xxvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Perbandingan Hukum
a Istilah dan Definisi Perbandingan Hukum
Ist ilah perbandingan hukum, dalam bahasa asing, dit erjemahkan:
comparat ive law
bahasa Inggris,
vergleihende rechst lehre
bahasa Belanda,
droit comparé
bahasa Perancis. Ist ilah ini, dalam pendidikan t inggi hukum di Amerika Serikat , sering dit erjemahkan lain, yait u sebagai
conflict law
at au dialih bahasakan, menjadi hukum perselisihan, yang art inya menjadi lain bagi
pendidikan hukum di Indonesia Romli At masasmit a, 2000 : 6. Ist ilah yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini, adalah
perbandingan hukum pidana. Ist ilah ini sudah memasyarakat di kalangan t eorit ikus hukum di Indonesia, dan t ampaknya sudah sejalan dengan ist ilah yang
t elah dipergunakan unt uk hal yang sama di bidang hukum perdat a, yait u perbandingan hukum perdat a. Unt uk memperoleh bahan yang lebih lengkap,
maka perlu dikem ukakan definisi perbandingan hukum dari beberapa pakar hukum t erkenal.
Romli At masasmit a dalam bukunya mengut ip beberapa pendapat ahli hukum mengenai ist ilah perbandingan hukum , at ara lain :
1 Rudolf B. Schlesinger mengat akan bahw a, perbandingan hukum merupakan
met oda penyelidikan dengan t ujuan unt uk memperoleh penget ahuan yang lebih dalam t ent ang bahan hukum t ert ent u. Perbandingan hukum bukanlah
perangkat perat uran dan asas-asas hukum dan bukan suat u cabang hukum , melainkan merupakan t eknik unt uk menghadapi unsur hukum asing dari
suat u masalah hukum 2
Wint ert on mengemukakan, bahw a perbandingan hukum adalah suat u met oda yait u perbandingan sist em -sist em hukum dan perbandingan
t ersebut menghasilkan dat a sist em hukum yang dibandingkan 3
Gut t eridge menyat akan bahw a perbandingan hukum adalah suat u met oda yait u met oda perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang
xxvii
hukum . Gut t eridge membedakan ant ara
comparat ive law
dan
foreign law
hukum asing, pengert ian ist ilah yang pert ama unt uk membandingkan dua sist em hukum at au lebih, sedangkan pengert ian ist ilah yang kedua, adalah
mempelajari hukum asing t anpa secara nyat a membandingkannya dengan sist em hukum yang lain.
4 Perbandingan hukum adalah met oda umum dari suat u perbandingan dan
penelit ian perbandingan yang dapat dit erapkan dalam bidang hukum. Para pakar hukum ini adalah : Frederik Pollock, Gut t eridge, Rene David, dan
George Wint ert on 5
Lemaire mengemukakan, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu penget ahuan
yang juga
mempergunakan m et oda
perbandingan mempunyai lingkup : isi dari kaidah-kaidah hukum , persamaan dan
perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakat annya 6
Ole Lando mengemukakan ant ara lain bahw a perbandingan hukum mencakup : “
analysis and comparison of t he laws
” . Pendapat t ersebut sudah menunjukkan kecenderungan unt uk mengakui perbandingan sebagai
cabang ilmu hukum . 7
Hesel Yut ena mengemukakan definisi perbandingan hukum sebagai berikut :
Comparat ive law is simply anot her name for legal science, or like ot her branches of science it has a universal humanist ic out look ; it cont emplat es
t hat while t he t echnique nay vary, t he problems of just ice are basically t he same in t ime and space t hroughout t he world.
