BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga tidak
terkecuali untuk perlindungan terhadap anak. Sudah menjadi kewajiban oang tua pada umumnya untuk membesarkan, menyayangi, mengasihi, serta mendidik
anaknya sebaik mungkin, karena anak adalah titipan dan anugerah dari Tuhan yang wajib dipelihara. Dalam diri anak sejak lahir sampai mati telah melekat
harkat dan martabat manusia seutuhnya, sehingga adalah suatu kewajiban untuk memberikan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan, menjaganya dari
pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan yang kurang baik. Dengan menerapkan ajaran agama yang baik sebagai bekal dan pijakan untuk menjalani kehidupan,
apalagi dalam kondisi yang semakin sulit sekarang ini. Banyak orang tua pada masa sekarang resah dan bingung untuk
menentukan sikap dalam menghadapi perilaku anak – anaknya. Hal ini
disebabkan oleh maraknya pergaulan bebas dan sarana seperti dunia maya, tayangan televisi, maupun media cetak yang dirasa kurang mendidik, yang
menunjang anak – anak untuk melakukan tindakan – tindakan yang kurang baik,
dan terkadang menghilangkan ketaatan mereka terhadap norma – norma yang
berlaku, diantaranya terlibat tawuran, mabuk – mabukan, balapan liar, merokok,
dan hilang nya sopan santun terhadap sesama maupun terhadap orang tua, hal ini yang memicu adanya kekerasan yang mungkin dilakukan orang tua terhadap
anaknya. Orang tua yang sehari – hari harus memelihara, mengayomi, dan
menafkahi anaknya, apalagi dalam kondisi yang sangat sulit pada saat – saat
sekarang ini, sudah mempunyai beban pikiran yang sangat berat, ditambah lagi
tindakan anak yang terkadang cenderung tidak mendengarkan atau malah melawan petuah orang tua, dapat memicu adanya tindakan spontan orang tua
yang ditujukan untuk memberikan efek jera atau peringatan kepada anak, yang mungkin dapat diartikan mengarah pada tindak kekerasan ini.
Penganiayaan dan kemalangan yang dialami seseorang di masa kanak- kanak memberikan kontribusi besar pada kemiskinan hidup yang dialaminya di
saat dewasa, kata seorang peneliti Universitas Monash Australia. Korelasi erat antara pengalaman buruk masa kanak-kanak dan kemiskinan itu diungkapkan
Direktur Pusat Nasional Riset Pencegahan Penganiayaan Anak NRCPCA Universitas Monash, Prof.Chris Goddard, berdasarkan hasil riset terbaru
pihaknya. Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Child Abuse Review itu, katanya, mendapati pengalaman buruk dan
kemalangan di masa kanak-kanak berhubungan erat dengan fungsi keluarga, seperti penganiayaan terhadap anak, kekerasan keluarga, kehidupan keluarga
yang porak-poranda serta anak-anak lari dari rumah di usia belia mereka. Menurut Prof. Goddard, semua pengalaman buruk tersebut memberikan sumbangan besar
terhadap terjadinya kemiskinan sebagaimana dialami sekelompok orang yang hidupnya miskin di usia dewasanya.
Dari hasil kajian yang menggunakan metode wawancara berkedalaman dengan para respondennya, terungkap bahwa akumulasi kemalangan hidup di
masa kanak-kanak tidak hanya membawa masalah kesehatan fisik dan kejiwaan, tetapi juga memengaruhi kemampuan orang bersangkutan untuk bisa mencapai
sukses dalam mengikuti sistem pendidikan dan lapangan kerja. Akibatnya, mereka yang mengalami kemalangan dan hal-hal buruk lainnya semasa kanak-
kanaknya menghadapi persoalan dalam kemampuan fisik, kejiwaan dan ekonominya di dalam kehidupan mereka kelak, katanya. Sementara itu, Peneliti
senior NRCPCA, Dr. John Frederick, berpendapat untuk membantu mereka yang mengalami masa kanak-kanak yang suram sehingga terhindar dari kemungkinan
masuk ke dalam jurang kemiskinan, instansi terkait, seperti lembaga pelayanan perlindungan anak, perlu memberikan dukungan kepada mereka secara efektif
sejak dini. Intervensi yang efektif semacam itu merupakan modal terbaik bagi mereka, katanya. Di Australia, dari sekitar 20,2 juta jiwa penduduk, sebanyak dua
juta jiwa di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan yang kurang dari separuh pendapatan rata-rata sumber:www.antara.co.id.
“Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi .”Pasal 4 Undang Undang
no.232002 tentang Perlindungan Anak. Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang seharusnya kita jaga karena dalam diri mereka melekat harkat,
martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak Asasi Anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang Hak-hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan
bernegara anak adalah bagian integral dari sebuah Negara yaitu generasi muda agent penerus perwujudan cita-cita sebuah bangsa. Sehingga setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal serta berhak atas perlindungan dari segala macam bentuk tindak kekerasan,
ancaman dan diskriminasi. Anak juga memiliki hak kebebasan berekspresi dan diahargai hak-hak sipilnya. Indonesia sebagai Negara yang telah mendidikasikan
diri untuk menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia bahkan diakui dalam dasar Negara telah memberikan perlindungan khusus bagi penerus bangsa ini. Jurnal
perempuan.com-Jakarta.
Selain UU No. 391999 tentang HAM, Indonsia telah memberikan perlindungan terhadap anak secara khusus melalui UU No. 232002 tentang
Perlindungan Anak yang secara substansi sudah cukup mengakomodir hak-hak anak. Dari peraturan-peraturan yang telah dibuat ini idealnya dijadikan dasar
yuridis dalam memberikan pemenuhan perlindungan terhadap anak. Fenomena yang terjadi saaat ini ternyata implementasi dari aturan hukum yang telah ada
masih jauh dari harapan. Sosialisasi tidak berjalan dengan alas an minimnya dana di lembaga Negara dan peringkatan kasus kekerasan terus melonjak. Misal saja
KPAI mencatat dalam satu bulannya terjadi 17 kasus kekerasan terhadap anak dengan dominasi korbannya adalah anak perempuan. Sementara itu LBH APIK
Jakarta mencatat di tahun 2006 ada 12 kasus kekerasan terhadap anak perempuan yangdidampingi.
Anak-anak adalah sosok yang rentan artinya rentan dari segala ancaman bentuk kejahatan baik yang dilakukan oleh lingkungan keluarga, masyarakat
sampai tingkatan pemerintah. Sekalipun telah ada perlindungan hukum masih saja
tubuh kecil mereka dijadikan objek kekerasan dari manusia yang lebih kuat. Misal, data analisa berita LBH APIK Jakarta menyebutkan masih banyak kasus
anak-anak korban sodomi yang kasusnya tidak diproses secara hukum dengan menggunakan pasal perkosaan. Karena KUHP tidak mendefinisikan sodomi
sebagai unsur perkosaan. Persoalan anak bertampah kompleks lagi dimana pendidikan bagi anak-anak khusus korban kemiskinan struktural tidak mendapat
perhatian khusus belum lagi dengan kurikulum yang dengan cepatnya berubah- ubah. Ditambah lagi himpitan kebutuhan ekonomi yang semakin menjepit dan
mencekik, lapangan pekerjaan yang sempit membuat orang tua mereka kesulitan mencari nafkah, banyak anak-anak akhirnya menjadi penopang ekonomi
keluarga. Namun dengan kondisi seperti itu ditengah kesulitan kehidupan dan beban tersebut akhirnya mencetak anak-anak menjadi lebih kritis menganalisa
situasi disekitarnya. Namun tidak semua pihak menghargai kekritisan yang sering mereka ekspresikan melalui media tulisan, lukisan dan lain-lain.
