Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di Puskesmas Pamulang 2010
i
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S. Ilmu Keperawatan UIN Syahid Jakarta
OLEH : FITHRIATUL MUTHMAINNAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Fithriatul Muthmainnah
NIM :
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik :
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang akan ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, Juli
(3)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli
Fithriatul Muthmainnah, NIM :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di Puskesmas Pamulang
xvii + halaman, tabel, gambar, lampiran Kata Kunci : Makanan Pendamping ASI, Pengetahuan
ABSTRAK
Makanan pendamping ASI merupakan makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia sampai bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang, meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, dan sumber informasi.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data aksidental sampling, menggunakan instrument berupa kuesioner, jumlah sampel sebanyak responden. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan .
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ibu memiliki pengetahuan kurang dalam memberikan MP-ASI sebanyak ( ), ibu yang memiliki pengetahuan cukup dalam memberikan MP-ASI sebanyak ( ), dan ibu yang memiliki pengetahuan baik dalam memberikan MP-ASI sebanyak ( ), ibu yang berumur kurang dari tahun sebanyak ( . ), ibu yang berumur - tahun sebanyak ( ), dan ibu yang berumur lebih dari tahun sebanyak ( ), ibu memiliki pendidikan dasar sebanyak ( ), ibu memiliki pendidikan menengah sebanyak ( ), dan ibu memiliki pendidikan tinggi sebanyak ( ), ibu tidak memiliki pekerjaan sebanyak ( ), dan ibu memiliki pekerjaan sebanyak ( ), ibu memiliki pendapatan kurang dari pe rbulan sebanyak ( ), ibu memiliki pendapatan - per bulan sebanyak ( ), dan ibu memiliki pendapatan lebih dari per bulan sebanyak ( ), ibu mendapatkan informasi melalui media cetak sebanyak ( ), dan ibu mendapatkan informasi melalui media elektronik sebanyak ( ).
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI adalah : pekerjaan (p= ). sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI yaitu : umur (p= . ), pendidikan (p= ), sosial ekonomi (p= ), dan sumber informasi (p= ).
Penulis menyarankan untuk meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) khususnya tentang makanan pendamping ASI pada ibu-ibu hamil maupun ibu yang mempunyai bayi umur - bulan.
(4)
iv FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH MAJOR OF NURSING STUDY
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, July
Fithriatul Muthmainnah, NIM :
Factors related to mother’s knowledge in giving Supplementary food to breast feeding in Puskesmas Pamulang.
Xvii + pages, tables, pictures, appendixes. Key words: Side dish to breast feeding , Knowledge
ABSTRACT
Supplementary food to breast feeding is food or drink which contain nutrition, given to a -to- -month-baby in order to fulfill the need for nutrition besides breast feeding. The research aims to identify some factors related to mother’s knowledge in giving side dish to ASI in Puskesmas Pamulang, including age, education, occupation, social economic, and source of information.
This research used cross sectional design with accidental sampling in collecting data technique, using the instrument of questionnaire, the amount of samples are respondents. Data analysis used are univariat and bivariat with chi square test at the sense degree of .
The result of the research found that of mothers who have good knowledge in giving side dish to breast feeding is as many as ( ), mothers who are - years old are as many as ( ), mothers who have secondary education is as many as ( ), mothers who have jobs is as many as ( ), mothers who have income of Rp. ,- - Rp. . ,- per moth are
( ), and mothers who get information through electronic media are
( ).
Based on data analysis, a result is obtained that variable related to mother’s knowledge in giving side dish to breast feeding is: occupation (p= ). While variable not related to mother’s knowledge in giving side dish to ASI is: age (p= ), education (p= ), social economic (p= , ), and source of information (p= ).
The author recommends to enhance communication programs, information and education (IEC), especially concerning complementary feeding of pregnant mothers or mothers who have babies aged - months.
(5)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR - BULAN DI PUSKESMAS
PAMULANG
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juli
Pembimbing I Pembimbing II
Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat Catur Rosidati, S.KM, MKM
(6)
vi
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG
Telah disusun dan di pertahankan dihadapan penguji oleh: Nama : Cut Faridayati
NIM:
Pembimbing I Pembimbing II
Yanti Riyantini, S.Kp Catur Rosidati, S.KM, MKM
NIP : NIP :
Penguji I Penguji II
Yanti Riyantini, S.Kp Catur Rosidati, S.KM, MKM
NIP : NIP :
Penguji III
Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat
NIP :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(7)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Fithriatul Muthmainnah
NIM :
TTL : Tangerang, September
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Alamat Asal : Jl. Kemuning III Rt. No. Kelurahan Pamulang
Barat Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Telepon : Rumah ( )
Hp :
Email : libra_fita@yahoo.com
Riwayat Pendidikan : MI ASSA’ADATUDDARAIN I PAM-BAR ( - )
MTs NEGERI TANGERANG PAMULANG
( - ).
SMU INFORMATIKA SERANG ( - ) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di puskesmas pamulang.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
. Bapak Prof. DR ( hc ). Dr. M.K Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat dan Catur Rosidati, S.KM, MKM, selaku dosen pembimbing yang telah meluangan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing peneliti.
. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Kepada ayahanda H. Saeroji, S.Ag dan ibunda tercinta Hj. Nurhasanah yang telah mengasuh, membimbing, dan memberikan dukungan penuh baik material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku
(9)
ix
dengan do’a tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
. Kepada suamiku tercinta Artawijaya, S.Pd yang telah memberikan dukungan moril dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.
. Kedua adikku tersayang Siti Roudlotul Jannah dan Lutpiah Farhani dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dalam mengerjakan skripsi dapat terobati.
. Teman-teman seperjuangan Program Ilmu Keperawatan angkatan yang peneliti tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjtunya.
