyangkut masalah perawatan dagangan serta pembagian hasil atau laba dari penjualan dagangan tersebut. Cara ini biasanya dilakukan oleh para perempuan pedagang Asongan yang sudah saling mengenal dan saling percaya antara keduanya. Selain dengan cara menjualkan, ada cara lain yang dilakukan oleh sebagian perempuan pedagang Asongan untuk mendapatkan dagangan yaitu dengan cara membeli dagangan orang lain. Cara yang di lakukan biasanya dilakukan oleh perempuan pedagang Asongan yang memiliki modal atau uang untuk membeli dagangan milik pedagang lain untuk bisa dijual kembali. Ibu Minuk yang bekerja membantu suami dalam berdagang Asongan yang berupa minuman menjelaskan sebagai berikut : “ Saya berjualan disini sudah lama, Mas yaitu setelah terjadi kerusuhan-kerusuhan pada tahun 1997, Oleh karena itu saya memiliki teman berdagang yang banyak di sini dan saya menjadi lebih mudah dalam mendapatkan dagangan dengan cara meminjammenjualkan serta membeli dagangan milik orang lain karena orang-orang sudah tahu atau mengenal saya sehingga mereka mempercayai saya disini” . Wawancara15 April2008 Dari keterangan tersebut dapat djelaskan bahwa dalam mendapatkan Asongan sebagai dagangan membutuhkan suatu pengalaman dan kepercayaan tersendiri. Seperti mereka yang bekerja sebagai pedagang Asongan yang sudah lama dan termasuk pedagang yang paling pertama disini memiliki pengalaman tersendiri yaitu dalam menjual dagangan serta usaha yang dilakukan mereka untuk memperoleh dagangan. Mereka sudah tidak merasa kawatir atau kesulitan dalam menjual dan memperoleh dagangan karena sudah banyak pedagang lain yang kenal dan percaya kepadanya. Oleh karena itu menurut Ibu Minuk untuk mendapatkan langganan dalam berdagang baik kepada pembeli maupun penjual diperlukan sosialisasi yang lama dan kerja sama yang baik serta kejujuran dan kepercayaan yang tinggi kepada setiap pembeli, penjual maupun sesama pedagang Asongan.

A. Perilaku Perempuan Pedagang Asongan Dalam Bersosialisasi Di Tempat Kerja.

Menurut Soerjono Soekanto sosialisasi adalah suatu proses mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dalam proses sosialisasi tersebut dibutuhkan adanya komunikasi, sehingga memungkinkan individu untuk saling mengenal dan memahami sikap-sikap dan pola perilaku kelompoknya. Proses sosialisasi juga terjadi pada perempuan pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta. Didalam menjalani aktivitas kerjanya, perempuan pedagang Asongan akan selalu berhubungan dengan orang lain, baik sesama pedagang maupun pembeli. Dalam hubungan yang terjadi itulah proses sosialisasi berlangsung, hingga pada akhirnya mencapai suatu situasi dimana mereka mempunyai sikap dalam berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Seperti gambar dibawah ini yang menunjukkan bahwa para perempuan pedagang Asongan dalam menjalankan aktivitas kerjanya mereka saling bersosialisasi. Dalam aktivitas berdagang para perempuan pedagang Asongan biasanya saling berkomunikasi dengan pedagang-pedagang lainnya sambil duduk santai menunggu pembeli maupun penjual - Asongan. Mereka saling tukar informasi di kalangan perempuan pedagang Asongan. Disini menggambarkan adanya keleluasaan dan kebebasan pada mereka bahwasannya mereka bekerja tidak dikejar oleh waktu ataupun setoran. Seperti disini ada penuturan dari salah satu responden yaitu Ibu Ratmi sebagai berikut : “lekas nyambut damel punika mboten wonten aturanipun, wedalipun sakaripipun piyambak-piyambak. Lan nyambut damelipun inggih santai saged disambi ngobrol- ngobrol kalian tiyang sadean sanesipun. Tiyang ingkang bade tumbas inggih sakarepipun milih ingkang di senengi”.wawancara 15 April2008 Memulai pekerjaan ini tidak aturannya, waktunya bebas sesuai dengan keinginan masing-masing. Dan bekerjanya juga santai bisa sambil berbincang-bincang dengan pedagang lainnya. Orang yang akan membeli juga bebas memilih yang disenangi . Di jelaskan Ibu Walini yang menggambarkan kebebasan dalam bekerjanya yaitu bisa dilakukan sambil bersosialisasi dengan pedagang lainnya sebagai berikut : “Kula saget ngraosaken sekeco