Pengadilan Negeri Sukoharjo menangani dan memutus perkara penganiayaan yang dilakukan orang tua terhadap anak kandungnya. Kasus ini
terjadi lantaran sang ayah yang baru pulang dari membeli rokok, disambut dengan perkataan anak yang cenderung tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang anak
kepada orang tuanya. Kejadian ini terjadi pada pertengahan bulan November tahun lalu, saat itu sang ayah yang pulang sehabis membeli rokok dari hasil
berjualan kacang tanah, disambut dengan sebutan pencuri dan orang tua yang tidak mau bekerja dan hanya bisa menjual kacang tanah milik istrinya atau ibu
korban. Ucapan ini menurut sang anak, dikarenakan sang ayah yang harusnya ikut bekerja untuk menopang kehidupan mereka malah hanya berpangku tangan dan
tidak perduli, malahan menjual dagangan sang isteri, tanpa sepengetahuan sang isteri. Ucapan anak pun berbuah petaka, sang ayah merasa tersinggung dengan
ucapan tersebut, dan akhirnya melemparkan sandal yang dipakainya kearah anak dan mengenai tubuh bagian belakang anaknya. Tidak hanya berhenti disitu, ayah
pun kemudian mendorong tubuh anaknya, hingga kepala bagian belakang terbentur lantai teras, dan kemudian membenturkan kepala anaknya sebanyak 3
tiga kali ke tembok. Anak yang merasa kesakitan kemudian berteriak minta tolong, dan datanglah dua tetangga yang melerai dan akhirnya membawa anak
untuk melaporkan kejadian ini pada pihak yang berwajib. Berdasarkan kasus yang terjadi diatas, jelas bahwa pentingnya perlindungan terhadap anak, dikarenakan,
anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita - cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin semua kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara kita baik dari segi dalam, maupun luar negeri pada masa depan. Agar setiap anak kelak mampu
memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Masa kecil yang dialami anak pun juga sangat berpengaruh dalam
perkembangan psikis anak. Anak yang tumbuh dengan masa kecil yang berada di dalam tekanan, atau bahkan mungkin kekerasan yang kerap dilakukan oleh orang
tua atau anggota keluarga lainnya, dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan, dan dibawa dalam kehidupannya sehari
– hari kelak. Adapun efek tersebut dapat berupa trauma berat, phobia rasa takut yang berlebihan pada suatu hal, ataupun
membuat anak ingin melakukan hal serupa pada orang lain atau anggota keluarganya kelak, dan juga dapat berupa gangguan jiwa, ataupun emosi yang
cenderung sangat labil. Melihat pada dampak yang ditimbulkan, tentunnya pencegahan dan penanganan pada korban serta pelaku kekerasan dalam rumah
tangga ini dilakukan dengan lebih intensif lagi, agar efek yang ditimbulkan tidak terlalu besar, serta mencegah adanya kasus yang serupa di kemudian hari
Perlindungan terhadap anak sangat penting dan kekerasan terhadap anak apapun bentuknya sangat dilarang, karena dapat merusak masa depan anak, dan
berpengaruh pada tumbuh kembang psikologisnya di masa yang akan datang. Kekerasan dalam rumah tangga juga bertentangan dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku, dan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan aturan yang berlaku. Hakim sebagai salah satu penegak hukum yang memberikan
perlindungan hukumkepada anaka korban tindak pidana atau menjatuhkan putusan terhadap terpidana dengan segala pertimbangan
– pertimbangannya. Penelitian ini akan mencoba menganalisis
legal raisonee
atau pertimbangan hukum hakim dalam putusan tindak pidana penganiayaan anak oleh orang tua
dengan judul
“ ANALISIS PERTMBANGAN HUKUM HAKIM
TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN ANAK OLEH ORANG TUA STUDI PERKARA NO.17Pid.b2009PN.SKH
“ B.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting untuk membantu penulis dalam merumuskan tujuan penelitiannya. Membantu
membatasi permasalahan yang akan dikaji dan dibahas agar tetap fokus dan tidak melebaruniversal, mencapai tujuan, dan memperoleh jawaban dari permasalahan
yang dikaji, untuk memperluas pengetahuan. Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:
“Apa yang menjadi pertimbangan hukum hakim dalam putusan tidak pidana penganiayaan
anak oleh
orang tua
dalam memutus
perkara No.17pid.b2009PN.SKH?
” C. TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar tepat dan cepat mengenai sasaran yang dikehendaki. Penelitian juga dapat menentukan arah
dalam pelaksanaan suatu penelitian tersebut.
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah : 1.
Tujuan Obyektif Untuk mengetahui pembuktian dalam kasus penganiayaan terhadap anak
oleh orang tua kandungnya terutama pada kasus No.17pid.b2009PN.SKH. 2. Tujuan Subyektif
a. Untuk mendapatkan data dan informasi guna menyusun Penulisan Hukum
sebagai syarat yang harus ditempuh dalam memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. b.
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas pngetahuan penulis dalam Ilmu Hukum khusunya Hukum Acara Pidana.
c. Untuk menambah pemahaman dan pengalaman penulis tentang Ilmu
Hukum di lapangan.
D. MANFAAT PENELITIAN