Jakarta, Juli
(10)
x
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
Tanda Tidak Plagiat ... ii
Abstrak ... iii
Pernyataan Persetujuan Pembimbing ... v
Surat Pengesahan Penguji ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
Daftar Singkatan ... xviii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian
. Tujuan Umum ... . Tujuan Khusus ... E. Manfaat Penelitian ...
. Bagi Pelayanan Kesehatan ( Puskesmas ) ... . Bagi Institusi Keperawatan ... . Bagi peneliti Selanjutnya ... F. Ruang Lingkup ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) ... . Definisi ... . Tujuan Pemberian MP-ASI ...
(11)
xi
. Pemberian Makanan Anak Umur - Bulan yang baik dan benar ... . Tanda – tanda Bayi Sudah Siap Menerima Makanan Pendamping ASI ... . Kerugian memperkenalkan MP-ASI terlalu dini ... . Kerugian memperkenalkan MP-ASI terlalu Lambat ... B. Pengetahuan ...
. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) ... . Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif ... . Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... C. ASI ... . ASI Ekslusif ... . Reflek menyusui pada Ibu ... . Manfaat menyusui dan keunggulan ASI ...
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian ... B. Variabel dan Definisi Operasional ... C. Hipotesa ...
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... B. Variabel Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Teknik Pengumpulan Data ... . Proses pengumpulan data ... . Instrumen ...
(12)
xii
. Lokasi dan Waktu Penelitian ... . Teknik Uji Instrumen Penelitian ... E. Etika Penelitian ... F. Pengolahan Data ... G. Analisa Data ...
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... B. Analisa Univariat ...
. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - Bulan ... . Gambaran Umur ... . Gambaran Pendidikan ... . Gambaran Pekerjaan ... . Gambaran Sosial Ekonomi ... . Gambaran Sumber Informasi ... C. Analisa Bivariat ... . Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ... . Hubungan Pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI ... . Hubungan Pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI ... . Hubungan Sosial Ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI ... . Hubungan Sumber Informasi dengan pengetahuan ibu dalam
(13)
xiii BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ... B. Pengetahuan Ibu dalam memberikan MP-ASI pada Bayi umur - bulan ... C. Hubungan Umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada Bayi umur - bulan ... D. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur - bulan ... E. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur - bulan ... F. Hubungan Sosial Ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan ... G. Hubungan Sumber Informasi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan ...
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel Pola pemberian ASI dan MP-ASI ... Tabel Definisi Operasional ... Tabel Distribusi responden berdasarkan umur dengan pengetahuan
ibu dalam memberikan MP-ASI ... Tabel Distribusi responden berdasarkan pendidikan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ... Tabel Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ... Tabel Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi
dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ... Tabel Distribusi responden berdasarkan sumber informasi
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
Gambar Kerangka Teori ... Gambar Kerangka Konsep ... Gambar Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan ... Gambar Distribusi responden berdasarkan umur ibu ... Gambar Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu ... Gambar Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu ... Gambar Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi ibu ... Gambar Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ibu ...
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
. Surat-surat izin penelitian . Lembar persetujuan responden . Lembar kuesioner
. Analisa Univariat . Analisa Bivariat
(17)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi AKI : Angka Kematian Ibu ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
GNPP-ASI : Gerakan Nasional Peningkatan Pengguna Air Susu Ibu IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
KADARZI : Keluarga Sadar Gizi KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
RPJPMN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional RAN : Rencana Aksi Nasional
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
UNICEF : United Nation International Children and Education Fund
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Badan pusat statistik mengestimasikan AKB di Indonesia pada tahun 2007 adalah 34/1000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002 – 2003 yang sebesar 35/1000 kelahiran hidup ( Profil Kesehatan Indonesia 2007. DepKes RI, 2008). Di Provinsi Banten AKB adalah 550/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) mencatat kurang dari 10 bayi dan 20 anak balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia (Depkes, Ina Hernawati, 2007). AKB yang tinggi dapat dicegah atau diturunkan apabila setiap bayi hanya diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama dari kehidupannya karena ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002- 2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan. Menurut Meutia Hatta (2005) akibat pemberian makanan tambahan yang terlalu dini angka kematian bayi usia 9-11 bulan di negara-negara berkembang lebih tinggi 40% dibandingkan bayi yang diberi ASI.
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula
(19)
2
menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Depkes, 2006).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes, 2006).
ASI sangat penting untuk asupan gizi untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu: pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih ( Depkes, 2006). Rekomendasi WHO/UNICEF diatas sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang kesehatan, antara lain dengan memberikan prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi bayi dan anak. Sebagai tindak lanjut RPJPMN, Rencana Aksi Nasional (RAN) pencegahan dan penanggulangan gizi buruk tahun 2005-2009 menyusun sejumlah kegiatan yang
(20)
3
dilaksanakan masalah gizi kurang dari 27,3% tahun 2003 menjadi 20% pada tahun 2009, dan masalah gizi buruk dari 8.0% tahun 2003 menjadi 5% pada tahun 2009 (Depkes RI, 2006).
Untuk mencapai target diatas dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Program ini mendorong keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dalam memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan (Depkes RI, 2006). Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut
dengan menerbitkan surat keputusan menteri kesehatan Nomor: 450/ MENKES/ SK/
IV/ 2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai berusia 6 bulan (Depkes RI, 2007).
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi merupakan cara pemberian makan secara alamiah dan cara pemberian makanan yang terbaik bagi bayi.. Pemberian ASI akan dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, kebutuhan psikologis,
memberikan perlindungan terhadap alergi, diare serta penyakit infeksi lainnya ( WHO, 2001 ). ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
(21)
4
sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Seringkali ibu-ibu kurang mendapat informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI Ekslusif dan makanan pendamping ASI di berikan pada usia kurang dari 6 bulan sudah di berikan, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran menyusui bayinya (Arifin, 2004).