nyambut damel teng mriki amargi saget santai lan saget ngobrol-ngobrol kaliyan rencang-rencang teng mriki tanpo wonten tiyang ingkang saget nglarang” .wawancara 15 April2008 Saya bisa merasakan nyaman bekerja di sini karena bisa santai dan bisa cerita-cerita bersama teman-teman disini tanpa ada orang yang bisa melarang. Dari penjelasan tersebut ditarik kesimpulan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan memiliki kebebasan untuk melakukan aktivitas kerja tanpa di bebani dengan aturan tertentu yang mengikat, membuat perempuan pedagang asongan lebih leluasa dalam melakukan aktivitas kerjanya. Dalam bekerja mereka bisa sambil bertukar informasi dan bercerita tanpa ada yang melarangnya. Selain itu pembeli yang akan membeli dagangan diantara para pedagang juga di berikan kebebasan untuk memilih mana yang mereka senangi tanpa ada rasa iri dan persaingan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. Dari pengamatan penulis dapat mengetahui bahwa dalam melakukan aktivitas kerja oleh perempuan pedagang asongan disamping untuk menunggu pembeli yang datang mereka bisa melakukan sosialisasi, dimana mereka dapat bercengkerama satu sama lain dalam kelompok tersebut. Banyak hal yang menjadi bahan pembicaraan mereka, dari masalah keluarga, lingkungan tempat tinggal, harga bahkan sampai masalah politik yang mereka ketahui dapat menjadi pembicaraan yang menarik pada waktu tersebut. Karena daripada melamun sendiri menunggu pembeli datang mereka merasa bosan dan berusaha mencari hiburan atau teman untuk bisa di ajak ngobrol atau berkomunikasi.

a. Kerjasama Antar Perempuan Pedagang Asongan.

Dalam sosialisai antar perempuan pedagang Asongan dapat mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pedagang. Kerjasama yang terjalin antar pedagang terdiri dari dua hal yaitu : Kerjasama dalam hal menjual dagangan. Kerjasama antar perempuan pedagang Asongan dalam menjual dagangan dapat terjadi dalam aktivitas kerja mereka. Sebagai contoh kerjasama ini terjadi ketika pedagang kesulitan dalam mendapatkan dagangan atau kehabisan dagangan yang menjadi permintaan dari pembeli atau pelanggan. Untuk menghadapi kesulitan tersebut biasanya pedagang berusaha mencarikan tersebut kepada pedagang lain di sekitarnya yang kiranya memiliki dan berusaha menjualkan tersebut. Dalam hal ini biasanya antar pedagang yang bersangkutan saling menerapkan kode etik dalam menentukan harga yang digunakan sebagai patokan penjualan yang berhubungan dalam menentukan laba agar kedua belah pihak atau antar pedagang saling mendapatkan keuntungan. Adanya kerja sama antar pedagang dalam menjual dagangan untuk saling mendapatkan keuntungan. Ibu Sri, mengatakan kerjasama kerjasamanya dengan pedagang lain dalam menjual dagangan sebagai berikut : “ Kula kaliyan tiyang sadean sanes wonten mriki inggih sampun akrab, Mas, amargi kula inggih sering nyadeaken gadahaning tiyang sadean sanes ingkang dititipaken teng kula lan kula inggih natih mendeti punika kanggge kula sadeaken” wawancara 15 April2008 Saya dengan pedagang lainnya disini ya sudah akrab, Mas, Karena saya juga sering menjualkan dagangan milik pedagang lain yang dititipan ke saya dan saya juga sering mengambil tersebut untuk saya jualkan. Diungkapkan oleh Ibu Muji tentang kerja samanya dengan pedagang lain sebagai berikut : “ Kula kerep, Mas nyadeaken tiyang sadean sanes ingkang sengojo dititipaken dateng kula kanthi perjanjian utawi nerapaken kode etik kangge nentokaken regi ingkang saget nguntungaken kula kaleh pedagang sanes” wawancara 15 April2008 Saya sering,Mas, menjualkan milik pedagang lain yang sengaja dititipkan kepada saya dengan perjanjian atau menerapkan kode etik dalam penentuan harga sehingga hal ini bisa saling menguntungkan. Dari penjelasan-penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kerja sama antar perempuan pedagang Asongan sering terjadi. Kerja sama yang terjadi antara perempuan pedagang Asongan salah satunya yaitu dalam hal menjualkan dagangan. Seperti contoh adanya kebiasaan menjualkan maupun menitipkan oleh salah satu pedagang dengan pedagang