60
BAB IV Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berkaitan hasil wawancara dan obeservasi di lapangan maka peneliti dapat menyimpulkan ada beberapa faktor yang mendorong guru dapat menggunakan
perspektif multikulturalisme dalam pendidikan agama sesuai dengan kurikulum yang diamanatkan oleh negara. Pertama, Kurikulum Sekolah yang memberi ruang pada
muatan toleransi, saling menghormati dll pada subjek mata pelajaran tertentu. Kedua, Institusi dimana perangkat, struktur dan kebijakan program-program sekolah
memiliki fokus pada pendidikan yang bermuatan multikulturalisme. Ketiga, Pendidik Guru, apakah sumberdaya manusia dan pemahaman guru dapat sejalan
dengan kondisi dan pemahaman multikulturalisme menjadi hal yang sangat krusial. Karena guru salah satu pencetak generasi muda sebagai agent of change. Ketiga-
tiganya merupakan satu kesatuan unsur yang tidak dapat dipisahkan, ketiganya memiliki hubungan yang kuat untuk menciptakan multikulturalisme terhadap realitas
sosio-kultural yang ada. Selain itu juga persepktif multikulturalisme sesuai hasil wawancara dan
observasi yang peneliti dapatkan, membawa dampak positif yang diterapkan dalam pendidikan agama yaitu antara lain:
1. Menumbuhkan kreativitas cara mengajar 2. Toleransi terhadap segala perbedaan siswa
3. Motivasi untuk menumbuhkan prestasi 4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
5. Semangat berkompetisi secara fairplay 6. Memperkaya pengalaman
Selain yang dilakukan oleh guru, ada kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pengelolaan keberanekaragaman di sekolah yaitu dengan cara
menyelenggarakan kegiatan bersama di OSIS, Pekan Kesenian, Karya Ilmiah Remaja, Remaja Masjid Sekolah, Kegiatan Kepemimpinan melalui baris-berbaris
maupun organisasi lain dan medium-medium lainnya. Faktor lain yang dapat menguatkan praktik multikulturalisme di sekolah adalah perlunya melakukan
61
komunikasi secara intensif dengan guru-guru agama yang berbeda sehingga tidak ada kesalahpahaman di antara guru.
Di sisi lain ada juga hambatan dalam mengembangkan model multikulturalisme di sekolah, yakni terbatasnya ruang untuk pelajaran agama-
Katolik, Kristen, Hindu, belum semua sekolah negeri memfasilitasi keberadaan ruang khusus untuk pelajaran agama di luar Islam. Institusi negara sudah
semestinya berlaku adil kepada seluruh agama tanpa terkecuali. Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan dapat mendorong memanfaatkan keragaman agama-
agama yang ada serta melalui bentuk pembelajaran agama yang dialogis, pendidikan agama berwawasan pluralis-multikultural diharapkan memiliki
karakteristik khas yang meliputi: penanaman kesadaran akan pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama yang ada. Penanaman semangat
relasi antar manusia dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, menghargai perbedaan dan keunikan agama-agama. Menerima
perbedaan-perbedaan dengan pikiran terbuka demi mengatasi konflik untuk terciptanya perdamaian dan kedamaian.
B. Saran