Beberapa waktu lalu, bayi mulai diberi makanan padat ketika berusia 4 bulan, tetapi merujuk kepada standar world health organization (WHO), disarankan agar bayi baru mulai diberi makanan padat setelah usianya menginjak 6 bulan. Pada kenyataannya sebagian besar ibu dibanyak negara mulai memberi bayi makanan dan minuman buatan sebelum 6 bulan, dan banyak berhenti menyusui sebelum 2 tahun. Kadang, hal ini disebabkan tak ada seorangpun yang memberi ibu bantuan yang ia perlukan ( DepKes RI, 2004 ).
Menurut William (2006) bahwa pemberian makanan padat yang dimulai sebelum
bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko alergi. Usus yang telah matang akan mengeluarkan immunoglobulin protein IgA, yang melapisi usus dan mencegah lewatnya protein allergen yang berbahaya (susu sapi, gandum, dan kacang kedelai adalah contoh umum dari makanan yang menyebabkan alergi bila diberikan terlalu dini).
Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu semasa dalam kandungan dan selama usia 3 bulan sejak lahir sudah mulai menurun, sedangkan dari ASI kandungan vitamin A dan C serta zat besi sudah tidak begitu tinggi. Karena itu sejak usia 6 bulan nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi
(22)
5
makanan padat, bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan ( gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dan lain-lain ).
Menurut Soetjiningsih (1997), pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya pemakaian ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Disegi lain promosi yang tidak terkendali dari MP-ASI ( Makanan Pendamping Air Susu Ibu : Makanan lumat: Bubur, biskuit ) maka kebutuhan untuk ASI menjadi berkurang karena si kecil dipenuhi oleh makanan semi padat.
Informasi yang diperoleh seorang ibu terkadang sangat minim, karena pengetahuan yang tidak dimilikinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Masih rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Notoadmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan sosial ekonomi. Dengan didasari pengetahuan diharapkan sikap dan perilaku akan mengikuti, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
(23)
6
Penelitian yang dilakukan Dedek (2009) mengenai Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keputusan keluarga memberikan MP-ASI pada bayi berumur kurang dari 6 bulan di kelurahan Beji Depok menunjukan hasil hubungan pengetahuan tinggi yang memberikan MP-ASI 7,7% dan pengetahuan rendah 75%, pendidikan tinggi yang memberikan MP-ASI 11,1%, pendidikan sedang 22,7% dan pendidikan rendah 30,2%, ibu yang bekerja yang memberikan MP-ASI 69,2% dan ibu yang tidak bekerja 29,7%, keluarga dengan sosial ekonomi tinggi yang memberikan MP-ASI 28% dan sosial ekonomi rendah 72%, ibu yang bersikap baik tinggi memberikan MP-ASI 37, 8% dan ibu yang tidak bersikap baik yang memberikan MP-ASI 46, 2%, ibu yang bersosial budaya autokhrat tinggi 61,5% dan ibu yang bersosial budaya autokhrat rendah 38,5%.
Di Puskesmas Pamulang makanan pendamping ASI masih banyak diberikan, berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan dari 20 ibu yang memiliki bayi usia dibawah enam bulan, yang mendapatkan MP-ASI pada umur 0-6 bulan adalah 70%. Salah satu faktor yang menyebabkan pemberian MP-ASI 0-6 bulan masih banyak diberikan yaitu karena masih rendahnya pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI.
Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
(24)
7 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tingkat pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pamulang masih sangat kurang dan pemberian makanan pendamping ASI masih banyak diberikan pada bayi umur 0-6 bulan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti ” faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010?”
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010.
2. Bagaimanan gambaran faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu) terhadap pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
3. Apakah ada hubungan antara faktor umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
4. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu
(25)
8
6. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat sosial ekonomi ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
7. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat sumber informas ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu) terhadap pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
c. Mengetahui hubungan antara faktor umur dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
d. Mengetahui hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
(26)
9
e. Mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
f. Mengetahui hubungan antara faktor tingkat sosial ekonomi ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
g. Mengetahui hubungan antara faktor tingkat sumber informasi ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran secara objektif kepada Puskesmas Pamulang tentang pengetahuan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini sehingga dapat menurunkan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Memberikan informasi dalam penyusunan program pendidikan kesehatan serta metode yang digunakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat yang diberkaitan dengan dampak dari pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini.
(27)
10 3. Penelitian selanjutnya
Sebagai sumber penelitian berikutnya, karena dapat berperan sebagai masukan dan tambahan data yang cukup membantu peneliti selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Lingkup materi pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih banyak ibu-ibu yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan, padahal sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah ibu warga Pamulang yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas Pamulang. Data yang diperoleh adalah data primer yang didapat langsung dari responden, penelitian ini dilakukan selama 1 bulan di puskesmas Pamulang.
(28)
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) . Definisi
Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Depkes, 2000)
. Tujuan Pemberian MP-ASI
Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan tambahan tambahan selain ASI yang disebut makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotor yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan yang baik. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam memberikan MP-ASI sesuai pertambahan
(29)
12
umur, kualitas dan kuantitas makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam.
. Pemberian Makanan Anak Umur - Bulan Yang Baik dan Benar Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap yaitu (Depkes, 2000).
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan 1. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.
b. Makanan bayi umur 6-9 bulan 1. Pemberian ASI diteruskan
(30)
13
2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari. c. Makanan bayi umur 9-12 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan.
2. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga.
3. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.
4. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.
d. Makanan bayi umur 12-24 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi. 2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam diganti dengan: telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskut dan lain-lain.