lainnya serta juga sering mengambil dagangan milik pedagang lain untuk membantu dalam menjualkannya. Hal ini menunjukkan adanya kerja sama yang baik antara pedagang Asongan dalam menjual dagangannya. Kerjasama dalam hal memperolehmembeli dagangan. Kerjasama antar perempuan pedagang Asongan dalam hal membeli dagangan juga sering terjadi dalam aktivitas kerjanya. Sebagai contoh yaitu adanya penjual dagangan dalam jumlah yang banyak dengan sistem borongan kepada salah seorang pedagang Asongan yang kebetulan hanya memiliki sedikit modal yaitu uang untuk membeli dagangan tersebut. Sehingga mereka berusaha untuk bekerjasama dengan pedagang lainnya untuk membeli dagangan tersebut sekaligus membagi-baginya. Kerjasama antar pedagang dalam memperoleh atau mendapatkan dagangan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Minuk sebagai berikut : “Saya mendapatkan dagangan ini ya dari langganan saya yang biasa nyetori. Kalau dagangan yang disetor berjumlah banyak dan kebetulan saya hanya memiliki uang sedikit biasanya saya mengajak teman kerja sama”.wawancara 15 April2008 Disini juga diungkapkan oleh Ibu Rini sebagai penjual dagangan kepada para perempuan pedagang Asongan sebagai berikut : “Bakul-bakul biasanipun inggih numbasi dagangan saking kula malah sampun biasa wonten bakul ingkang kerjasama kalian kulo wawancara 15 April2008 Pedagang-pedagang biasanya ya membeli dagangan saking kula malahan sudah biasa ada pedagang yang kerja sama dengan saya Dari penjelasan tersebut dapat di ketahui pedagang Asongan juga sering mengadakan kerjasama. Salah satu bentuk kerja samanya adalah dalam upaya mendapatkan dagangan. Dengan cara ini akan terwujud kerjasama antar pedagang yang saling menguntungkan. Perilaku Tawar Menawar Pada Perempuan Pedagang Asongan Perilaku tawar menawar sering terjadi dalam aktivitas perempuan pedagang Asongan. Perilaku tersebut merupakan kebiasaan yang telah dilakukan oleh para perempuan pedagang Asongan dalam upayanya memperjuangkan keinginannya dalam memperoleh keuntungan yang maksimal. Perilaku tawar menawar itu dapat terjadi melalui dua hal yaitu : Perilaku tawar menawar antara pedagang Asongan dengan pembeli Tawar menawar bisa terjadi antara pedagang Asongan dengan pembeli. Dalam menawarkan dagangan setiap pedagang memiliki cara tersendiri agar pembeli menawar tersebut dengan harga yang tepat sesuai dengan keinginan mereka sehingga kedua belah pihak sama-sama merasa puas. Para perempuan pedagang Asongan biasanya dalam menawarkan harga kepada pembeli biasanya di atas rata-rata bahkan lebih dari harga jual yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Prapti sebagai berikut : “Regi buah kados mekaten puniko inggih namung mirah, Mas, namung Rp 2500,00. Menawi wonten ingkang badhe tumbas biasane inggih kula tawake Rp 3.000,00 ngantos Rp 3.500,00. Amargi biasane tiyang tumbas puniko inggih ngenyang, Mas, lan kirane menawi kula pun angsal bathi saking nyang-nyangan puniko inggih kula caoske mawon buah puniko, Mas.wawancara 15 April2008 Harga buah seperti ini cuma murah, Mas, hanya Rp 2500,00. Misalnya ada yang mau beli biasanya ya saya tawarkan dengan harga Rp 3000,00 sampai Rp 3500,00. Karena biasanya orang beli itu juga nawar, Mas, dan kiranya kalau saya sudah mendapatkan untung dari penawaran pembeli ya saya kasihkan saja buah tersebut, Mas. Dari uraian,diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan memiliki cara tersendiri dalam menawarkan dagangannya. Cara tersebut sudah biasa dilakukan dan merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh para pedagang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Seperti dalam menawarkan harga dagangan yang biasanya ditawarkan dengan harga tinggi bahkan lebih dari harga asli jualnya. Hal ini menunjukkan adanya strategi dalam berdagang yang dilakukan oleh para perempuan pedagang Asongan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan dalam menjual dagangannya selalu menawarkan harga yang lebih dari harga jual aslinya, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Para pembeli biasanya juga berusaha