Perbandingan hukum hanya suat u nama lain unt uk ilmu hukum dan merupakan bagian yang menyat u
dari suat u ilmu sosial, at au sepert i cabang ilmu lainnya perbandingan hukum memiliki w aw asan yang universal, sekalipun caranya berlainan, masalah
keadilan pada dasarnya sama baik menurut w akt u dan t empat di seluruh dunia
8 Orucu mengemukakan suat u definisi perbandingan hukum sebagai berikut :
Comparat ive law is legal discipline aiming at ascert aining similarit ies and differences and finding out relat ionship bet ween various legal sist ems, t heir
essence and st yle, looking at comparable legal inst it ut ions and concept s and t yping t o det ermine solut ions t o cert ain problems in t hese sist ems wit h a
xxviii
definit e goal in mind, such as law reform, unificat ion et c
. Perbandingan hukum merupakan suat u disiplin ilmu hukum yang bert ujuan menemukan
persamaan dan perbedaan sert a menemukan pula hubungan-hubungan erat ant ara berbagai sist em -sist em hukum ; melihat perbandingan lembaga-
lembaga hukum konsep-konsep sert a mencoba menent ukan suat u penyelesaian at as masalah-masalah t ert ent u dalam sist em -sist em hukum
dimaksud dengan t ujuan sepert i pembaharuan hukum, unifikasi hukum dan lain-lain
9 Definisi lain mengenai kedudukan perbandingan hukum dikemukakan oleh
Zw eigert dan Kort yait u :
Comparat ive law is t he comparison of t he spirit and st yle of different legal sist em or of comparable legal inst it ut ions of t he
solut ion of comparable legal problems in different sist em
. Perbandingan hukum adalah perbandingan dari jiw a dan gaya dari sist em hukum yang
berbeda-beda at au lembaga-lembagahukum yang berbeda-beda at au penyelesaian masalah hukum yang dapat diperbandingkan dalam sist em
hukum yang berbeda-beda 10 Romli At masasmit a yang berpendapat perbandingan hukum adalah ilm u
penget ahuan yang mempelajari secara sist emat is hukum pidana dari dua at au lebih sist em hukum dengan mempergunakan m et oda perbandingan
b Perbandingan Hukum Sebagai M et ode dan Ilmu Perbandingan hukum menunjukkan pembedaan ant ara perbandingan
hukum sebagai met ode dan sebagai ilmu. Ket idakjelasan t ersebut biasanya dijumpai pada perumusan-perumusan yang bersifat luas, sepert i yang dapat
dit emui pada ”
Black’s Law Dict ionary
” yang menyat akan bahw a ”
comparat ive jurisprudence
” adalah ”
The st udy of t he principles of legal science by t he comparison of various syst ems of law
” Henry Campbell Black: 1968. Akan t et api perumusan dari Black t ersebut sebenarnya cenderung unt uk
mengklasifikasikan perbandingan hukum sebagai met ode, karena yang dimaksudkan dengan ”
comparat ive
” adalah ”
Proceeding by t he met hod of comparison; founded on comparison; est imat ed by comparison
” . Ilmu-ilmu hukum juga bert ujuan unt uk menjelaskan hubungan ant ara
gejala-gejala hukum dengan gejala sosial lainnya. Unt uk mencapai t ujuannya,
xxix
maka dipergunakan met ode sosiologis, sejarah dan perbandingan hukum L. J. van Apeldoorn: 1966. Penggunaan met ode-met ode t ersebut dimaksudkan
unt uk: 1
met ode sosiologis : unt uk menelit i hubungan ant ara hukum dengan gejala- gejala sosial lainnya,
2 met ode sejarah : unt uk menelit i t ent ang perkembangan hukum ,
3 met ode perbandingan hukum : unt uk membandingkan berbagai t ert ib
hukum dari macam-macam masyarakat . Ket iga met ode t ersebut saling berkait an, dan hanya dapat dibedakan
t et api t ak dapat dipisah-pisahkan. M et ode sosiologis, misalnya, t idak dapat dit erapkan t anpa met ode sejarah, oleh karena hubungan ant ara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya merupakan hasil dari suat u perkembangan dari zaman dahulu. M et ode perbandingan hukum juga t idak boleh diabaikan, oleh
karena hukum merupakan gejala dunia. M et ode sejarah juga memerlukan bant uan dari met ode sosiologis, oleh karena perlu dit elit i fakt or-fakt or sosial
yang mempengaruhi perkembangan hukum. M et ode perbandingan t idak akan membat asi diri pada perbandingan yang bersifat deskript if; juga diperlukan dat a
t ent ang berfungsinya at au efekt ivit as hukum , sehingga diperlukan met ode sosiologis. Juga diperlukan met ode sejarah, unt uk menget ahui perkembangan
dari hukum yang diperbandingkan. Dengan demikian maka ket iga met ode t ersebut saling mengisi dalam mengembangkan penelit ian hukum Soerjono
Soekant o 1989 : 26. c
Perbandingan Hukum dan Cabang-Cabangnya Bet apa
pent ingnya perbandingan
hukum dan
berkembangnya pengkhususan ini, ant ara lain t erbukt i dari kenyat aan bahw a kemudian t imbul
sub-spesialisasi. Sub-spesialisasi t ersebut adalah Edonard Lambert : 1957: 1
Descript ive comparat ive law
, 2
Comparat ive hist ory of law
, 3
Comparat ive legislat ion
at au
comparat ive jurisprudence proper
.