(31)
14
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
Pola Pemberian ASI/MP-ASI Golongan
Umur Makanan Makanan Makanan
(bulan) ASI Lumat Lunak Padat
0 - 6 6 - 9 9 - 12 12 - 24
Tabel 2.1
Pola pemberian ASI dan MP-ASI
. Tanda-Tanda Bayi Sudah Siap Menerima Makanan Pendamping ASI Bayi perlu disusui secara eksklusif sampai mereka berusia 4 atau 6 bulan, lebih dianjurkan lagi setelah usia 6 bulan. Menyusui Eksklusif sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi. Ketika sistem pencernaan bayi makin siap, ia akan mampu menerima makanan yang berbeda-beda tanpa beresiko terkena alergi. Ini adalah ciri-ciri yang perlu diperhatikan walaupun mungkin bayi belum melakukan semuanya (El-jauza, 2009)
a. Bayi dapat duduk dan mempertahankan kepalanya dengan baik tanpa dibantu.
b. Bisa melakukan gerakan mengunyah
c. Berat badan terlihat meningkat 2 kali dari berat badan ketika lahir d. Terlihat tertarik pada makanan
(32)
15
f. Bisa memindahkan makanan dari mulut bagian depan ke mulut bagian
belakang
g. Bisa menggerakan lidah, dan tidak lagi mendorong makanan keluar
menggunakan lidah
h. Mulai tumbuh gigi
. Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Dini
Ada dua kerugian utama memperkenalkan makanan padat sebelum usia 6 bulan, yaitu meningkatnya resiko diare dan infeksi lainnya. Juga, jumlah ASI yang diterima bayi akan menurun, karena ASI lebih bergizi ketimbang makanan padat, pertumbuhan bayi mungkin terganggu (Ramaiah, 2007)
. Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Lambat
Jika makanan padat diperkenalkan setelah umur enam bulan, bayi tidak akan memperoleh nutrisi yang dibutuhkan, terutama energi dan protein maka dapat menyebabkab hambatan pertumbuhan anak. Pasokan zat besi juga akan kurang, akibatnya bayi bisa mengidap anemia (Ramaiah, 2007).
B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
(33)
16
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui itu bisa apa saja tanpa syarat tertentu, bisa sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah (Marzoeki, 2000).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (Rogers, 1974), yaitu:
1. Kesadaran ( Awarnes ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Mempertimbangkan (Evaluation), menimbang-nimbang baik tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Mencoba (Trial), yakni dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
5. Mengadaptasi (Adaptation), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
(34)
17
. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Pengetahuan ibu tentang makanan pendampin ASI adalah hasil dari tahu karena faktor penginderaan terhadap suatu obyek tertentu tentang bahan makanan yang diperlukan dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dibutuhkan oleh tubuh (Hapsari, 2010).
. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
(35)
hukum-18
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada ( sejak dilahirkan atau diadakan) (Kamus Besar Bhs. Indonesia, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003) umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
(36)
19
baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997 dalam Nursalam, 2001). c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya (Notoadmojo, 2003).
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan ( Erich, 1996 dalam Nursalam, 2001).
d. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan
(37)
20
yang dimiliki. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat kabar, majalah, buku, media elektronik yaitu radio, TV, film dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
C. ASI
ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi ( Depkes, 2005 ). ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya (Roesli, 2001)
. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin (Depkes, 2005). Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh atau air putih. Tanpa makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi atau tim (Roesli, 2001).
(38)
21 . Refleks Menyusui Pada ibu
Pada proses laktasi perlu diketahui terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin/ aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
Masing-masing refleks tersebut adalah:
a. Refleks prolaktin (pembentukan ASI)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar.
Makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme “supply and demand”
b. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepitel yang mengelilingi alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli duktuli menuju sinus dan putting. Dengan demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar ASI.
Oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. “let down
(39)
22
reflex” dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri.
Beberapa tanda adanya refleks oksitosin adalah rasa diperas atau “tingling” pada payudara sebelum dan selama menyusui, ASI keluar bila ibu memikirkan bayinya atau mendengar tangisan bayinya, ASI menetes pada payudara yang lain bila bayi menyusu, rasa sakit karena kontraksi rahim yang kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah pada waktu menyusui, isapan pelan dan dalam serta menelan pada bayi menunjukan ASI mengalir kedalam tubuh bayi (Depkes, 2002).
. Manfaat Menyusui dan Keunggulan ASI
Memberikan ASI secara Eksklusif berarti beruntung bagi semua, baik untuk bayi, psikologik, ibu, dan keluarga (Depkes, 2005).
a.Aspek Gizi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI mengandung semua zat gizi yang paling baik untuk tumbuh kembang bayi, terutama pada 6 bulan pertama. ASI adalah makanan bayi paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan.
(40)
23
b. Aspek imunologik
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat. Selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh, kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI mengandung sel-sel hidup dan zat-zat kekebalan yang dapat mengurangi terjadinya infeksi misalnya: mencret, batuk pilek dan radang telinga. Dengan kata lain, selain menjadi makanan atau minuman bayi ASI sekaligus berfungsi sebagai imunisasi alami bagi bayi.
c.Aspek psikologik
1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
2. Hubungan atau interaksi ibu-bayi
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ikatan bayi-bayi tersebut.
(41)
24
Hubungan interaksi antara ibu-bayi paling mudah terjadi selama setengah jam pertama dan mulai terjalin sekali bayi mulai disusui sedini mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan.
3. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi
Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin-to-skin contact) dan mencium aroma yang khas antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d. Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
1. Faktor genetik
(42)
25
2. Faktor lingkungungan
Faktor ini dapat ditingkatkan melalui:
a. ASUH : Fisik-Biomedis
Mengingat bahwa perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak, maka jelas faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi atau anak adalah nutrisi atau gizi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan otak.
b. ASAH : Stimulasi, rangsangan, pendidikan
Menyusui bukan hanya memberi makan, tetapi juga mendidik. Proses menyusui merupakan interkasi antara ibu dan bayi. Dengan menyusui, ibu akan merangsang indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, bahkan sensasi raba. Saat menyusui, ibu dianjurkan untuk bernyanyi. Melodi akan merangsang otak kanan dan kata-kata akan merangsang otak kiri.
c. ASIH : Kebutuhan Psikososial
Untuk perkembangan emosi dan spiritualnya yang terpenting adalah kasih sayang dan perasaan aman. Bayi yang disusui ibunya akan merasa aman dan disayangi akan mampu menyayangi lingkungan sehingga ia akan berkembang menjadi manusia dengan budi pekerti dan nurani yang baik. Selain itu seorang bayi yang
(43)
26
merasa aman akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri, percaya diri dan mempunyai emosi yang stabil.
e. Aspek neurologis
Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih baik.
f. Aspek ekonomis
Dengan menyususi secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya pengobatan yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula.
g. Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL). MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara Eksklusif dan umur bayi kurang dari 6 bulan.
h. Aspek keluarga
Dengan menyusui menciptakan suasana hangat dan harmonis. Kedekatan ibu dan bayi yang terus menerus akan menjadi dasar yang kuat membangun hubungan psikososial yang sehat dalam keluarga.
(44)
27
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber Notoadmodjo (2003) modifikasi L. Green (1980) Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan:
1. Umur
2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Sosial
ekonomi
5. Sumber
informasi
(45)
28 BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan adalah variabel terikat (dependen) yaitu pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan. Sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui yaitu faktor predisposisi : umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu.
Gambar 3.1
• Umur
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Sosial
ekonomi
• Sumber
informasi
Pengetahuan Ibu dalam memberikan MP-ASI
pada bayi umur - bulan
(46)
29 B. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel yang telah disebutkan diatas bisa dijelaskan dalam tabel definisi operasional sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 2 3 4 5 6
2 Pengetahuan Pengetahuan yang
dimaksud adalah ibu yang memiliki bayi usia dibawah enam
bulan mengetahui
tentang makanan
pendamping ASI
meliputi pengertian dan tujuan
Kuesioner 0 = Kurang (bila
didapat < 55%) 1 = Cukup (bila
didapat 56-75%)
2 = Baik (bila
didapat 76-100%)
(Arikunto, 1998)
Ordinal
3 Umur Lamanya masa
hidup ibu sejak
dilahirkan sampai
dengan saat
pengisian kuesioner
Kuesioner 0 = 20 tahun
1 = 21-35 tahun 2 = > 36 tahun
(WHO, 2007)
Ordinal
4 Pendidikan Pendidikan formal
terakhir yang diikuti ibu dan mendapat ijazah
Kuesioner 0 = Tidak sekolah
1 = SD-SMP
2 = Menengah:
SMA
3 = Tinggi:
Akademi– Perguruan Tinggi
(Jusuf. A. Feisal, 1995)
Ordinal
5 Pekerjaan Kesibukan yang
dilakukan terutama
untuk menunjang
kehidupannya dan
keluarganya dalam bentuk penghasilan berupa uang
Kuesioner 0 = IRT
1 = Buruh
2 = Pegawai
swasta
3 = Pegawai
negeri
Ordinal
(47)
30
6 Sosial
ekonomi
Pendapatan keluarga diukur dengan total
penghasilan dan
pengeluaran
keluarga setiap
bulan
Kuesioner 0 = Kurang Dari
Rp. 500.000
1 = Antara
Rp.500.000 – 1.000.000 2 = Lebih Dari
Rp. 1.000.000
Ordinal
7 Sumber
informasi
segala sesuatu yang
menjadi perantara
dalam
menyampaikan informasi
Kuesioner 0 = Media cetak
1 = Media
elektronik
Ordinal
C. Hipotesa
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010 4. Ada hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010 5. Ada hubungan antara sumber informasi ibu dengan pengetahuan ibu dalam
(48)
31 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan desain penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
2. Variabel Independen
Variabel independen penelitian ini antara lain:
• Umur
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Sosial ekonomi
(49)
32 C. Populasi dan Sampel
. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang.
. Sampel
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas Pamulang
b. Ibu dapat membaca dan menulis
c. Bersedia untuk dijadikan responden
a. Besar Sampel
Uji hipotesis beda dua proporsi
[Z1-α/2√2 p (1- p )+Z1-β√p1(1-p1)+p2(1-p2)]2 (p1-p2)2
Keterangan:
n : jumlah sample yang dibutuhkan
Z1-α/2 : 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/ Confidence Interval dengan α sebesar
5%)
Z1-β : 0,84 (kekuatan uji sebesar 80%) n=
(50)
33
P1 : 0,11 (ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan berdasarkan penelitian Dedek syaiful. K di kelurahan Beji Depok)
P2 : 0,30 (ibu yang berpendidikan rendah yang memberikan MP-ASI pada bayi
umur 0-6 bulan berdasarkan penelitian Dedek syaiful. K di kelurahan Beji Depok)
[Z1-α/2√2 p (1- p )+Z1-β√p1(1-p1)+p2(1-p2)]2 (p1-p2)2
[1,96√2.0,20(1- 0,20)+0,84√0,11(1-0,11)+0,30(1-0,30)]2 (0,11-0,30)2
n :70 orang
70 + cadangan 10% = 77
Dengan cadangan 10% sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 77
orang.
b. Tehnik sampling
Tehnik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel yang akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008).
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pamulang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Sampling Aksidental yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan bertemu ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan yang datang ke
n=
(51)
34
KIA Puskesmas Pamulang dan memenuhi kriteria sebagai responden diambil sebagai responden.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Pamulang, peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswi semester VIII PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 1 orang bidan di ruang KIA Puskesmas Pamulang yang sebelumnya sudah diberikan pengarahan tata cara penyebaran kuesioner kepada responden yang terpilih.
. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di ruang KIA Puskesmas Pamulang dengan proses sebagai berikut:
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dan Kepala Puskesmas Pamulang
b. Setelah mendapat persetujuan dari kepala Puskesmas Pamulang, peneliti meminta izin kepada kepala ruangan KIA Puskesmas Pamulang.
(52)
35
d. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia dan memenuhi kriteria sampel dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian.
e. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang belum jelas.
g. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
h. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasinya.
. Instrumen
Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner pada responden terpilih yang memenuhi kriteria di Puskesmas Pamulang, kuesioner diberikan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan untuk di isi dan dilengkapi kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sumber informasi, dan variabel dependen yaitu pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
(53)
36
Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Pamulang, waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2010.
. Teknik uji instrumen penelitian
Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang, Uji coba statistik untuk alat ukur dilakukan guna menguji validitas dan reliabilitas. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanakan di tempat yang memiliki karakteristik populasi sama dengan subjek penelitian yaitu di Puskesmas Ciputat dengan jumlah responden sebanyak 20 orang Pada bulan Januari 2010.
Peneliti melakukan uji coba kuesioner sebanyak 1 kali di Puskesmas Ciputat pada variabel pengetahuan didapatkan hasil yang reliabel.
E. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan manusia (Aziz, 2002). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
(54)
37
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
F. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Hidayat (2008) dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Proses pemeriksaan data di lapangan sehingga dapat menghasilkan informasi yang benar.
(55)
38
Data entery adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat table kontigensi.
c. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.
G. Analisa Data 1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ibu yang memberikan MP-ASI, distribusi frekuensi dari variabel dependen (penegetahuan pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan) dan independen (umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sumber informasi).
2. Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen yaitu dengan menggunakan uji statistic Chi-square.
Tehnik analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α5%, sehingga jika nilai p ( p-value) < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukan ada hubungan antara variabel dependen dan independen, dan apabila nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen.
(56)
39 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Puskesmas Pamulang
Puskesmas Kecamatan Pamulang merupakan Puskesmas yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan dengan batasan wilayah kerja puskesmas pamulang yang meliputi sebelah Utara : Kecamatan Ciputat, Selatan : Kabupaten Bogor, Barat : Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, Timur : Kabupaten Bogor. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Pamulang mempunyai luas wilayah 28,8006 Ha. Jumlah penduduk sebanyak 220.654 jiwa yang terdiri dari 111.869 jiwa laki-laki dan 108.895 jiwa perempuan. Kepadatan Penduduk Kecamatan Pamulang rata-rata 7,661 jiwa per km2. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 47.200, dengan jumlah jumlah KK miskin sebanyak 7.877, atau penduduk miskin sebanyak 26.987 jiwa dan yang ditanggung askeskin sebanyak 22.047 jiwa. Kecamatan Pamulang meliputi 8 kelurahan yaitu : Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung, Pondok Cabe Ilir, Pondok Cabe Udik. Program kesehatan Puskesmas Kecamatan Pamulang meliputi: Upaya kesehatan dasar (Upaya Promosi Kesehatan , Upaya Pengobatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak Termasuk Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular), Upaya Kesehatan Pengembangan Wajib (Lansia, UKS/UKGS, dan Anti
(57)
40
NAPZA), Upaya Kesehatan Pengembangan Pilihan (Laboratorium, UKGMD, dan ASKESKIN).
Pelayanan Kesehatan di puskesmas Pamulang meliputi :
1. Pelayanan Imunisasi 2. Pelayanan Kesehatan Ibu 3. Pelayanan Kesehatan Neonatal 4. Pelayanan Perbaikan Gizi
5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 6. Pelayanan Pengobatan
( Laporan Tahun 2009 Puskesmas Kecamatan Pamulang ).
(58)
41
. Pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Gambar
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan di Puskesmas Pamulang Tahun
Berdasarkan gambar 5.1 Pada hasil penelitian didapatkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan sebanyak (14.3%).
54.5
14.3
31. Pengetahuan
kurang
cukup baik
(59)
42
. Umur
Gambar
Distribusi responden berdasarkan umur ibu di Puskesmas Pamulang
Berdasarkan analisa data didapatkan bahwa ibu yang berumur 21-35 tahun sebanyak (76.6 %).
< 20 tahun
21 – 35 tahun
Lebih dari 36 Umur responden
18.2
5.2
(60)
43 . Pendidikan
Gambar
Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Pamulang
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa ibu yang berpendidikan menengah sebanyak (46.8 %).
dasar
menengah
tinggi 16.9
36.4
46.8
(61)
44 . Pekerjaan
Gambar
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Pamulang
Berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat bahwa ibu yang sebagian besar bekerja sebanyak (68.8 %).
Tidak bekerja
Bekerja Pekerjaan responden
68.8
(62)
45 . Sosial ekonomi
Gambar
Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi ibu di Puskesmas Pamulang
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa pendapatan responden 500.000-1.000.000 perbulan sebanyak (48.1 %).
Ekonomi
500.000
-36.4
15.6
48.1
<500.00
(63)
46 . Sumber informasi
Gambar
Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ibu di Puskesmas Pamulang
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa ibu yang mendapatkan sumber informasi melalui media elektronik yaitu sebanyak (57.1 %).