menawar harga serendah-rendahnya. Hal ini menunjukkan adanya perjuangan dari kedua belah pihak dalam menentukan harga yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Oleh karena itu perilaku tawar menawar antara pedagang dengan pembeli selalu terjadi dalam aktivitas berdagang. Dari responden dan informan dapat dijelaskan bahwa setiap perempuan pedagang Asongan juga memiliki strategi dalam usahanya untuk memperoleh dagangan yaitu berusaha mendapatkan dagangan dari penjual dengan harga yang semurah-murahnya. Sehingga mereka dapat menjual lagi tersebut dengan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu mereka berusaha secara pandai-pandai dalam menawar harga dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. B. Keikutsertaan Pedagang Dalam Suatu Paguyuban Di Terminal Tirtonadi Surakarta terdapat beberapa Paguyuban Pedagang asongan semangat kerja PASKER yang merupakan organisasi atau kelompok yang beranggotakan dari beberapa pedagang asongan termasuk para perempuan pedagang Asongan. Manfaat dari aktivitas Paguyuban, yaitu : Sebagai sarana pemersatu bagi para anggota pedagang. Dengan adanya paguyuban yang dibentuk dari setiap kelompok pedagang asongan termasuk pedagang Asongan dapat mempererat tali persaudaraan antar anggota. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti arisan, rapat dan sebagainya serta adanya kegiatan sosial seperti menjenguk salah satu dari anggota yang sakit, melayat lelayu dan sebagainya menunjukan adanya rasa kesatuan dan kesetiakawanan antar anggota pedagang, sehingga dapat meningkatkan tali persaudaraan antar anggota paguyuban yaitu para pedagang asongan termasuk para perempuan pedagang Asongan. Ibu Suparmi tentang keikutsertaannya dalam kegiatan Paguyuban menjelaskjan sebagai berikut : “ Kula dados anggota paguyuban teng mriki inggih ajeg tumut kegiatan-kegiatan wonten paguyuban, supados arisan, ningali tiyang utawi anggota ingkang sakit. Biasanipun sampun wonten ingkang tugasipun ngabari kaleh nariki iuran kangge kegiatan meniko “ wawancara 15 April2008 Saya menjadi anggota paguyuban disini ya selalu ikut kegiatan-kegiatan di paguyuban, seperti arisan, menjenguk orang atau anggota yang sakit. Biasanya sudah ada yang tugasnya memberi kabar dan menariki iuran untuk kegiatan tersebut. Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa perempuan pedagang asongan juga memiliki kewajiban dan jiwa sosial yang tinggi kepada anggota atau pedagang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya keikutsertaan mereka dalam kegiatan atau aktivitas dari paguyuban. Sehingga diantara anggota atau pedagang dapat terwujud persatuan dan kesetiakawanan yang tinggi. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah konflik antar pedagang. Masalah atau konflik antar pedagang jarang sekali terjadi karena adanya sarana yang dapat mendukung terhadap hubungan yang baik yaitu adanya paguyuban tersebut. mempunyai suatu kekuatan atau pengaruh yang kuat terhadap aktivitas para pedagang asongan termasuk para perempuan pedagang Asongan. Seperti untuk mencegah terjadinya konflik ataupun masalah antar anggota pedagang. Paguyuban memiliki peranan penting dalam menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi antar pedagang. Setidaknya masalah tersebut dapat diselesaikan dengan damai tanpa terjadi tindakan kekerasan. Sebagai sarana komunikasi dengan pihak terminal Paguyuban yang ada juga memiliki fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi dengan pengelola terminal. Biasanya Pengurus terminal kalau ingin menindak ataupun memiliki suatu rencana yang berhubungan dengan PASKER biasanya terlebih dahulu berkomunikasi dengan perwakilan dari setiap paguyuban. Sebagai sarana untuk menjaga ketertiban dan keamanan dalam aktivitas berdagang. Setiap paguyuban biasanya memiliki tim tersendiri yang menangani masalah keamanan di lokasi perdagangan. Keamanan lebih tertuju pada keamanan dagangan pada waktu siang dan malam hari. Sebagai sarana untuk mensejahterakan anggota pedagang. Kewajiban Pedagang Asongan Membayar Retibusi. Setiap pedagang asongan termasuk