Descript ive comparat ive law
merupakan suat u st udi yang bert ujuan unt uk mengumpulkan bahan-bahan t ent ang sist em hukum berbagai masyarakat
at au bagian masyarakat . Cara menyajikan perbandingan dapat didasarkan
xxx
pada lembaga-lembaga hukum t ert ent u bidang t at a hukum at aupun kaedah- kaedah hukum t ert ent u yang merupakan bagian dari lembaga t ersebut . Yang
sangat dit onjolkan adalah analisa deskript if yang didasarkan pada lembaga- lembaga hukum.
Comparat ive hist ory of law
berkait an erat dengan sejarah, sosiologi hukum , ant ropologi hukum dan filsafat hukum
dan unt uk
Comparat ive legislat ion
at au
comparat ive jurisprudence proper
bert it ik t olak pada Edouard Lambert : 1957: ” ...
t he effort t o define t he common t runk on which present nat ional doct rines of law are dest ined t o graft t hemselves as a result bot h of t he
development of t he st udy of law as a social science and of t he awakening of an int ernat ional legal consciousness
.” Bahan-bahan yang dipergunakan dalam perbandingan hukum dapat
berupa bahan yang langsung didapat dari masyarakat dat a primer, maupun bahan kepust akaan dat a sekunder. Bahan-bahan kepust akaan t ersebut dapat
berupa bahan hukum primer, sekunder at aupun t ert ier dari sudut kekuat an mengikat nya. Bahan hukum primer, ant ara lain, mencakup perat uran
perundang-undangan, bahan hukum yang dikodifikasikan misalnya hukum adat yurisprudensi, t rakt at , dan set erusnya. Bahan-bahan hukum sekunder,
ant ara lain perat uran perundang-undangan unt uk ”
comparat ive hist ory of law
” , hasil karya para sarjana, hasil penelit ian, dan set erusnya. Bahan-bahan hukum t ersier dapat dipergunakan sebagai bahan unt uk mencari dan
menjelaskan bahan primer dan sekunder Soerjono Soekant o 1989 : 54.
2. Tinjauan Tentang Hak Tersangka atau Terdakwa
Ist ilah t ersangka berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, yait u: “ Tersangka adalah seseorang yang karena perbuat annya at au keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan pat ut diduga sebagai pelaku t indak pidana.” Sedangkan ist ilah t erdakw a berdasarkan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, yait u “ Terdakw a adalah seorang t ersangka yang
dit unt ut , diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.” Apabila kit a perbandingkan penyebutan ist ilah t ersangka at au t erdakw a, maka dalam ket ent uan
Wet boek van St rafordering Belanda Ned. Sv. kedua ist ilah t ersebut t idak dibedakan, akan t et api hanya disebut dalam satu
ist ilah saja yait u “ verdacht e” . Pada ket ent uan Pasal 27 ayat 1 Ned. Sv. Ist ilah t ersangka dit afsirkan secara lebih luas
dan lugas yait u dipandang sebagai orang karena fakt a-fakt a at au keadaan-keadaan menunjukkan ia pat ut diduga bersalah melakukan suat u t indak pidana. Akan t et api dalam prakt ek peradilan perbedaan kedua ist ilah t ersebut