Media cetak Media elektronik
Sumber informasi
57.1 42.9
(64)
47 C. Analisa Bivariat
. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI Tabel
Hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Umur Pengetahuan
(tahun) Kurang Cukup Baik TOTAL P Value
n % n % N % N %
< 20 1 25.0 3 75.0 0 0 4 100.0 0.189
21-35 7 11.9 17 28.8 35 59.3 59 100.0
> 36 3 21.4 4 28.6 7 50.0 14 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 tidak terdapat ibu yang memiliki pengetahuan baik dengan umur kurang dari 20 tahun, sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik dengan umur 21-35 tahun sebanyak 35 orang (59.3%), dan ibu yang memiliki pengetahuan baik dengan umur lebih dari 36 tahun sebanyak 7 orang (50.0%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.189 pada derajat kemaknaan 5%, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
(65)
48 Tabel
Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Pengetahuan
pendidikan Kurang Cukup Baik TOTAL
P Value
n % n % n % N %
dasar 6 21.4 10 35.7 12 42.9 28 100.0 0.265
menengah 5 13.9 11 30.6 20 55.6 36 100.0
tinggi 0 0 3 23.1 10 76.9 13 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu yang berpengetahuan baik dengan berpendidikan dasar sebanyak 12 orang (42.9%), ibu yang berpengetahuan baik dengan pendidikan menengah sebanyak 20 orang (55.6%), dan ibu yang berpengetahuan baik dengan pendidikan tinggi sebanyak 10 orang (76.9%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.265 pada derajat kemaknaan 5%, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
(66)
49 Tabel
Hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
pekerjaan Pengetahuan
Kurang Cukup Baik TOTAL P
Value
n % n % n % N %
Tidak
bekerja 1 4.2 5 20.8 18 77.0 24 100.0 0.041
bekerja 10 18.9 19 35.8 24 45.3 53 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang berpengetahuan baik dengan tidak bekerja sebanyak 18 orang (77.0%), dan ibu yang berpengetahuan baik dengan bekerja sebanyak 24 orang (45.3%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.041 pada derajat kemaknaan 5%, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
. Hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
(67)
50
Hubungan antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Sosial Pengetahuan
ekonomi Kurang Cukup Baik TOTAL P Value
n % n % n % N %
< 500.000 2 16.7 6 50.0 4 33.3 12 100.0 0.246
500.000
-1.000.000 7 18.9 8 21.6 22 59.5 37 100.0 >1.000.000 2 7.1 10 35.7 16 57.1 28 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang berpengetahuan baik dengan pendapatan kurang dari 500.000 sebanyak 4 orang (33.3%), ibu yang berpengetahuan baik dengan pendapatan 500.000-1.000.000 sebanyak 22 orang (59.5%), dan ibu yang berpengetahuan baik dengan pendapatan lebih dari 1.000.000 sebanyak 16 orang (57.1%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.246 pada derajat kemaknaan 5%, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
Tabel
Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
(68)
51
sumber Pengetahuan
informasi Kurang Cukup Baik TOTAL P
Value
n % n % n % N %
Media
cetak 4 12.1 11 33.3 18 54.5 33 100.0 0.871
Media
elektronik 7 15.9 13 29.5 24 54.5 44 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang berpengetahuan baik yang mendapatkan informasi melalui media cetak sebanyak 18 orang (54.5%), dan ibu yang berpengetahuan baik yang mendapatkan informasi melalui media elektronik sebanyak 24 orang (54.5%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.871 pada derajat kemaknaan 5%, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
(69)
52 BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, yaitu:
1. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup, sedangkan kualitas jawaban kuesioner tergantung dari kejujuran responden dalam menjawab setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga bisa saja terdapat bias karena responden menjawab sesuai dengan responden tersebut.
B. Pengetahuan Ibu dalam Memberikan MP-ASI Pada Bayi Umur - Bulan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tidakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui itu bisa apa saja tanpa syarat tertentu, bisa sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah (Marzoeki, 2000).
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang berpengetahuan baik dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan yaitu sebanyak 42 orang (54.5%), sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan sebanyak 11 orang (14.3%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang lakukan oleh Irvani (2005) di Cimahi, yang mengemukakan bahwa sebanyak 56% tingkat pengetahuan ibu
(70)
53
tentang makanan pendamping ASI masih rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan responden bisa disebabkan kurangnya paparan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan media informasi seperti TV, buku atau surat kabar. Selain itu juga karena faktor lingkungan yang kurang mendukung, seperti kurangnya akses informasi mengenai kesehatan dari tokoh-tokoh masyarakat, mendapatkan informasi yang salah tentang pemberian MP-ASI dari keluarga atau teman.
C. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003)
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk adanya hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI. Dari hasil penelitian diketahui ibu yang paling banyak berpengetahuan kurang yaitu ibu yang berusia 21-35 tahun sebanyak 11.9%. Hal
ini kemungkinan disebabkan bahwa umur ibu yang kurang dari 35 tahun dimana
pada usia tersebut ibu lebih suka tidak menyusui dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 35 tahun kemungkinan sebabkan karena tidak menginginkan citra tubuhnya berubah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Haeranah (2002), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan praktek pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 0-4 bulan. Ketidakbermaknaan hubungan ini kemungkinan
(71)
54
disebabkan oleh presentasi pemberian MP-ASI dini yang hampir sama tinggi pada ibu yang berumur kurang dari 30 tahun dan lebih dari 30 tahun.
Teori yang mendukung besarnya presentasi MP-ASI pada ibu yang memiliki umur lebih dari 30 tahun adalah berdasarkan anatomi fisiologi manusia semakin tua usia, organ-organ dalam tubuh semakin menurun kerjanya begitu juga dengan payu dara dalam menghasilkan ASI.
D. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Suwarno dalam, 1992 dalam Nursalam, 2001). Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Selain itu pendidikan merupakan faktor utama yang berperan dalam menambah informasi dan pengetahuan seseorang. Oleh karena itu tingkat pendidikan sering dijadikan sebagai bahan kualifikasi atau prasyarat serta dijadikan sebagai pandangan dalam membedakan tingkat pengetahuan seseorang (Ella, 2008).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan. Dari analisis univariat
(72)
55
ditemukan bahwa responden yang berpendidikan dasar sekitar 36.4%, tingkat pendidikan menengah 46.8%, sedangkan tingkat Diploma keatas sebanyak 16.9%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemajuan pengetahuan dan teknologi, dengan tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi ibu lebih mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh iklan tentang MP-ASI, sehingga mempermudah ibu untuk melakukan praktek pemberian MP-ASI secara dini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi.
E. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Pada hasil penelitian didapatkan sebanyak 68,8% ibu bekerja dan hanya 31,2% ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja jenis pekerjaan bervariasi seperti pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, pembantu rumah tangga. Sama halnya pada penelitian Simandjuntak (2001), ibu yang bekerja sebanyak 95%. Hal ini mungkin disebabkan tingkat pendidikan ibu yang bekerja sudah cukup tinggi sehingga lebih mudah menerima pesan-pesan produsen susu formula (Suksmaningsih, 2001, dalam Simandjuntak, 2001). Kemungkinan lain adalah faktor petugas kesehatan yang memberikan makanan pralakteal kepada bayi dan selama dirawat disarana tempat bersalin (Roesli, 2001).
Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi
(73)
56
umur 0-6 bulan. Hal ini mungkin disebabkan bagi ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, ia harus kembali bekerja.
Sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001) ditemukan adanya hubungan antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi. Hal ini mungkin disebabkan karena ibu yang bekerja tidak dapat menyusui bayinya pada jam kerja, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja dapat bebas menyusui bayinya kapan saja.
F. Hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur - bulan
Tingkat ekonomi kelurga dapat dinilai dari beberapa hal. Menurut tingkat ekonomi keluarga responden dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dan responden yang paling kurang mengenai pengetahuan dalam memberikan MP-ASI adalah ibu yang memiliki ekonomi rendah
Hasil analisis bivariat menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
Sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001) ditemukan tidak adanya hubungan antara sosial ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi.
Hasil ini menunjukan bahwa ibu-ibu dari golongan tingkat ekonomi rendah pada umumnya menderita kekurangan gizi sehingga jumlah ASI yang dihasilkan
(1)
79 Risk Estimate
Value Odds Ratio for responden
(tidak / ya)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a
* table without empty cells.
Correlations
Correlations
Pngthuan
mpasi infrmasi Pngthuan
mpasi
Pearson Correlation .
Sig. ( -tailed) .
N
infrmasi Pearson Correlation .
Sig. ( -tailed) .
(2)
80
6. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan dalam memberikan MP-ASI
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
responden * mpasi .
infrmasi *peng mpasi Crosstabulation
mpasi
Total kurang cukup baik
infrmasi media cetak Count
Expected Count % within infrmasi % within peng mpasi media elektronik Count
Expected Count % within infrmasi % within peng mpasi
Total Count
Expected Count
% within infrmasi .
(3)
81 Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. ( -sided)
Pearson Chi-Square . a .
Likelihood Ratio . .
Linear-by-Linear Association . .
N of Valid Cases
a. cells ( ) have expected count less than . The minimum expected count is .
Risk Estimate
Value Odds Ratio for responden
(media cetak / media elektronik)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a
(4)
82
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat Azis. A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika, 2007
Akmal. Keluarga Sejahtera . www.damandiri.or.id (Diunduh tanggal 13 April 2009), 2003.
Agustina Ella. Gambaran Pengetahuan Primigravida Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Gunungsari. Skripsi. Serang: Program Studi Keperawatanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Falatehan, 2008.
Ariani. dr. Makanan Pendamping ASI. www.rafadira-multiply.com. (Diunduh pada tanggal 10 Maret 2009), 2008.
Arifin. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan: Suatu Pengantar. Jakarta: ISTN, 1998.
Depkes RI. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta: Depkes RI, 2000.
Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI, 2002.
Depkes RI. Pedoman pelaksanaan pendistribusian dan pengelolaan makanan pendamping Air Susu Ibu. Jakarta: Depkes RI, 2004.
Depkes RI. Kebijakan Depkes Tentang Peningkatan Pemberian (ASI) Pekerja Wanita. Jakrta: Depkes RI, 2005.
Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta: Depkes RI, 2006.
(5)
83
Depkes RI. Profil Kesehatan . Jakarta: Depkes RI, 2008.
El-jauza Salwa Salsabila. Cara Merawat Bayi. Jogjakarta: Luna Publisher, 2009. Feisal. Jusuf. A. Reorientasi Pendidikan Islam. www.books.google.co.id (Diunduh
pada tanggal 2 Agustus 2009), 1995.
Haeranah Nur. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi - Bulan di Wilayah Jawa-Bali. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002.
Ina Hernawati. Gambaran Karakteristik Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari Bulan di Posyandu
Cirumpak Tengah Kec. Kronjo Tahun . www.inahernawati.com.
(Diunduh pada tanggal 15 mei 2009), 2008.
Kohir Saiful Dede. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Keluarga Memberikan MP-ASI Pada Bayi Umur - bulan di Kelurahan Beji Depok (Riset). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009. Marzoeki, D. Budaya Imiah dan Filsafat ilmu. Jakarta: Gramedia, 2002.
Nafisha arellia. Pemberian makanan pengganti ASI.
www.nafishaaurellia.multiply.com (Diunduh pada tanggal 1 mei 2009), 2006.
Nano. Statistik Indonesia Rasio Ketergantungan. www.demografi.bps.go.id (Diunduh pada tanggal 2 Agusutus 2009), 2006.
Noname. Menyusui Bayi Anda. Jakarta: Dian Rakyat, 2008.
Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
(6)
84
Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Prasetyo Dwi Sunar. ASI Eksklusif. Jogjakarta: Diva Press, 2009.
Roesli utami. Inisisasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda, 2008.
Roesli utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia, 2001.
Ramaiah Savitri. ASI dan Menyusui. Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2007.
Sari Irvany Entang Ratna. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perilaku Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi - Bulan di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005.
Simandjuntak Dahlia. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi di Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur. Tesis. Program Megister. Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001.
Soetjiningsih. DSAK. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakrta: EGC, 1997. Tri wahyuni. Pekan ASI Sedunia Membangun Kasih Sayang Lewat ASI.