perempuan pedagang Asongan yang ada di Terminal Tirtonadi Surakarta diwajibkan membayar retribusi yang di pungut oleh petugas dari Pemkot yang mengurusinya. Menurut informasi dari responden besarnya biaya yang dipungut setiap harinya yaitu sebesar Rp 500,00 untuk para pedagang Asongan Dari berbagai uraian tentang perilaku kerja perempuan pedagang Asongan yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari setiap perempuan pedagang Asongan selaku aktor selalu melakukan tindakan sosial atau aksi dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Mereka melakukan suatu tindakan karena di dasari oleh fenomena dan kenyataan yang mereka tangkap dari lingkungan sosial, dan kemudian mereka pelajari dan mereka pahami sehingga pada akhirnya mengahasilkan suatu tindakan sebagai bentuk tanggapan. Tindakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan atau mencapai suatu tujuan tertentu, yang dalam hal ini tujuan utama yang hendak dicapai adalah berupa keuntungan ekonomi. Apa yang dikemukan oleh Talcot parson dalam teori aksinya sangatlah relevan jika kita gunakan sebagai kaca mata untuk melihat hal tersebut di atas. Di mana sama dengan apa yang di kemukakan oleh Parsons, bahwa para perempuan pedagang Asongan melakukan suatu tindakan sosial atau action karena didasari atau diawali dengan proses pembelajaran dan pemahaman, dan bukan sekedar tanggapan respon mekanis terhadap suatu rangsangan stimulus dan mengarah pada suatu tujuan tertentu.

5. C. Etos Kerja Perempuan Pedagang Asongan

Etos kerja merupakan suatu sikap atau kebiasaan yang diciptakan untuk mendapatkan hasil kerja yang baik. Sikap dan kebiasaan kerja tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti persepsi perempuan pedagang Asongan dalam memahami kerja maupun sikap terhadap kerja itu sendiri, yang akan mendorong terbentuknya kebiasaan. Etos kerja dapat tercermin dari perilaku yang khas dari perempuan pedagang Asongan tersebut. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai etos kerja tersebut, ada beberapa hal yang perlu diungkapkan, yaitu tentang latar belakang mereka dalam memilih pekerjaan sebagai pedagang Asongan, semangat kerja serta sikap mereka terhadap kerja itu sendiri. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan sebagai berikut :

1. Latar Belakang Perempuan Pedagang Asongan Dalam Memilih Pekerjaannya.

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kebebasan untuk memilih pekerjaannya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan pada kebebasan tersebut setiap perempuan pedagang Asongan mempunyai latar belakang dan alasan yang berbeda-beda dalam memilih pekerjaannya hingga akhirnya mereka mengambil alternatif pilihan pekerjaan yaitu sebagai pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta. Yang menjadi motivasi utama dalam mereka bekerja adalah motif ekonomi, dalam arti bahwa bekerja untuk mendapatkan keuntungan guna mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan pemilihan jenis pekerjaan secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat pendidikan dan peluang kerja yang bisa dimasukinya. Jadi umumnya mereka bisa bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan untuk memasuki bidang pekerjaan tersebut. Motif ekonomi yang merupakan motif utama para perempuan pedagang Asongan tersebut mengandung tiga alasan yang pokok yang mendasari mereka untuk bekerja, yaitu : 1.1 Bekerja Untuk Mencari Nafkah. Kondisi ekonomi dan tingkat penghasilan suami menjadi alasan utama bagi sebagian perempuan pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta. Karena kondisi ekonomi yang tergolong lemah, membuat para perempuan tersebut mengambil inisiatif untuk bekerja. Masalah penghasilan dari suami yang relatif kecil sehingga belum mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga, menjadikan alasan bagi para perempuan atau istri untuk turut ambil bagian dalam upaya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sebagai contoh adalah dari salah satu responden yaitu Ibu Suti. mereka memulai bekerja ini ketika sudah menikah dan mempunyai anak. Suaminya yang bekerja sebagai tukang batu yang tidak tetap penghasilannya mendorong ibu Suti untuk ikut bekerja mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan hdup keluarganya. Pekerjaan yang mereka rasakan mampu dan bisa dilakukan yaitu berdagang Asongan karena tidak membutuhkan modal yang banyak serta mudah dan bebas untuk menjalankannya. Untuk lebih jelasnya ada penuturan dari ibu Suti sebagai berikut : “Kula nyambut damel punika inggih kangge nyekapi kebetahan keluwarga, Mas, amargi garwa kula nyambut damelipun inggih namung dados tukang batu ingkang penghasilanipun mboten mesthi. Inggih wiwit punika kula kepeksa nyambut damel kados mekaten”.wawancara 15 April2008. Saya bekerja ini ya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Mas, karena suami saya bekerjanya hanya sebagai tukang batu yang penghasilannya tidak tentu. Ya mulai itu saya bekerja seperti ini. Dari pernyataan ibu Suti diatas menjelaskan bahwa ia terpaksa berkerja karena melihat kondisi sosial ekonominya yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Penghasilan suaminya yang tidak menentu mendorong mereka untuk bekerja sebagai pedagang Asongan untuk mendapatkan penghasilan guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Dengan bekerja sebagai pedagang Asongan dapat menambah penghasilan suami untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. 1 .2 Bekerja untuk membantu suami mendapatkan tambahan penghasilan keluarga. Umumnya terjadi pada perempuan pedagang Asongan yang mana suami mereka sudah bekerja dan penghasilannya sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga, namun belum mampu untuk menaikkan ekonomi mereka. Untuk itu istri perlu bekerja untuk membantu suami. Motif inilah yang mendasari sebagian besar perempuan pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta untuk bekerja. Tanbel 09 Alasan dan Latar Belakang Perempuan Pedagang Asongan dalam Memilih Pekerjaan Sumber : Wawancara pada tanggal 15 April2008 No Nama Alasan Latar Belakang 1 Ibu Suti Bekerja sebagai pedagang Asongan merupakan pilihannya sendiri karena merasa mampu untuk menjalankannya 2 Ibu Prapti Pertamanya bekerja hanya coba-coba ikut tetangga yang sudah berdagang dan akhirnya dapat menikmati 3 Ibu Walini Bekerja sebagai pedagang Asongan merupakan pilihan sendiri karena mudah untuk dilakukan 4 Ibu Suparmi Karena pekerjaan sebagai pedagang Asongan sifatnya bebas 5 Ibu Sri Karena diajak suami untuk membantu bekerja berdagang Asongan 6 Bp. Amin Karena merasa pekerjaan sebagai pedagang Asongan mudah dijangkau, tidak perlu modal banyak 7 Ibu Muji Karena diajak suami untuk membantu bekerja berdagang Asongan 8 Ibu Minuk Karena untuk mengisi waktu dan ingin membantu suami dalam berdagang Asongan 9 Ibu Ratmi Karena sulit mencari pekerjaan dan berdagang pakaian asongan merupakan jalan satu-satunya 10 Ibu Rini Karena bekerja sebagai pedagang Asongan tidak butuh modal yang banyak

2. Semangat Kerja Dan Sikap Terhadap Kerja.

Semangat kerja merupakan perpaduan antara kegiatan fisik dan psikis yang saling mendukung, yang merupakan cermin dari suatu etos kerja yang baik maupun yang buruk. Semangat kerja dari perempuan pedagang Asongan tercermin dari harapan-harapan yang mereka bangun menjadi tujuan yang harus mereka raih dalam bekerja, serta usaha yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Semangat dalam bekerja dikalangan perempuan pedagang Asongan dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja serta kemampuan mereka dalam menjalankan pekerjaan sebagai pedagang Asongan tersebut. Semangat kerja di kalangan pedagang Asongan tidak terlepas dari suatu kolektivitas yang lebih besar yaitu masyarakat Jawa. Sehingga menurut mereka bekerja adalah bagian dari hidup yang harus dijalani. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Muji berikut ini : “Tiyang gesang kedahipun inggih nyambut damel, lan meniko sampun dados kewajiban sedoyo tiyang. Menapa maleh kangge tiyang ingkang sampun gadhah keluarga. Menawi mboten nyambut damel, mangke nggih mboten saget nedho”.wawancara1 15 April2008 Orang hidup itu seharusnya ya bekerja dan itu sudah menjadi kewajiban semua orang. Apalagi bagi orang yang punya keluarga. Kalau tidak bekerja nanti ya tidak makan. Bekerja sebagai suatu kewajiban bagi mereka, dan semata-mata masih hanya untuk mencari makan atau nafkah. Tanpa bekerja otomatis pemasukan tidak ada dan berarti kebutuhan hidup keluarga tidak akan tercukupi. Seperti pada perempuan pedagang Asongan yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari nafkah sangatlah memberikan sikap semangat kerja yang tinggi. Etika atau semangat kerja pada perempuan pedagang Asongan akan nampak apabila mereka sudah dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak, atau dengan pekerjaannya. Untuk mengatasi berbagai kebutuhan tersebut, usaha yang dilakukan oleh perempuan pedagang Asongan adalah “ikhtiar”, yaitu berusaha dengan segala upaya untuk dapat menghadapi kesulitan dalam berdagang Asongan untuk memanifestasikan segala usaha tersebut dengan tindakan mereka untuk tetap berdagang meskipun kondisi yang dihadapi tidak memungkinkan seperti hujan, atau hasil yang diperoleh sedikit, tetapi mereka tidak merasa putus asa dan tetap terus bekerja. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Suparmi mengenai hal itu sebagai berikut : “Nyambut damel kados mekaten, ingkang ngrekasani menawi jawah, amargi mriki mboten gadah iyup-iyup lan biasanipun tiyang tumbas nggih awis-awis. Nanging sanadyan kados mekaten mboten ngirangi kulo anggenipun tetep sadean nggih pados panggen ingkang saged di enggeni”.wawancara 15 April 2008 Bekerja seperti ini, yang menyusahkan kalau hujan, karena disini tidak ada atapnya dan biasanya orang yang beli ya jarang-jarang. Tetapi meskipun seperti itu, tidak mengurangi saya untuk tetap berdagang ya cari tempat yang bisa ditempati. Dengan demikian meskipun dalam menjalani hidup atau bekerja mereka dihadapkan pada kesulitan dan masalah, tetapi wajib untuk berusaha dan terus aktif. Dengan bekerja itulah seluruh kebutuhan yang diinginkan akan terpenuhi. Lingkungan kerja yang berupa aktivitas-aktivitas yang terjadi di Terminal Tirtonadi Surakarta yaitu yang terjadi di tempat berdagang Asongan menjadi faktor yang mendorong semangat kerja bagi para perempuan pedagang Asongan. Situasi yang ramai karena dekat dengan pusat-pusat keramaian seperti pasar dan toko-toko besar membawa pengaruh terhadap tingkat keramaian di lokasi tempat berdagang. Hal itu juga membawa pengaruh terhadap semangat kerja bagi para pedagang Asongan. Hal ini dijelaskan oleh salah satu responden yaitu Bapak Amin sebagai berikut : “Menawi wedal sampun sore tiyang ingkang, ingkang tumbas sadean kula namung sekedhik, Mas, biasanipun ingkang rame pas enjeng ”wawancara 15 April 2008 Kalau waktu sudah sore yang membeli dagangan saya hanya sedikit,Mas, biasanya yang rame waktu Keadaan diatas merupakan contoh dari penurunan semangat kerja perempuan pedagang Asongan seperti Ibu Suparmi tersebut. Mereka merasa bersemangat bekerja pada waktu pagi hari karena situasi yang ramai yaitu masih banyak orang-orang yang lewat Dalam situasi yang ramai tersebut akan lebih banyak pembeli yang membeli dagangan. Sebaliknya ketika situasi sudah agak siang maka jarang ada pembeli dan harus sabar menunggu pembeli yang datang. Perilaku untuk tetap bertahan pada pekerjaan sebagai pedagang Asongan tersebut berhubungan dengan pemahaman mereka terhadap kerja yang dapat dijalani sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Penuturan dari salah satu perempuan pedagang Asongan yaitu pada Ibu Sri dibawah ini yang menunjukkan bagaimana perempuan pedagang Asongan dalam memahami kerja mereka yaitu sebagai berikut : “Kula sampun seneng mekaten punika,, ketimbang rumiyen mboten kerjo amargi menawi mekaten punika rak sampun penghasilanipun piyambak, mboten direh tiyang sanes. Angsal sekedhik-sekedhik nanging rak hasilipun piyambak”.wawancara 15 April2008 Saya merasa sudah senang bekerja dengan berjualan Asongan disini, daripada dulu tidak kerja saya lebih memilih disini saja, karena dengan pekerjaan yang sekarang ini saya mendapatkan penghasilan sendiri, tidak tergantung orang lain. Walaupun pendapatan sedikit tetapi itu hasil saya sendiri. Kemampuan untuk menjalani aktivitas kerja juga dapat menjadi pendorong semangat kerja di kalangan perempuan pedagang Asongan. Mereka mampu untuk bekerja sebagai pedagang Asongan dan membuat mereka dapat menikmati kerja sebagai bagian dari hidup yang harus dijalani. Keadaan ini juga didukung oleh kecocokan terhadap lingkugan kerja, yang akan menimbulkan perasaan senang dan betah dalam bekerja. Hal tersebut diungkapkan oleh responden yaitu Ibu Walini sebagai berikut : “Kula sampun remen kaliyan pedamelan kula punika. Kajenge hasile namung sekedhik nanging kula saged nglampahi, mboten mikir awrat-awrat pokokipun menawi saget dipun usahaaken dagangipun saget pajeng. Punapa maleh wonten mriki punika rencange sae-sae kados sederek piyambak, mboten wonten saingan. Dados kula mboten mikir pedamelan sanes”.wawancara1 15 April2008 Saya sudah senang dengan pekerjaan ini. Walaupun hasilnya sedikit tetapi saya merasa mampu menjalani pekerjaan tersebut, tidak perlu berfikir yang berat-berat yang penting kalau bisa diusahakan dagangannya bisa laku. Apalagi disini teman- temannya baik-baik seperti saudara sendiri, tidak saling bersaing. Jadi saya tidak memikirkan pekerjaan lain. Perasaan senang yang dipengaruhi oleh kemampuan bekerja dan lingkungan yang cocok, membuat responden tetap bertahan pada pekerjaanya tersebut walaupun penghasilannya relatif sedikit, semangat kerja juga dipengaruhi oleh cara mereka menikmati kerja dan lingkungan kerja tempat mereka berdagang. Dengan demikian semangat kerja perempuan pedagang Asongan yang ada di Terminal Tirtonadi Surakarta secara tidak langsung berhubungan dengan sikap mereka terhadap kerja itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat suatu sikap adalah kecondongan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu pola tertentu. Sikap sekaligus merupakan reaksi yang mempengaruhi tindakan dan cara berfikir seseorang Koentjaraningrat; 1969 : 22. Sikap terhadap kerja berlandaskan pada etika kerja, dan sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dan berkembang di masyarakat. Berdasarkan dari dua pendapat diatas menunjukkan suatu sikap kepuasan terhadap kerja yang mereka jalani. Dengan berbagai keterbatasan yang mereka terima ketika bekerja, namun mereka masih menemukan sisi lain yang dapat memberikan kepuasan batin dalam menjalani aktivitas kerja. Seperti kepuasan ketika merasa bisa mendapatkan penghasilan dari keringat sendiri tanpa harus bergantung pada atasan atau majikan, seperti pendapat Ibu Sumiati yang dulunya bekerja di pabrik jamu yang merasa keberatan bekerja sebagai buruh. Sehingga rasa senang dirasakan oleh perempuan pedagang Asongan karena pekerjaan tersebut tidak menuntut pemikiran yang terlalu rumit, serta perasaan senang dengan lingkungan kerja yang bisa mendorong untuk tetap bekerja. i.BAB IV ii.PENUTUP iii.A. KESIMPULAN Karakteristik sosial ekonomi dari perempuan pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku kerja maupun etos kerja dari mereka. Karakteristik sosial ekonomi yang tercermin dalam lokasi berdagang, jenis dagangan, status perkawinan, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor-faktor secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perempuan pedagang Asongan dalam memilih pekerjaan tersebut. Sedangkan etos kerja yang terurai dari pembahasan mengenai latar belakang atau alasan perempuan pedagang Asongan dalam memilih pekerjaannya, semangat kerja serta sikap terhadap kerja, merupakan hasil dari pemahaman mereka terhadap aktivitas kerja yang mereka lakukan. Perilaku kerja perempuan pedagang Asongan itu sendiri tercermin dalam perilaku perempuan pedagang Asongan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kerja sebagai pedagang Asongan. Aktivitas-aktivitas kerja tersebut meliputi berbagai hal yaitu berupa perilaku dalam menjalankan rutinitas kerja, perilaku dalam usaha mendapat dagangan, perilaku dalam bersosialisasi di tempat kerja, perilaku kerja sama antar pedagang, perilaku tawar menawar,